You are on page 1of 2

HSBC Lakukan Sindikasi 75 Juta Dolar AS

JAKARTA – Republika
HSBC Amanah Syariah berencana melakukan sindikasi pembiayaan syariah senilai 75
juta dolar AS bagi salah satu perusahaan pembiayaan swasta Indonesia. Sindikasi tersebut
ditargetkan rampung pada akhir kuartal ketiga tahun ini.
Melalui sindikasi tersebut, HSBC Amanah akan menjaring dana investasi berbagai
investor dari Timur Tengah, Asia, dan Eropa. HSBC menargetkan sekitar 60-70 persen
dana sindikasi berasal dari investor Timur Tengah.
Menurut Senior Vice President HSBC Amanah Syariah, Mahmoud Abushamma,
sindikasi tersebut merupakan sindikasi off shore. Rencananya, HSBC Amanah akan
mengundang investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam sindikasi tersebut. Mereka
adalah investor Timur Tengah, Eropa, dan Asia. ”Ini sindikasi off shore. Kami berencana
mengundang investor dari Timur Tengah, Eropa, dan Asia untuk berpartisipasi dalam
sindikasi ini,” katanya kepada Republika, Selasa, (3/7).
Menurut Mahmoud, HSBC Amanah menargetkan investor Timur Tengah dapat memiliki
porsi investasi sekitar 60-70 persen pada sindikasi pembiayaan syariah tersebut.
Sedangkan, sisanya adalah investor Asia dan Eropa. ”Kami harap yang menjadi
mayoritas adalah dari Timur Tengah. Kami harap sekitar 60 hingga 75 persen. Saat ini
sudah ada beberapa investor yang menyatakan tertarik untuk ikut dalam sindikasi
tersebut,” katanya.
Menurut Mahmoud, proses persiapan sindikasi pembiayaan syariah tersebut telah
dilakukan sejak kuartal kedua lalu. Bahkan, HSBC Amanah telah mengajukan
permohonan persetujuan kepada Departemen Keuangan. ”Kami memproses ini
(sindikasi) sejak kuartal kedua atau tepatnya sekitar Maret. Kami juga telah mengajukan
izin kepada Departemen Keuangan,” katanya.
Penerbitan persetujuan dari Depkeu diperlukan karena persetujuan tersebut berfungsi
untuk memastikan pengadaan sindikasi tidak bertentangan dengan regulasi yang berlaku.
”Jadi, ini semacam clearance,” katanya.
HSBC juga menargetkan pengadaan dua sindikasi tambahan pada kuartal keempat
mendatang. Sindikasi pembiayaan syariah pertama akan menjaring dana investasi senilai
300 juta dolar AS bagi salah satu BUMN yang bergerak di sektor minyak dan gas.
Sedangkan, sindikasi kedua akan menjaring sekitar 150 juta dolar bagi salah satu
perusahaan telekomunikasi swasta Indonesia. ”Hingga akhir tahun, kami merencanakan
akan melakukan dua atau tiga sindikasi lagi. Hal ini bila semua hal berjalan sesuai
rencana kami,” katanya.
Mahmoud juga menyebutkan, HSBC Amanah sebetulnya telah melakukan satu sindikasi
pembiayaan syariah semester pertama lalu. Sindikasi tersebut dilakukan untuk Krakatau
Steel. Sementara, dana dijaring sindikasi tersebut sebesar 50 juta dolar AS. ”Jadi, tahun
ini kami sudah lakukan satu sindikasi pembiayaan untuk Krakatau Steel sebesar 50 juta
dolar AS,” katanya.
Perlu sindikasi
Sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Agustianto menyambut baik
rencana pengadaan sejumlah sindikasi pembiayaan syariah oleh HSBC Amanah. Hal
tersebut diyakini akan membantu upaya pencapaian peningkatan pangsa perbankan
syariah menjadi lima persen. Sebabnya, sindikasi memiliki volume bisnis cukup besar.
”Kita sangat mendukung sindikasi pembiayaan yang dilakukan oleh HSBC. Ini akan
memperbesar pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia,” katanya.
Karena itu, bank-bank syariah lain juga perlu melakukan sindikasi pembiayaan
khususnya bagi sektor infrastruktur agar bank syariah tidak terkena peraturan Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Sehingga, perbankan syariah memiliki peran
cukup signifikan dalam mendorong sektor perekonomian di Indonesia.
Menurut Agustianto, sindikasi pembiayaan juga merupakan salah satu upaya efektif yang
dapat dilakukan perbankan syariah dalam mencapai pangsa lima persen. Sebabnya,
volume bisnis sindikasi pembiayaan cukup besar. Sehingga perbankan syariah dapat
dengan mudah meningkatkan pangsanya. ”Contohnya pembangunan jalan tol yang
memakan biaya triliunan rupiah. Kalau tidak sindikasi agak sulit bagi bank syariah. Tapi,
kalau sindikasi jadi mudah.”(aru )
DIPOSTING OLEH Agustianto | April 25, 2008

You might also like