You are on page 1of 28

ENDOKRINOLOGI

Step 1

Tidak ada.

Step 2

1. Pengertian endokrin dan endokrinologi


2. Fungsi endokrin
3. Pengertian hormon
4. Pembagian hormon dan fungsinya
5. Proses sekresi hormon
6. Pembagian endokrin
7. Mekanisme kerja hormon
8. Struktur dan ultrastruktur suprarenal
9. Hormon pertumbuhan
10. Kelainan hormon pada manusia (gigantisme, akromegali, kretinisme, dwarfisme)
Step 3

1. endokrin : kelenjar yang tidak memiliki duktus.


endokrinologi : ilmu yang mempelajari tentang hkelenjar endokrin dan hormon – hormon
yang dihasilkannya.

2. Fungsi endokrin :
- Homeostasis
- Produksi hormon
- Metabolisme dan pencernaan
-
3. Hormon : sinyal kimia untuk mempertahankan homeostasis yang disalurkan ke darah.

4. Hormon dibedakan atas 3 macam yaitu :


- Steroid
- Peptida
- Turunan tirosin (amin)

5. Dibahas pada nomor 10

6. Endokrin dibedakan atas 2 yaitu :


- Kelenjar (Glands) : hypothalamus, hipofisis
- Jaringan (Tissues) : langsung ke jaringan target

Kelenjar endokrin dibedakan atas :


- Hypothalamus
- Hipofisis
- Tiroid
- Paratiroid
- Adrenal
- Pineal

Hipothalamus :

- Growth Hormon
- Prolaktin
- TRH
- ACTH
- Dopamin

Hipofisis anterior :

- FSH
- LH
- ACTH
- Prolaktin
- Testosteron
- Progesteron

Hipofisis posterior :

- ADH
- Oksitosin

Adrenal :

- Korteks yaitu mineral kortikoid, gluko kortikoid, dan androgen


- Medula yaitu epinefrin dan nor epinefrin

Tiroid :

- Triiodotironin (T3)
- Tiroksin (T4)

7. Hipothalamus Melepas hormon ke hipofisis anterior Organ target Efek


Hormon + reseptor down-up regulation Reseptor teraktivasi berikatan
dengan enzim berikatan dengan gen

8. LO

9. Growth Hormon :
- Dihasilkan oleh hipofisis anterior
- Merangsang defisiensi sel

10. Kelainan hormon pada manusia :


- Dwarfisme : kekurangan hormon pituitary
- Gigantisme : kelebihan GH saat remaja, sehingga tulangnya memanjang tidak normal
- Akromegali : kelebihan GH, sehingga tulangnya membesar
- Kretinisme : kekurangan homon tiroid

Step 4

4. Sintesis homon :
- Sintesis hormon peptida
Pra-prohormon migrasi ke badan golgi dikemas dalam vesikel sekretoris
Sisa sintesis pra-prohormon dan prohormon menjadi hormon aktif

Diserap dan diedarkan mengalami eksositosis


- Sintesis amin (LO)
- Sintesis steroid (LO)

Hormon tiap endokrin beserta fungsinya :

Hipothalamus

- TRH : sekresi TSH


- CSH : sekresi ACTH
- GNRH : sekresi LH dan FSH
- GIRH : menghambat GH
- GHRH : sekresi GH
- Dopamin : menghambat prolaktin

Hipofisis anterior

- TSH : stimulasi tiroid (T3 dan T4)


- LH : hormon pertumbuhan kelamin sekunder pria dan wanita

9. Hormon Pertumbuhan
Target Sel : somatostatin
Hepar : somatomedine
Contoh : epifisis tulang
Bagan

Hipothalamus

GHRH
Akromegali
Hipofisis anterior
Hiper
Gigantisme
GH Dwarfisme
Hipo
Target organ
Kreatinisme
Faktor pertumbuhan :
- Asupan nutrisi
- Bebas dari penyakit dan lingkungan stress
- Lingkungan hormon pendorong

Hormon yang dihasilkan dari kelenjar tiroid juga mempengaruhi gemuk atau kurusnya badan
seseorang.

Hubungan antara Kalsium, Vitamin D dan Hormon :

- Di parathormon terdapat reabsorbsi kalsium


- Kolesterol + UV light kolakokalsiferol (pro-provitamin D)
- Kalsium merupakan salah satu factor pertumbuhan tulang dan gigi.
Step 5

1. Struktur hypothalamus, hipofisis, suprarenal


2. Sintesis hormon
3. Positif dan negative feed back
4. Faktor pertumbuhan dan kelainan pertumbuhan
5. Pembagian hormone

Step 6

Mencari informasi dirumah.


Step 7

1. Hipofisis merupakan kelenjar berdiameter kira-kira 1 cm dan beatnya 0,5-1 gram. Hipofisis disebut
juga master of glands karena hipofisis dapat menyekresikan hormon yang dapat mengatur kerja tubuh.
Namun, kelenjar hipofisis juga dipengaruhi oleh hipotalamus. Mekanisme yang terjadi adalah
mekanisme umpan balik yang sangat mempengaruhi kelenjar yang satu dengan kelenjar yang lain.
Kelenjar hipofisis terletak pada rongga tulang pada basis otak. Hipofisis terhubung dengan
hipotalamus dan dihubungkan dengan tangkai hipofisis. Hipofisis terbagi menjadi dua bagian, yaitu
hipofsis anterior dan hipofisis posterior. Namun, memang terdapat bagian pars media (Lobus
intermedius) yang berada di antara hipofisis anterior dan posterior yang pada manusia hampir tidak
ada. Lobus anterior, intermedius, dan posterior kelenjar hipofisis sebenarnya adalah tiga organ
endokrin yang kurang lebih terpisah satu sama lain dan, paling tidak pada beberapa spesies,
mengandung 14 atau zat hormonal aktif. Dipandang dari sudut embriologi, kedua bagian hipofisis
(anterior dan posterior) berasal dari sudut yang berbeda, hipofisis anterior berasal dari kantong
Rathke, dan hipofisis posterior berasal dari penonjolan hipotalamus. Kedua bagian tersebut
mensekresikan hormon yang bebeda.

1. Lobus Anterior

Hipofisis anterior berasal dari penonjolan dari atap mulut. Dengan demikian hipofisis anterior juga
dikenal sebagai adenohipofiusis (adeno berarti ‘kelenjar’). Hipofisis anterior dihubungan ke
hipotalamus dengan pembuluih darah .Jenis Sel di Hipofisis Anterior Jenis sel pada hipofisis anterior
dibagi menjadi dua yaitu kromofob dan kromofil. Sel kromofilik dibagi lagi menjadi asidofil yang
terwarnai oleh pewarna asam dan basofil yang terwarnai oleh warna basa. Sejumlah sel kromofobik
merupakan sel skretorik yang inaktif dan memiliki sedikit granula sekretorik. Sedangkan sel
sekretorik kromofilik tebagi menjadi lima jenis yaitu:
1. sel somatotrop yang menghasilkan hormon pertumbuhan,

2. laktotrop (yang juga disebut mamotrop), yang mensekresikan prolaktin,

3. kortikotrop, yang mengeluarkan ACTH,

4. tirotrop, yang mensekresikan TSH, dan,

5. gonadotrop, yang mensekresikan LH dan FSH.

Kira-kira 30-40 persen sel-sel kelenjar hipofisis anterior merupakan sel jenis somatotropik yang
mensekresi ACTH. Sel jenis lain masing-masing hanya 3 sampai 5 persen dari seluruh kelenjar ini;
namun, sel-sel ini menskresikan hormon yang sangat kuat untuk mengatur fungsi tiroid, fungsi
seksual, dan sekresi susu di payudara. Hipofisis anterior juga mengandung sel folikulostelata, yakni
sel kromofob yang mengeluarkan tonjolan antara sel-sel sekretorik. Sel ini mengandung dan
mensekresikan sitokin IL-6, namun peran fisiologinya masih belum diketahui.

Struktur Dua-Unit dari FSH, LH, & TSH

Tiga hormon glikoprotein hipofisis yakni FSH, LH dan TSH, masing-masing tersusun atas dua
subunit. Subunit tersebut , yang diberi nama α dan β, memiliki sejumlah ativitas tetapi harus bekerja
secara kombinasi agar efek fisiologisnya menjadi maksimal. Subunit α ini merupakan hormon sebuah
gen dn memliki komposisi asam amino yang sama, walaupunresidu karbohidratnya berbeda. Subunit
β, yang dibentuk oleh gen yang berbeda dan berlaian dalam strukturnya, menentukan spesifitas
hormon.Enam hormon yang disekreskan oleh hipofisis anterior adalah:

· Thyroid stimulating hormon (TSH, tirotropin),

Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan selanjutnya mengatur
kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.

· Adrenocorticotropic hormon (ACTH),

Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya akan mempengaruhi metabolism
glukosa, protein dan lemak.

· Luteinizing hormon (LH),

Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya. Pada wanita, LH bertanggung
jawab dalam ovulasi, luteinisasi (yaitu pembentukan korpus luteum pascaovulasi yang menghasilkan
hormon di ovarium), dan penghaturan sekresi hormon seks wanita, estrogen, dan progesterone, oleh
ovarium. Pada pria, hormon ini merangsang hormon interstisium leydig di testis untuk mengelluarkan
hormon seks pria, testosterone, sehingga hormon ini diberi nama interstitial cell-stimulating hormon.

· Follicle-stimulating hormon (FSH), mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas


reproduksinya. Memiliki fungsi berbeda pada pria dan wanita. Pada wanita hormon ini berfungsi
sebagai perangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, tempat berkembangnya ovum
atau telur. Selain itu, hormon FSH mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria, FSH
diperlukan dalam reprodiuksi sperma.

· Prolaktin, meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukkan susu pada wanita, fungsi pada
pria belum diketahui dan

· Hormon pertumbuhan, Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi


pembentukan protein, pembelahan sel, dan deferensiasi sel.

2. Lobus Posterior

Anatomi makroskopik hipofisis posterior sebagian besar terbentuk dari ujung-ujung akson dari
nucleus supraoptik dan paraventrikularis hipotalamus pada pembuluh darah, sedangkan hipofisis
anterior memiliki hubungan vascular khusus dengan otakyaitu melalui pembuluh hipofisis portal.
Pada lobus intermedius dibentuk di embrio dari separuh kantung rathke dari dorsal, yaknisuatu
evaginasi atap faring, namun lobus ini melekat erat pada lobus posterior pada orang dewasa. Lobus ini
dipisahkan dari lobus anterior oleh sisa-sisa rongga kantong rhatke, yaitu celah residu. Hipofisis
posterior secara embriologis terbentuk dari pertumbuhan berlebih otak, terdiri dari jaringan saraf dan
disebut juga neurohipofisis. Hipofisis posterior dihubungkan dengan hipotalamus melalui jalur saraf.

Ada 2 jenis hormon yang disekresikan oleh lobus posterior:

* Hormon Antideuretik (disebit juga vasopresin)

Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan membantu mengatur
konsentrasi air dalam cairan tubuh.

* Oksitosin

Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama pengisapan dan
mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan. Sekresi oksitosin dipengaruhi
olehrefleks-refleks yang berasal dari jalan lahir waktu persalinan dan oleh refleks yang dipicu oleh
tindakan bayi yang menghisap putting payudara.

3. Lobus Intermedia
Lobus inter media meupakan daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative
avaskular, yang pada manusia hampir tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang rendah
ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi. Lobus intermedia mengeluarkan beberapa melanocyt-
stimulating hormon (MSH) yang mengatur warna kuit dengan mengontrol penyebaran granula
berpigmen melanin. Pada manusia, sekresi MSH sangat sedikit dan belum diketahui fungsinya. Pada
hewan yang melakukan kamuflase memindahkan granula hitam atau coklat keluar atau masuk dari
bagian perifer sel pigmen yang disebut melanofor. Granula tersebut terdiri atas melanin yang
disintesis dari dopa dan dopakuinon. Perpindahan granula-granula ini dipengaruhi oleh berbagai
hormon dan neurotransmitter, meliputi α- dan β-MSH, melanin concentrating hormon (hormon
pemekat melanin), melatonin, dan katekolamin. Melanosit mengandung reseptor melanotropin-1
yakni salah satu dari jenis reseptor melanotropin yang telah berhasil diklon. Pada manusia sekresi
hormon MSH dilakukan oleh lobus anterior.

Sistem Portal Hipofisis

Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar hipofisis anterior.
Pembuluh darah ini berakhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya, dan makanya disebut sistem portal.
Dalam hal ini sistem yang menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut juga sistem
portal hipotalamus – hipofisis. Sistem portal merupakan saluran vascular yang penting karena
memungkinkan pergerakan hormon pelepasan dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis , sehingga
memungkinkan hipotalamus mengatur fungsi hipofisis. Rangsangan yang berasal dari tak
mengaktifkan neuron dalam nucleus hipotalamus yang menyintesis dan menyekresi protein degan
berat molekul yang rendah. Protein atau neuro hormon ini dikenal sebagai hormon pelepas dan
penghambat. Hormon –hormon ini dilepaska kedalam pembuluh darah sistem portal dan akhirnya
mencapai sel – sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut hormon- hormon yang
dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkat bersama darah dan merangsang kelenjar-kelenjar lain
,menyebabkan pelepasan hormon – hormon kelenjar sasaran. Akhirnya hormon – hormon kelenjar
sasaran bekerja pada hipothalamus dan sel – sel hipofisis yang memodifikasi sekresi hormon.

HORMON PERTUMBUHAN

Hormon pertumbuhan, atau yang disebut juga sebagai hormon somatotropik atau somatotropin,
merupakan hormon yang dihasilkan dari kelenjar hipofisis anterior yang merupakan molekul protein
kecil yang terdiri atas 191 asam amino yang dihubungkan dengan rantai tunggal dan mempunyai berat
molekul 22.005. Hormon ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan tubuh yang memang
mampu bertumbuh. Hormon ini menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti
dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel seperti sel-sel
pertumbuhan tulang dan sel-sel otot awal.
EFEK METABOLIK HORMON PERTUMBUHAN

Selain dari efek hormon pertumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan. Hormon pertumbuhan
mempunyai banyak efek metabolik khusus lain, yang meliputi :

1. Peningkatan kecepatan sintesis protein diseluruh sel-sel tubuh

2. Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa, meningkatkan asam lemak bebas
dalam darah, dan meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energy

3. menurunkan kecepatan pemakaian glukosa diseluruh tubuh

Jadi, secara singkat efek metabolik hormon pertumbuhan adalah meningkatkan protein tubuh,
menggunakan lemak dari tempat penyimpanannya, dan menghemat karbohidrat.

Peran Hormon Pertumbuhan dalam Meningkatkan Penyimpanan Protein

1. Bertambahnya pengangkutan asam amino melewati membran sel. Hormon pertumbuhan secara
langsung meningkatkan pengangkutan paling sedikit beberapa dan mungkin sebagian besar asam
amino melewati membran sel ke bagian dalam sel. Keadaan ini meningkatkan konsentrasi asam
amino di dalam sel dan paling tidak berperan sebagian terhadap naiknya sintesis protein.

2. Peningkatan transkripsi inti DNA untuk membentuk RNA. Hormon pertumbuhan juga
merangsang transkripsi DNA di dalam inti, sehingga meningkatkan jumlah pembentukan RNA.
Keadaan ini selanjutnya meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan pertumbuhan bila
energi, asam amino, vitamin, dan bahan-bahan lain cukup tersedia.

3. Penurunan katabolisme protein dan asam amino. Karena terjadi pengangkutan asam lemak yang
banyak dan digunakan sebagai sumber energi

Peran Hormon Pertumbuhan dalam Meningkatkan Pemakaian Lemak sebagai Energi

Hormon pertumbuhan mempunyai efek yang spesifik dalam menyebabkan pelepasan asam lemak dari
jaringan adiposa sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh. Selain itu, di
dalam jaringan di seluruh tubuh, hormon pertumbuhan meningkatkan perubahan asam lemak menjadi
asetil-KoA dan kemudian digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di bawah pengaruh hormon
pertumbuhan ini, lebih disukai lemak sebagai energi daripada karbohidrat dan protein.

Dibawah pengaruh jumlah hormon pertumbuhan yang berlebihan, pengangkutan lemak dari jaringan
adiposa seringkali menjadi sangat besar sehingga sejumlah besar asam asetoasetat dibentuk di hati dan
dilepaskan kedalam cairan tubuh, dengan demikian menyebabkan ketosis. Pergerakan lemak yang
berlebihan dari jaringan adiposa juga dapat menyebabkan perlemakan hati.
Efek Hormon Pertumbuhan terhadap Metabolisme Karbohidrat

Hormon pertumbuhan mempunyai empat pengaruh utama terhadap metabolisme glukosa dalam sel,
yaitu:

1. Penurunan pemakaian glukosa untuk energi. Berkurangnya pemakaian mungkin sebagian


disebabkan oleh meningkatnya pengangkutan dan penggunaan asam lemak untuk mendapatkan energi
yang disebabkan pengaruh hormon pertumbuhan. Jadi, asam lemak membentuk banyak sekali asetil-
KoA yang sebaliknya memicu timbulnya efek umpan balik yang menghambat pemecahan glikolitik
dari glukosa dan glikogen.

2. Peningkatan endapan glikogen di dalam sel. Bila terdapat kelebihan, hormon pertumbuhan, makan
glukosa dan glikogen tidak dapat digunakan sebagai hasil energi sehingga glukosa yang masuk ke
dalam sel dengan cepat dipolimerisasi menjadi glikogen dan selanjutnya diendapkan. Oleh karena itu,
sel sangat cepat menjadi jenuh oleh glikogen dan tidak dapat glikogen lebih banyak.

3. Berkurangnya ambilan glukosa oleh sel dan meningkatnya konsentrasi glukosa darah. Hal ini
mungkin terjadi karena sel itu sudah menyerap glukosa yang berlebihan yang sudah sulit digunakan.
Tanpa ambilan dan penggunaan oleh sel secara normal, konsentrasi glukosa darah sering meningkat
sampai 50 persen atau lebih diatas normal dan keadaan ini disebut dengan diabetes hipofisis. Diabetes
ini adalah diabetes yang tidak peka terhadap insulin.

4. Peningkatan sekresi insulin, yang merupakan efek diabetogenik dari hormon pertumbuhan.
Peningkatan konsentrasi glukosa darah disebabkan oleh rangsangan hormon pertumbuhan terhadap
sel-sel beta pulau Langerhans untuk mensekresikan insulin tambahan. Selain itu, hormon
pertumbuhan mempunyai efek perangsangan langsung pada sel. Gabungan dari kedua efek tersebut
seringkali sangat merangsang insulin oleh sel-sel beta sehingga sel-sel beta tersebut sesungguhnya
”mati”. Bila hal ini terjadi, timbul diabetes melitus. Oleh karena itu, hormon pertumbuhan dikatakan
mempunyai efek diabetogenik.

SOMATOMEDIN

Efek hormon pertumbuhan pada pertumbuhan, tulang rawan dan metabolisme protein bergantung
pada interaksi antara hormon pertumbuhan dan somatomedin, yang merupaka faktor pertumbuhan
polipeptida yang disekresikan oleh hati dan jaringan lain.

Somatomedin utama dalam darah adalah insulin-like growth factor I (IGF-I, somatomedin C) dan
insulin-like growth factor II (IGF-II). Faktor-faktor ini berkaitan dengan insulin, kecuali rantai C-nya
tidak terpisah dan memiliki perluasan rantai A yang disebut domain D. pada manusia, ditemukan
bentuk varian IGF-I yang tidak memiliki tiga residu asam amino terminal-amino di otak. mRNA
untuk IGF-I dan IGF-II ditemukan di hati, tulang rawan, dan banyak jaringan lain, yang menunjukan
bahwa molekul-molekul tersebut disintesis dari jaringan tersebut.

Keduanya berikatan erat dengan protein dalam plasma sehingga memperpanjang waktu paruh IGF
dalm sirkulasi. Saat ini telah teridentifikasi enam protein pengikat-IGF yang berbeda-beda, dengan
pola distribusi di berbagai jaringan yang berlainan pula. Semua ditemukan dalam plasma, dengan
protein pengikat-IGF 3 (IGFBP-3) berperan pada 95% pengikatan dalam sirkulasi. Reseptor IGF-I
sangat mirip dengan reseptor insulin dan mungkin menggunakan banyak perangkat intrasel yang
sama. Reseptor IGF-II adalah suatu reseptor manosa-6-fosfat yang berperan dalam membawa
hidrolase asam dan protein intrasel lain ke organel-organel intrasel. Sekresi IGF-I sebelum lahir tidak
tergantung pada hormon pertumbuhan tetapi setelah lahir dirangsang oleh hormon pertumbuhan, dan
molekul ini memiliki efek kuat menstimulasi pertumbuhan. Konsentrasi dalam plasma meningkat
selama masa kanak-kanak dan memuncak pada masa pubertas, kemudian turun ke kadar yang rendah
pada saat usia lanjut. Pada orang dewasa, gen untuk IGF-II diekspresikan hanya pada pleksus
koroideus dan meningen.

Hormon pertumbuhan berlekatan secara lemah dengan protein plasma dalam darah. Oleh karena itu,
hormon pertumbuhan dilepaskan dari darah kedalam jaringan dengan cepat, dengan waktu paruh di
dalam darah sekita 20 menit. Sebaliknya, somatomedin C (IGF-I) melekat dengan kuat pada satu
protein pembawa di dalam darah yang diproduksi sendiri responnya terhadap hormon pertumbuhan.
Akibatnya, somatomedin C dilepaskan dengan lambat dari darah ke jaringan dengan waktu paruh
kira-kira 20 jam.

Rangsangan yang Mempengaruhi Sekresi Hormon Pertumbuhan

Kecepatan sekresi hormon pertumbuhan tidak dapat ditentukan dari satu kali penilaian karena setiap
hari terjadi ’letupan’ sekresi yang ireguler. Semakin bertambah usia seseorang, semakin berkurang
sekresi hormon pertumbuhannya. Dan banyak pihak yang memanfaatkan penyuntikan hormon
pertumbuhan untuk mengimabngi efek penuaan.

Rangsangan yang dapat meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan secara umum dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:

1. defisiensi substrat energi, seperti hipoglikemia (rendahnya konsentrasi asam lemak dalam darah)
dan puasa. Sangat tingginya jumlah hormon pertumbuhan selama kelaparan, sangat berhubungan erat
dengan banyaknya protein yang pecah dan jumlah glukosa yang ada sehingga zat yang diperlukan
untuk menghasilkan energi di suatu sel menjadi berkurang.

2. jumlah asam amino tertentu meningkat dalam plasma


3. stres

Sedangkan rangsangan yang dapat mengurangi sekresi antara lain:

1. Tidur REM (Rapid Eye Movement), yaitu tidur dengan adanya gerakan mata yang cepat dan acak.

2. Glukosa. Pemberian infus glukosa menurunkan kadar hormon pertumbuhan dalam plasma dan
menghambat responsnya terhadap olahraga.

3. Kortisol

4. Asam Lemak bebas

5. medroksiprogesteron

6. hormon pertumbuhan

FISIOLOGI PERTUMBUHAN

Pertumbuhan merupakan suatu fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan,
somatomedin, tiroid, androgen, glukokortikoid, dan insulin. Akan tetapi, pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh gizi yang adekuat.

Peran Gizi

Pasokan makanan merupakan faktor ekstrinsik terpenting yang mempengaruhi petumbuhan. Asupan
makanan tidak hanya dalam kandungan protein tetapi juga dalam kandungan vitamin dan mineral.

Periode Pertumbuhan

Pada manusia, terdapat dua periode pertumbuhan yang cepat yaitu:

1. pada masa bayi à merupakan kelanjutan dari periode pertumbuhan masa janin.

2. pada masa pubertas lanjut tepat sebelum pertumbuhan terhenti à lonjakan pertumbuhan sebagian
besar disebabkan oleh penutupan epifisis oleh estrogen, hormon pertumbuhan, androgen, dan
terhentinya petumbuhan.

Kecepatan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan dai lahir samapi usia 20 tahun
digambarkan dalam grafik berikut.

usia
Efek Hormon

Pada bayi yang baru lahir, hormon pertumbuhan dalam plasma meningkat. Kemudian kadar istirahat
rata-rata menurun, namun letupan sekresi hormon pertumbuhan lebih besar khususnya selama
pubertas. Lonjakan pertumbuhan yang terjadi selama pubertas sebagian disebabkan oleh anabolik
androgen dan sekresi androgen adrenal, adanya interaksi antara steroid-steroid seks, hormon
pertumbuhan, dan IGF-I. Pemberian estrogen dan androgen meningkatkan respons hormon
pertumbuhan terhadap rangsangan seperti insulin dan arginin, serta IGF-I plasma.

Akan tetapi, walaupun awalnya androgen adn estrogen merangsang pertumbuhan, estrogen sendiri
akhirnya menghentikan pertumbuhan dengan menyebabkan penyatuan epifisis dengan tulang panjang
(penutupan epifisis). Begitu epifisis menutup, pertumbuhan linear terhenti. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa seseorang yang mengalami pubertas dini akan cenderung cebol. Sementara
itu, pria yang dikastrasi sebelum pubertas akan cenderung berbadan tinggi karena produksi estrogen
berkurang dan epifisis tetap terbuka sehingga sebagian pertumbuhan terus berlanjut melewati usia
normal pubertas.

Hormon tiroid memilki efek beragam pada penulangan tulang rawan, pertumbuhan gigi, kontur wajah,
dan proporsi tubuh; hormon insulin akan menyebabkan pertumbuhan pada hewan yang di
hipofisektomi. Sedangkan hormon adrenokorteks, selain androgen, memiliki efek permisif pada
pertumbuhan. Di pihak lain, hormon glukokortikoid berperan dalam menjadi inhibitor yang kuat
dalam pertumbuhan.

Cebol (Dwarfisme)

Dwarfisme dapat disebabkan oleh defisiensi GRH, defisiensi IGF-I, atau penyebab lainnya. Beberapa
kasus dwarfisme disebabkan oleh defisiensi seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior atau disebut
panhipopituitarisme selama masa anak-anak. Pada umumnya, pertumbuhan bagian-bagian tubuh
sesuai satu sama lain, tetapi kecepatan pertumbuhannya sangat berkurang. Defisiensi hormon
pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi GRH. Pada keadaan ini, respons hormon
pertumbuhan terhadap GRH tetap normal, tetapi sebagian penderita mengalami kelainan pada sel-sel
pensekresi hormon pertumbuhan.

Pada satu tipe dwarfisme, yaitu pada Lorain dwarf, kecepatan sekresi hormon pertumbuhannya
normal atau malahan tinggi, namun penderita mengalami ketidak mampuan herediter untuk
membentuk somastostatin sebagai respons terhadap hormon pertumbuhan.
Perawakan pendek merupakan cirri kretinisme dan juga pubertas prekoks. Perawakan pendek juga
merupakan bagian dari sindrom disgenesis gonad yang tampak pada penderita berkromosom XO
(bukan XX atau XY). Anak-anak menderita child abuse juga dapat menderita kecebolan yang disebut
cebol psikososial. Bentuk cebol yang paling sering terjadi pada manusia adalha akondropalsia. Tanda-
tandanya adalah ekstremitas pendek dengan batang tubuh tetap normal. Kelainan ini adalah penyakit
genetic autosom akibat mutasi gen.

INSUFISIENSI HIPOFISIS

Tumor hipofisis anterior dapat menyebabkan insufisiensi hipofisis. Selain itu, hipopituitarisme dapat
juga dikarenakan kista suprasel, yaitu sisa kantong Rathke yang membesar dan menekan hipofisis.

HIPERFUNGSI HIPOFISIS PADA MANUSIA

Arkomegali

2. Sintesis hormone peptida

Secara singkat, sintesis hormone peptide memerlukan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Protein precursor besar yaitu praprohormon disintesis oleh ribosom dan di reticulum
endoplasma kasar. Protein- protein itu kemudian bermigrasi ke kompleks golgi di
vesikel.
2. Selama perjalanan nya melalui kompleks golgi dan RE kasar. Praprohormon
dipangkas menjadi prohormon dan akhirnya menjadi hormone aktif. Salah satu
precursor besar yang dipangkas adalah Pro-opiomelanokortin menjadi ACTH, MSH
dan endorfrin

3. Kompleks golgi memekatkan hormone yg sudah selesai lalu mengemasnya kedalam


vesikel sekretorik yang dilepas dan disimpan disitoplasma. Dengan menyimpan
hormon peptida yang sudah siap, kelenjar dapat merespon secara cepat setiap
dibutuhkan sekresi tanpa mensintesis dari awal.

Hormon peptide dan katekolamin disintesis di reticulum endoplasma kasar dan dipecah
dalam bentuk preprohormon. Preprohormon dipecah menjadi prohormon di dalam RE kasar
juga. Kemudian prohormon diangkut ke apparatus golgi kemudian di sana dikemas dalam
vesikel sekretorik. Ketika ada rangsang yang sesuai, vesikel sekretoris menempel di
membrane sel dan mengeluaran hormonnya. Hormon masuk ke aliran darah secara bebas
karena hormon ini larut dalam air Hormon Steroid disintesis dari precursor ester kolesterol.
Hormon ini tidak disimpan. Setelah disintesis hormon ini akan dengan mudah melewati
membrane sel karena hormon ini larut dalam lemak.

Hormon tiroid mempunyai cara sintesis dan sekresi yang berbeda. Hormon ini disintesis dari
asam amino tirosin dan iodide dengan tahapan:

1. Pompa iodida
2. Oksidasi iodida
3. Organifikasi tiroglobulin
4. Iodinasi tirosin
5. Penyimpanan tiroglobulin
6. Pelepasan hormon tiroid dari kelenjar tiroid

Setelah dikeluarkan dari sel (folikel), hormon ini tidak bebas dalam plasma, tetapi berikatan
dengan protein khusus dalam plasma. Selama berikatan dengan protein khusus ini, hormon
tiroid tidak aktif.

Mekanisme Kerja Hormon

Reseptor hormon peptide berada di membrane, sehingga dapat terjadi 2 macam mekanisme.
Yang pertama, hormon melekat pada reseptor kemudian permeabilitas membrane berubah.
Yang kedua, hormon melekat pada reseptor di membran kemudian mengaktifkan second
messenger. Ada 3 macam second messenger, yaitu : cAMP adenilil siklase, kalsium
kalmodulin, dan produk fosfolipid membrane sel.

Reseptor hormon steroid terletak di dalam sel. Hormon ini bekerja dalam nucleus dan
mempengaruhi sintesis protein, yaitu transkripsi mRNA oleh DNA dan translasi di ribosom
hingga terbentuk protein baru.

 Kontrol Sekresi Hormone


Seperti yang telah dibahas oleh berbagai bidang keilmuan, bahwa kelenjar hipofisis
anterior merupakan kelenjar endokrin yang mengeluarkan hormone-hormon tropic yang akan
mempengaruhi system sekresi hormone-hormon yang lain oleh karena itu, kelenjar hipofisis
anterior disebut sebagai Master of Glands. Namun, jika ditelaah lebih lanjut masih ada satu
kelenjar yang lebih pantas mendapat “julukan” tersebut yaitu Hipotalamus. Hipotalamus
terhubung secara langsung dengan kelenjar Hipofisis posterior karena hipofisis posterior
secara embriologi merupakan perpanjangan dari hipotalamus dan hubungan antara
hipotalamus dan hipofisis posterior melalui jalur pembuluh saraf yang dihubungkan oleh
suatu tangkai bernama Infidium. Sedangkan antara Hipotalamus dan kelenjar hipofisis
anterior merupakan jalur yang dihubungkan melalui pembuluh-pembuluh darah yang melalui
sistem porta vaskuler khusus.

Hipotalamus menskresikan hormon-hormon yaitu :

1. TRH yang akan merangsang sekresi TSH oleh kelenjar Hipofisis anterior.
2. CRH yang akan merangsang sekresi ACTH
3. GnRH yaitu hormon yang akan mempengaruhi sekresi LH dan FTH
4. GHRH yaitu hormon yang akan mempengaruhi sekresi GH dan bersifat Eksitatorik.
5. GHIH yaitu hormon yang akan mempengaruhi sekresi hormon GH namun bersifat
Inhibitorik.
6. PRH dan PIH yaitu hormon-hormon yang akan mempengaruhi sekresi PRL dengan
sifat yang sama dengan hormon pertumbuhan.
Pada learning objective Tutorial ini, diminta penekanan pada hormon pertumbuhan secara
spesifik oleh sebab itu contoh kontrol sekresi hormon yang akan dibahas adalan hormon
TRH.
Kelenjar Tiroid

Tiroksin dan Triioditironin

Hampir semua sel didalam


tubuh

Mengatur Laju metabolic


didalam tubuh dan secara
tidak langsung
mempengaruhi
pertumbuhan
Dari bagan tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotalamuslah yang memberikan
pengaruh yang besar terhadap aktivitas kerja kelenjar hipofisis anterior yang secara langsung
mengontrol hormon-hormon yang akan disekresikan oleh kelenjar endokrin lainnya. Namun,
yang menjadi pertanyaan apakah yang mengontrol hipotalamus untuk mensekresikan
hormon-hormonnya? Jawabannya adalah masukan saraf dan hormon kedalam hipotalamus.
Masukan saraf yang mempengaruhi sekresi TRH adalah saraf-saraf otonom pada sistem
metabolik tubuh yang tersambung ke hipaotalamus yang secara langsung ”Meminta”
hipotalamus untuk mensekresikan hormon tersebut yang nantinya akan mempengaruhi laju
metabolik tubuh. Kontrol sekresi yang kedua adalah masukan hormon ke hipotalamus. Pada
contoh bagan diatas, yang berperan mengontrol sekresi TRH adalah hormon tiroksin yang
dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai akibat Umpan-balik Negative dari kelenjar endokrin
tersebut. Jika hormon-hormon tersebut dirasa telah cukup didalam tubuh maka hormon
Tiroksin akan mengontrol sekresi TRH, begitu pula sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kontrol sekresi hormon didalam tubuh adalah masukan saraf dan masukan hormon di
dalam hipotalamus.
4.Faktor – factor pertumbuhan

Factor internal : genetis dan hormone.

Factor dari segi hormone :

a. Growth hormone hipofisis anterior

b. Hormone tiroksin kelenjar tyroid

c. PTH kelenjar parathyroid

d. Hormone insulin pancreas

e. Androgen kelenjar gonad

Fungsi dari hormone androgen : penambahan massa otot dan meningkatkan berat tubuh
(pertumbuhan linear)

Faktor eksternal : lingkungan, nutrisi, pemicu stress, dll.

a. Diet adekuat (Semua asupan makanan terpenuhi)

b. Dukungan dari hormone lain

c. Usia ( pada usia tertentu)

d. Asupan gizi

Penjelasan

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor
yang dapat dirubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat
dirubah atau dimodifikasi yaitu faktor lingkungan.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sebagai berikut:

Faktor Keturunan/Herediter :
 Sex : Kecepatan pertumbuhan dan perkembangam pada seorang anak wanita berbeda
dengan anak laki-laki.
 Ras : Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan lebih besar dibanding anak Asia.

Faktor Lingkungan :

 Lingkungan eksternal : Kebudayaan, Status sosial ekonomi keluarga, Nutrisi,


Penyimpangan keadaan sehat, Olah raga, Urutan anak dalam keluarga.
 Lingkungan Internal :

 Intelegensi : Pada umumnya anak yang mempunyai integensi tinggi, mempunyai


perkembangan lebih baik.

 Hormon :  Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu:


Somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak
pada masa pertumbuhan. Berkurangnya hormon ini dapatmenyebabkan gigantisme;
hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan tulang. Berkurangnya hormon ini dapat
menyebabkan kreatinisme; Hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan
merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoid. Sedangkan
estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur:
kekurangan homon gonadotropin dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan
seks.

 Emosi :  Hubungan yang hangat dengan orang lain seperti dengan ayah, ibu, saudara,
teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh terhadap perkembangan emosi,
sosial dan intelektual anak. Cara anak berinteraksi dalam keluarga akan
mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila keinginan anak tidak dapat
terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangan tertentu dapat memberi pengaruh
terhadap tahap perkembangan selanjutnya.

Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Badan :

 Genetik (Keturunan)
Faktor ini cukup dominan dalam menentukan tinggi badan seseorang. Dan faktor
ini sudah ada sejak lahir. Seorang anak yang memiliki ibu dan ayah yang
berpostur tinggi biasanya nantinya akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang
berpostur tinggi pula. Begitupun sebaliknya. Jika ayah dan ibunya pendek, maka
seringkali anaknya juga memiliki postur yang juga pendek. Anda dapat
mengamati bahwa orang-orang Afrika meskipun tidak mendapatkan gizi makanan
yang baik, namun memiliki postur yang tinggi. Hal itu dapat terjadi lebih
dikarenakan faktor keturunan atau genetik ini. Secara umum, faktor genetik ibu
lebih berpengaruh ketimbang faktor genetik dari ayah. Ini berarti bahwa Si A yang
memiliki ibu tinggi dan ayah pendek akan berpeluang memiliki tubuh yang lebih
tinggi ketimbang si B yang memiliki ayah tinggi dan ibu pendek. Namun tentu
saja hal itu bukanlah suatu kepastian, namun hanya kecenderungan medis telah
diamati.
 Asupan nutrisi
Gizi makanan sangat penting dalam membantu pertumbuhan tinggi badan
seseorang. Mengapa orang Eropa memiliki tubuh yang tinggi daripada orang
Asia? Salah satu sebabnya adalah gizi makanan yang mereka konsumsi sehari-hari
mereka jauh lebih baik daripada gizi makanan yang dikonsumsi oleh orang-orang
Asia. Pernahkah anda mengamati pertambahan tinggi badan seorang balita?.
Biasanya mereka mengalami pertambahan tinggi badan yang pesat. Dan tahukah
anda apa sebabnya? Oleh karena balita mendapatkan gizi yang sangat baik,
terutama dari susu yang mereka minum. Susu adalah makanan yang memiliki gizi
”sempurna” bagi pertumbuhan tulang (tubuh). Susu mengandung semua zat yang
dibutuhkan tulang untuk bertambah panjang. Protein, Kalsium, Magnesium,
berbagai macam vitamin dan berbagai macam mineral ada dalam kandungan susu.

 Tidur Berkualitas
Tidur berkualitas sangat penting dalam memaksimalkan pertumbuhan tinggi
badan. Sebab hormon pertumbuhan bekerja ”penuh” sewaktu tidur. Semakin
berkualitas tidur seseorang, maka hormon pertumbuhan semakin bekerja optimal.
Dan itu artinya akan menghasilkan pertambahan tinggi badan secara optimal pula.
Cobalah anda mengukur tinggi badan anda pada pagi hari tepat setelah bangun
tidur. Mungkin anda akan kaget. Sebab meskipun telah dewasa (tidak lagi dalam
masa pertumbuhan), namun tinggi badan anda bertambah sewaktu bangun tidur
(biasanya 1-2 cm). Ini disebabkan oleh karena adanya pertambahan panjang
tulang rawan pada punggung dan kaki. Namun pertambahan ini bersifat sementara
saja. Pada sore hari tinggi badan anda akan kembali seperti semula oleh karena
berbagai aktifitas yang anda lakukan dan oleh karena gaya gravitasi bumi. Oleh
karena itu, dalam melaksanakan program peninggi badan alami ini, nantinya
kualitas tidur anda harus ditingkatkan untuk meraih hasil yang optimal. Tidur
yang sangat menunjang bagi pertumbuhan badan adalah tidur lelap (deep sleep)
selama kurang lebih 7-8 jam tanpa terputus-putus, tanpa perasaan gelisah dan
tanpa mimpi.

 Olahraga teratur
Pernahkah anda membandingkan tinggi badan seorang teman yang sering
berolahraga renang atau basket dengan teman lainnya yang tidak pernah atau
jarang berolahraga tersebut ? Jika ya, anda akan melihat perbedaan yang cukup
mencolok bahwa mereka yang melakukan olahraga renang atau basket secara
teratur biasanya memiliki tinggi badan diatas rata-rata. Ini disebabkan oleh karena
olahraga sangat mempengaruhi tinggi badan seseorang. Olahraga teratur dapat
memacu produksi hormon pertumbuhan oleh tubuh sehingga dapat menambah
tinggi badan secara signifikan. Gerakan-gerakan dalam renang dan basket juga
secara langsung merangsang tulang kaki dan punggung untuk bertambah panjang
dan panjang.

4.Negative feedback : seluruh hormone diatur oleh negative feedback kecuali


hormone oksitosin.

Bila kekurangan hormone maka negative feedback akan menstimulasi kelenjar


hormone.

Positif feedback : biasanya merugikan tetapi saat melahirkan bermanfaat karena


membantu kontraksi rahim.

Reflex neurohormonal adalah reflex dadakan sehingga perjalanan hormone lebih


cepat karena dibantu oleh syaraf.
PEMBENTUKAN DAN SEKRESI HORMON TOROID

Kimia
Hormon utama yang disekresi oleh tiroid adalah tiroksin (T4) dan triidotironin (T3). T3 juga
dibentuk di jaringan perifer melalui deiodinasi T4. kedua hormon adalah asam amino yang
mengandung iodium. Sejumlah kecil reverse triidotironin (3,3’,5’-triidotironin, RT3),
monoiodotirosin, dan senyawa lain juga ditemukan dalam darah vena tiroid. T3 lebih aktif
daripada T4, sedangkan RT3, tidak aktif. Bentuk T4 yang terdapat secara alami dan
turunannya dengan atom karbon asimetrik adalah isomer L.

Triglobulin
T4 dan T3 disintesis dealam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul-molekul tirosin
yang terikat pada linkage peptida dalam triglobulin. Glikoprotein ini terbentuk dari dua
subunit dan memiliki berat molekul 660.000. triglobulin mengandung karbohidrat 10% berat.
Molekul ini juga mengandung 123 residu tirosin, tetapi hanya empat sampai delapan dari
residu ini yang secara normal bergabung menjadi hormon tiroid. Triglobulin dibentuk oleh
sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid oleh eksositosis granula yang juga mengandung
proksidase tiroid. Hormon ini tetap terikat pada triglobulin sampai disekresikan. Sewaktu
disekresi, koloid diambil oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida mengalami hidrolisis, dan T3 serta
T4 bebas dilepaskan ke dalam kapiler. Dengan demikian, sel-sel tiroid memiliki tiga fungsi :
1. Mengumpulkan dan memindahkan iodium.
2. Membentuk triglobulin dan mengeluarkannya ke dalam koloid.
3. Mengeluarkan hormon tiroid dari triglobulin dan menyekresikannya ke dalam sirkulasi.

Triglobulin masuk ke dalam darah serta koloid. Konsentrasi triglobulin serum normal pada
manusia adalah sekitar 6 ng/mL, dan kadar ini meningkat pada hipertiroidisme dan beberapa
bentuk kanker tiroid. Namun, fungsi triglobulin dalam darah kalaupun ada, tidak diketahui.

Metabolisme Iodium
Iodium ialah bahan dasar yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Iodium yang dimakan
diubah menjadi iodida dan diabsorpsi. Masukan iodium harian minimum yang dapat
mempertahankan fungsi tiroid normal adalah 150 μg, tetapi di Amerika serikat masukan
iodium makanan rata-rata adalah sekitar 500 μg/h. Kadar I- plasma normal adalah sekitar 0,3
μg/dL, dan I- disebarkan dalam suatu “ruang” sekitar 25 L (35% berat tubuh). Organ utama
yang mengambil I- adalah tiroid, yang menggunakannya untuk membuat hormon tiroid, dan
ginjal, yang menyekresikannya ke dalam urin. Sekitar 120 μg/h masuk ke dalam tiroid pada
tingkat sintesis dan sekresi hormon tiroid yang normal. Tiroid menyekresikan 80 μg/h
sebagai iodium dalam T3 dan T4. empat puluh mikrogram I- per hari berdifusi ke dalam CES
( cairan ekstrasel). T4 dan T3 yang disekresikan dimetabolis dalam hati dan jaringan lain,
yang akan membebaskan 60 μg I- per hari ke dalam CES. Beberapa turunan hormon tiroid
disekresikan melalui empedu, dan sebagian iodium di dalamnya diserap ulang (sirkulasi
enterohepatik), tetapi berat bersih kehilangan I- dalam tinja sekitar 20 μg/h. Jumlah total I-
yang masuk ke dalam CES adalah 500 + 40 + 60, atau 600 μg/h ; 20% dari I- ini masuk ke
dalam kelenjar tiroid, sementara 80% disekresikan melalui urin.

Pengambilan Iodida
Kelenjar tiroid mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi ke
dalam koloid. Mekanisme transpor tersebur sering disebut “iodide trapping mechanism” atau
“pompa iodida”. Pompa ini merupakan contoh transpor aktif sekunder; Na+ dan I- ditransport
dengan mekanisme kotransport ke dalam sel tiroid, dan Na+ dipompakan ke interstitium oleh
Na+ - K+ ATP ase. Kontransporter Na+ - I- telah dapat diklon, dan mempunyai 12 domain
transmembran dengan terminal amino dan karboksilnya di dalam sel.

Sel tiroid bermuatan 50 mV relatif negatif terhadap daerah interstitium dan koloid, yaitu sel
memiliki potensial membran istirahat sebesar -50 mV. Iodida dipompa ke dalam sel pada
dasarnya melawan gradien listrik ini, lalu berdifusi mengikuti gradien listrik ke dalam tiroid.
Ambilan iodium dapat dipelajari dengan memberikan iodium radioaktif dalam dosis sangat
rendah (tracer doses) yang tidak meningkatkan jumlah iodida di dalam tubuh. Di dalam
kelenjar, iodida dengan cepat mengalami oksidasi dan terikat pada tirosin. Namun, walaupun
terikat, rasio iodida bebas tiroid terhadap serum plasma (rasio T/S) secara normal lebih besar
daripada 1. bila peningkatan pada tirosin dihambat oleh obat-obat anti tiroid, misalnya
propiltiourasil, iodida akan menumpuk di dalam kelenjar tiroid dan rasio T/S sangat
meningkat. Perklorat dan sejumlah anion lain menurunkan transpor iodida melalui hambatan
bersaing (competitive inhibition).

Perlu dicatat bahwa fungsi tiroid dan iodida bersifat unik, seperti dibahas secara lebih rinci
berikut ini, iodida penting umtuk fungsi tiroid normal, tetapi baik defisiensi maupun
kelebihan iodida menghambat fungsi tiroid.

Kelenjar-kelenjar saliva, mukosa lambung, plasenta, badan siliaris mata, pleksus koroideus,
dan kelenjar mamae juga mentransport iodida melawan perbedaan konsentrasi, tetapi ambilan
oleh berbagai jaringan tersebut tidak dipengaruhi oleh TSH. Kelenjar mamae juga mengikat
iodium, diiodotirosin dibentuk di dalam kelenjar mamae, tetapi T4 dan T3 tidak. Kemaknaan
fisiologis semua mekanisme konsentrasi iodida ekstra tiroid ini tidak jelas.

Sintesis Hormon Tiroid


Di dalam kelenjar tiroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium dan dalam beberapa
detik berikatan ke posisi tiga molekul tirosin yang melekat ke triglobulin. Enzim yang
berperan dalam oksidasi dan peningkatan iodida adalah tiroid peroksidase, dengan hidrogen
peroksida sebagai penerima elektron. Monoiodotirosin (MIT) kemudian mengalami iodinasi
di posisi 5 untuk membentuk diiodotirosin (DIT). Dua molekul DIT kemudian mengalami
suatu kondensasi oksidatif membentuk T4 dengan pengeluaran rantai sisi alanin dari molekul
yang membentuk cincin luar. Terdapat dua teori yang menerangkan terjadinya reaksi
penggabungan (coupling reaction) ini. Salah satu berpendapat bahwa penggabungan terjadi
dengan dua molekul DIT melekat ke triglobulin (penggabungan intramolekul). Yang lain
berpendapat bahwa DIT yang membentuk cincin luar mula-mula dilepaskan dari triglobulin
(penggabungan antar molekul). Pada kedua keadaan tersebut, tiroid peroksidase mungkin
berperan dalam penggabungan serta iodinasi. T3 mungkin dibentuk melalui kondensasi MIT
dengan DIT. Sejumlah kecil RT3 juga terbentuk, mungkin melalui kondensasi DIT dengan
MIT. Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa beriodium adalah 23% MIT,
33% DIT, 35% T4, dan 7% T3 dan komponen lain terdapat hanya dalam jumlah yang sangat
sedikit.

Sekresi
Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 80 ug (103 nmol) T4, 4 ug (7 nmol) T3, dan 2 μg
(3,5 nmol) RT3 perhari. Namun, MIT dan DIT tidak disekresikan.sel-sel tiroid mengambil
koloid melalui proses endositosis. Cekungan-cekungan di tepi koloid yang membentuk
lakuna reabsorpsi, tampak pada kelenjar yang aktif. Dalam sel, globulus koloid menyatu
dengan lisosom. Ikatan peptida antara residu beriodium dan triglobulin terputus oleh
protease-protease dalam lisosom, dan T4, T3, DIT, serta MIT dibebaskan ke dalam
sitoplasma. Tirosin yang beriodium mengalami deiodinasi oleh enzim mikrosom iodotirosin
deiodinase. Enzim ini tidak menyerang tironin beriodium, dan T4 serta T3 masuk ke dalam
sirkulasi. Iodium yang dibebaskan oleh deiodinasi MIT dan DIT digunakan kembali oleh
kelenjar dan secara normal menyediakan iodium sebanyak dua kali lipat untuk sintesis
hormon dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pompa iodium. Pada penderita yang tidak
memiliki iodotirosin deiodinase secara kongenital, MIT dan DIT dapat dijumpai di dalam
urin dan terdapat gejala defisiensi iodium.

5. Hormone secara kimiawi diklasifikasikan menjadi 3 kategori : peptida, amin, dan steroid.

Hormone peptide merupakan turunan dari asam-asam amino yang tersusun


membentuk suatu rantai dengan panjang yang bervariasi. Hormone yang
termasuk dalam kelas ini adalah hormone yang disekresikan oleh hipotalamus,
hipofisis anterior, hipofisis posterior, pancreas, kelenjar paratiroid, saluran
pencernaan, ginjal, hati, sel C tiroid, dan jantung.
Peptide dibagi menjadi :
Derivat asam amino : dopamine, epinefrin, norepinefrin.
Polipeptida : ACTH
Protein : Insulin
Glikoprotein : FSH

Amin berasal dari asam amino tirosin dan mencakup hormone-hormon yang
disekresikan oleh kelenjar tiroid dan medulla adrenal.
Amin dibagi menjadi :
Tiroid
Katekolamin : epinefrin dan norepinefrin

Steroid mencakup hormone-hormon yang disekresikan oleh korteks adrenal,


gonad, dan sebagian besar hormone plasenta, adalah lemak netral yang berasal
dari kolesterol.
Secara fungsional ada tropic dan nontropic

Hormone dibagi menjadi dua macam atas sifat kelarutannya :

Hormone lemak
Contoh hormone lemak adalah asam lemak dan steroid
Hormone protein
Contoh hormone protein adalah derivate asam amino, polipeptida, protein, dan
glikoprotein.

You might also like