You are on page 1of 16

PEMBARUAN TANI

Edisi 34 - Desember 2006


M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I
Harga eceran Rp 3.000,-

Perdagangan Beras
Tidak Boleh
Diserahkan Pada
Mekanisme Pasar

CATATAN AKHIR TAHUN FSPI Respon Cepat Penanganan Bencana


Reforma Agraria Solidaritas FSPI dan Permata
dan Pembangunan
Perdesaan: Implementasi Terhadap Korban Bencana Banjir
Jalan di Tempat Aceh Tamiang
Sepanjang tahun 2006, secara umum Halaman 4-5
kondisi kaum tani di Indonesia masih jauh
dari yang diharapkan. Masalah-masalah
utama kaum tani seperti kemiskinan,
Pengungsi Kecam Keteledoran
konflik tanah, kelaparan, dan akses
terhadap sumber produksi masih belum
Pemda Madina
Halaman 6
terpecahkan. Dengan jumlah penduduk
miskin mencapai 17,75 persen atau sekitar
39,05 juta orang (BPS, September 2006), Solidaritas FSPI dan SPSU
sebenarnya kaum tani terus menjadi
subjek yang termarginalkan. Pertambahan untuk Bencana Banjir di Langkat
Halaman 6
penduduk miskin di daerah pedesaan
ternyata lebih tinggi daripada daerah
perkotaan. Sementara kita tahu bahwa
rakyat miskin Indonesia yang berada di
BONUS!
KALENDER FSPI 2007
daerah pedesaan sebagian besarnya adalah
petani. Halaman 6
SALAM Pembaruan Tani - Desember 2006

Tahun 2006 Dipenuhi Janji,


Miskin Realisasi Kebun Pertanian
Bagi petani, tahun 2006 sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya, janji-janji selalu
menjadi bunga-bunga saja. Masih hangat dalam ingatan bagaimana Presiden SBY-JK
Organik FSPI
pada Juni 2005 mencanangkan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan (RPPK).
Seakan pencanangan ini harga yang harus dibayar oleh kaum tani dan kalangan Pertanian
masyarakat lainnya atas Perpres 36/2005 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan
untuk kepentingan umum. berkelanjutan
Ancaman lebih nyata daripada harapan yang dijanjikan. Perpres tersebut tak ada berbasiskan ekonomi
klausul satupun yang menyatakan bahwa yang dimaksudkan pembangunan adalah
pembangunan pedesaan dan pertanian. Yang ada justru proyek-proyek bagi
keluarga petani.
kepentingan modal yang lebih luas. Demikian juga Perpres 65/2006 sebagai revisi atas Menawarkan berbagai
perpres 36/2005, makin menunjukan belang penguasa ini yang sangat berpihak kepada
pemodal. Berbagai kepentingan umum yang melayani rakyat banyak ditiadakan seperti
produk pertanian organik
sarana pendidikan, peribadatan, serta kesehatan. Yang dikedepankan adalah proyek- berkualitas tinggi
proyek sepeti jalan tol, bandar udara, dan lainnya. Secara sederhana bisa kita pahami
bahwa kekuatan asing melalui lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan seperti World
Lokasi Kebun:
Bank dan IMF begitu kuat cengkeremannya hingga dapat mendikte berbagai kebijakan
Desa Cibeureum Dramaga, Bogor
pemerintah.
di seberang kebun percobaan IPB
Padahal kita tahu SBY mendapatkan gelar Doktornya dalam bidang pertanian,
seharusnya beliau mengerti apa yang dibutuhkan rakyat tani. Belum lagi politik
pangan murah dengan import, menjadi agenda tahunan pemerintah. Contohnya Tahun
2005 pemerintah impor beras 304 ribu ton, tak berbeda tahun 2006 juga diputuskan
impor sebanyak 840 ribu ton (sebagian diputuskan akhir tahun yang akan masuk pada
awal tahun 2007). Pemerintah melalui Menteri Pertanian menegaskan dengan lantang
bahwa tidak akan ada lagi impor beras, nyatanya dengan berbagai alasan apakah itu
disebabkan oleh situasi alam ataupun lainnya impor tetap dilakukan. Secara
internasional, pemerintah mengakui adanya tekanan dari organisasi perdagangan
dunia (WTO-World Trade Organisation). Di WTO inilah sebagai anggotanya Indonesia
terikat atas aturan mainnya. Padahal didalam WTO kepentingan negara-negara seperti
Amerika Serikat dan Uni Eropa lebih mendominasi dan menguasai daripada
kepetingan negara di selatan.
Kebijakan agraria menemukan momentumnya ketika Presiden beserta pembantunya
yaitu Menteri Pertanain, Menteri Kehutanan dan Kepala Badan Pertanahan Nasional
pada akhir September 2006 mengumumkan akan melaksanakan reforma agraria. Hal
ini didasari kesadaran untuk mengurangi konflik agraria dan mengurangi kemiskinan
yang mencapai 40 juta jiwa-- itu tersebar lebih banyak di daerah pedesaan. Rencana
yang bagus itu ternyata tak sesuai harapan rakyat tani. Karena pemerintah dalam
konsep Program Pembaruan Agraria Nasionalnya (PPAN) masih mengakomodir
perusahaan/privat dalam program ini. Padahal kita tahu bahwa konflik-konflik agraria
terutama yang melibatkan petani sebagian besar berhadapan dengan perusahaan
swasta. Sebut saja di Sulawesi Selatan, di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,
Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan propinsi lainnya. Bagaimana mungkin pihak
privat diuntungkan dalam program reforma agraria yang selama ini paling menikmati,
meguasai dan mengusahakan serta merusak derngan luasan lahan yang mencapai
jutaan hektar. Juga sejatinya reforma agraria itu adalah sebagai upaya menghapuskan
ketimpangan struktur kepemilikan dan penguasaan lahan, bukan sekedar
serampangan bagi-bagi tanah. Didalamnya terdapat redistribusi. Artinya
mendistribusikan kembali agar terciptanya keadilan agraria seperti yang dicita-citakan
dalam UUPA 1960.
Belum lagi bencana alam diakhir tahun 2006, seperti longsor, banjir serta berbagai
kecelakaan akibat kesalahan manusia. Terakhir, memang tak mungkin rakyat tani
hanya menunggu kebaikan hati penguasa/pemerintah dalam segala aspek kehidupan.
Sudah saatnya kita mengawali tahun 2007 nanti dengan lebih memperkuat organisasi
tani, memperluas persatuan rakyat dan melakukan praktek organisasi yang baik
menuju cita-cita bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

Pemimpin Redaksi: Achmad Ya’kub; Redaktur Pelaksana: Cecep Risnandar Redaktur: Muhammad Ikhwan, Tita Riana Zen, Wilda Tarigan,
Tejo Pramono Reporter: Umran S (NAD), Edwin Sanusi (Sumatera Utara), Fajar Rilah Vesky (Sumatera Barat), Tyas Budi Utami (Jambi),
Agustinus Triana (Lampung), Atep Toni, Usep Saeful, Dimas Barliana, Harry Mubarak (Jawa Barat), Edi Sutrisno, Ngabidin (Jawa Tengah),
Muhammad Husin (Sumatera Selatan), Mulyadi (Jawa Timur), Marselinus Moa (NTT).
Penerbit: Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arifin Fuad Sekertaris
Redaksi: Tita Riana Zen Keuangan: Sriwahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Alamat Redaksi: Jl. Mampang Prapatan XIV No.5 Jakarta
Selatan 12790. Telp: +62 21 7991890 Fax: +62 21 7993426 Email: pembaruantani@fspi.or.id website: www.fspi.or.id
Redaksi menerima tulisan, artikel, opini yang berhubungan dengan perjuangan agraria dan pertanian dalam arti luas yang
sesuai dengan visi misi Pembaruan Tani. Bila tulisan dimuat akan ada pemberitahuan dari redaksi.

2
Pembaruan Tani - Desember 2006 NASIONAL

Perdagangan Beras Tidak Boleh


Diserahkan Pada Mekanisme Pasar
Kebijakan perdagangan beras perannya yang powerful dalam mencanangkan pertanian ada mekanisme yang bisa
tidak boleh diserahkan pada masalah stok dan harga seperti berkelanjutan dengan melakukan menjamin pendapatan petani dan
mekanisme Pasar. Federasi Serikat era 1973-1997, ketika bentuknya pertanian organik yang berinput di lain pihak dapat menstabilkan
Petani Indonesia (FSPI) Badan” tandas Henry lagi. rendah. Insentif berupa pajak harga.sementara dengan
menegaskan hal tersebut untuk Masalahnya, peran Bulog dikebiri tanah yang murah juga harus diletakkannya perdagangan bebas
menyikapi publikasi hasil oleh Letter of Intent IMF sejak diberikan kepada petani yang pada mekanisme pasar, alih-alih
penelitian Bank Dunia yang tahun 1998. Sehingga Bulog tidak konsisten memenuhi kedaulatan petani beruntung. Sebaliknya,
berjudul “Making The New lagi aktif mengayomi petani dan pangan Indonesia. Dari segi pedagang dan spekulan beras
Indonesia Work for The Poor” di pasar domestik dengan public produksi juga, pemerintah harus adalah pihak yang menang
Jakarta. service obligation (PSO)-nya. siap untuk memenuhi kedaulatan seperti pemain internasional
Mengenai masalah kenaikan Kedua, Mekanisme pasar ini pangan dengan menyiapkan berasyakni perusahaan Vietnam
harga beras secara ekonomi pula yang menjadi basis lahan abadi sekitar 15 juta hektar (Vinafood), Thailand (Charoen
adalah masalah penawaran dan pernyataan Bank Dunia dalam untuk tanaman padi. “Lahan Poekphand), dan Amerika Serikat
permintaan. Pertanyaan yang risetnya. “Kesimpulan untuk yang kurang tentunya harus (Cargill).
muncul adalah, apakah stok beras membuka impor beras untuk diambil rakyat dengan reforma Sistem inilah yang disupport
ada, tapi harga naik? Atau stok menekan harga adalah sangat agraria, yang selama ini oleh Bank Dunia, dan melalui
beras tidak ada, dan harga naik? rekomendasinya dia menutupi
Sekertaris Jenderal FSPI, Henry kemungkinan yang mungkin
Saragih melihat fenomena ini
tidak berdiri sendiri, menyoroti
Kebijakan perdagangan beras tidak lebih pahit lagi. Menurut risetnya,
3.1 juta orang berpotensi miskin
dari segi historis dan dari
berbagai perspektif. Secara
boleh diserahkan pada mekanisme karena kenaikan harga beras ini.
Menurut organisasi tani, 13.7 juta
historis, sudah jamak bahwa Pasar. Federasi Serikat Petani keluarga petani gurem Indonesia
menuju hari-hari besar agama, yang mayoritasnya petani padi
terutama di akhir tahun, harga Indonesia (FSPI) menegaskan hal bisa terancam jika kita terus-
beras cenderung naik. Hal ini juga terusan impor beras. “Lagipula,
yang menjadi legitimasi impor tersebut untuk menyikapi publikasi harga beras tidak bisa dijadikan
beras tahun lalu diwujudkan kambing hitam kemiskinandan
pada Januari 2006 sebesar 110 hasil penelitian Bank Dunia yang inflasi. Harga beras bukan
ribu ton. “Secara ekonomi, penyebab inflasi dan kemiskinan,
tentunya akhir tahun menjadi berjudul “Making The New Indonesia melainkan hanya komponennya.
momentum yang penting bagi Penyebabnya adalah yang
pasar untuk mencari rente dari Work for The Poor” di Jakarta. langsung mempengaruhi
rantai perdagangan beras,” kata produksi, seperti kenaikan BBM
Henry. menyederhanakan dan diperjuangkan organisasi tani tahun lalu yang menyebabkan
Hal inilah yang mendasari reduksionis,” tegas Henry. seperti FSPI,” tandas dia. harga barang naik hampir
bahwa stok beras yang ada di Dilanjutkannya, hal ini karena Kedua, sebagai konsumen, bersamaan,” tandas Henry.
masyarakat sangat berbeda Bank Dunia seringkali menyoroti pemerintah harus menjaga harga Henry menyatakan, “Harus
dengan perhitungan yang ada di fenomena di Indonesia dari segi yang berkorelasi langsung pula diperhatikan, bahwa
Departemen Pertanian, BPS dan ekonomi saja, melupakan dimensi dengan ongkos produksi dan kenaikan harga beras tidak selalu
departemen terkait lainnya. Hal sosial, politik, bahkan kultural. menjamin keuntungan petani. menguntungkan petani. Harga
ini karena rantai perdagangan “Secara sosial dan politik, impor “Hal ini bisa diwujudkan bila beras tidak berkorelasi langsung
beras di Indonesia sudah terlalu beras adalah pilihan paling Bulog berperan aktif membeli dengan harga gabah, namun
dikontrol oleh mekanisme pasar. terakhir. Sebab pilihan ini gabah langsung dari petani,” kata sebaliknyaharga gabah selalu
“Akibatnya, peran negara sebagai konsekuensinya bisa Henry lagi. Hal ini bisa berkorelasi langsung dengan
pelindung dan pemenuh hak menghancurkan rakyat Indonesia diwujudkan juga dengan harga beras”. Contohnya
rakyat berkurang. Demikian juga yang mayoritas tinggal di membuat mekanisme pasar yang Desember ini, harga beras dengan
dengan petani yang pedesaan, terutama petani beras.” berpihak pada petani dengan kenaikan sampai lebih Rp 1000
sesungguhnya harus memiliki Henry menerangkan pula prinsip direct selling-direct per kilogram ternyata tidak
salah satu fasilitas pasca bahwa pemerintah seharusnya buying. “Jadi tidak ada lagi diikuti oleh kenaikan harga gabah
produksi, yakni pasar beras yang menjalankan double-track insentif terjadi sampai lebih dari tiga (tetap stabil dari Mei 2006 di
sehat tersebut,” demikian lanjut kepada petani, yang pertama tangan dalam rantai perdagangan kisaran Rp 2300). Petani padi
Henry. petani sebagai produsen harus beras itu,” ujar dia. Rantai Indonesia hampir seluruhnya
Yang harus dipenuhi memiliki input pertanian yang perdagangan beras yang panjang menjual gabah, karena tidak
pemerintah adalah, rendah. Ini bisa diwujudkan inilah yang berpotensi besar memiliki modal dan sumber daya
mengembalikan peran aparatus dengan insentif pada produsen menaikkan harga, karena negara untuk memproduksi beras
negara dalam rantai perdagangan padi, dengan bibit dan pupuk kurang memegang kendali. melalui penggilingan padi.
beras. “Bulog harus dikembalikan murah. Bisa juga dengan Padahal dengan kendali negara, Muhammad Ikhwan

3
UTAMA Pembaruan Tani - Desember 2006

Arif Ariadi/BRR

Respon Cepat Penanganan Bencana


Solidaritas FSPI dan Permata Terhadap
Korban Bencana Banjir Aceh Tamiang
Pada tanggal 23 Desember 2006, Jumlah Kepala Keluarga yang Jumlah Kepala Keluarga ; 5049, Kecamatan Karang Baru dan Desa
Persatuan Masyarakat Tani Aceh mengungsi 7149 dan jumlah jiwa Jumlah jiwa 9840, Jumlah Kepala Teluk Halban, Teluk Kemiri, Teluk
(Permata) anggota dari Federasi 14319, jumlah korban yang Keluarga yang mengungsi 2393 Kepayang dan Desa Rantau Pakam
Serikat Petani Indonesia (FSPI) di meninggal 4 orang. dan jumlah jiwa 11101, jumlah Kecamatan Bendahara.
wilayah Aceh memberikan Kecamatan Sekrak: Jumlah korban jiwa ; 60 jiwa meninggal Pada sore hari penduduk
bantuan tanggap darurat kepada Kepala Keluarga ; 1298, Jumlah dan 130 jiwa hilang. Kondisi terpana dengan melihat ribuan ton
korban banjir Sungai Tamiang. jiwa 6236, Jumlah Kepaa Keluarga rumah : 386 unit rumah rusak kubik kayu yang hanyut.
Kerusakan terjadi disepanjang yang mengungsi 1015 dan jumlah berat, 412 rusak ringan dan 907 Masyarakat disibukkan dengan
Sungai Tamiang yang meliputi jiwa 4167, jumlah korban jiwa 1 unit rumah hanyut. aktivitas diseputar sungai dengan
beberapa kecamatan. Daerah jiwa meninggal, kondisi rumah : Kerusakan akibat banjir terus mengambil kayu dan menangkap
terparah di hulu sungai Tamiang 854 rusak berat dan 649 unit merembet ke wilayah hilir. Pada ikan air tawar dan udang galah
adalah kecamatan Tamiang Hulu, rumah hanyut. tanggal 24 Desember 2006, sungai yang tidak mampu lagi hidup.
Sekrak, Tenggulun dan Bandar Kecamatan Tenggulun: Jumlah Tamiang di bagian hilir sudah Kesibukan penduduk ini di mulai
Pusaka. Kerusakan lahan pertanian Kepala Keluarga ; 3977, Jumlah memenuhi permukaan sungai. dari : Jembatan Ratau
akibat banjir meliputi wilayah hulu jiwa 14728, Jumlah Kepala Pada pukul 15.00 - 17.00 WIB, alat Kualasimpang, yang terdiri dari
dan Hilir Sungai Tamiang dan Keluarga yang mengungsi 2651 berat dikerahkan sebanyak 2 unit penduduk, Desa Alur Bamban,
Hilir. dan jumlah jiwa 12152, jumlah untuk melepaskan kayu yang Simpang IV Kecamatan Karang
Di daerah Hulu Sungai Tamiang korban jiwa 2 jiwa meninggal dan tersangkut dijembatan rantau Baru, Desa Alur Manis Kecamatan
Kerusakan meliput; Kecamatan 40 jiwa hilang. Kondisi rumah : 40 Kualasimpang, dan pada sore hari Rantau, Desa Pante Bale, Tanah
Tamiang Hulu: Jumlah Kepala unit rumah rusak berat. air telah meluap kepemukiman Merah, Seruway, Paya Udang,
Keluarga ; 8936, Jumlah jiwa 17899, Kecamatan Bandar Pusaka: penduduk di desa Alur Bamban Sungai Kuruk dan Desa Desa

4
Pembaruan Tani - Desember 2006 UTAMA
Kenangkung Kecamatan Seruway, dan jumlah jiwa 19310, jumlah
LINGKUP BANTUAN FSPI & PERMATA YANG DIRENCANAKAN
diseberang sungai arah barat korban jiwa ; 1 jiwa hilang.
terdiri dari desa Upah, Desa Kondisi rumah : 35 unit rumah
Perkebunan, Desa Marlempang, hanyut.
Desa Balai, Desa Tanjung Parit, Kecamatan Rantau: Jumlah
Desa Lambung Belang, Desa Kepala Keluarga ; 8590, Jumlah
Tumpuk Tengah, Desa Tanjung, jiwa 33650, Jumlah Kepala
Desa Kampung Raja, Desa Mesjid, Keluarga yang mengungsi 5776
Desa Tanjung Mulia, Desa Teluk dan jumlah jiwa 26336, jumlah
Kemiri. Kecamatan Bendahara. korban jiwa ; 5 jiwa meninggal.
Sementara disekitar Kota kuala Kondisi rumah : 561 unit rumah
simpang (Kecamatan kota rusak berat, 2364 unit rumah
Kualasimpang) dan Kecamatan rusak ringan.
Rantau air telah menyapu rumah Kecamatan Kejuruan Muda:
penduduk yang berada di pinggir Jumlah Kepala Keluarga ; 5296, DATA KERUGIAN KELOMPOK TANI BASIS (KTB) & NON KTB
sungai Tamiang. Adapun Jumlah jiwa 29197, Jumlah Kepala
Kecamatan yang dilanda banjir Keluarga yang mengungsi 8154
dan kerugiannya di hilir sungai dan jumlah jiwa 26000, jumlah
adalah sebagai berikut. korban jiwa ; 13 jiwa meninggal
Kecamatan Manyak Payed: dan 47 jiwa hilang. Kondisi rumah
Jumlah Kepala Keluarga ; 5700, : 2015 unit rumah rusak berat, 365
Jumlah jiwa 28660, Jumlah Kepala rusak ringan dan 38 unit rumah
Keluarga yang mengungsi 4450 hanyut.
dan jumlah jiwa 26415. Kondisi Pengungsian mulai terjadi pada
rumah, 16 unit rumah rusak berat, tanggal 25 Desember di daerah
1 rusak ringan. Hilir sungai yaitu, Kecamatan
Kecamatan Bendahara: Jumlah Kota Kualasimpang, Kejuruan
Kepala Keluarga ; 3050, Jumlah Muda, Rantau, Karang Baru,
jiwa 18580, Jumlah Kepala Seruway, Bendahara, Manyak
Keluarga yang mengungsi 1825 Payed dan Banda Pusaka. Sejak
dan jumlah jiwa 13000, jumlah tanggal 24 sampai tanggal 26
korban jiwa ; 6 jiwa meninggal. Desember jalan raya tidak bisa
Kondisi rumah ; 215 unit rumah dilalui oleh kendaraan umum.
rusak berat dan 520 rusak ringan. Jalan mulai terputus dari Desa
Kecamatan Seruway: Jumlah Bukit Panjang Kecamatan Manyak
Kepala Keluarga ; 5425, Jumlah Payed sampai keperbatasan
jiwa 23793, Jumlah Kepala Propinsi Sumatera Utara.
Keluarga yang mengungsi 759
dan jumlah jiwa 11000. Peran Organisasi Petani
Kecamatan Karang Baru: FSPI Natural Disaster Task Force
Jumlah Kepala Keluarga ; 4568, dan Permata yang bekerja sama
Jumlah jiwa 33215, Jumlah Kepala dengan Yayasan Bingkai
Keluarga yang mengungsi 3654 Alamraya (YBA), telah melakukan
dan jumlah jiwa 30760, jumlah tindakan pertama untuk www.chinadaily.com.cn

korban jiwa ; 12 jiwa meninggal membantu masyarakat baik


dan 12 jiwa hilang. anggota Kelompok Tani Basis sejak tanggal 25 Desember 2006 kebutuhan MCK dan minum
Kecamatan Kota Kualasimpang: (KTB) Permata maupun sampai tanggal 03 Januari 2007, tidak ada tersedia air bersih.
Jumlah Kepala Keluarga ; 4460, masyarakat non anggota Permata, Dari penyaluran tersebut terdapat Kondisi ini sampai hari ini masih
Jumlah jiwa 20560, Jumlah Kepala yang terparah akibat banjir. 11 anggota Kelompok Tani Basis dialami warga
Keluarga yang mengungsi 4260 Penyaluran bantuan ini dilakukan (KTB) Permata dan 8 Desa diluar masyarakat.Sementara jalan
anggota kelompok, yang terdiri berdebu. Kondisi ini pula yang
dari 6 kecamatan, dengan jumlah membuat bayi dan anak terserang
Kepala Keluarga 2608 KK dan penyakit ISPA.
terdiri dari 11363 jiwa. Sementara itu kebutuhan
Kondisi Perumahan dan pangan sejak tanggal 29
pekarangan penduduk setelah Desember 2007 tidak bisa
banjir surut meninggalkan terpenuhi. Karena masyarakat
kerugian, rusaknya peralatan tidak bisa berusaha untuk
rumah, yang terdiri dari peralatan mencari. Mereka disibukkan
dapur, kamar tidur (tempat tidur, dengan kegiatan membenahi
lemari ) dan dilahan perkarangan rumah mereka yang tersisa dari
lumpur endapat mencapai 30 cm banjir. Sementara tanaman
sampai 95 centi meter. Sementara pangan yang ditanami semuanya
sumber air berupa sumur tertutup mati. Kondisi ini akan
oleh lumpur. Akibatnya memperburuk tentang stok
masyarakat sulit untuk pangan masyarakat 6 bulan ke
membersihkan rumah karena depan.
tidak ada air dan untuk PERMATA
www.id.wikipedia.com

5
UTAMA Pembaruan Tani - Desember 2006

Pengungsi Kecam
Keteledoran Pemda Madina
Sebagian besar pengungsi korban Muara Sipongi, Henry Saragih, langsung pulang. Pengungsi oleh kendaraan Pemda”.
gempa di Kecamatan Muara Sekretaris Jenderal Federasi Serikat s e n d i r i l a h ya n g s e h a r u s n ya Selanjutnya menurut penuturan
Sipongi, Kabupaten Mandailing Petani Indonesia (FSPI) menentukan kapan situasi dan Dayat, karena kejadian ini rakyat
Natal, Sumatera Utara mengecam menyatakan, “Seharusnya kondisi dinyatakan aman,” tandas setempat sempat bersitegang
keteledoran Pemda Madina. Hal ini pemerintah daerah jangan sampai dia. Pemda juga dinilai lalai karena dengan aparat Pemda. “Kami ingin
berkaitan dengan anjuran dari teledor, dan kami mengecam tidak memasukkan analisis ahli, penyelesaian ini selanjutnya, karena
aparat pemerintahan ini pada analisis situasi kondisi terbaru terutama dari BMG setempat. pengungsi sudah susah jangan
tanggal 23 dan 24 Desember lalu. Pemda yang menyatakan daerah Kelalaian ini berakibat fatal, dibawa lagi ke situasi yang kacau
Pemda menginstruksikan Muara Sipongi sudah aman”. terutama dengan jatuhnya korban tak menentu,” lanjut dia.
pengungsi untuk pulang ke Pengungsi kebanyakan sekarang jiwa. “Manajemen penanggulangan FSPI sendiri menginginkan
rumahnya masing-masing. kembali lagi ke Panyabungan dan bencana alam tentunya ada yang manajemen penanggulangan
Kondisi yang dianggap aman ini Kotanopan. salah, dan kami bersama rakyat bencana alam yang berpihak pada
akhirnya kembali berujung pada FSPI sebagai organisasi tani juga mengecam keputusan Pemda rakyat, dengan analisis situasi
tragedi. Hanya berselang beberapa merasa peduli dengan hal ini. “Kita tersebut,” lanjut Henry. kondisi yang terukur, dan terutama
jam setelah para pengungsi kembali punya banyak pengalaman di Aceh Menurut Dayat, penduduk menggunakan kearifan dan
ke kampung, longsor menimpa pasca gempa dan tsunami, Muara Sipongi, “Sebenarnya para kebiasaan lokal. Melalui Henry
penduduk. Sementara ini, 23 orang Yogyakarta, banjir di Jawa Timur, pengungsi belum mau untuk Saragih, FSPI telah menyalurkan
ditemukan tewas. Puluhan lainnya serta tsunami Pangandaran. Tidak pulang. Namun setelah ada anjuran bantuan untuk korban gempa dan
dinyatakan hilang. seharusnya ada instruksi langsung dari Pemda sebagian besar akhirnya longsor di Muara Sipongi.
Diwawancarai di tengah pengungsi yang memaksa pengungsi untuk berangkat, juga karena diantarkan Muhammad Ikhwan

DATA KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN AKIBAT BANJIR DI LANGKAT 20 DESEMBER 2006


UNIT II SPSU LANGKAT, STUNGKIT

Solidaritas FSPI Kerusakan lahan pertanian akibat banjir di kabupaten Langkat, khususnya yang menimpa anggota OTL di Unit II
SPSU Langkat, Stungkit, yaitu OTL Sejahtera Bersama dan Wira Usaha Keluarga, adalah sebagai berikut:
1. Jagung, sebanyak 377 rante
Dan SPSU 2. Padi sebanyak 79,5 rante
3. Kacang Panjang sebanyak 17 rante
4. Kacang Tanah sebanyak 9 rante

Untuk Bencana 5. Cabai sebanyak 24 rante


6. Timun sebanyak 8 rante
7. Terong sebanyak 3 rante
Total lahan pertanian yang rusak adalah 517,5 rante atau 207.000 m2, atau 20,7 Ha. (Ket.: 1 rante = 400 m2)
Banjir di Langkat Di bawah ini adalah data-data nama korban yang lahan pertaniannya rusak akibat banjir tersebut.
LINGKUNGAN III
Banjir bandang di mengalami musibah
Kabupaten Langkat, Jumat terdapat basis-basis anggota
(22/12) lalu, telah Serikat Petani Sumatera
menghancurkan 15 Utara. Oleh karebna itu,
Kecamatan dengan total FSPI bersama dengan SPSU
kerugian Rp 189 miliar. berencana memberikan LINGKUNGAN IV
Sejak terjadinya banjir bantuan solidaritas kepada
bandang lalu, sebanyak 12 petani yang mengalami
unit jembatan putus dan bencana.
mengalami kerusakan Untuk sementara waktu,
akibat dihantam air. data kerusakan lahan
Jembatan yang putus pertanian milik petani
terdapat di Desa Kapras, anggota Organisasi Tani
Huta Gajah dan jembatan Lokal (OTL) Sejahtera
Sungai lepan. Putusnya Bersama dan Wira Usaha
jembatan itu membuat Keluarga, organisasi
warga masyarakat yang dibawah SPSU, mencapai
menghubungkan desa satu 517,5 rante atau setara
dengan desa lainnya dengan 20,7 hektar. Lahan
mengalami kesulitan. Selain yang rusak berupa lahan
itu, banyak lahan-lahan tanaman pangan seperti,
pertanian yang mengalami jagung, padi, kacang
kerusakan parah. panjang, kacang tanah,
Diantara wilayah yang cabai, timun dan terong.
Selain itu masih ada ternak yang mati yaitu 50 ekor ayam

6
FSPI
FEDERASI SERIKAT PETANI INDONESIA
2007

1 Januari: Tahun baru Masehi 17 Mei: Kenaikan Isa Almasih 12 Oktober: Cuti bersama, sebelum hari raya Idul 18 Desember: Hari Buruh Migran Internasional
20 Januari: Tahun baru 1428 Hijriyah 18 Mei: Cuti bersama, menyambut Kenaikan Isa Fitri 20 Desember: Idul Adha 1428 H
18 Februari: Tahun baru imlek Almasih 13 Okober: Idul Fitri 1 Syawal 1428 H 21 Desember: Cuti bersama, sesudah hari raya
8 Maret: Hari Perempuan Internasiona 1 Juni: Hari raya waisak 14 Oktober: Idul Fitri 1 Syawal 1428 H Idul Adha
19 Maret: Hari Raya Nyepi Saka 1929 8 Juli: Hari lahir FSPI 15 Oktober: Cuti bersama, sesudah hari raya Idul 24 Desember: Cuti bersama, sebelum hari raya
31 Maret: Maulid Nabi Muhammad SAW 11 Agustus: Isra Mi’raj Fitri Natal
6 April: Wafat Isa al-Masih 17 Agustus Hari kemerdekaan RI 16 Oktober: Cuti bersama, sesudah hari raya Idul 25 Desember: Hari raya Natal
17 April: Hari Perjuangan Petani Internasional 10 September: Hari perjuangan melawan WTO & Fitri
20 April: Hari hak asasi petani Indonesia Neoliberalisme 16 Oktober: Hari pangan se-Dunia
1 Mei: Hari buruh 24 September: Hari tani nasional 10 Desember: Hari HAM Internasional

SEKERTARIAT FSPI: Jl. Mampang Prapatan XIV No.5, Jakarta 12790 | Telp: +62 21 7991890 | Fax: +62 21 7993426 | Website: www.fspi.or.id
Pembaruan Tani - Desember 2006 CATATAN AKHIR TAHUN
PANDANGAN DAN SIKAP
FEDERASI SERIKAT PETANI INDONESIA (FSPI)
No: 007/12/FSPI/2006
Catatan Akhir Tahun

Reforma Agraria dan


Pembangunan Perdesaan:
Implementasi Jalan di Tempat
Pengantar (LAP), sebuah program yang berujung pada pasar didalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran
Sepanjang tahun 2006, secara umum kondisi kaum tanah. IMF menjadi rejim moneter dan finansial, dan rakyat Indonesia.
tani di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Letter of Intent (LoI) IMF pada tahun 1997 dan 1998 Beberapa pokok pikiran penting dari UUPA 1960
Masalah-masalah utama kaum tani seperti tak pelak lagi menjadi praktek terbesar adalah ditujukan untuk:
kemiskinan, konflik tanah, kelaparan, dan akses neoliberalisme yang berakibat pada liberalisasi 1. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum
terhadap sumber produksi masih belum seluas-luasnya di sektor pertanian. Bulog agraria nasional, yang merupakan alat untuk
terpecahkan. Dengan jumlah penduduk miskin diprivatisasi, dan bea impor ditekan sebebas- membawakan kemakmuran, kebahagian, dan
mencapai 17,75 persen atau sekitar 39,05 juta orang bebasnya (nol persen). WTO dalam konteks keadilan bagi rakyat dan negara, terutama rakyat
(BPS, September 2006), sebenarnya kaum tani terus multilateral menjadi rejim perdagangan, dan tani dalam rangka masyarakat adil dan makmur
menjadi subjek yang termarginalkan. Pertambahan ratifikasi UU No.7/1994 yang mengikat legal 2. meletakan dasar-dasar untuk mengadakan
penduduk miskin di daerah pedesaan ternyata lebih Indonesia sebagai anggota WTO membuat sektor kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
tinggi daripada daerah perkotaan. Sementara kita pertanian kita dibantai produk luar. Pasar dikuasai pertanahan.
tahu bahwa rakyat miskin Indonesia yang berada di impor dan dumping overproduksi, jaminan dan 3. meletakkan dasar-dasar untuk memberikan
daerah pedesaan sebagian besarnya adalah petani. insentif untuk petani pun hilang. Ujung-ujungnya, kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah
Hal ini kontras dengan gambaran deskriptif petani lagi yang menderita. bagi rakyat seluruhnya.
Indonesia yang secara ekonomis masih relevan Hal ini selain membuat akutnya pertanian di Sayangnya, dalam prakteknya program Reforma
bergantung kepada sektor agraria. Secara politik Indonesia, juga menegasikan tuntutan utama kaum Agraria sebagai salah satu kewajiban pemerintah,
pun, kondisi pertanianterutama produk tani, lebih tani yang selama ini berjuang untuk kehidupannya. selama ini belum pernah secara sungguh-sungguh
spesifik lagi padisangat mempengaruhi realitas Reforma agraria yang sedianya menjadi sebuah dijalankan sesuai dengan amanat UUPA 1960 dan
konstelasi kebijakan. Secara historis, negara bisa revolusi bagi ketidakadilan kepemilikan struktur UUD 1945 pasal 33. Alih-alih menjalankan UUPA
berkuasa dengan menguasai pangan, dan tentunya agraria dilupakan. Akhirnya, kedaulatan pangan 1960, dalam pengalaman Indonesia justru
berasal dari sektor pertanian. Sejarah juga rakyat terancam. Program revitalisasi pertanian pemerintah pernah menyelewengkannya, dan malah
menyatakan bahwa negeri ini selalu gonjang-ganjing pada tahun 2005-2006 lalu ternyata tidak melalui penerbitan berbagai peraturan dan undang-
jika ada ketidakseimbangan dalam stok dan harga dimekanisasikan hingga menyentuh kondisi riil undang yang justru bertolak belakang.
beras, yang pernah dirasakan di jaman Presiden kaum tani. Dengan hanya menjadi lip service, Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno. Presiden Soeharto bahkan revitalisasi pertanian ternyata cuma dipolitisasi Soeharto, hak penguasaan, kepemilikan,
mengimplementasikan kebijakan ketat soal tanpa mengimplementasikan tuntutan utama petani, pengelolaan dan penggunaan agraria telah
pertanian dan produksinya, dengan falsafah logistik yakni reforma agraria. Bahkan hingga sekarang pun, digunakan untuk mengeksploitasi hutan,
militer. Secara budaya pula, jangan lupa bahwa belum ada bentuk nyata dari kampanye politik pertambangan, perkebunan, dan konversi lahan
kebudayaan agraris Indonesia adalah salah satu Presiden SBY tersebut. pertanian ke lahan industri, kelautan dan pesisir
yang terluhur yang pernah tercatat. utuk kepentingan pemilik modal besar. Berbagai
Persoalan yang terjadi di sektor pertanian dan Reforma Agraria Sebagai Prasyarat Pembangunan perundang- undangan sektoral, seperti UU No.
pangan di atas baik yang terjadi di tingkat lokal, Di tengah kondisi yang carut marut, pemerintah 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing, UU
nasional, regional, hingga tingkat internasional muncul kembali dengan rencana program yang No.5/1967 tentang ketentuan-ketentuan Pokok
tersebut tidak lepas dari paham neoliberalisme diperuntukkan bagi kaum tani di awal Oktober Kehutanan, UU No. 11/1967 tentang ketentuan
sebagai wujud baru dari kolonialisme-imperialisme 2006. Pemerintah mencanangkan Program Pokok Pertambangan, UU tentang ketentuan-
yang diterapkan di dunia pada lebih dari 60 tahun Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) dengan ketentuan pokok pengairan, serta berbagai UU
yang lalu. Imperialisme klasik yang berwatakan melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN), sektoral lainnya, bahkan secara prinsipil
penaklukan fisik untuk mengeksploitasi kekayaan Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian, dan bertentangan dengan UUPA 1960 1960.
alam dari negara lain sudah ditinggalkan. Tetapi Presiden RI. Sayangnya kejatuhan rezim orde baru, belum bisa
watak kolonialisme-imperialisme ini sebenarnya Dalam dinamikanyaterlepas model yang akan menghentikan ketidakadilan struktural penguasaan
2
tetap eksis dengan merubah penampilan dalam dilaksanakanreforma agraria akhirnya menjadi dan pemilikan agraria. Bahkan kemunculan
seribu wajah baru yang nampaknya humanis dan sorotan oleh pemerintah juga. Konsep yang dulunya perundang-undangan seperti Keppres 34/2003,
baik. Dasamuka dari kolonialisme-imperialisme dianggap tabu digunakan karena terkonotasi 'kiri' Perpres 36/2005 dan revisinya Perpres 65/2006, UU
itulah yang kini bercokol di dunia, memasuki ternyata terbukti menjadi sebuah praktek yang No. 7/2004 tentang Sumber daya Air, UU No.
lembaga-lembaga pemerintah di berbagai negara, dipercaya akan mengatasi masalah agraria saat ini. 18/2004 tentang Perkebunan, Undang-Undang
lembaga-lembaga penelitian, lembaga internasional Sebenarnya reforma agraria bukanlah sebuah Pertambangan, UU No. 41/1999 tentang Kehutanan,
di dalam PBB, termasuk markasnya di lembaga kebijakan baru di Indonesia, karena reforma agraria Undang-Undang Migas dan undang-undang
keuangan internasional seperti Bank Dunia, IMF telah tertuang sebagai cita-cita dari kemerdekaan lainnya bercorak melanggengkan ketidakadilan
dan WTO. nasional demi kesejahteraan, keadilan, kebahagian agraria. Secara praktek, karut marut ini diperkeruh
Tak pelak lagi, isu-isu pokok kaum tani hampir dan kemakmuran rakyat. Hal ini kemudian oleh implementasi neoliberalisme melalui campur
seluruhnya berhubungan dengan lembaga-lembaga diwujudkan dalam UUPA 1960, termasuk beberapa tangan secara langsung maupun tidak langsung dari
ini. Dalam implementasinya, ketiga lembaga yang program nasionalisasi terhadap kekayaan alam dan lembaga-lembaga keuangan internasional Bank
disebut the unholy trinity ini kerap mengintervensi sumber agraria lainnya yang selama masa kolonialis Dunia, IMF dan WTO. Lembaga keuangan
negara dan selanjutnya menjadi hegemoni rejim dikuasai oleh penjajah. internasional tersebut mempunyai peran sentral
dalam konstelasi global. Bank Dunia menjadi rejim Dengan demikian sejak di undangkannya UUPA dalam menentukan arah dan strategi pembangunan
pembangunan dengan pinjaman, proyek dan 1960, sebenarnya bangsa Indonesia telah dan kebijakan ekonomi politik di Indonesia.
rekomendasi pertumbuhannya. Dalam kurun waktu mempunyai hukum agraria yang sifatnya nasional. FSPI memandang, bahwa akibat praktek
1995-2001, Bank Dunia mendorong kecenderungan Adapun isinya menegaskan bahwa fungsi dari kebijakan politik dan ekonomi yang bercorak
kaum tani kehilangan tanahnya dengan sumber agraria yaitu bumi, air, ruang angkasa dan neoliberal ketidakadilan dan ketimpangan struktur
menyelenggarakan Land Administration Project kekayaan alam yang terkandung di atas dan agraria semakin melebar. Sebagai contoh:

7
CATATAN AKHIR TAHUN Pembaruan Tani - Desember 2006

penguasaan atas perkebunan, kehutanan, substansial. Yang dimaksud dengan menata ulang angkasa RI.
pertambangan saat ini didominasi oleh segelintir struktur agraria adalah penataan kembali atau Dalam tahun-tahun sebelumnya dan terutama
individu dan perusahaan-perusahaan besar nasional membongkar struktur kepemilikan, penguasaan, 2006, konflik agraria yang melibatkan petani masih
dan asing seperti PT. NewMont, PT. Freeport, PT. pengalokasian, penggunaan, dan pengolahan yang saja terjadi. Di beberapa daerah, pengalaman petani
CALTEX, PT. London Sumatra dan lainnya yang berhubungan dengan sumber agraria dan kekayaan menyatakan bahwa paradigma pembangunan
luasannya hingga jutaan hektar. alam; bumi, air, dan ruang angkasa serta seluruh sangat meminggirkan petani. Melalui tangan-tangan
Sementara sebagian besar rakyat tani hanya kekayaan yang terkandung didalamnya. pemerintah, PT Perhutani dan malah perusahaan-
menguasai 0,3 ha pada lahan pertanian bahkan tak Pembaruan agraria selanjutnya diharapkan dapat perusahaan multinasional dengan leluasa
bertanah. Pajak maupun keuntungan atas bagi hasil menciptakan proses perombakan dan pembangunan menguasai tanah negara. Petani dan masyarakat
yang diterima negara dari lahan-lahan perkebunan, kembali struktur sosial masyarakat, khususnya sekitar yang menggantungkan hidupnya dari
kehutanan, kelautan, pertambangan dirasakan tak masyarakat pedesaan, sehingga terciptanya sistem pertanian dan memperjuangkan tanah leluhurnya
sesuai dengan keuntungan yang diraih oleh kesejahteraan sosial dan jaminan sosial bagi rakyat digusur. Ada hampir 2000 kasus yang identik sudah
perusahaan-perusahaan asing tersebut yang sudah miskin, kaum tani, serta penggunaan kekayaan alam terjadi di Indonesia semenjak tahun 1970-an, korban
puluhan tahun mengekploitasi sumber-sumber sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. yang jatuh pun tak sedikit.
agraria. Apalagi jika di hitung menurunnya kualitas Struktur agraria yang berkeadilan seperti Di awal bulan Juni 2006, kasus yang terjadi di
layanan alam, dampak sosial, ekonomi dan keinginan petani dan rakyat miskin mengandung Cisompet, Garut, Jawa Barat setidaknya
politiknya terhadap bangsa Indonesia. nilai-nilai dan prinsip, seperti : membangkitkan pengalaman pedih kaum tani yang
Situasi yang penuh ketidakadilan tersebut telah 1. tidak adanya konsentrasi kepemilikan dan hak-haknya tak lagi diprioritaskan oleh negara.
mendorong pada munculnya ribuan konflik-konflik penguasaan agraria pada segelintir orang saja, Terjadi kriminalisasi terhadap perjuangan petani,
yang bersandar pada perebutan penguasaan, yang ditandai dengan adanya aturan tentang yang awam disertai kekerasan terhadap kaum tani
pengelolaan, pemanfaatan dan kepemilikan atas batas minimal dan batas maksimal anggota FSPI. Akibat tindak kekerasan tersebut satu
sumber-sumber agraria, baik yang sifatnya vertikal, 2. tidak adanya monopoli dalam produksi dan orang tertembak, tiga orang ditangkap polisi
horizontal maupun gabungan keduanya. Secara distribusi produksi (kemudian dibebaskan), 22 orang lainnya
umum konflik yang terjadi didominasi oleh konflik 3. adanya jaminan terhadap hukum, penguasaan dinyatakan hilang, 7.000 warga mengungsi, 10
antara rakyat dengan Perusahaan swasta baik asing dan kepemilikan sumber agraria bagi petani hektare lahan penduduk dirusak dan 14 rumah
maupun dalam negeri, rakyat dengan pemerintah kecil, buruh tani dan rakyat miskin lainnya dibakar. Kasus ini masih terus digulirkan dan pihak
dan rakyat dengan institusi negara. Dimana wilayah 4. adanya jaminan bahwa usaha-usaha yang PT Perkebunan Nusantara (PTPN VIII Bunisari
konflik itu berada pada lahan pertanian, dilakukan dalam lapangan agraria haruslah Lendra) yang bertanggung jawab masih terus
perkebunan, kehutanan, pertambangan, memajukan kemakmuran dan martabat manusia berusaha merampas tanah rakyat. Pihak aparat
perairan/kelautan dan urban/perkotaan. Polsek Cisompet dan TNI (Kodim 0611 Garut) yang
Ketidakadilan agraria juga telah mendorong Implementasi Reforma Agraria 2006: Konflik terlibat juga harus diusut hingga tuntas. Dengan
tingginya tingkat urbanisasi dari desa ke kota, Agraria Belum Selesai munculnya kekerasan terhadap petani ini pula
tingginya jumlah buruh migran, meningkatnya FSPI memandang bahwa agar pelaksanaan kaum tani mendesak dicabutnya UU Perkebunan
petani yang tidak memiliki lahan pertanian, pembaruan agraria dapat memenuhi rasa keadilan (UU No. 18/2004) karena cenderung melegitimasi
kerusakan dan pencemaran lingkungan yang maka pembaruan agraria harus dapat kriminalisasi perjuangan petani penggarap.
disertai dengan bencana alam, kasus menyelesaikan semua konflik dan sengketa agraria UU Perkebunan yang bertentangan dengan UUPA
kelaparan/busung lapar, tingginya tingkat yang telah terjadi dari masa lalu dan yang terjadi 1960 juga mengakibatkan konflik berlarut terhadap
pengangguran dipedesaan maupun di perkotaan. saat ini. Sementara untuk menjaga agar konflik petani di Bandar Pasir Mandoge, Sumatera Utara.
Dengan merunut pada analisis sosial, ekonomi, agraria berlarut-larut di masa mendatang, maka Tahun lalu, terjadi kasus penangkapan 5 orang
politik dan budaya di atas tentunya secara rasional pemerintah haruslah ada upaya untuk menciptakan petani yang mempertahankan tanahnya dari
reforma agraria harus dimasukkan sebagai grand peraturan yang tidak memberikan peluang rampasan PT. Bakrie Sumatera Plantation (BSP) di
design pembangunan, terutama berkaitan dengan terjadinya konflik agraria. Sumut. Pada medio 2006 para petani dan keluarga
masa depan sektor pertanian dan pangan Indonesia. Penataan struktur agraria yang berhubungan yang bertahan di lahan pertanian rakyat
disektor pertanian dan kaum tani haruslah dimulai diintimidasi, dan akhirnya diserang oleh aparat
Struktur Agraria yang Diinginkan oleh Petani dan dari pelaksanaan program Landreform yaitu suatu yang disinyalir bergerak atas perintah PT. BSP. Yang
Rakyat upaya yang mencakup pemecahan dan paling sedih adalah nasib mereka yang ditangkap,
FSPI memandang secara konseptual bahwa sesuai penggabungan satuan-satuan usaha tani, dan selain diseret-seret seperti anjing, juga dipukuli
dengan isi dan kandungan dalam UUPA 1960, hal- perubahan skala pemilikan. Kemudian dilanjutkan layaknya bukan manusia dan diborgol seperti
hal yang perlu diatur dalam agraria meliputi dengan peningkatan kemampuan petani dengan seorang pelaku kejahatan. Padahal mereka adalah
seluruh bumi, air, dan ruang angkasa serta seluruh berbagai program-program pendidikan, upaya para petani yang mencoba mempertahankan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya. penyediaan subsidi, pemilikan teknologi pertanian, tanahnya dan tidak ada keberpihakan dari aparat
Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, sistem distribusi/perdagangan yang adil, dan terhadap mereka. Walau sekarang sudah ada yang
termasuk pula tubuh bumi di bawah-nya serta yang mendorong tumbuhnya organisasi-organisasi massa dilepaskan, namun intimidasi terhadap petani terus
berada di bawah air. Kesemuanya tersebut petani dan koperasi petani, serta infrastruktur berlanjut dan tidak ada jaminan yang diberikan
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisah- lainnya. pemerintah atas tanah yang mereka garap.
pisahkan. Hubungan antara bangsa Indonesia dan Sementara penataan struktur agraria yang Selanjutnya, penangkapan dan intimidasi juga
bumi, air serta ruang angkasa, termasuk kekayaan berhubungan dengan pemanfataan di luar usaha- terjadi di tanah pertanian rakyat yang berlokasi di
alam di dalamnya adalah hubungan yang bersifat usaha pertanian pangan seperti perairan, Tanak Awu, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
abadi. pertambangan, kehutanan, perkebunan, pariwisata, Proses penggusuran lahan pertanian terus
Paling penting untuk ditegaskan bahwa dan pemanfaatn lain haruslah dilakukan dengan dilakukan di desa Tanak Awu disertai dengan
pembaruan agraria yang diinginkan oleh kaum tani peninjauan kembali, termasuk pembatalan berbagai kekerasan, intimidasi dan teror yang diprakarsai
adalah Pembaruan Agraria Sejati yaitu adanya kontrak karya atau kontrak pertambangan oleh oleh sekelompok massa yang mengatasnamakan
upaya membongkar dan menata ulang struktur perusahaan-perusahaan asing, izin Hak PAM Swakarsa yang ikut mengawal proses
agraria yang timpang, eksploitasi manusia atas Pengusahaan Hutan (HPH) atau Hutan Tanaman pengggusuran lahan pertanian bersama Pemerintah
manusia, menuju tatanan baru dengan struktur yang Industri (HTI), izin atas eksplorasi sumber-sumber Daerah3 (PEMDA) Lombok Tengah, Nusa Tenggara4
bersendi kepada keadilan agraria. Sehinga program air alam yang dikuasai perusahaan-perusahaan, Barat. Konflik ini sendiri sudah berlangsung lebih
pembaruan agraria nasional yang hendak dijalankan pencabutan izin HGU, izin ekplorasi perikanan dan dari setahun, akibat paksaan pembangunan bandara
oleh pemerintah haruslah suatu pembaruan agraria lainnya di wilayah kelautan, menetapkan internasional di tengah tanah pertanian yang subur.
sejati. penguasaan penuh atas wilayah udara atau ruang Pada 18 September 2005 lalu, kasus penembakan
Yang dimaksud keadilan agraria itu adalah suatu
keadaan dimana dijamin tidak adanya konsentrasi
dalam penguasaan dan pemanfaatan atas sumber-
sumber agraria pada segelintir orang. Keadilan
agraria juga merupakan perwujudan kemerdekaan
Bangsa Indonesia atas tanah airnya secara Tabel. Kasus agraria dan kekerasan terhadap petani. Diolah dari data KPA dan FSPI hingga tahun 2006

8
Pembaruan Tani - Desember 2006 CATATAN AKHIR TAHUN
dan kekerasan dalam rapat umum petani dasarnya konflik agraria tersebut adalah sebesar sekitar 1.066 juta ton, akhirnya didapat
mengakibatkan setidaknya 33 petani luka-luka pelanggaran terhadap HAM. selisih akhir yang menyatakan bahwa sebenarnya
tembak dan pukul. 5. Pengakuan secara hukum mengenai kita surplus beras sekitar 60 ribu ton lebih.
Reforma agraria juga seharusnya bisa menjadi kepemilikan dan penguasaan terhadap tanah- Keputusan impor oleh pemerintah menyakiti hati
resolusi konflik yang berpihak pada petani, tanah obyek Land Reform atau tanah-tanah petani, dan memperlihatkan komitmen
mengingat juga kasus-kasus lain yang belum yang berkonflik atau dipersengketakan petani pembangunan ternyata tidak berpihak pada
selesai perkaranya hingga dewasa ini. Reforma yang saat ini telah dikuasai petani. pembangunan pedesaan.
agraria berpotensi menjadi jaminan kedaulatan 6. Selanjutnya terhadap kebijakan yang sudah FSPI sebagai organisasi tani mencatat tiga hal
petani atas tanah garapannya, karena prinsip “land terlanjur dikeluarkan, seperti pemberian hak yang patut diperhatikan secara serius, yakni: (1)
to the tiller” (tanah untuk penggarap). Berkaitan terhadap perorangan, pemilik usaha maupun FSPI sebagai organisasi tani dengan tegas menolak
dengan resolusi konflik tersebut, tentunya ada bentuk organisasi lainya yang berpeluang impor beras. Impor beras sebagai solusi reaktif dan
konsekuensi positif di masa depan atas kasus menimbulkan konflik agraria haruslah ditinjau jangka pendek seharusnya tidak dilakukan dengan
kekerasan terhadap petani Sosa, Tapanuli Selatan dan dievaluasi kembali, sehingga tidak terulang mengorbankan kepentingan petani, terutama
Sumatra Utara, terhadap petani di Bengkulu atau munculnya konflik agraria. dengan fakta stok dan produksi beras surplus.
peristiwa penembakan yeng menyebabkan Dampak impor beras telah jelas bagi petani padi,
tewasnya 4 petani di Bulukumba Sulawesi Selatan Implementasi Pembangunan Pedesaan 2006: Quo yaitu dengan turunnya harga gabah dan hancurnya
akibat konflik dengan PT. London Sumatra (PT. Vadis Pertanian Rakyat pasar domestik, sehingga melenyapkan
Lonsum), dan penangkapan dan kekerasan Hampir 70 persen rakyat Indonesia tinggal di keuntungan bagi kehidupan petani. Solusi jangka
terhadap petani Cibaliung, Banten. pedesaan, dan mayoritas dari mereka menengah yang harus diterapkan adalah dengan
Untuk itulah, FSPI juga meyakini bahwa menggantungkan hidup pada sektor pertanian. mengaktifkan kembali peran Bulog sebagai buffer
pelaksanaan reforma agraria menuntut Pembangunan pedesaan menurut pandangan stock beras. Masa-masa kritis, kurang stok dan
penyusunan undang-undang baru yang organisasi tani adalah suatu keniscayaan, terutama harga naik sebenarnya bisa diprediksi oleh
merupakan turunan selanjutnya dan mekanisasi untuk mengatasi masalah-masalah pokok petani pemerintah karena kita punya siklus musim yang
dari UUPA 1960, sehingga selain tidak melanggar seperti kemiskinan dan kesejahteraan. Dalam jelas. Ditambah tanggal-tanggal yang jelas untuk
struktur peruntukan, penguasaan, pemanfaatan, prakteknya. pemerintah kelihatan gagap dalam mengantisipasi kenaikan harga (misalnya hari
dan pengolahan tentang agraria, harus ada jaminan merespon isu ini, padahal secara riil sudah besar agama), tentunya manajemen stok bisa
keberlanjutan dan kelestarian agraria tersebut. dihasilkan konsep Revitalisasi Pertanian. Pasca diperbaiki tanpa petani menjadi korban terus.
Dengan demikian langkah-langkah yang harus tahun 1987, berakhirlah swasembada pangan di Sederhana saja, Bulog membeli gabah dengan
ditempuh oleh penyelenggara negara dalam Indonesia dan pembangunan pertanian Indonesia harga yang menguntungkan dari petani pada masa
menjalankan pembaruan agraria tersebut adalah: semakin kehilangan track-nya. Hal ini panen raya dan panen gadu (Maret-April dan
1. Menjalankan reforma agraria haruslah sesuai membuktikan, tanpa grand design yang jelas dan Agustus-September), sehingga stok bisa disalurkan
dengan prinsip dan semangat dari jiwa UUPA implementasi yang terintegrasi, tentu akan sulit pada masa-masa yang diidentifikasi kritis. Tidak
1960, yang dilaksanakan secara murni dan mencapai pembangunan pedesaan yang seperti sekarang, pemerintah seperti kebakaran
konsekuen. diharapkan. Hal ini juga dibuktikan dengan jenggot dan solusinya klasik: impor.
2. Pembatalan atau pencabutan terhadap seluruh beberapa kebijakan umum dan khusus yang Hal ini tentunya harus diperbaiki juga dengan
produk undang-undang dan peraturan yang dilakukan pemerintah pada tahun 2006 yang berbagai kebijakan pendukung yang tidak
berkaitan dengan agraria, termasuk bertentangan dengan semangat di atas. Ada diberikan kepada petani, yakni insentif. FSPI secara
penghentian pembahasan RUU Penanaman beberapa hal yang dijadikan catatan berkaitan kritis mempertanyakan insentif apa yang diberikan
Modal. Pembatalan atau pencabutan seluruh dengan hal ini, yakni seperti yang akan negara, pemerintah dan masyarakat terhadap
undang-undang dan peraturan yang berkaitan disampaikan sebagai berikut: pertanian, yang fakta di lapangan hingga saat ini
dengan agraria tersebut haruslah diikuti pula memang tidak optimal. Masalah pupuk, benih,
pembuatan undang-undang dan peraturan yang a. Masalah Impor Beras harga, pasar, bahkan sarana produksi vital seperti
merupakan turunan dari UUPA 1960, sehingga Ada problematika yang patut disoroti secara serius tanah dan air lupa dibangun secara
tidak menjadi undang-undang dan peraturan dalam kebijakan impor beras pemerintah di tahun berkesinambungan oleh pemerintah. Insentif disini
yang sektoral dan tumpang tindih. 2006 ini. Menurut perhitungan BPS dan bukan bermakna subsidi secara sempit, namun
3. Untuk penyederhanaan dalam pelaksanaannya Departemen Pertanian, sesungguhnya Indonesia lebih kepada rangsangan keuntungan bagi kaum
sehingga tidak terjadi tumpang tindih, maka surplus beras sekitar 60 ribu ton. Ini dikarenakan tani. Hal ini bisa berupa insentif langsung bagi
departemen yang berkaitan dengan agraria produksi gabah naik, yaitu sebesar 54.66 juta ton buruh atau petani yang produktif, program
haruslah dalam satu koordinasi, yang memiliki gabah kering giling (GKG). Setelah dikurangi reforma agraria bagi penggarap, harga yang
otoritas. penyusutan dan penggunaan GKG, dengan faktor berkorelasi langsung dengan ongkos produksi dan
Dalam rangka membangun rasa keadilan bagi konversi 0.63, bisa menghasilkan beras untuk keuntungan, dan sebagainya. Khusus pada masalah
petani dan rakyat lainya yang mengalami konflik dikonsumsi sebesar 32.025 juta ton. Kebutuhan harga, perlu disoroti secara kritis kebijakan
agraria yang belum diselesaikan sampai saat ini, beras untuk rakyat dihitung sebesar 30.958 juta ton, pemerintah melalui Inpres No. 13/2005 tentang
yakni dari masa kolonial hingga sekarang haruslah ditambah kebutuhan beras untuk non-pangan HPPyang menurut hemat kaum tani tidak sesuai
diselesaikan karena ini merupakan bagian dari
pelaksanaan pembaruan agraria. Penyelesaian
konflik agraria yang belum selesai dari masa Tabel: impor beras Indonesia (data FSPI dan dari berbagai sumber)
kolonial hingga saat ini haruslah di tempuh dengan
langkah-langkah :
1. Menginventarisir seluruh konflik-konflik agraria
yang belum diselesaikan dari masa kolonial
hingga sekarang.
2. Merumuskan mekanisme penyelesaian konflik
secara sistematis, terencana dan menyeluruh
serta bersendikan kepada rakyat yang menjadi
korban dari konflik tersebut.
3. Mengembalikan hak tersebut baik dalam bentuk
agraria yakni lahan semula, mengganti lahan
atau melalui mekanisme ganti rugi dengan
mempertimbangkan rasa keadilan rakyat yang
menjadi korban dari konflik agraria tersebut.
4. Bagi pelaku yang menyebabkan terjadinya
konflik agraria baik secara langsung atau tidak
langsung harus pula diajukan ke pengadilan
yang berdimensikan HAM, karena pada

9
CATATAN AKHIR TAHUN Pembaruan Tani - Desember 2006

lagi dengan ongkos produksi dan keuntungan mengingkari mandat sebagai presiden yang dipilih tanah), dan akhirnya proteksi bagi kaum ini
petani. Harga gabah panen sebesar Rp 1730 pada Pemilu yang lalu. Pembangunan hanya terabaikan. Mulai tahun 1998, pertanian di
tentunya tidak relevan lagi setelah kenaikan BBM berkutat pada sektor investasiyang digantungkan Indonesia terasa tidak menguntungkan dengan
yang secara langsung menaikkan ongkos produksi seluruhnya dari kekuatan kapital luar tanpa tidak dilakukannya pembangunan berfokus pada
(pupuk naik, ongkos traktor, buruh tani, dan kemandiriandan penguatan sektor moneter dan pembangunan pedesaan, tidak dihargainya
transportasi). finansial. Pembangunan di tahun 2006 tentunya produksi petani, impor, hingga masalah pendidikan
(2) pemerintah juga melupakan masalah rantai melupakan pertanian rakyat sebagai sektor riil yang dan kesehatan di pedesaan. Sehingga tak heran jika
perdagangan beras yang mengakibatkan produsen bisa menjadi penggerak roda ekonomi masyarakat banyak petani yang mulai berpindah menjadi buruh
dan konsumen terancam spekulasi dan permainan Indonesia. pabrik, menjadi buruh migran di luar negeri atau
harga. Perlu ada terobosan prinsip direct selling- Secara ekonomis, faktanya pertanian adalah salah pemuda pemudi tani yang berbondong-bondong
direct buying dari petani padi sehingga bisa satu sektor yang paling tahan dan elastis terhadap berpindah ke kota dan menganggap pertanian tak
langsung ke tangan konsumen. Tentunya hal ini fluktuasi ekonomi internasional. Sektor ini bersama berharga lagi.
membutuhkan Bulog sebagai perantara. Untuk itu, Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) juga Di sisi lain, anggaran pemerintah untuk
Bulog harus dikembalikan perannya untuk melayani merupakan bagian integral dari kedaulatan pembayaran utang dan bunganya mengambil porsi
rakyat, dengan peran public service obligation Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1997. Di saat yang sangat besar. Hampir 40 persen alokasi APBN
(PSO)-nya. Peran inilah yang dikebiri IMF dengan investasi, manufaktur dan indikator moneter kolaps dibayarkan untuk cicilan utang, melupakan
Letter of Intent tahun 1998. Rantai perdagangan ternyata pertanian tetap elastis karena kebutuhan pembangunan lain yang lebih krusial. Posisi utang
beras yang terlalu panjang dalam pengalaman dan proksimitasnya yang relatif menjadi pokok Indonesia kini mencapai USD 147 milyar, atau
Indonesia juga hanya menyuburkan pedagang dan utama ekonomi rakyat. Pertanian juga secara sekitar 1.337 trilyun rupiah. Hal ini sesuai dengan
pemburu rente. Dalam kasus impor beras terakhir, konstan menyumbang kepada produk domestik penuturan sebelumnya, bahwa ada campur tangan
negara dan rakyat berpotensi dirugikan sekitar Rp bruto dan menjadi ruang ekonomi bagi lapangan institusi internasional Bank Dunia, IMF dan WTO
520 milyar, apalagi dengan impor dengan kerja padat karya. Pertanian menyumbangkan dalam masalah ini. Sesuai dengan perspektif
mengandalkan harga internasional yang murah sekitar 13.41 persen PDB pada tahun 2005, dan di pembangunan pedesaan, semestinya jumlah ini bisa
(US$ 302 per ton). tahun 2006 diperkirakan sebesar 13.29 persen. digunakan untuk hal lain yang lebih substansial.
(3) impor beras juga kental kaitannya dengan Sementara, total tenaga kerja yang diserap melalui Jumlah pembayaran utang dalam anggaran itu
Bank Dunia, IMF dan WTO. Baru-baru ini, Bank pertanian bisa berpotensi mencapai sekitar 44 persen sendiri ternyata 6 kali lebih besar dari anggaran
Dunia menyebarkan hasil risetnya yang dari total angkatan kerjaatau sekitar 46,7 juta jiwa kesehatan, 2 kali anggaran pendidikan nasional, 11
menganjurkan pembukaan pasar impor beras untuk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kali lebih besar dari anggaran perumahan dan
menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Riset Sementara jumlah penduduk yang secara tidak fasilitas umum, serta 33 kali lebih besar dari
berjudul “Making The New Indonesia Work for The resmi atau informal bermata pencaharian petani anggaran jaminan sosial. Lebih lanjut lagi. proyek
Poor” itu tak pelak lagi menjadi salah satu anjuran (petani gurem, buruh tani) adalah lebih dari 38 juta utang Bank Dunia dan IMF juga telah
yang mengancam kedaulatan rakyat. IMF dengan keluarga tani. mengakibatkan penderitaan masyarakat di bidang
LoI-nya membuka pasar beras sebebas-bebasnya Dengan faktor ekonomi di atas, pembangunan agraria: membuat pasar tanah dan menelantarkan
(tarif impor 0 persen) dan mengebiri peran Bulog sebenarnya bisa berfokus pada pertaniandengan jutaan petani hingga tak bertanah di Indonesia,
pada tahun 1998. WTO adalah penganjur utama memanfaatkan kekayaan sumber agraria di negeri mewujudkan privatisasi air, kerusakan lingkungan,
perdagangan bebas, terutama pertanian. Baru-baru ini. Sejak kehilangan track-nya, pembangunan di bahkan kehilangan lapangan pekerjaan.
ini, proposal perlindungan untuk komoditi khusus negeri ini semakin ambigu antara pertanian dan Indonesia memutuskan untuk melunasi utang
(Special Product and Special Safeguard Mechanism) industri; di satu sisi sektor pertanian tak maju-maju, pada IMF sebesar USD 3.1 milyar pada Oktober
yang dipromotori negara miskin dan berkembang di sisi lain industri juga mandeg. Sebenarnya banyak 2006. Secara kritis, juga menimbang faktor ekonomi,
G-33 berusaha dikandaskan. Indonesia yang hal yang mendasari fakta ini selain sosial, dan politik keputusan ini tidak istimewa,
cenderung sebagai good boy dari unholy trinity di ketidakberpihakan pemerintah, seperti kurangnya bahkan opsi untuk mengatasi masalah utang ini
atas, seharusnya aware terhadap bahaya anjuran, insentif bagi dunia usaha, iklim liberalisasi pasar sejak lama dibahas baik di Indonesia maupun di
program dan peraturan lembaga-lembaga ini. Sudah yang mematikan produsen dan pasar domestik, tengah masyarakat internasionalbaik opsi untuk
sepatutnya kita berpikir mandiri dan menolak regulasi yang merugikan dan tak efektif bagi membayar, maupun untuk mengemplang utang
intervensi asing terutama dalam kebijakan yang pengusaha kecil, serta integrasi kebijakan seperti yang dilakukan Argentina. Fenomena ini
mempengaruhi hajat hidup rakyat banyak. pemerintah yang karut marut. sebenarnya harus dilihat sebagai momentum bahwa
Namun, faktanya pertanian di tahun 2006 juga Indonesia bisa terlepas dari cengkraman IMF, dan
dihubungkan hanya sebagai angka-angka semu bagaimana pemerintah bisa membangun
b. Kebijakan Pertanian dan Pembangunan ekonomi makro. Polemik harga beras yang perekonomian tanpa harus diintervensi lagi.
Pedesaan kemudian harga gabah, menelurkan ide kebijakan Kemudian pemerintah juga harus bisa mengoreksi
Pembangunan Indonesia secara umum sama seperti penekanan hargayang berakibat pada pengetatan kebijakan anggaran agar menjadi kebijakan yang
tahun-tahun sebelumnya, selalu berdasarkan konsep harga gabah. Padahal harga gabah dan beras di sesuai dengan pemenuhan hak konstitusi rakyat.
pertumbuhan. Kali ini, Presiden SBY mencanangkan Indonesia tidak selalu berhubungan langsung; Dalam konteks inilah pembangunan pedesaan
kebijakan yang dipromosikan dengan istilah triple kenaikan harga beras yang terjadi di bulan Oktober menjadi krusial dalam langkah menuju Indonesia
track strategy yaitu pro-growth, pro-poor dan pro- hingga Desember ternyata tidak diikuti kenaikan yang sejahtera, adil dan makmur.
employment untuk menyukseskan program-program harga gabah. Dengan alasan menurunkan inflasi
yang dulu dijanjikannya kepada rakyat. Namun apa pemerintah mengimplementasikan kebijakan Penutup
yang terjadi? Pertumbuhan ekonomi secara makro dengan tetap berpaku pada Inpres 13/2005 yang Tahun 2006 ditutup dengan wacana reforma agraria
sebesar 5,8 persen ternyata tidak ekuivalen dengan menekankan harga gabah murah, dan impor beras. dan pembangunan pedesaan yang di satu sisi
distribusi pemerataan kekayaan di Indonesia. Hal ini dilakukan sekedar untuk menutupi borok menjadi harapan petani. Di sisi lain, kedua isu ini
Akibatnya yang merasakan pertumbuhan hanya inflasi, agar indikator-indikator ekonomi makro di bukanlah sesuatu yang baruterutama bagi negara
segelintir golongan, terutama yang didomninasi negara ini tetap kelihatan berkembang. Disadari agraris seperti Indonesia. Sebagai wacana, kedua isu
oleh kekuatan korporat dan konglomerasi. atau tidak, petani hanya menjadi objek dan angka- pokok kaum tani di atas belumlah mencerminkan
Sementara jurang pendapatan semakin lebar antara angka, dan selalu menjadi pihak yang dirugikan. grand design yang jelas, apalagi tidak ada cetak biru
si kaya dan miskin, dan petani yang terkesan seperti Lebih jauh lagi, pembangunan pedesaan dalam bagi pembangunan secara luas yang akan
'ketinggalan kereta' di desa. cerminan kerangka anggaran negara cukup memfokuskan pada kedua hal di atas. Selanjutnya,
Yang menarik dari rencana pembangunan di menyedihkan. Total hanya 6.6 trilyun rupiah yang wacana tersebut juga sebenarnya telah dirumuskan
Indonesia adalah rencana Revitalisasi Pertanian, digelontorkan khusus untuk pembangunan sektor dengan baik pada UUPA 1960, dan tinggal
Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang diluncurkan agrariaitu pun tidak khusus dalam sektor pangan didiferensiasi dengan turunan-turunan, mekanisasi
Presiden SBY pada 11 Juni tahun lalu. Lebih dari saja, melainkan dalam kerangka Revitalisasi dan teknis pelaksanaan.
setahun, tidak ada komitmen dasar yang diberikan Pertanian, Perikanan dan Kelautan (RPPK). Derita petani, baik dalam konflik agraria maupun
dalampembangunan pertanian Indonesia, yang Kebijakan ini akhirnya berelasi negatif dengan fakta dalam segi rantai hidup dan jual-beli produk
sejatinya berada di daerah pedesaan. Fokus di lapangan bahwa petani di Indonesia pada pertanian sudah sejak lama mengendap. Terobosan
pembangunan yang dilakukan SBY jelas-jelas umumnya gurem (hanya memiliki tanah sekitar 0.5
melenceng dari apa yang diharapkan rakyat, dan hektar atau kurang) dan buruh tani (tidak memiliki ...Bersambung ke halaman 11

10
Pembaruan Tani - Desember 2006 REFLEKSI
Dinamika Kawasan Amerika Latin:
Bercermin dari Perjuangan Gerakan
Petani Tak Bertanah (MST) Brazil
Henry Saragih (Bagian 2 dari 3 tulisan)

MST: gerakan rakyat mewujudkan reforma agraria


J ika membicarakan pembaruan
agraria di Amerika Latin, maka
kita harus merunut pada sepak
terjang gerakan reforma agraria
sekarang mencapai 2.5 juta orang
(dalam desa-desa atau settlement)
plus jutaan lebih simpatisan
(pendukung), dengan
membuat gerakan pembaruan
agraria menjadi masif. Hebatnya
lagi, gerakan ini populer dan
mendapat dukungan rakyat
sekolah dan pengelolaan yang
rapidari tingkat settlement hingga
nasional. Pendidikan juga
dilaksanakan secara cepat dan
populis dari MST (Organisasi perkembangan tidak hanya sekitarnya. Hingga saat ini, masif, terutama di tingkat-tingkat
Petani Tak Bertanah) di Brazil. mengolah tanah, tapi juga keberadaan MST pun menjadi basis.
MST merupakan sebuah gerakan mengembangkan alternatif sosial krusial di kancah politik, dengan Faktor lain yang mendukung
sosial paling fenomenal dalam yang lebih dari itu. Untuk itulah di perannya pada kemenangan perkembangan organisasi rakyat
sejarah Amerika Latin dan menjadi Amerika Latin, MST menjadi Presiden Lula Inacio da Silva di seperti MST agar bisa masif dan
model gerakan masyarakat model pembaruan agraria yang dua kali pemilihan (2002 dan populis antara lain adalah
sipilterutama petani di dunia. sejatikarena cakupan makna 2006). jaringannya dengan gereja katolik
Sejak tahun 1984, sekitar 250.000 pembaruan agraria yang Letak keberhasilan MST dan para pakar. Walaupun tidak
keluarga telah berjuang diusungnya tidak berhenti hanya sebenarnya adalah pada terafiliasi secara langsung,
mewujudkan pembaruan agraria, pada kepemilikan lahan, namun rasionalisasi perjuangannya yang dukungan kedua pihak ini
dengan mengokupasi tanah seluas terus menjadi sebuah perubahan dituangkan pada pendidikan dan semakin menegaskan bahwa
21 juta hektar lebih. sosial dari proses produksi, aksi nyata. Perjuangan MST yang gerakan reforma agraria yang
Gerakan ini berhasil konsumsi hingga distribusi utama adalah perjuangan diusung MST terlegitimasi dan
mentransformasikan dirinya kebutuhan anggotanya. menegakkan keadilan dalam merupakan pilihan rasional.
menjadi gerakan dari bawah ke Dari hampir 2000 settlement (desa bidang agraria, dengan Sebuah polling pada bulan Maret
atas yang mencerminkan yang dibuat dari proses okupasi melaksanakan reforma agraria 1997 menyatakan bahwa 77 persen
masyarakat sipil (bottom-up) dan lahan) yang tersebar di 23 propinsi, sejati (vis a vis land reform Bank responden mendukung gerakan
populis. Tercatat anggota MST kini MST mulai memperlebar dan Dunia dengan pasar tanahnya). MST dan 85 persen mengesahkan
Reforma agraria jangan diartikan gerakan okupasi tanah tanpa
secara sempit sebagai proses kekerasan yang dilakukan
redistribusi lahan saja, melainkan organisasi ini. Di bulan yang sama,
juga mencakup proses pra- deklarasi mendukung MST juga
produksi (tata guna tanah), ditandatangani 200-an lebih
produksi hingga pasca produksi wartawan, artis dan intelektual
(pasar, distribusi, industri). ternama. bersambung...
Pengertian secara luas inilah yang
menjadi rasionalisasi MST pada Penulis adalah Sekjen Federasi Serikat
khususnya, dan organisasi tani Petani Indonesia dan juga merangkap
lainnya di dunia pada umumnya, Koordinator Umum Gerakan Petani
Internasional La Via Campesina.
terhadap perjuangan melawan
neoliberalisme. Tulisan ini pernah disampaikan pada
Pendidikan menjadi salah satu kuliah umum Program Pasca Sarjana Ilmu
pilar utama pembangunan rakyat, Politik Universitas Indonesia, Senin 27
dengan banyaknya institut, November 2006.

agraria berdasarkan UUPA 1960 dan pembangunan (pertanian korporasi dan monokultur).
...sambungan dari halaman 10
pedesaan berasaskan prinsip-prinsip kedaulatan Demikian catatan akhir tahun 2006, yang sampai
baru ini tentunya harus melingkupi: (1) komitmen pangan (La Via Campesina, 1996). saat ini posisi dan peran petani dalam
atau political will pemerintah; (2) pelibatan Hal ini berkaitan dengan implementasi hal-hal pembangunan masih dipinggir, ditengah retorika,
organisasi tani yang kuat sebagai subjek perubahan; berikut: (1) peningkatan keadilan terhadap wacana, dan implementasi yang mandeg.
(3) tersedianya data yang akurat (4) dukungan dari penguasaan, kepemilikan dan pengelolaan sumber- Pembangunan pertanian Indonesia adalah cita-cita
polisi dan militer (5) elit penguasa yang harus sumber agrariaseperti tanah, air, dan alat produksi yang cerah, dan ke depan harapan kita semua
terpisah dari elit bisnis (6) aparat birokrasi yang lainnya (2) membangun ekonomi pangan lokal yang menjadi perubahan berarti yang bersejarah,
bersih, jujur dan mengerti isu-isu pokok petani. berdasarkan proses produksi dan pemasaran tentunya dengan perubahan yang signifikan dalam
Kebijakan pemerintah melalui duet SBY-JK selama pangan tingkat lokal (3) menjamin harga yang dunia pertanian di negara agraris ini.
tahun 2006 juga cacat secara implementasi. Janji-janji berelasi langsung dengan ongkos produksi dan
sewaktu kampanyeterutama reforma agrariatak keuntungan petani (4) menjalankan hak-hak negara
Jakarta, 28 Desember 2006
kunjung direalisasikan. Revitalisasi Pertanian, untuk melindungi pasar dalam negeri dari serangan
impor (5) subsidi dan insentif bagi petani pangan, Badan Pelaksana Federasi (BPF)
Perikanan dan Kehutanan (RPPK) juga jadi retorika
belaka, padahal sudah satu tahun lebih dari terutama yang melaksanakan pertanian Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI)
pencanangannya. Maka dalam kesempatan ini, berkelanjutan; dan dengan itu menghentikan subsidi
menyatakan urgensi dilaksanakannya reforma bagi usaha pertanian yang tidak berkelanjutan

11
SERIKAT Pembaruan Tani - Desember 2006

Syahroni/PEMBARUAN TANI

Kunjungan
Persahabatan
Petani Korea
Ke FSPI
Selasa, 12 Desember 2006, Federasi Bank Dunia dan IMF.
Serikat Petani Indonesia (FSPI) Achmad Yakub, Deputi FSPI yang
kedatangan 25 petani asal Korea juga salah satu pembicara dalam Petani Korea (KPL dan KWPA) berfoto bersama petani SPSU
Selatan. Mereka terdiri dari 16 sesi diskusi menguraikan sepak di Simalungun, Sumatera Utara.
petani anggota Liga Petani Korea terjang anggota FSPI dalam impor di Korea Selatan. Harga sekolah petani SMP Plus
(KPL) dan 9 petani anggota memperjuangkan pembaruan produk pertanian di tingkat petani Pasawahan. Petani Korea
Asosiasi Petani Perempuan Korea agraria. Selain kebijakan menjadi sangat rendah sedangkan berkesempatan tanya jawab dengan
(KWPA), kedua organisasi tersebut pemerintah yang tidak pro rakyat, biaya produksi tetap tinggi. Semua siswa-siswi sekolah yang didirikan
merupakan anggota La Via tantangan juga datang dari agen- itu terjadi berkat kesepakatan- oleh kader-kader tani ini. Tak bisa
Campesina. agen noeliberal seperti Bank Dunia kesepakatan di WTO dan Free disembunyikan kekaguman mereka
Petani Korea datang untuk untuk dan IMF. Ditambah lagi sejak Trade Agreement (FTA). ”Down terhadap perjuangan kaum tani di
membangun solidaritas perjuangan berdirinya WTO tahun 1995, nasib down WTO! down down FTA!” seru Indonesia. Walaupun dengan
petani Asia melawan petani Indonesia semakin Jeom Sook, lantang. fasilitas seadanya, tapi semangat
neoliberalisme. Selain itu, mereka termarjinalkan. ”Kebijakan- Setelah berdiskusi di hari untuk mencari ilmu dan
juga berkesempatan mendatangi kebijakan neoliberal badan-badan pertama, para petani Korea melanjutkan perjuangan gerakan
anggota FSPI di Jawa Barat, Jawa dunia sangat merugikan petani. berkesempatan mengunjungi tani sangat besar .
Tengah dan Sumatera Utara. Liberalisasi perdagangan dunia anggota FSPI di tiga wilayah, yaitu Perjalanan dilanjutkan ke lahan-
Acara berawal dari diskusi petani menyebabkan banjirnya beras Serkat Petani Pasundan (SPP), lahan reklaiming para petani SPP.
Indonesia-Korea bertemakan impor, kebijakan land reform disetir Serikat Petani Jawa Tengah (SP Di sana, mereka tidak hanya
“Memperkuat Solidarits Perjuangan Bank Dunia. Oleh karena itu, petani Jateng) dan Serikat Petani Sumatera berdialog tapi terjun dengan para
Kaum Tani dalam Melawan harus bangkit melawan dominasi Utara (SPSU). Rombongan dibagi petani setempat mengerjakan
Neoliberalisme”, di Jakarta. Dalam rejim neoliberal,” ujar Yakub. menjadi dua tim, yang terdiri dari ladang-ladang garapan. ”Saya
diskusi tersebut dibahas Hal yang sama dikemukakan tim Jawa dan Sumatera. harap mereka bisa merasakan dan
perjuangan para petani di Korea juga oleh Goo Jeom Sook dari Tim jawa mengunjungi Desa memahami bagaimana petani
dan Indonesia melawan rezim KWPA. Liberalisasi perdagangan Pasawahan, Ciamis. Di basis Indonesia bekerja dan berjuang,”
pasar bebas seperti WTO, FTA, menyebabkan banjir makanan anggota SPP mereka mengunjungi ungkap Wilda Tarigan, Deputi
Pengembangan Petani Perempuan
Muhammad Ikez/PEMBARUAN TANI

FSPI.
Kemudian perjalanan dilanjutkan
ke dataran tinggi Dieng di
Wonosobo. Bersama pengurus SP
Jateng, para petani Korea
dikenalkan dengan kultur bertani
dataran tinggi, dimana sebagian
besar petaninya bertanam sayuran
dan kentang.
Perjalanan yang sama dilakukan
tim Sumatera. Mereka
mengunjungi basis-basis petani
SPSU di daerah Simalungun,
Asahan dan Toba Samosir. Selain
itu para petani juga diperkenalkan
dengan kebudayaan setempat
seperti Tor-tor Batak, acara tukar
benih sebagai simbol persahabatan
petani lintas batas.
Setelah acara kunjungan
persahabatan selesai, para petani
Korea Selatan berkumpul kembali
di Jakarta, dan berangkat ke
Petani Korea (KPL dan KWPA) sedang berpraktek cara bertani ala petani SPP di Desa Pasawahan, Ciamis, negerinya pada tanggal 17
Jawa Barat. Desember 2006. Cecep Risnandar

12

You might also like