TEUKU REZA SYAHPUTRA SOFYAN 050100203 SATRIYO PUSPOWIDODO 050100309 PENDAHULUAN DEFINISI Merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada level katup mitral. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastol. ETIOLOGI Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat reaksi yang progresif dari demam reumatik oleh infeksi streptokokus. Penyebab lain walaupun jarang dapat juga stenosis mitral kongenital, deformitas parasut mitral, vegetasi systemic lupus erythematosus (SLE), karsinosis sistemik, deposit amiloid, akibat obat fenfluramin/phentermin, rhematoid arthritis (RA), serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat proses degeneratif PATOLOGI Pada stenosis mitral akibat demam reumatik akan terjadi proses peradangan (valvulitis) dan pembentukan nodul tipis di sepanjang garis penutupan katup. Proses ini akan menimbulkan fibrosis dan penebalan daun katup, kalsifikasi, fusi komisura, fusi serta pemendekan korda atau kombinasi dari proses tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan distorsi dari aparatus mitral yang normal, mengecilnya area katup mitral menjadi seperti bentuk mulut ika'n (\fish mouth') atau lubang kancing (button hole) 2.4 PATOFISIOLOGI Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2. Bila area orifisium katup ini berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm2. Pada tahap ini, dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal (Swain,2005). Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral, dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap. Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis mitral sebagai berikut: Minimal: bila area >2.5 cm2 Ringan : bila area 1.4-2.5 cm2 Sedang : bila area 1-1.4 cm2 Herat: bila area < 1.0 cm2 Reaktif : bila area < 1.0 cm2 Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup mitral menurun sampai seperdua normal ( <2-2.5 cm2). Hubungan antara gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat pada label 1 di bawah ini
Tabel 1.
Derajat Stenosis A2-OS interval Area Gradien
Ringan >1 10 msec > 1.5 cm2 < 5 mmHg
Sedang 80-1 10 msec >1 dan < 1.5 cm2 5- 10 mmHg
Berat < 80 msec < 1 cm2 >10mmHg
A2-OS :Waktu antara penutupan katup aorta dan pembukaan katup
mitral MANIFESTASI KLINIS Kebanyakan pasien dengan stenosis mitral bebas keluhan, dan biasanya keluhan utama berupa sesak napas, dapat juga fatigue Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering terjadi pada stenosis mitral yaitu 30-40% Kadang-kadang pasien mengeluh terjadi hemoptisis DIAGNOSIS Temuan klasik pada stenosis mitral adalah 'opening snap' dan bising diastol kasar ('diastolic nimble') pada daerah mitral. Terdengar S1 yang keras P2 yang mengeras sebagai petunjuk hipertensi pulmonal Pemeriksaan Foto Toraks Gambaran klasik dari foto toraks adalah pembesaran atrium kiri serta pembesaran arteri pulmonalis Ekokardiografi Doppler Dengan ekokardiografik dapat dilakukan evaluasi struktur dari katup, pliabilitas dari daun katup, ukuran dari area katup dengan planimetri ('mitral valve area'), struktur dari aparatus subvalvular, juga dapat ditentukan fungsi ventrikel Ekokardiografi Transesofageal ekokardiografi transesofagus lebih sensitif dalam deteksi trombus pada atrium kiri atau terutama sekali apendiks atrium kiri Kateterisasi Dulu kateterisasi merupakan standar baku untuk diagnosis dan menentukan berat ringan stenosis mitral. Walaupun demikian pada keadaan tertentu masih dikerjakan setelah suatu prosedur eko yang lengkap. Saat ini kateterisasi dipergunakan secara primer untuk suatu prosedur pengobatan intervensi non bedah yaitu valvulotomi dengan balon. PENATALAKSANAAN Stenosis mitral merupakan kelainan mekanik, oleh karena itu obat bersifat suportif atau simtomatik terhadap gangguan fungsional jantung, atau pencegahan terhadap infeksi. antibiotik golongan penisilin, eritromisin, sulfa, sefalosporin demam reumatik atau pencegahan ekdokarditis. B-blocker atau Ca-blocker irama sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan. Retriksi garam atau pemberian diuretik kongesti vaskular paru. Digitalis Fibrilasi Atrium Penyekat beta atau anti aritmia mencegah terjadinya fibrilasi atrial paroksismal. Antikoagulan warfarin Pencegahan Embolisasi Sistemik. Valvotomi Mitral Perkutan dengan Balon. Pertama kali diperkenalkan oleh Inoue pada tahun 1984 dan pada tahun 1994 ditermia sebagai prosedur klinik. Mulanya dilakukan dengan dua balon, tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan dalam teknik pembuatan balon, prosedur valvotomi cukup memuaskan dengan prosedur 1 balon. Intervensi Bedah, Reparasi atau Ganti Katup. Konsep komisurotomi mitral pertama kali diajukan oleh Brunton pada tahun 1902, dan berhasil pertamakali pada tahun 1920. Sampai dengan tahun 1940 prosedur yang dilakukan adalah komisurotomi bedah tertutup. Tahun 1950 sampai dengan 1960 komisurotomi bedah tertutup dilakukan melalui transatrial serta transventrikel. Akhir-akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena adanya mesin jantung-paru. Dengan cara ini katup terlihat dengan jelas, pemisahan komisura, atau korda, otot papilaris, serta pembersihan kalsifikasi dapat dilakukan dengan lebih baik. Juga dapat ditentukan tindakan yang akan diambil apakah itu reparasi atau penggantian katup mitral dengan protesa. Perlu diingat bahwa sedapat mungkin diupayakan operasi bersifat reparasi oleh karena dengan protesa akan timbul risiko antikoagulasi, trombosis pada katup, infeksi endokarditis, malfungsi protesa serta kejadian trombo emboli. TERIMA KASIH