Professional Documents
Culture Documents
AIR PERMUKAAN
SEBAGAI AIR BAKU AIR MINUM
PENGEMBANGAN SPAM
IKK COLOMADU
II - 1
LATAR BELAKANG
1. Air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dikelola dan
dikembangkan oleh Pemerintah sebagai pemenuhan target Millenium Developmen Goals
(MDG’s) 2015, yaitu tingkat pelayanan air minum diharapkan akan mencapai 80 %
perkotaan dan 605 pedesaan
2. Kondisi eksisting SPAM IKK Colomadu yang ada saat ini masih berfungsi dengan baik. Air
baku disuplai dari 2 sumur dalam dengan debit maksimal 20 liter/detik, dengan jumlah
pelanggan per Oktober 2010 sebanyak 789 Sambungan Rumah.
3. Dengan berubahnya fungsi lahan di wilayah Colomadu dari pertanian menjadi
perumahan maka kebutuhan air bersih meningkat sehingga PDAM Tirta Lawu
Karanganyarmempunyai rencana untuk menambah kapasitas dan mengembangkan air
baku dari air permukaan.
TUJUAN
Memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Colomadu sekaligus meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di bidang air bersih
DASAR HUKUM
1. UU RI No 23 tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
II - 2
GAMBARAN UMUM
BAB I
1.Gambaran
1.Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar
1.1. Letak Geografis dan Administrasi
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang
berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah Utara, Propinsi Jawa Timur di sebelah Timur,
Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo di sebelah selatan, Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di
sebelah barat.
Secara astronomis Kabupaten Karanganyar berada pada garis koordinat 110° 40° - 110° 70°
Bujur Timur dan 7° 28° - 7° 46° Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter diatas permukaan laut
serta beriklim tropis dengan temperatur 22° - 31°
Secara administrasi Kabupaten Karanganyar terbagi dalam 17 kecamatan yang meliputi 177
desa/kelurahan (15 Kelurahan dan 162 desa). Desa/kelurahan tersebut terdiri dari 1.091 dusun,
2.313 dukuh, 1.876 RW dan 6.130 RT. Klasifikasi desa/kelurahan pada tahun 2008 terdiri dari
swadaya - desa/kelurahan, swakarya - desa/kelurahan, dan swasembada 177 desa/kelurahan.
II - 3
Tabel .1.1
Jumlah Kecamatan dan Luas Wilayah Tiap Kecamatan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008
1 Jatipuro 4.036,50
2 Jatiyoso 6.716,49
3 Jumapolo 5.567,02
4 Jumantono 5.355,44
5 Matesih 2.626,63
6 Tawangmangu 7.003,16
7 Ngargoyoso 6.533,94
8 Karangpandan 3.411,08
9 Karanganyar 4.302,64
10 Tasikmadu 2.759,73
11 Jaten 2.554,81
12 Colomadu 1.564,16
13 Gondangrejo 5.679,95
14 Kebakramat 3.645,63
15 Mojogedang 5.330,90
16 Kerjo 4.682,27
17 Jenawi 5.608,28
Jumlah 77.378,64
Tabel 1. 2
II - 4
Luas Tanah Sawah menurut Jenis Penggunaan dan Kecamatan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008
Tanah Sawah
1 Jatipuro - 1.510,16 -
11 Jaten 1.268,61 - -
12 Colomadu 531,40 - -
13 Gondangrejo - - 1.076,28
Tabel 1. 3
Luas Tanah Kering menurut Jenis Penggunaan dan Kecamatan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008
II - 5
Tanah Kering
Padang Tambak
Kecamatan Pekarangan Tegalan Rawa
No.
Gembala /Kolam
/Bangunan (Ha) /Kebun (Ha) (Ha)
(Ha) (Ha)
Tabel 1. 4
Lanjutan
II - 6
Tanah Kering
No. Kecamatan Perkebunan Lain-Lain
Hutan Negara (Ha)
(Ha) (Ha)
3 Jumapolo - - 112,31
4 Jumantono - - 130,42
11 Jaten - - 162,68
13 Gondangrejo - - 134,95
14 Kebakramat - - 116,42
II - 7
b. Ketinggian 100 – 500 m, meliputi sebagian Kecamatan Jatipuro, Jumapolo, Jumantono,
Matesih, Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Colomadu, Gondangrejo, Mojogedang,
Kerjo dan Jenawi.
c. Ketinggian 500 – 1000 m, meliputi di sebagian Kecamatan Jumapolo, Jumantono, Matesih,
Ngargoyoso, Karangpandan, dan Kerjo
Ketinggian > 1000 m, meliputi di sebagian Kecamatan Jatipuro, Jatiyoso, Tawangmangu, dan
Jenawi
Tabel. 1.5
Ketinggian Wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008
Ketinggian (m)
Kecamatan
Terendah Tertinggi Rata-Rata
II - 8
Kab. Karanganyar 80 2000 511
Berdasarkan data dari stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar banyaknya hari
hujan selama tahun 2008 adalah 95 hari dengan rata-rata curah hujan 2.453 mm, dimana curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah pada bulan Juli, Agustus, dan September.
Tabel 1.6
Banyaknya Hari Hujan (HR) dan Curah Hujan (MM) menurut Bulan dan Tempat Pengukuran di
Kabupaten Karanganyar Tahun 2008
II - 9
2. Februari 12 447 14 481 10 234
5. Mei 2 64 - - - -
6. Juni - - - - - -
7. Juli - - - - - -
8. Agustus - - - - - -
9. September - - - - - -
Tabel 1.7
Lanjutan
Jumapolo Karangpandan Tawangmangu Rata-Rata
Bulan
HR MM HR MM HR MM HR MM
II - 10
Jumapolo Karangpandan Tawangmangu Rata-Rata
Bulan
HR MM HR MM HR MM HR MM
5. Mei - - - - 7 68 5 66
6. Juni - - - - 2 20 2 20
7. Juli - - - - - - - -
8. Agustus - - - - - - - -
9. September - - - - - - - -
1.5. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar pada akhir tahun 2008, sebanyak 865.580 jiwa
yang terdiri atas 429.852 jiwa penduduk laki-laki dan 435.728 jiwa penduduk perempuan. Laju
pertambahan penduduk di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008 sebanyak 14.214 jiwa atau
mengalami pertumbuhan sebesar 1,67 %.
Tabel 1.8
Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Sex Rasio Dirinci menurut Kecamatan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008
Jumlah Penduduk
Luas Sex
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Wilayah (Ha) Rasio
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
II - 11
1 Jatipuro 19.073 18.987 38.060 4.036,50 100,45
Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Karanganyar, yaitu 75.796 jiwa
(8,76%), kemudian Kecamatan Jaten, yaitu 70.770 jiwa (8,18 %), dan Kecamatan Gondangrejo, yaitu
68.571 jiwa (7,92 %). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Jenawi, yaitu 27.656 jiwa (3,20 %). Kemudian Kecamatan Ngargoyoso, yaitu 35.351 jiwa
(4,08 %) dan Kecamatan Kerjo, yaitu 37.380 jiwa (4,32 %).
II - 12
Tabel 1.9
Luas Wilayah, Distribusi Penduduk, Kepadatan dan Pertumbuhan
Penduduk serta Rata-rata Jiwa per Keluarga Dirinci menurut Kecamatan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008
4.036,5 4,40
943
1 Jatipuro 0 0,46 4,43
6.716,4 4,67
602
2 Jatiyoso 9 0,26 4,84
5.567,0 5,48
852
3 Jumapolo 2 0,99 3,95
5.355,4 5,65
913
4 Jumantono 4 0,94 3,56
2.626,6 5,33
1.756
5 Matesih 3 0,95 4,42
7.003,1 5,22
645
6 Tawangmangu 6 0,65 3,88
6.533,9 4,08
541
7 Ngargoyoso 4 0,48 4,03
3.411,0 5,00
1.268
8 Karangpandan 8 1,16 4,09
4.302,6 8,76
1.761
9 Karanganyar 4 2,85 3,97
2.759,7 6,45
2.023
10 Tasikmadu 3 0,84 3,71
2.554,8 8,18
2.770
11 Jaten 1 2,27 3,51
1.564,1 7,03
3.889
12 Colomadu 6 6,56 3,49
5.679,9 7,92
1.207
13 Gondangrejo 5 3,53 3,79
II - 13
3.645,6 6,81
1.617
14 Kebakramat 3 0,75 3,71
5.330,9 7,52
1.220
15 Mojogedang 0 0,90 4,10
4.682,2 4,32
798
16 Kerjo 7 0,86 3,87
5.608,2 3,20
493
17 Jenawi 8 0,30 4,13
II - 14
PETA KABUPATEN KARANGANYAR
II - 9
Gambaran Umum Kecamatan Colomadu
1. Letak Geografis
Kecamatan Colomadu merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di
Kabupaten Karanganyar. Jarak dari ibukota kabupaten 21,6 Km arah barat, dengan
ketinggian rata-rata 450 m di atas permukaan laut.
Batas wilayah Kecamatan Colomadu adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kab. Boyolali
Sebelah timur : Kota Surakarta
Sebelah selatan : Kab. Sukoharjo
Sebelah barat : Kab. Boyolali
Secara administrasi Kecamatan Colomadu terbagi dalam 11 Desa, 50 dusun, 126 dukuh, 115 RW
dan 481 RT, dengan luas wilayah secara keseluruhan 1.564,4 Ha.
2. Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Colomadu adalah 15,64 km 2. Desa di Kecamatan Colomadu yang
mempunyai luas lahan paling besar adalah Desa Malangjiwan seluas 2,06 Km 2, kemudian Desa
Gedongan 1,79 km2. Sedangkan yang terkecil adalah Desa Gajahan, yaitu 0,73 km2 dan Desa
Paulan 0,98 km2.
Tabel. 2.1
Luas Wilayah Menurut Desa dan Penggunaan Tanah
Kecamatan Colomadu Tahun 2008
Tanah Sawah Tanah Kering Lain-lain Jumlah
No Desa/Kelurahan
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
5. Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Colomadu pada akhir tahun 2008 sebanyak 60.828 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 30.038 jiwa dan perempuan sebanyak 30.790 jiwa,dengan tingkat
kepadatan 3.889 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduk rata-rata 6,56%.
Tabel. 2.2
Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Kecamatan Colomadu Tahun 2008
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah
No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan
Jumlah (Jiwa) Tangga
(Jiwa) (Jiwa)
Tabel. 2.3
Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Kecamatan Colomadu Tahun 2008
Tabel. 2.4
Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Colomadu Tahun 2008
Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Colomadu pada tahun 2008 sebanyak 40 baik
negeri maupun swasta lingkungan dan di luar lingkungan dinas pendidikan. Unit yang dirinci
menurut tingkat pendidikan, SD sebanyak 30 unit, SLTP atau sederajat sebanyak 5 unit dan SMU atau
sederajat sebanyak 5 unit.
Tabel. 2.5
Banyaknya Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan
di Kecamatan Colomadu Tahun 2008
SLTP/ SMU/
No Desa/Kelurahan SD/MI
MTs MA
1 Ngasem 4 - -
2 Bolon 4 1 1
3 Malangjiwan 6 2 1
4 Paulan 1 - -
5 Gajahan 1 - -
6 Blulukan 2 - -
7 Gawanan 2 1 1
8 Gedongan 4 - -
9 Tohudan 2 - -
10 Baturan 2 1 2
11 Klodran 2 - -
Jumlah 30 5 5
Mayoritas penduduk Kecamatan Colomadu beragama Islam, hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya jumlah Masjid dan Langgar pada tahun 2008 yaitu sebanyak 175 gedung, kemudian
Gereja sebanyak 17 gedung, sedangkan agama Budha dan Hindu tidak terdapat tempat
peribadatannya.
Tabel. 2.6
Banyaknya Tempat Peribadatan di Kecamatan Colomadu Tahun 2008
Vihara/
No Desa/Kelurahan Masjid Langgar Gereja Pura
Klenteng
1 Ngasem 6 13 2 - -
2 Bolon 6 9 1 - -
3 Malangjiwan 16 16 5 - -
4 Paulan 4 3 - - -
5 Gajahan 3 2 2 - -
6 Blulukan 10 8 2 - -
7 Gawanan 7 6 2 - -
8 Gedongan 14 6 1 - -
9 Tohudan 7 7 1 - -
10 Baturan 15 - - - -
11 Klodran 6 5 1 - -
Jumlah 94 81 17 - -
Sarana prasarana perekonomian menurut desa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 2.7
Banyaknya Saran Perekonomian Kecamatan Colomadu Tahun 2008
Super- Restora/ Wrung/ Toko/
No Desa/Kelurahan Pasar market/ Rumah Kedai Warung
Swalayan makan makan kelontong
1 Ngasem - - 2 37 56
2 Bolon - - 1 16 41
3 Malangjiwan 1 1 1 84 164
4 Paulan - 1 1 18 25
5 Gajahan - - 1 7 17
6 Blulukan - - 2 19 40
7 Gawanan - - - 33 60
8 Gedongan - 1 1 25 43
9 Tohudan - - 1 28 39
10 Baturan 1 1 - 13 67
11 Klodran 1 - 1 14 37
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan akan menjadi air minum
setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya air bersih adalah air yang memenuhi
persyaratan bagi sistem penyediaan air minum yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan
radiologi sehingga tidak menimbulkan efek samping (PERMENKES NO 416/Menkes/PER/IX/1990).
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Kep. Men.Kes.RI No
907/MENKES/SK/VII/2002
Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan Sistem penyediaan air
bersih untuk perdesaan adalah sebagai berikut :
Tersedianya data sumber air baku mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
Perencanaan Sistem air bersih perdesaan harus memenuhi persyaratan teknis air bersih
yang berlaku.
Perencanaan Sistem harus merupakan hasil yang terbaik, termudah dan termurah dalam
operasi dan pemeliharaan.
Melibatkan masyarakat setempat terutama pada tahap survai lapangan (data lapangan) dan
penentuan ketersediaan air baku.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih adalah sebagai
berikut:
pH merupakan faktor penting bagi air minum karena mempengaruhi proses korosi pada
perpipaan terutama pada pH < 6,5 dan > 9,5 akan mempercepat terjadinya reaksi korosi.
- Kesadahan Total
Kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan adanya ion Ca 2+ dan Mg 2+ secara
bersama-sama.
- Kalsium (Ca).
Dalam air minum pada batas tertentu diperlukan untuk pertumbuhan gigi dan tulang.
- Fluorida
Kadar F < 1 mg/l menyebabkan kerusakan gigi atau carries gigi.
- Tembaga (Cu)
Pada kadar < dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan dapat
menimbulkan kerusakan pada hati.
- Nitrit
Nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama pada bayi yang mendapatkan
konsumsi air minum yang mengandung nitrit.
Pengukuran kualitas air baku dilakukan dilaboratorium, kemudian hasilnya dibandingkan dengan
standar kualitas yang berlaku, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
907/Menkes/SK/VII/2002. Secara umum ada beberapa indikator yang secara visual dapat diukur
dilapangan diantaranya:
a. Kekeruhan
Perhatikan kekeruhan bilamana kekeruhan tinggi dalam periode yang lama, maka sungai
dapat dipakai dengan memperhitungkan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan.
b. Rasa
Tes rasa air, jika rasa air payau atau asin, maka cek hasil laboratorium terhadap kandungan
Klorida, jika hasil laboratorium tidak ada, lihat nilai EC. Jika nilai EC menunjukkan lebih dari
1.500 micro S/cm, maka ada salinitas, air tidak dapat dipergunakan sebagai sumber air.
4. Persyaratan Lokasi
Lokasi yang dapat diusulkan untuk perencanaan sistem air bersih adalah lokasi yang mempunyai
sumber air yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang dapat diolah secara
sederhana. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai persyaratan dari beberapa komponen
sistem penyediaan air bersih perdesaan, diantaranya :
Pemilihan Sumber
Pengukuran Debit Air Baku
Pengukuran Kualitas Air Baku
Kriteria Disain
Perhitungan Kebutuhan Air
5. Tahapan Perencanaan
Untuk menetapkan jenis sumber yang akan digunakan, maka biasanya digunakan alat bantu
berupa diagram pemilihan teknologi penyediaan air bersih. Diagram pemilihan sumber air
baku untuk penyediaan air bersih ini terdiri atas dua jenis diagram.
Berdasarkan jenis sumber yang dapat dimanfaatkan tersebut, maka dipilih jenis teknologi yang
sesuai dengan jenis sumber air baku dan yang layak untuk diterapkan pada daerah perkotaan,
serta murah pengoperasian dan perawatan. Jenis teknologi pemanfaatan air baku tersebut
menjadi air bersih yang layak digunakan menjadi sumber air bersih masyarakat.
Setelah jenis sumber air baku ditetapkan dilakukan pemilihan modul pengolahan yang sesuai.
Pemilihan modul pemanfaatan dan pengolahan air bersih untuk daerah perkotaan disusun
berdasarkan urutan pemanfaatan sumber air baku adalah dimulai dari pemanfaatan mata air
(gravitasi), pemanfaatan air tanah, pemanfaatan air permukaan dan pemanfaatan air hujan.
5.2.1. Cek kuantitas air sungai, jika tidak ada air atau kering pada musim kemarau panjang,
maka sungai tidak dapat digunakan sebagai sumber air.
5.2.2. Cek kuantitas air sungai, jika sungai tidak pernah kering dan tersedianya data hasil
pengukuran debit minimum pada musim kemarau panjang, maka sungai dapat
digunakan sebagai sumber air.
5.2.3. Cara pengukuran debit air sungai secara sederhana, seperti dijelaskan pada bagian
berikut ini :
Siapkan alat pelampung (kayu dan sejenisnya) untuk mengukur debit sungai.
Siapkan pita ukur .
Siapkan pengukur waktu (jam/stopwatch).
Menentukan lokasi pengukuran pada bagian sungai yang lurus dan
permukaannya relatif datar.
Tentukan jarak pengukuran (m).
Tentukan luas penampang aliran dengan mengukur kedalaman (tinggi muka air)
dikalikan dengan lebar penampang (m2) di daerah lokasi pengukuran yang telah
ditetapkan.
Perhitungan kecepatan aliran air sungai :
Hanyutkan pelampung (kayu dan sejenisnya) ke dalam aliran sungai sampai sebagiannya
tenggelam untuk mengetahui waktu tempuh sesuai dengan jarak yang sudah
ditentukan, hitung kecepatan aliran dengan cara membagi jarak pengukuran dengan
waktu pengukuran.
6.1.5.Persyaratan Teknis
Disain bangunan intake hanya untuk menyadap pada saat debit sungai
minimum
Kualitas air baku (sungai) relatip baik (tidak keruh)
Unit-unit pengolahan terdiri dari: intake, kolam penampung dan kran/hidran
umum
Sistim pengaliran menggunakan sistim grafitasi
Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih adalah sebagai
berikut:
· Air Hujan
Air hujan bersifat lunak karena tidak mengandung garam dan zat-zat mineral, lebih bersih
namun dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH3,
CO2 agresif ataupun SO2. Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada besar kecilnya hujan
sehingga tidak mencukupi jika digunakan untuk persediaan umum karena jumlahnya sangat
fluktuatif. Air hujan tidak dapat secara kontinue dapat diperoleh karena sangat tergantung pada
musim.
· Air Permukaan
Air permukaan yang biasa digunakan sebagai sumber air baku adalah air waduk, sungai dan
danau. Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh
masyarakat. Kualitas dan kontinuitas air permukaan sebagai sumber air baku cukup stabil.
· Air tanah mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan-lapisan
tanah serta bebas dari polutan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah tercemar
oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan seperti Fe, Mn, Kesadahan dan lain – lain.
· Mata Air
Mata air sangat baik karena belum terkontaminasi oleh zat – zat pencemar. Pencemaran
biasanya terjadi di lokasi mata air itu muncul. Dari segi kuantitas dan kualitas mata air kurang
bisa diandalkan sebagai sumber air baku.
Tabel 7.1.
Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Berbagai Sumber Air Baku
Untuk menentukan sistem penyediaan air bersih pada masyarakat yang meliputi sistem
individual dan sistem komunal. Kedua sistem ini masih banyak dijumpai pada masyarakat
perdesaan (rural urban) maupun masyarakat perkotaan (urban). Adapun sarana air bersih
secara individual adalah sebagai berikut:
7.2.1. Sumur
Pada daerah-daerah tertentu yang tidak atau sedikit memiliki sumber air, air hujan dapat
dimanfaatkan untuk persediaan air bersih baik untuk air minum maupun untuk kebutuhan
sehari-hari. Untuk menyimpan air hujan tersebut dapat ditampung dalam suatu bejana atau bak
Penampungan Air Hujan (PAH). Bak penampungan air hujan ini juga dapat digunakan untuk
penyediaan air bersih secara komunal. Beberapa sistem penyediaan air bersih secara komunal
adalah sebagai berikut:
Perusahaan air minum merupakan organisasi pengelola air pada daerah Kabupaten/Kota
yang melayani air melalui sistem perpipaan yang telah mengalami pengolahan dan nantinya
didistribusikan pada masyarakat yang berminat dan mampu membayar sambungan.
HIPPAM merupakan organisasi pengelola air di daerah perdesaan, yang biasanya akan
memanfaatkan sumber air di wilayah masing-masing melalui pembinaan dari Departemen
Pekerjaan Umum Cipta Karya Sub Teknik Penyehatan dan Lingkungan terutama untuk
masalah teknis pembuatan bangunan pengolahan. Untuk selanjutnya pengelolaan ini
menjadi tanggung jawab masyarakat.
Program pembangunan ini terutama diajukan untuk mengantisipasi semakin mahalnya harga
air relatif terhadap tingkat penghasilan masyarakat dan juga untuk daerah kumuh dan
terpencil yang rawan air.
1.5.4. Perlindungan Mata Air (PMA)
Perlindungan mata air merupakan sistem penyediaan air bersih dengan memanfaatkan
sumber mata air. Cakupan pelayanan maksimum PMA adalah 500 jiwa. PMA ini pada
umumnya digunakan pada wilayah atau daerah perdesaan dimana masih dijumpai adanya
sumber air tawar.
- Kebutuhan Institusional
Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perkantoran dan tempat pendidikan atau
sekolah.
Beberapa metode proyeksi penduduk yang digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan
air bersih adalah sebagai berikut:
Pt = Po + ( Pn + 1 – Pn ) t
Dimana :
Po = Jumlah penduduk tahun ke 0
t = Periode perencanaan
Metode Geometrik
Metode ini banyak dipakai karena mudah dan mendekati kebenaran.
Pt = Po (1 + r ) n
Dimana: Pt = Jumlah penduduk tahun proyeksi
n = Tahun proyeksi
Metode Pertumbuhan Seragam
Metode ini mengasumsi bahwa proses pertumbuhan penduduk dari dekade ke dekade
adalah konstan dan perhitungan didasarkan pada proses pertumbuhan rata-rata.
Metode ini hanya cocok bagi kota yang relatif muda dengan pertumbuhan penduduk
yang cepat.
Adalah jumlah penduduk saat ini ditambah dengan rata-rata pertumbuhan penduduk
dalam sepuluh tahun dan rata-rata selisih pertumbuhan.
Proyeksi penduduk dihitung dengan menggunakan kurva, plotting antara waktu (tahun)
dengan populasi. Dari data yang dikumpulkan dan terbentuk kurva kemudian
direntangkan ke depan sesuai dengan bentuk nature kurva yang akan diperoleh
populasi dari tahun yang diinginkan.
Kebutuhan air di masyarakat tidak konstan akan tetapi fluktuatif dengan adanya perubahan
musim dan aktifitas masyarakat. Pada hari tertentu di setiap minggu, bulan dan tahun akan
terdapat pemakaian air lebih besar daripada kebutuhan rata-rata air perhari, pemakaian air
tersebut disebut dengan pemakaian hari maksimum.
Pemakaian jam puncak adalah pemakaian yang lebih besar dalam satu hari yang terjadi pada
pagi, maupun sore hari.
Perhitungan kebutuhan air bersih adalah didasarkan pada jumlah penduduk yang akan
dilayani dan rata-rata kebutuhan air bersih pada setiap orang. Untuk mengetahui kebutuhan
hari maksimum dan kebutuhan jam puncak adalah nilai faktor hari maksimum dan nilai faktor
jam maksimum. Nilai faktor hari maksimum (F1) umumnya adalah 1 sampai dengan 1,5
sedangkan faktor jam puncak (F2) umumnya adalah 1,5 sampai dengan 2,5.
Kebutuhan air untuk instalasi misalnya untuk pencucian filter (backwashing), melarutkan
bahan kimia, keperluan kantor dan lain-lain. Pada umumnya kebutuhan air untuk instalasi
sekitar 10% dari kapasitas pengolahan.
Kehilangan air di sistem distribusi, misalnya pada saat pemasangan, penggantian dan
penambahan pipa distribusi, kebocoran teknis karena sambungan liar, keperluan
pemadam kebakaran, menyiram tanaman dan lain-lain. Umumnya kehilangan air ini
sekitar 30 % dari kapasitas pengolahan.
Prosedur pemilihan sumber air permukaan, hal yang harus diketahui adalah:
Sebelum ditentukan sistem pengolahan yang akan dipakai untuk mengolah air minum, terlebih
dahulu dilakukan pemilihan sistem pengolahan yang ada untuk mendapatkan sistem yang
paling sesuai. Menurut (Tambo, Nrihito tahun 1974) pertimbangan yang harus diperhatikan
dalam melakukan pemilihan sistem pengolahan yaitu:
Beban Pengolahan
Dengan berdasarkan pada kualitas dan kuantitas influent yang ada terhadap kualitas effluent
sehingga diketahui besar beban pengolahan yang harus dipenuhi oleh sistem pengolahan.
Sistem pengolahan yang dipilih merupakan sistem yang harus memenuhi kriteria-kriteria
yang ditetapkan untuk mendapatkan kualitas pengolahan.
Aspek Teknis
Hal yang harus diperhatikan adalah ketersediaan lahan, teknis pelaksanaan dan pengadaan
bahan-bahan untuk pembangunan instalasi, segi operasional yang menyangkut ketersediaan
tenaga, peralatan, kemudahan dalam pengadaan bahan-bahan penunjang dalam proses
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi.
Aspek Ekonomis
Untuk penentuan kualitas air minum yaitu penentuan peraturan kualitas air yang dipakai
dengan mengacu pada standard Internasional. Satu pertimbangan dalam pengembangan
kualitas air minum adalah standard kualitas air tersebut diubah atau dimodifikasi di masa
depan. Perubahan tersebut mungkin mempengaruhi reabilitas dan fleksibilitas proses
pengolahan air yang ditetapkan agar memenuhi standard yang lebih ketat.
Adapun standard air bersih dan air minum yang berlaku di Indonesia adalah Peraturan
Pemerintah No 82 Tahun 2001 tanggal 4 Desember 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran serta Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002.
Menurut Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tanggal 4 Desember 2001 air diklasifikasikan
menurut mutunya ke dalam empat kelas yaitu:
Kelas 1 air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas 2 air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas 3 air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas 4 air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Pengolahan air adalah operasi teknis yang dilakukan terhadap air baku agar menjadi air bersih
yang memenuhi persyaratan kualitas sebagai air bersih /air minum dengan menggabungkan
beberapa proses pengolahan. Pengolahan air bertujuan untuk mengurangi konsentrasi masing-
masing polutan dalam air sehingga aman untuk digunakan. (Tambo, 1974).
Sedangkan menurut Reynold (1982) unit operasi dan unit proses yang digunakan dalam
pengolahan air bersih adalah sebagai berikut:
7.8.2. Pengolahan Secara Kimia meliputi koagulasi, flokulasi, absorpsi karbon, penukaran ion
dan klorinasi.
7.8.3. Pengolahan Secara Biologi meliputi aerobic digestion dan aerobic digestion.z
7.9.1 Intake
Bangunan pengambilan air baku untuk penyediaan air bersih disebut dengan penangkap air
atau intake. Kapasitas intake ini dibuat sesuai dengan debit yang diperlukan untuk
pengolahan. Fungsi dari bangunan intake ini adalah untuk menangkap air dari sumber air di
permukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau atau kanal untuk diolah dalam instalasi
pengolahan air bersih. Lokasi intake harus memperhatikan faktor berikut ini:
Intake dibangun pada tempat yang aman, arus aliran tidak terlalu besar, pada daerah sungai
yang landai dan lurus sehingga faktor keamanan bangunan intake terjamin dan sungai dapat
dijaga kesinambungannya.
Intake harus dibuat dengan pertimbangan peningkatan debit dimasa yang akan datang.
Pengolahan akan gagal jika sistem intake gagal mensuplay air, intake harus ditempatkan pada posisi
akses yang mudah dengan desain dan bangunan untuk mensuplay kuantitas air dengan kualitas air
yang baik. Faktor utama sistem intake adalah reabilitas, keamanan, operasional dan biaya
pemeliharaan. Intake hendaknya ditempatkan pada sungai sebagai sumber air permukaan. Sumber
air baku berasal dari sungai permukaan maka sistem intake berupa intake sungai.
Menurut (Tambo, Narihito, 1974) pemilihan tempat untuk intake sungai didasarkan pada :
Intake terdiri dari berbagai macam bagian yang mendukung dalam proses pengolahan air, yaitu:
7.9.2. Screen
Pada intake biasanya dipasang kisi-kisi atau saringan (screen) untuk mencegah masuknya
daun-daun dan reruntuhan, melindungi pompa dari sampah-sampah dan benda-benda
penyumbat lainnya serta untuk menghilangkan padatan-padatan kasar yang mengapung.
7.9.3. Pintu Air
Pintu air digunakan untuk mengatur aliran air dari sumber baku ke saluran intake sehingga
diperoleh debit pengaliran yang diinginkan. Pengaturan aliran ini juga dilakukan pada saat
pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan).
Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air ke bak pengumpul. Kriteria menurut
JWWA (1978) adalah sebagai berikut:
Beton = 3 m/dtk
Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air dari intake untuk diolah oleh unit pengolahan
berikutnya. Bak pengumpul dilengkapi dengan pompa intake dan pengukur debit.
Grit Chamber akan melindungi perlengkapan mekanis dan pompa dari abrasi, mencegah
penyumbatan pipa oleh endapan dalam saluran dan mencegah akumulasi material masuk
dalam unit pengolahan selanjutnya.
Sistem transmisi merupakan sistem pengaliran untuk memindahkan air dari sumber ke air
baku menuju daerah distribusi. Untuk sistem transmisi ini, saluran yang dapat digunakan
antara lain adalah saluran terbuka (aquaduct) dan sistem perpipaan. (Fair et al., 1966).
Tabel 7.9
Kriteria Pipa Transmisi
No Uraian Notasi Kriteria
Kecepatan maksimum
Pipa PVC
V max 3,0 – 4,5 m/det
Pipa DCIP
V max 6,0 m/det
Tabel 7.10
Diameter Pipa Distribusi
Pipa Pelayanan 50 mm 50 – 75 mm
Metode yang dipergunakan dalam analisis pendistribusian air bersih yaitu dengan memakai
program EPANET versi 2.0. Program tersebut merupakan program komputer ( EPA - Software )
dengan tampilan Windows yang dapat melakukan simulasi periode tunggal atau majemuk dari
perilaku hidrolis dan kualitas air pada jaringan pipa bertekanan. Dengan analisis simulasi yaitu
melacak aliran air ( flow ) pada pipa, tekanan ( pressure ) di setiap titik ( node ), kedalaman
( height ) air dalam tangki serta konsentrasi bahan kimia dalam system distribusi penyediaan air
bersih maupun air minum.Tahapan pemodelan disajikan pada Gambar 3.1. berikut.
Input data
Proses
LAMPIRAN 2