You are on page 1of 19

VOLUME LALU-LINTAS RENCANA UNTUK

GEOMETRIK DAN PERKERASAN JALAN

Hikmat Iskandar
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Jl. A.H. Nasution 264 Bandung

RINGKASAN
Indikasi kerusakan jalan banyak dituduhkan kepada penyebab
utamanya, overloading khususnya kendaraan-kendaraan berat yang terjadi
di jalur Pantura, pulau Jawa. Indikasi yang pernah terjadi, misalnya
keruntuhan jembatan tipe Calender Hamilton ”Cipunegara Lama” pada
tahun 2003. Sekalipun demikian, berapa besar overloading kendaraan-
kendaraan tersebut, sampai saat ini ”belum” ada publikasi yang
menguraikannya secara pasti.
Makalah ini bermaksud menyajikan bahasan tentang perencanaan
volume lalu-lintas yang melingkupi landasan hukum dan metodologinya,
baik untuk perencanaan geometrik maupun perkerasan jalan. Dari
bahasannya, disimpulkan bahwa istilah overloading memiliki dua arti yang
berbeda, pertama yaitu berat as kendaraan melampaui batas Muatan
Sumbu Terberat (MST), dan yang kedua yaitu terjadinya kerusakan dini
akibat beban rencana lalu-lintas dicapai lebih cepat dari yang
diperkirakan. Untuk mengatasi masalah tersebut, disarankan untuk
melakukan pengukuran volume lalu-lintas dan beban kendaraan yang
representatif sebagai dasar perencanaan.

Kata Kunci : Kerusakan Jalan, Beban As Kendaraan, Muatan Sumbu Terberat

SUMMARY
Indication of pavement damages on many roads address to ultimate
causes, ie. Overloading of heavy vehicles especially trucks operating along the
Pantura lane, North of Java island. Proved which has been occurred, e.g. The
collapse of Calendar Hamilton “Cipunegara Lama” bridge at Pantura Lane in
year 2003. Although, how far the vehicles are overloading, up to now there is no
yet formal statement have been published.
This paper aims to discuss the design traffic volumes which is covered
several topics, ie. basic regulation and methods, both for geometric and pavement
design. The discussion concluded that the term of overloading may have two
meanings. First, vehicle axle weight is greater than Maximum permissible Axle
Load (MST); and second, traffic load design which is expressed as Cumulative
Equivalent Standard Axles (CESA) are reached earlier than expected (premature
damage). To overcome the problems, it is suggested to count the traffic data
covering volumes and loads as basic for design.

Keywords : Road damage, Vehicle axle weight, Maximum permissible Axle Load

PENDAHULUAN kendaran. UU No.14/1992 tentang


lalu-lintas beserta PP No.43/1993
Jalan, sebagai prasarana dan PP No.44/1993, mengatur
transportasi, dibuat untuk kriteria klasifikasi sarana
menyalurkan berbagai moda transportasi darat (kendaraan)
transport jalan yang bergerak dari yang sesuai dengan prasara-nanya
asalnya ke tujuannya. Moda (jalan). Pengaturan ini,
transportasi seperti mobil selanjutnya dimasukkan kembali
penumpang, bus, dan truk, ke dalam Rancangan Undang-
merupakan alat untuk melakukan undang Lalu-lintas dan Angkutan
perpindahan orang dan barang. Darat (dipublikasikan 10 Oktober
Dalam kaitan ini, jalan 2006), yang berkaitan dengan
direncanakan untuk menyalurkan pengaturan Kelas Jalan, Fungsi
aliran kendaraan dari berbagai Jalan, dimensi maksimum dan
klasifikasi kendaraan sesuai MST kendaraan, seperti
fungsinya. ditunjukkan Tabel 1.
Kendaraan-kendaraan, Sementara itu, untuk
menurut fungsinya terdiri dari pengaturan MST Truk Peti kemas,
kendaraan angkutan penumpang tergantung kepada konfigurasi
dan angkutan barang, dengan
sumbu terberatnya, masih diatur
berbagai ukuran. Dua hal yang
sering dipakai sebagai dasar sesuai dengan KM Perhubungan
perencanaan jalan, yaitu 1) No.74-1990, seperti dalam Tabel
dimensi kendaraan, dan 2) berat 2.
Tabel 1.
Kelas dan Fungsi Jalan
(PP no.43-1993, pasal 11)

Dimensi Kendaraan
(maksimum)
No Kelas Fungsi Jalan
Tinggi, mm MST,
Jalan Lebar, Panjang,
(PP no.44- ton
mm mm
1993, pasal
115)
1 I Arteri 2.500 18.000 >
10,0
2 II Arteri 2.500 18.000 4.200mm ≤
dan 10,0
3 IIIA Arteri atau 2.500 18.000 ≤1,7x lebar ≤ 8,0
Kolektor kendaraan
4 IIIB Kolektor 2.500 12.000 ≤ 8,0
5 IIIC Lokal 2.100 9.000 ≤ 8,0

Tabel 2.
MST untuk Truk Angkutan Peti Kemas
(KM Perhubungan No.74-1990, pasal 9)

No Konfigurasi As dan Roda Truk MST, ton Catatan


1 Sumbu Tunggal Roda Tunggal 6,0 Tidak diatur ijin
Roda Ganda 10,0 untuk
2 Sumbu Ganda Roda Ganda 18,0 beroperasi
(Tandem) pada fungsi
3 Sumbu Tiga (tripel) Roda Ganda 20,0 jalan atau kelas
jalan tertentu.

Pengaturan ini (Tabel 2) 1993 tersebut. Truk angkutan peti


tidak bertentangan dengan Kemas pada umumnya berupa
pengaturan yang ditetapkan truk tempelan yang beroperasi di
berikutnya pada tahun 1993 jalan-jalan arterial dengan MST
seperti ditunjukkan pada Tabel 1, maksimum 10 ton. Baik untuk
bahkan mengatur lebih ”ringan” sumbu tunggal, sumbu Ganda,
dari MST yang ditetapkan tahun maupun sumbu Tiga, pembatasan
beban as total maksimumnya tidak as >10 ton, maka dia Overload
lebih besar dari jika dihitung per kecuali angkutan peti kemas.
sumbunya 10 ton sesuai dengan MST Jalan Kelas IIIA, IIIB,
aturan yang ada. Dengan dan IIIC adalah ≤ 8 ton, ini
pembatasan ini, beban maksimum berkaitan dengan jalur-jalur jalan
truk tempelan (semi-triler) T1.2-22 yang menghubungkan sentra
dapat sampai 34 ton, T1.22-22 distribusi ke sentra lokal yang
sampai 42 ton, dan T1.22-222 diangkut oleh kendaraan yang
sampai 44 ton. lebih kecil dimensinya dengan
MST Jalan kelas I lebih panjang maksimum 12 meter.
besar dari 10 ton (kecuali diatur Dalam kaitannya dengan kelas
lebih lanjut), berarti tidak ada jalan, ada beberapa hal yang
pembatasan beban as kendaraan, terkait dengan sistem angkutan
kecuali untuk angkutan peti kemas jalan:
yang diatur lebih lanjut oleh PP • Perubahan kelas jalan
No.74-1990, pasal 9. Hal ini seyogianya dilengkapi terminal
mempertanyakan, apakah ada yang berfungsi mengubah beban
jalan kelas I di Indonesia? Atau kendaraan sesuai dengan
lebih spesifik, adakah jalan yang kelasnya. Perubahan kelas jalan
MST-nya tidak dibatasi? Jalan Tol yang tidak dilengkapi tempat
misalnya, sesuai UU No.15-2005 untuk perubahan beban
tentang jalan tol, kendaraan, cenderung
mengklasifikasikan berdasarkan menyebabkan terjadinya
fungsi jalan bahwa jalan Tol paling overloding terhadap jalan kelas
rendah berfungsi Kolektor dengan dibawahnya, misal perubahan
MST 8 ton dan ini bukan jalan dari Kelas II ke kelas III.
kelas I, kecuali tanpa pembatasan • Disamping itu, perubahan
MST. dimensi kendaraan pengangkut
MST Jalan Kelas II lebih di jalan kelas IIIB ke kelas IIIA
kecil atau sama dengan 10ton, ini dan dari jalan Kelas IIIC ke
berkaitan dengan jalur jalan raya Kelas IIIB menuntut perubahan
yang umum seperti Pantura dan geometri, karena perubahan
Jalintim sekalipun masih menjadi dimensi kendaraan yang
pertanyaan, apakah jalur ini kelas diijinkan beroperasi. Hal ini
I atau Kelas II? Seyogianya jalur berkaitan dengan lebar jalan,
ini termasuk Kelas II, sehingga radius tikungan di ruas-ruas
jika diketahui terdapat kendaraan- jalan, dan belokan di
kendaraan angkutan dengan berat persimpangan.
• Kesemua ini terkait dengan menggunakan jalan tersebut. Di
sistem transportasi nasional dalam design Geometrik, yang
khususnya darat secara ditetapkan oleh dimensi kendaraan
keseluruhan yang harus sesuai rencana adalah:
dengan tuntutan kebutuhan • lebar lajur dan jalur jalan
(demand) agar terwujud • radius di tikungan dan radius
perpindahan orang dan barang belokan di persimpangan. Dalam
secara aman, cepat, murah, dan perencanaan sering dipakai
nyaman. angka tertentu untuk
Hal-hal tersebut di atas menetapkan radius tikungan,
menjadi latar belakang ditulisnya sementara yang lebih baik
makalah ini dengan tujuan adalah mengikuti lajur lapak ban
melakukan evaluasi, khususnya kendaraan rencana (swepping
dari sisi perencanaan, bagaimana path)
seyogiannya suatu perencanaan • dan kelengkapan lainnya, seperti
jalan, dari sisi traffic engineering, tempat parkir dan
harus dilakukan. pemberhentian bus
Tatacara Perencanaan Geometrik
Prosedur umum perencanaan Jalan antar kota (Ditjen BM, 1997)
lalu-lintas untuk Jalan belum menetapkan kendaraan
rencana, yang ada adalah dimensi
1. Perencanaan Lalu-lintas kendaraan rencana dan bukan
untuk Geometrik Jalan nama kendaraannya atau
kendaraan yang representatif.
Dalam perencanaan Dalam tatacara tersebut, dimensi
geometrik jalan, yang harus kendaraan rencana didasarkan
ditetapkan dari komponen Lalu- pada dimensi kendaraan
lintas adalah: maksimum seperti ditunjukkan
1) Dimensi Kendaraan Rencana, pada Tabel 1 di atas, yaitu
dan Kendaraan Besar (lebar dan
2) Volume Lalu-lintas Rencana. panjang kendaraan =
2500x18000mm), kendaraan
Dimensi Kendaraan Sedang (2500x12000mm), dan
Rencana; dipakai untuk kendaraan Kecil (2100x9000mm).
menetapkan dimensi ruang jalan Sekalipun demikian, dimensi
yang harus dibangun agar jalan dinamis saat kendaraan ini
dapat menampung semua jenis berjalan di jalan dengan
kendaraan yang akan kecepatan tertentu dan membelok
di tikungan atau di persimpangan, Pedoman penentuan lebar
dan melakukan manouver parkir, lajur dan jalur jalan tersebut
selama ini belum distandarisasikan. dewasa ini perlu direview sesuai
Akibatnya, sering sekali ditemui
dengan telah ditetapkannya
kereb jalan, kereb median, kereb
kanal jalan, dan lain-lain fasilitas Undang-undang Jalan (2004)
jalan yang membatasi lajur lalu- beserta Peraturan Pemerintah-nya
lintas, rusak akibat tergilas atau (2006). Disamping itu, dari sisi
bersentuhan oleh body kendaraan, penggunaan jalan, Rancangan
khususnya kendaraan truk atau bis Undang-undang Lalu-lintas dan
yang berdimensi besar. Angkutan Jalan (2006) sekalipun
Dimensi kendaraan seperti masih rancangan, mengisyaratkan
ini perlu ditetapkan yang
beberapa perubahan. Suatu
kemudian menjadi dasar untuk
menetapkan dimensi jalan (lebar pemikiran awal dikemukakan
lajur, jalur, dan bagian-bagian tentang perubahan ini, khususnya
jalan yang lainnya) untuk setiap berkaitan dengan klasifikasi jalan.
fungsi jalan atau Kelas Jalan. Dalam Undang-undang No.38
tentang Jalan muncul klasifikasi
2. Praktek perencanaan jalan berdasarkan penyediaan
prasarana, jalan diklasifikasikan
Ditjen Bina Marga (1997)
menjadi 4 yaitu Jalan Bebas
menetapkan dimensi jalan seperti
Hambatan, Jalan Raya, Jalan
pada Tabel 3. Lebar jalur dan
Sedang, dan Jalan Kecil. Berkaitan
bahu jalan ditetapkan sesuai tabel
dengan hal ini dipandang perlu
tersebut. Tabel 4 memberikan opsi
untuk menetapkan lebih lanjut: 1)
ideal, jika LHRT masih dibawah
apakah standar geometri jalan
nilai yang disyaratkan, Tabel 3
akan diklasifikasikan berdasar-kan
dipakai sebagai dasar untuk mene-
penyediaan prasarana jalan, atau
tapkan dimensi jalan minimum.
2) fungsinya. Tabel 5 mengusulkan
Jika LHRT telah cukup tinggi,
matrik klasifikasi dan memuat
maka kondisi idealnya sebaiknya
usulan perubahan ukuran lajur
dipilih.
dan jalur jalan.
Tabel 3.
Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan
(Ditjen BM, 1997)
ARTERI KOL E KT OR L OKAL
LHRT Lebar Ideal Lebar Minimum Lebar Ideal Lebar Minimum Lebar Ideal Lebar Minimum
Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
(smp/hari) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
< 3.000 6,00 1,50 4,50 1,00 6,00 1,50 4,50 1,00 6,00 1,0 4,50 1,00
3.000-10.000 7,00 2,00 6,00 1,50 7,00 1,50 6,00 1,50 7,00 1,50 6,00 1,00
**) **)
10.001-25.000 7,00 2,00 7,00 2,00 7,00 2,00 - - - -
> 25.000 2nx3,50 *) 2,50 2x3,50 *) 2,00 2nx3,50 *) 2,00 **) **)
- - - -

Keterangan:
*)
= dua jalur terbagi, masing-masing nx3,50m, dimana n=jumlah lajur per jalur.
**)
= mengacu kepada persyaratan ideal.
- = tidak ditentukan

Tabel 4.
Lebar Jalur Jalan Ideal
(Ditjen BM, 1997)

FUNGSI JALAN KELAS LEBAR LAJUR IDEAL


(m)
I 3,75
ARTERI
II, IIIA 3,50
KOLEKTOR IIIA, IIIB 3,00
LOKAL III C 3,00

Tabel 5.
Usulan penyesuaian pedoman penetapan lebar lajur dan jalur jalan
FUNGSI ARTERI KOLEKTOR LOKAL
KELAS
berdasarkan I, II, dan IIIA IIIA IIIA IIIA dan IIIB IIIC IIIC
Angkutan Jalan
KELAS Jalan Bebas Jalan Bebas
berdasarkan JALAN
Hambatan dan Hambatan dan JALAN SEDANG JALAN KECIL
penyediaan SEDANG
prasarana Jalan Raya Jalan Raya
2Jalur 4Lajur 1Jalur 2Lajur 2Jalur 4Lajur
TIPE 1 Jalur 2 Lajur (2arah)
(atau lebih) Terbagi (2arah) (atau lebih) Terbagi
JALAN
Lajur Bahu Jalur Bahu Lajur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
unit (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
Lebar Ideal 3,75 2,50 2x3,50 2,50 3,50 2,50 2x3,50 1,00 2x3,00 1,00 2x2,75 0,50
Lebar 3,50 2,50 2x3,50 2,50 3,50 2,50 2x3,00 1,00 2x2,75 1,00 3,50 *)
Minimum
*)
Catatan: untuk kendaraan selain kendaraan bermotor roda≥3
3. Volume Lalu-lintas misalnya 7 hari. TRL (Howe, 1989)
Rencana untuk menyarankan, untuk keperluan
perencanaan perkerasan LHRT, data yang efektif
dikumpulkan adalah selama 7x24
Kekuatan perkerasan jalan jam, dengan catatan pengurangan
ditetapkan (pada umumnya) waktu pengumpulan data
berdasarkan jumlah kumulatif cenderung menyebabkan deviasi
lintasan kendaraan standar (CESA, perkiraan LHRT yang lebih tinggi,
cummulative equivalent standar sementara penambahan waktu
axle) yang diperkirakan akan survey tidak menurunkan deviasi
melalui perkerasan tersebut, secara efisien, sedikit penambahan
diperhitungkan dari mulai akurasi untuk usaha pengumpulan
perkerasan tersebut dibuat dan data yang banyak. Penelitian TRL
dipakai umum sampai dengan tersebut menjelaskan bahwa hal
perkerasan tersebut dikata-gorikan tersebut berkaitan dengan pola
rusak (habis nilai pelayanannya). kegiatan rutin pelaku perjalanan
Untuk menghitung lintasan yang terpola mingguan.
rencana dilakukan prosedur Informasi verbal dari
sebagai berikut: diskusi dengan para konsultan,
• Menghitung Volume Lalu-lintas data lalu-lintas sering didasarkan
Harian Rata-rata Tahunan pada survei selama 3 hari.
(LHRT, atau biasa disebut Sementara itu, Ditjen Bina Marga
Average Annual Dailly Traffic, menggunakan data dari
AADT).
perhitungan lalu-lintas (Ditjen Bina
LHRT secara definisi adalah
jumlah lalu-lintas selama satu Marga, 1992) dengan
tahun penuh (365 hari) dibagi mengkatagorikan ruas jalan
jumlah harinya dalam tahun menjadi 3 tipe:
tersebut. LHRT ditetapkan dalam 1) tipe A (LHR≥10000kendaraan),
unit Satuan Mobil Penumpang 2) tipe B (5000<LHR<10000),
(smp) per hari atau dalam satuan dan
komposisi kendaraan per hari. 3) tipe C (LHR≤5000),
Untuk keperluan perencanaan,
LHRT sangat jarang didasarkan
atas informasi data lalu-lintas Dimana lamanya perhitungan data
selama satu tahun penuh, lalu-lintas ditentukan seperti pada
sehingga sering diprediksi dari Tabel 6.
data survey yang pendek,
Tabel 6.
Lama perhitungan Lalu-lintas

No Tipe Pos LHR Lama survey Frekuensi


(jam) pengukuran
1 Kelas A ≥10000 40 ( dalam 2 hari) 4x /tahun
2 Kelas B 5000 – 10000 Sama dgn kelas A 4x /tahun
3 Kelas C ≤5000 16 (dalam 1 hari) 4x /tahun

Manual perhitungan lalu- (Ditjen Bina Marga, 1992). Tabel 7


lintas tersebut, diterbitkan pada membedakan beberapa katagori
tahun 1992. Hasil perhitungan kendaraan tersebut.
lalu-lintas seperti ini dipandang Untuk perencanaan
perlu untuk diuji akurasinya, yaitu perkerasan jalan digunakan 11
berapa deviasi antara LHRT klasifikasi kendaraan. Untuk
sesungguhnya (dari data 365 hari) perencanaan geometrik, diguna
terhadap LHRT perkiraan. Perlu kan hanya 5 kelas kendaraan
ditetapkan kebijakan akurasi (MKJI, 1997). Untuk hal inipun
perhitungannya, misalnya deviasi tidak ada kejelasan yang formal
maksimum 5%, sehingga tentang panduan yang harus
perencana dalam merencanakan digunakan.
tebal perkerasan telah memper Implikasi dari perbedaan
hitungkan kemungkinan deviasi pengkatagorian kendaraan adalah
prediksi lalu-lintas tersebut. ketidak akuratan perencanaan
beban lalu-lintas. Semakin detail
• Komposisi kendaraan. klasifikasinya, semakin detail data
Survey volume lalu-lintas beban kendaraannya, semakin
yang dipakai acuan dewasa ini akurat perkiraan beban lalu-
oleh Direktorat Jenderal Bina lintasnya. Sebaliknya, semakin
Marga mengkatagorikan 11
sedikit klasifikasinya, semakin
kendaraan termasuk kendaraan
besar deviasi beban kendaraan
tidak bermotor (non motorised).
yang diwakilinya, semakin kurang
Sebelumnya, manual perhitungan
lalu-lintas tersebut meng- akurat perkiraan beban lalu-
katagorikan menjadi 8 kelas lintasnya.
Tabel 7.
Katagori jenis kendaraan berdasarkan 3 referensi

IRMS, BM BM 1992 MKJI 1997


1 Sepeda motor, skuter, 1 Sepeda motor, skuter, 1. Sepeda motor (MC),
kendaraan roda tiga sepeda kumbang dan kendaraan ber-motor roda
roda tiga 2 dan 3
2 Sedan, jeep, station 2 Sedan, jeep, station 2. Kendaraan Ringan (LV):
wagon wagon Mobil penumpang, oplet,
3 opelet, pikup opelet, 3 opelet, pikup opelet, mikrobus, pickup, bis
suburban, kombi, dan suburban, kombi, dan kecil, truk kecil
mini bus mini bus
4 Pikup, mikro truk, dan 4 Pikup, Mickro Truk,
Mobil Hantaran dan Mobil Hantaran
5a Bus Kecil 5 Bus 3. Kendaraan Berat (LHV):
Bis, Truk 2as,
5b Bus Besar
6 Truk 2 as 6 Truk 2 sumbu
7a Truk 3 as 7 Truk 3 sumbu atau 4. HGV: Truk 3as, dan
7b Truk Gandengan lebih dan Gandengan truk kombinasi (Truk
7c Truk Tempelan (Semi Gandengan dan Truk
trailer) Tempelan).
8 Kendaraan tidak 8 Kendaraan tidak 5. Kendaraan Tidak
bermotor: Sepeda, bermotor: Sepeda, Bermotor (UM)
Beca, Dokar, Keretek, Beca, Dokar, Keretek,
Andong. Andong.

• Perhitungan beban lalu- (Vehicle Damaging Factor, VDF).


lintas untuk perkerasan Setiap kelas kendaraan dalam
jalan memiliki nilai daya perusak
terhadap perkerasan yang dihitung
Setiap katagori jenis kendaraan
berda-sarkan nilai rata-rata berat
dengan konfigurasi dan berat as-
as-nya dalam satuan berat as
nya, dapat dihitung equivanlent
standar 8,16 ton (18 KSAL). Nilai
faktor pengrusakannya (relatif
VDF dihitung menggunakan
terhadap beban standar,)
formula Liddle:
terhadap perkerasan jalan.
Besarannya dibandingkan terhadap VDF = Ftd . ∑i=as ke {(Axle Load)i /
lintasan beban as tunggal standar (8,20)}n
dimana: 1) LHRT per komposisi kendaraan
• n = 4,0 (atau nilai lain) (komposisi yang cenderung
• Ftd = Faktor konfigurasi as, berdasarkan dimensi dan
single atau tandem manouverability kendaraan),
dan
Perencanaan Lintasan kendaraan:
2) Design Hourly Volume (DHV)
CESA = ∑N atau sering juga dinotasikan
∑j{(VDF)jxLHRTjx365x(1+i)N } Volume Jam Perencanaan
(VJP).
dimana:
• j= katagori jenis kendaraan (1 Komposisi kendaraan
s.d. 11 kelas) dalam hal ini berbeda dengan
• CESA = Jumlah Kumulatif komposisi yang dipakai untuk
Lintasan Ken-daraan perencanaan perkerasan. Manual
Rencana, Eq.18KSAL Kapasitas Jalan Indonesia
• N = Usia rencana, misal 5 tahun, menggunakan katagori seperti
10 tahun, 15 tahun, ditujukkan Tabel 7.
dst. VJP dirumuskan dari
• i = faktor pertumbuhan lalu- hubungannya dengan LHRT
lintas dimana hubungan ini diturunkan
dari suatu penelitian terhadap
Formula di atas distribusi volume lalu-lintas jam-
menjelaskan bahwa perencanaan jaman selama satu tahun, karena
beban lintasan lalu-lintas adalah mencerminkan karakteristik
jumlah total lintasan kendaraan wilayah yang mempengaruhi
(per komposisinya) selama usia volume lalu-lintasnya, yaitu K-
perencanaan. Biasanya dinyatakan faktor. VJP dihitung sbb.:
dalam jutaan lintasan ekuivalen
beban as standar. VJP = LHRT x K

4. Perhitungan Volume Lalu- dimana: K adalah faktor jam sibuk


lintas Rencana untuk untuk volume jam
menetapkan jumlah lajur perencanaan, %. Nilai K
jalan bervariasi, misal 6-15%.
Dua parameter dasar yang Nilai yang rendah sering
sering dipakai untuk menetapkan dipakai untuk jalan yang
jenis dan jumlah lajur lalu-lintas, sudah padat.
yaitu:
5. Prosedur untuk digunakan dimana:
dalam perencanaan • LHRN = LHR yang diperoleh dari
data survey N hari (N x 24 jam).
Penetapan LHRT; Karena • P = faktor musiman pada saat
LHRT praktis tidak efisien pengukuran lalu-lintas selama N
ditetapkan dari data survey hari, lihat Tabel 8 s/d Tabel 10.
• α = koefisien yang menyatakan
selama 365 hari, maka LHRT
tingkat peluang kejadian. α =
diperkirakan dari LHR hari-hari
1.96 menunjukkan tingkat
sampel. Dengan demikian, nilainya peluang 95%
akan berada dalam suatu kisaran • Cv= Koefisien variasi penaksiran,
perkiraan dengan nilai besarnya ditetapkan sesuai
kemungkinan tertentu. Untuk pelaksanaan survey lalu-lintas N
mendapatkan nilai-nilai perkiraan hari
tersebut, diperlukan data time
Nilai P dan Cv merupakan
series yang menjadi dasar untuk
faktor-faktor yang merepresen-
menurunkan variasi musiman yang tasikan variasi musiman (seasonal
bisa dinyatakan dengan angka, variation). Untuk keperluan
sehingga bisa dipakai sebagai penaksiran LHRT, Puslitbang
parameter untuk memperkirakan Teknologi Prasarana Transportasi
LHRT. pada tahun 1998-1999 telah
Hasil penelitian Puslitbang melakukan perhitungan lalu-lintas
Teknologi Prasarana Jalan (1999) di ruas Pantura selama satu tahun
merumuskan LHRT taksiran (atau penuh yang mencatat volume lalu-
ditulis LHRTT) sbb.: lintas jam-jaman. Berdasarkan
data yang diperoleh, ditetapkan
LHRTT = LHRN / P, angka-angka variasi musimannya
yang disusun untuk digunakan
Dan selang kepercayaan LHRT sebagai faktor Mingguan, faktor 3
dinyatakan: harian dalam minggu tertentu, dan
faktor 3 harian 12 jam dalam
LHRTT/(1+α.Cv/100)≤LHRT≤LHRT minggu tertentu (Tabel 8, Tabel 9
T/(1-α.Cv/100)
dan Tabel 10).
Tabel 8.
Faktor Minggu, N = 7 x 24 jam
M in g g u k e 1 M in g g u k e 2 M in g g u ke 3 M in g g u k e 4
B u la n
P Cv P Cv P Cv P Cv
1 0,826 9,64 0,801 7,14 0,806 6,45 0,807 6,86
2 1,209 19,73 1,166 20,20 1,153 14,48 1,092 13,11
3 0,988 9,14 0,988 7,71 0,953 7,71 0,955 6,98
4 0,970 4,88 0,954 4,42 0,958 4,42 0,976 6,60
5 0,923 6,61 0,930 7,80 0,946 10,96 0,881 8,42
6 1,016 4,96 1,047 3,58 1,064 2,56 1,094 3,40
7 1,197 7,66 1,290 16,64 1,263 13,55 1,154 7,78
8 1,026 5,94 1,043 5,20 0,985 6,94 0,996 8,37
9 1,028 7,90 1,025 8,03 1,023 8,42 1,004 10,76
10 0,942 3,34 0,928 4,28 0,958 3,75 0,979 4,44
11 0,980 3,40 0,972 3,32 0,991 3,62 0,995 4,02
12 0,979 3,94 0,984 2,00 0,978 2,92 0,991 2,69

Tabel 9.
Faktor 3 hari (Senin, Selasa, Rabu), N = 7 x 24 jam
M inggu ke 1 M inggu ke 2 M inggu ke 3 M inggu ke 4
Bulan
P Cv P Cv P Cv P Cv
1 0,772 13,19 0,740 11,73 0,726 8,68 0,735 8,49
2 1,305 21,56 1,168 24,58 1,268 17,71 1,122 13,74
3 0,972 11,39 0,970 9,83 0,943 9,41 0,918 11,63
4 0,955 6,18 0,936 5,89 0,973 5,89 0,960 10,14
5 0,881 9,27 0,914 9,78 0,941 13,93 0,932 11,61
6 1,024 7,71 1,062 4,94 1,083 3,87 1,149 4,81
7 1,275 8,12 1,508 22,88 1,490 21,12 1,211 8,70
8 1,079 7,00 1,089 5,95 0,980 10,74 0,988 11,24
9 1,049 9,35 1,052 9,79 1,040 10,17 0,996 13,97
10 0,920 5,21 0,880 6,14 0,923 5,20 0,979 6,54
11 0,961 5,96 0,959 4,16 0,986 4,70 1,001 5,47
12 0,979 5,76 0,983 4,92 0,969 3,72 0,987 3,24

Tabel 10.
Faktor 3 hari @ 12 jam (Senin-Rabu, jam 06-18)
M in g g u k e 1 M in g g u k e 2 M in g g u k e 3 M in g g u k e 4
B u la n
P Cv P Cv P Cv P Cv
1 0 ,4 6 3 1 3 ,7 0 0 ,4 4 4 1 2 ,3 0 0 ,4 3 6 9 ,4 3 0 ,4 4 1 9 ,2 6
2 0 ,7 8 3 2 1 ,8 7 0 ,7 0 1 2 4 ,8 5 0 ,7 6 1 1 8 ,0 9 0 ,6 7 3 1 4 ,2 3
3 0 ,5 8 3 1 1 ,9 8 0 ,5 8 2 1 0 ,5 0 0 ,5 6 6 1 0 ,1 1 0 ,5 5 1 1 2 ,2 0
4 0 ,5 7 3 7 ,2 1 0 ,5 6 2 6 ,9 6 0 ,5 8 4 6 ,9 6 0 ,5 7 6 1 0 ,8 0
5 0 ,5 2 8 9 ,9 8 0 ,5 4 8 1 0 ,4 6 0 ,5 6 5 1 4 ,4 1 0 ,4 9 9 1 2 ,1 9
6 0 ,6 1 4 8 ,5 5 0 ,6 3 7 6 ,1 7 0 ,6 5 0 5 ,3 5 0 ,6 8 9 6 ,0 7
7 0 ,7 6 5 8 ,9 2 0 ,9 0 5 2 3 ,1 8 0 ,8 9 4 2 1 ,4 4 0 ,7 2 7 9 ,4 6
8 0 ,6 4 7 7 ,9 2 0 ,6 5 4 7 ,0 1 0 ,5 8 8 1 1 ,3 6 0 ,5 9 3 1 1 ,8 3
9 0 ,6 3 0 1 0 ,0 6 0 ,6 3 1 1 0 ,4 5 0 ,6 2 4 1 0 ,8 2 0 ,5 9 8 1 4 ,4 5
10 0 ,5 5 2 6 ,3 9 0 ,5 2 8 7 ,1 7 0 ,5 5 4 6 ,3 8 0 ,5 8 7 7 ,5 1
11 0 ,5 7 7 7 ,0 2 0 ,5 7 5 5 ,5 7 0 ,5 9 2 5 ,9 8 0 ,6 0 1 6 ,6 0
12 0 ,5 8 7 6 ,8 4 0 ,5 9 0 6 ,1 6 0 ,5 8 1 5 ,2 4 0 ,5 9 2 4 ,9 2
Sebagai contoh aplikasi atas pengukuran 1 kali selama
dari faktor-faktor tersebut: Survey satu tahun, Untuk menjadi tabel
lalu-lintas pada tanggal 30 yang bisa dimanfaatakan perlu
September 1996 s/d, 6 Oktober asumsi yang mendasarinya bahwa
1996 (7 hari penuh) di salah satu variasi LHR dari hari ke hari,
ruas jalan di jalur Pantura, minggu ke minggu dan bulan ke
menghasilkan LHR 16066. Survey bulan dalam tahun-tahun berikutnya
dilaksanakan pada minggu memiliki pola yang sama, artinya
pertama bulan Oktorber sehingga bahwa system pembangkit dan
dari Tabel faktor musiman (Tabel penarik lalu-lintas tidak berubah
8) diperolah P=0,942 dan Cv = secara signifikan atau berubah
3,34%, Maka taksiran LHRT: bersama-sama secara linier, Untuk
membuktikan ini atau merumus-
LHRTT=16066/0,942=17055
kannya, diperlukan data time
kendaraan /hari.
serries lalu-lintas yang cukup
Selang kepercayaan LHRT: banyak (misal 5 tahun berturut-
17055/(1+1,96x3,34/100)≤LHRT≤ turut).
17055/(1-1,96x3,34/100) Komposisi kendaraan:
pada tingkat peluang 95% Perkiraan LHRT dari LHR
(α=1,96) berdasarkan data yang ringkas
Sehingga: perlu memperhatikan komposisi
16000≤LHRT≤18250 Kendaraan kendaraan. Jika porsi Truk dalam
per hari, LHR7HARI X%, belum tentu pada
minggu-minggu yang lain porsi
Pada ruas ini, hasil survey X% tersebut sama, sehingga
(selama satu tahun) menunjukkan belum tentu porsi tersebut benar
LHRT=16353 Kendaraan / hari, untuk LHRT. Untuk tujuan praktis,
sehingga prediksi seperti di atas porsi tersebut diasumsikan memiliki
sesuai dengan fakta nyatanya, porsi yang linear antara porsi
Nilai taksiran LHRTnya sendiri agak dalam satu minggu terhadap porsi
tinggi dari nilai sebenarnya tetapi dalam satu tahun. Tetapi, untuk
masih di dalam batas kisaran tujuan mendapatkan akurasi yang
dengan tingkat peluang 95% dapat diterima, perlu mengkaji
sehingga cukup dapat diterima. linearitas porsi komposisi kendaraan
Perumusan Tabel seasonal tersebut,
factors: Tabel 8, Tabel 9 dan Perkiraan LHRT N
Tabel 10 merupakan faktor-faktor tahun kedepan; Untuk
musiman yang dihitung didasarkan menghitung perkiraan LHRT
kedepan, sering digunakan Faktor belum ada data yang dapat
Pertumbuhan Lalu-lintas sebagai dipakai untuk melakukan evaluasi.
model yang mendekati pertum- Yang perlu untuk dimutahirkan
buhan (growth factor) lalu-lintas segera adalah nilai tingkat
empiris. AASHTO (2001) pun pertumbuhan lalu-lintas tahunan,
menggunakan model ini seperti biasa diberi notasi i, dinyatakan
ditunjukkan pada Tabel 11. dalam %. Jalan seperti jalur
Dengan mengali-kan faktor Pantura yang LHRTnya sudah
tersebut terhadap LHRT awal cukup tinggi mendekati Kapasitas
tahun perencanaan, maka akan ruas jalannya, terutama pada
diperoleh jumlah kumulatif lalu- waktu menghadapai perayaan
lintas selama tahun perencanaan. Eidul Fitri, memiliki keterbatasan
Sebagai contoh, jika total traffic untuk lebih meningkat volume
pada awal perencanaan adalah lalu-lintasnya, kecuali jumlah lajur
365xLHRT, dan jika tingkat jalannya bertambah. Kondisi
pertumbuhan lalu-lintas i=8% seperti ini cenderung memiliki
serta usia rencana N=10 tahun, tingkat pertumbuhan yang bisa
maka Total traffic pada akhir rendah. Demikian juga jika
tahun perencanaan adalah dibangun route alternatif atau
365xLHRTx14,49. moda alternatif lainnya,
Model pertumbuhan lalu- memungkinkan tingkat pertumbu-
lintas seperti ini dipandang masih han lalu-lintas pada ruas ini
beralasan untuk diadopsi selama menurun.
Tabel 11.
Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas

Volume Jam Perencanaan jalan - jalan yang kurang


(VJP); VJP dipakai sebagai dasar kepadatannya seperti jalan-jalan
untuk menentukan jumlah lajur Rural dapat bervariasi dari 8%
jalan yang diperlukan, VJP s/d, 15%, Hasil analisis data tahun
ditetapkan dari perkalian LHRT 1998-1999 (Iskandar, 1999) untuk
terhadap faktor jam sibuk ke 30 jalur Pantura pulau Jawa
(faktor K). Referensi menunjukkan menunjukkan nilai K rata-rata
nilai K bervariasi, untuk ruas-ruas 8,1% dengan variasi LHRT antara
jalan dengan kepadatan yang 6100 s/d, 19,000 kendaraan / hari,
tinggi seperti dijalan-jalan K tersebut bervariasi antara 6,7%
perkotaan, nilai K bervariasi dari s/d 11,9%, Nilai K ini perlu
6% s/d, 12% sedangkan untuk
dimutahirkan lebih lanjut untuk • Sumbu tiga (tripel) roda
mendapatkan nilai yang representatif. ganda: 20 ton
2. Jumlah lintasan rencana
6. Beban berlebih tercapai oleh lalu-lintas yang
operasional sebelum usia
Definisi: Beban berlebih rencana tercapai, Hal ini sering
atau overloading perlu diungkapkan sebagai
didefinisikan secara jelas. Ada ”kerusakan dini”,
beberapa yang dapat 3. Definisi lain? Mungkin masih
diidentifikasikan sebagai beban ada.
berlebih yaitu:
1. Berat as kendaraan yang Kasus Overloading; Jalan-
melampaui batas maksimum jalan yang rusak dewasa ini sering
yang diizinkan (MST=muatan dituduh sebagai akibat dari
sumbu terberat) yang dalam overloading kendaraan-kendaraan
hal ini MST ditetapkan pengangkut barang (Truk). Hal-hal
berdasarkan PP (Peraturan tersebut dipicu oleh fakta adanya
Pemerintah) yang berlaku: jembatan runtuh di jalur Pantura
a. Pasal 11 PP No,43/1993: Jawa Barat, yaitu jembatan CH
MST berdasarkan berat As Cipunegara pada tahun 2003,
Kendaraan: yang dituduh penyebabnya oleh
• Jalan kelas I: MST > 10 muatan berlebih. Secara definisi,
ton overloading yang terjadi (jika ada
• Jalan Kelas II: MST ≤ 10 datanya), perlu ditetapkan
ton statusnya apakah overloading
• Jalan Kelas III (A, B, C): berdasarkan peraturan (ilegal)
MST ≤ 8 ton yaitu beban as yang ada
b. Pasal 9 KM Perhubungan melampaui MST-nya, atau usia
No,75/1990, khusus untuk rencana yang telah dicapai lebih
Jenis Truk Angkutan Peti dini.
Kemas: Perlu didefinisikan kelas jalan
• Sumbu tunggal roda jika akan ditetapkan jalan dengan
tunggal: 6 ton lalu-lintas yang overloaded, Hal ini
• Sumbu tunggal roda pun perlu disesuaikan dengan
Undang-undang No.38/2004 yang
ganda: 10 ton
baru, berkaitan dengan spesifikasi
• Sumbu Ganda roda prasarana jalan (pasal 10 ayat 3)
ganda: 18 ton yaitu tentang Jalan Bebas
Hambatan, Jalan Raya, Jalan memiliki VDF yang besar pula,
Sedang, dan Jalan Kecil. Sesuai PP exponentially.
No.43/1993, jalan kelas satu Untuk segera mengatasi hal
memiliki spesifikasi mampu ini, maka perlu pendataan volume
menyalurkan lalu-lintas dengan lalu-lintas dan Beban as
MST>10 ton atau dengan kata lain kendaraan. Disarankan, beban
”Tidak ada pembatasan MST”. lalu-lintas dihitung berdasarkan
Peraturan ini masih berlaku kondisi arus lalu-lintas yang ada
sampai ”mungkin” ada dilapangan termasuk berat as
penggantinya. Di dalam RUU Lalu- kendaraan yang ada.
lintas dan Angkutan jalan yang
diterbitkan 10 Oktober 2006, KESIMPULAN
klasifikasi jalan dengan aturan
MST-nya masih sama seperti pada Problem kerusakan jalan
PP no.43/1993 tersebut. dalam bidang Lalu-lintas dapat
Apapun status overloading disebabkan oleh Beban lalu-lintas
yang ada, tetap sulit ditentukan rencana yang terlampaui lebih
awal. Hal tersebut dapat
karena tidak ada DATA yang
disebabkan oleh perhitungan Lalu-
aktual untuk mengkonfirmasi lintas Rencana yang kurang tepat
kannya! Overloading yang yang dapat disebabkan oleh 1)
mungkin terjadi adalah overloading metoda perkiraan yang kurang
yang didasarkan kepada Peraturan tepat (hal ini jarang atau tidak
yang berlaku, sedangkan dari sisi pernah dibuktikan), atau 2) data
”perencanaan beban lalu-lintas” dan faktor-faktor koreksi data
yang kurang sesuai dengan
untuk perkerasan tidak ada istilah
kondisi lalu-lintas yang
overloading, yang ada adalah usia
operasional.
rencana yang dicapai lebih dini, Overloading secara legal,
Mengapa? Karena dalam sulit diidentifikasikan kecuali ada
menghitung beban lalu-lintas data yang up to date. Dalam
rencana (yang dinyatakan dalam perencanaan perkerasan, jika
satuan Ekuivalen Lintasan beban direncanakan berdasarkan beban
As Standar 18 Kip) tidak ada lalu-lintas yang ada (jelas
berdasarkan data yang terkini)
pembatasan beban, Kendaraan
maka tidak ada overloading
dengan berat as yang besar kecuali kerusakan dini.
Untuk menetapkan masalah Penelitian dan Pengembangan
kerusakan jalan dengan lebih Nomor
tepat, agar segera dilakukan 6.1.02.471512.21.04.001,
pengukuran volume dan beban Puslitbang Teknologi Prasarana
lalu-lintas. Jalan, Bandung.
Peraturan Pemerintah No.43,
1993, tentang Prasarana dan
DAFTAR PUSTAKA Lalu-lintas Jalan.
Peraturan Pemerintah No.44,
AASHTO (American Association of 1993, tentang Kendaraan dan
State Highway and Pengemudi.
Transportation Officials), 2001, Peraturan Pemerintah No.34,
”A policy on geometric design 2006, tentang Jalan
of highways and streets”. PerMen Perhubungan No.14,
Published by AASHTO, 2006, tentang Rekayasa Lalu-
Washington DC. lintas.
Ditjen Bina Marga, 1992, Penduan Puslitbang Teknologi Prasarana
Survai Perhitungan Lalu-lintas Jalan, 1999, Tata Cara
(Cara Manual). Perkiraan Volume Lalu-lintas,
Ditjen Bina Marga, 1997, Tatacara (Lampiran laporan, berupa
Perencanaan Geometrik Jalan draft konsep Pedoman,
antar Kota. berjudul ”Penelitian
Ditjen Bina Marga, 1997, Manual Karakteristik Volume Lalu-
Kapasitas Jalan Indonesia lintas Perkotaan”). Laporan
(MKJI), Sweroad bekerja sama akhir Litbang No.6,1,02,
dengan PT. Bina Karya 471512,21,04,001, Bandung.
(Persero). Rancangan Undang-undang Lalu-
Howe, JDGF, 1972, A review of lintas dan Angkutan Jalan
rural traffic counting methods (dipublikasikan tanggal 10
in developing countries, RRL Oktober 2006.
Report LR 427, RRL Undang-undang No.14, 1992,
Department of the tentang Lalu-lintas dan
Environment, Crowthorne, Angkutan Jalan.
Berkshire. Undang-undang No.38, 2004,
Iskandar H, 1999, Penelitian tentang Jalan.
Karakteristik Volume Lalu- Undang-undang No.15, 2005,
lintas Perkotaan, Laporan akhir tentang Jalan Tol.

You might also like