Professional Documents
Culture Documents
Agustianto
Islam sebagai ad-din adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti
bahwa Islam diperuntukkan bagi seluruh ummat manusia di muka bumi dan dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Komprehensif artinya
bahwa Islam mempunyai ajaran yang lengkap dan sempurna (syumul). Kesempurnaan
ajaran Islam, dikarenakan Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja
aspek spiritual (ibadah murni), tetapi juga aspek mu’amalah yang meliputi ekonomi,
sosial, politik, hukum, dan sebagainya.Al-Qur’an secara tegas mendeklarasikan kesempurnaan
َ الْيو
تُ ْ مل
Islam tersebut dalam berbagai ayat, antara lain surah al-Maidah ayat 3 : َ ْ م أك َ ْ َ
َ
َ َ سل
م ْ ِ م اْل
ُ ُ ت لَك
ُ ضي
ِ متِي َوَر ْ ُ ت عَلَيْك
َ ْم نِع ُ م
ْ م ْ ُ م دِينَك
َ ْ م وَأت ْ ُ لَك
“ دِينًاPada hari ini Kusempurnakan bagi kamu agamamu dan
Kusempurnakan bagi kamu nikmatKu dan Aku ridho Islam itu sebagai agama
kamu”. Selanjutnya dalam surah Al-An’am ayat 38 dan An-Nahl ayat 89 : مافََّرطْنَا
َّ
ٍىءْ ش َ من ِ ب ِ فِي الْكِتَاSedikitpun tidak kami lupakan di dalam kitab
suci Al-Qur’an (QS. 6:38). ٍىء ْ ش َ ل ِّ ُ ب تِبْيَانًا ل ِّك
َ ك الْكِتَا
َ ْ وَنََّزلْنَا عَلَي
ن
َ ميِ ِ سل ُ ْ شَرى لِل
ْ م ْ ُ ة وَب
ً م
َ حْ “ وَهُدًى وََرKami menurunkan Al-Qur’an kepadamu
untuk menjelaskan segala sesuatu, menjadi petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
islam” (QS.16:89). Kesempurnaan Islam itu tidak saja diakui oleh intelektual muslim,
tetapi juga para orientalist barat, di antaranya H.A.R Gibb yang mengatakan, “ Islam is
much more than a system of theology it’s a complete civilization.”Maka, adalah tidak
relevan bila terdapat anggapan yang memandang Islam sebagai agama ritual an sich, apalagi
menganggapnya sebagai sebuah penghambat kemajuan pembangunan (an obstacle to economic
growth). Pandangan yang demikian, disebabkan mereka belum memahami Islam secara
utuh.Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam meliputi tiga pokok ajaran, yaitu Aqidah, Syari’ah
dan akhlak, Hubungan antar aqidah, syari’ah dan akhlak dalam sistem Islam terjalin sedemikian
rupa sehingga merupakan sebuah sistem yang komprehensif.Aqidah adalah ajaran yang berkaitan
dengan keyakina dan kepercayaan seseorang terhadap Tuhan, Malaikat, Rasul, Kitab dan rukun
iman lainnya. Akhlak adalah Islam tentang prilaku baik-buruk, etika dan moralitas. Dua bidang
ini (aqidah dan akhlak) bersifat konstan tetap da tidak mengalami perubahan dalam menghadapi
perkembangan zaman dan perbedaan tempat. Sedangkan syari’ah adalah ajaran Islam tentang
hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang disampaikan melalui lisan para rasul.
Dalam konteks ini syari’ah dapat berubah dan berkembang sesuai dengan perkembanga zaman
dan peradaban yang dihadapi para Rasul Hal ini diungkapkan oleh Rasulullah dalam sebuah
hadits.“Para Rasul adalah bersaudara bagaikan saudara seibu, syari’a banyak, tetap agama
mereka (aqidah) satu, yaitu mentauhidka Allah” (H.R Bukhari, Abu Daud dan Ahmad).Syari’ah
Islam terbagi kepada dua macam, yaitu ibadah dan mu’amalah. Ibadah diperlukan untuk menjaga
ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan khaliqnya, Ibadah juga merupakan
medium untuk mengingatkan secara kontiniu tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Sedangkan muamalat diturunkan untuk menjadi rules of the game, atau aturan main manusia
dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. lam.Ciri khas aspek muamalat adalah
cakupannya yang luas dan bersifat elastis, dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman
dan perubahan tempat. Ajaran muamalat yang bermakna ekonomi lebih tampak sifat
universalnya, karena muamalat dalam konteks ini tidak membeda-bedakan muslim dan non-
muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diucapkan Ali :“ Dalam bidang
muamalat kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita”.
Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek ekonomi
(mua’malah, iqtishodiyah ). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak, baik dalam Al-
quran, Sunnah, maupun ijtihad para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian Islam
dalam masalah ekonomi sangat besar. Ayat yang terpanjang dalam Al-Quran justru berisi
tentang masalah perekonomian, bukan masalah ibadah (mahdhah) atau aqidah. Ayat yang
terpanjang itu ialah ayat 282 dalam surah Albaqarah, yang menurut Ibnu Arabi ayat ini
mengandung 52 hukum/malasah ekonomi). Nabi Muhammad menyebut, ekonomi adalah
pilar pembangunan dunia. Dalam berbagai hadits ia juga menyebutkan bahwa para
pedagang (pebisnis) sebagai profesi terbaik, bahkan mewajibkan ummat Islam untuk
menguasai perdagangan. عليكم بالتجارة فان فيها تسعة
)اعشار الرزق( رواه احمد
“ Hendaklah kamu kuasai bisnis, karena 90 % pintu rezeki ada dalam bisnis”.
(H.R.Ahmad)
Menurut ulama Abdul Sattar di atas, para ulama sepakat tentang mutlaknya ummat
Islam memahami dan mengetahui hukum muamalah maliyah (ekonomi syariah)
قد أتفق العلماء على أن المعاملت نفسها ضرورة
بشريةArtinya : Ulama sepakat bahwa muamalat itu sendiri adalah masalah
kemanusiaan yang maha penting (dharuriyah basyariyah Samir Abdul Hamid Ridwan,
dalam buku Aswaq al-Awraq al-Maliyah menuliskan : الشريعة
ان شقى
السلمية و هما العبادات و المعاملت يرتبطان ارتباطا
عضويا و موضوعيا ببعضهما البعضArtinya Sesungguhnya dua sisi
syariah Islam ialah ibadat dan muamalat. Keduanya terkait laksana satu tubuh dan
keduanya satu tujuan, (yaitu dalam rangka ibadah dan ketaatan kepada Sang Khalik Allah
Swt). (Samir Abdul Hamid Ridwan, Aswaq al-Awraq al-Maliyah, IIIT, Cairo, 1996, hlm.
166 ) من
ان القتصاد السلمي نظام رباني وكل طاعة لبند
بنود هذا النظام هو طاعة الله تعالى وكل طاعة لله هي
عبادة فتطبيق النظام القتصاد السلمى عبادةArtinya :
Sesungguhnya ekonomi Islam adalah aturan Tuhan. Setiap ketaatan terhadap aturan ini
merupakan ketaatan kepada Allah Swt. Setiap ketaatan kepada Allah adalah ibadah. Jadi
menerapkan sistem ekonomi Islam adalah ibadah (Muhammad Rawwas Qal’ah,
Mabahits fil Iqtishad al-Islamiy, Kuwait Darun Nafas, 2000, hlm.55) Sehubungan
dengan itulah Dr.Abdul Sattar menyimpulkan : المعاملت
ومن هنا يتضح أن
هي من لب مقاصد الدينية لصلح الحياة البشرية ولذالك
دعا اليها الرسل من قديم باعتيارها دينا ملزما لخيار لحد
فيه.
Artinya : Dari sini jelaslah bahwa “Muamalat” adalah inti terdalam dari tujuan
agama Islam untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia. Karena itu para
Rasul terdahulu mengajak umat (berdakwah) untuk mengamalkan muamalah, karena
memandangnya sebagai ajaran agama yang mesti dilaksanakan, Tidak ada pilihan
bagi seseorang untuk tidak mengamalkannya.(Hlm.16)
Dalam konteks ini Allah berfirman : ل يَاقَوْم ِ اع ْبُدُوا َ شعَيْبًا َقا ُ م ْ ُخاه َ َن أ َ َ مدْيَ ى
َ وَإِل
َ
ر
ٍ ْ خيَ ِ ن إِنِّي أَراكُم ب َ ميَزا ِ ْ ل وَالَ مكْيَاِ ْ صوا ال ُ ُن إِلَهِ غَيُْره ُ وَلَتَنق ْ م ِّ مالَكُم َ ه َ الل
َ مكْيَا ْ َ َ َ
ل ِ } وَيَاقَوْم ِ أوْفُوا ال84{ ط ٍ حي ُّ ٍ ب يَوْم
ِ م َ م عَذ َا ْ ُ ف عَليْك ُ خا َ وَإِنِّي أ
َ ْ َ
ِ م وَلَتَعْثَوْا فِي الْر
ض ْ ُشيَآءَه ْ سأ َ سوا النَّا ُ خَ ْ ط وَلَتَب ِ س ْ ِن بِالْقَ ميَزا ِ ْ وَال
ن َ سدِي ِ ْمف ُ Artinya :
‘Dan kepada penduduk Madyan, Kami utus saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata,
“Hai Kaumku sembahlah Allah, sekali-kali Tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan
Janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu
dalam keadaan yang baik. Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari
yang membinasakan (kiamat)”.
Dan Syu’aib berkata,”Hai kaumku sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan
janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
(Hud : 84,85)
Dua ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syu’aib dengan umatnya yang
mengingkari agama yang dibawanya. Nabi Syu’aib mengajarkan I’tiqad dan iqtishad
(aqidah dan ekonomi). Nabi Syu’aib mengingatkan mereka tentang kekacauan transaksi
muamalah (ekonomi) yang mereka lakukan selama ini.
Al-Quran lebih lanjut mengisahkan ungkapan umatnya yang merasa keberatan diatur
transaksi ekonominya
.
ْ َّ مايَعْبُد ُ ءَابَآؤ ُنَآ أَوْ أَن ن َ ك أَن نَّتُْر ْ َ شعيب أ َصلَوات
في ِ ل َ عَ ف َ ك َ مُر
ُ ك تَأُ َ َ ُ ْ َ ُ قَالُوا يَا
َ َ
ِ م الَّر
ُشيد ُ حلِي َ ْ ت ال
َ ك لن َ َّ ؤا إِن
ُ شا َ َ مان
َ والِنَا َ م
ْ أArtinya :
Mereka berkata, “Hai Syu’aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kamu
meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyangmu atau melarang kami
memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu
adalah orang-orang yang penyantun lagi cerdas”.
Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah
Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki (harta) tidak
boleh sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan kehendak dan tuntunan
Allah, yang disebut dengan syari’ah.
Aturan Allah tentang ekonomi disebut dengan ekonomi syariah. Umat manusia tidak
boleh sekehendak hati mengelola hartanya, tanpa aturan syari’ah. Syariah misalnya
secara tegas mengharamkan bunga bank. Semua ulama dunia yang ahli ekonomi Islam
(para Professor dan Doktor ekonomi Islam) telah ijma’ mengharamkan bunga bank.
(Baca tulisan Prof.Yusuf Qardhawi, Prof Umar Chapra, Prof.Ali Ash-Sjabuni, Prof
Muhammad Akram Khan). Tidak ada perbedaan pendapat pakar ekonomi Islam tentang
bunga bank. Segelinitiur tokoh ulama yang membolehkannya disebabkan mereka bukan
pakar ilmu ekonomi Islam. Mereka hanya pakar fiqh yang tidak memiliki disiplin ilmu
atau pendidikan ekonomi Islam. Lahirnya bank-bank Islam dan lembaga keuangan Islam
yang bebas bunga, merupakan hasil ijtihad mereka yang luar biasa. Jika banyak umat
Islam yang belum faham tentang bank syariah atau secara dangkal memandang bank
Islam sama dengan bank konvensianal, maka perlu edukasi pembelajaran atau pengajian
muamalah, agar tak muncul salah faham tentang syariah. Muamalah adalah Sunnah
Para Nabi Berdasarkan ayat-ayat di atas, Syekh Abdul Sattar menyimpulkan
bahwa hukum muamalah adalah sunnah para Nabi sepanjang sejarah. وهذه سنة
مطردة في النبياء عليهم السلم كما قال تعالىArtinya : Muamalah ini
adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi AS, (hlm.16), sebagaimana
َ َ
firman Allah ن
َ ميَزاِ ْ وال َ م الْكِتَا
َ ب َ ت وَأنَزلْنَا
ُ ُمعَه ِ سلَنَا بِالْبَيِّنَا
ُ سلْنَا ُر
َ لَقَد ْ أْر
ط
ِ س
ْ ق ُ م النَّا
ِ ْ س بِال ُ َ لِي
َ قو
Artinya :
Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang
nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya
manusia dapat menegakkan keadilan itu.
Fardhu ‘Ain Mempelajari Pokok-Pokok Muamalah Tujuan : menjelaskan bahwa
hukum mempelajari pokok-pokok muamalah adalah fardhu ’ainPokok Bahasan : Fardhu
‘Ain Mempelajari Pokok-Pokok Muamalah Husein Shahhathah (Al-Ustaz Universitas Al-
Azhar Cairo) dalam buku Al-Iltizam bi Dhawabith asy-Syar’iyah fil Muamalat Maliyah
(2002) mengatakan, “Fiqh muamalah ekonomi, menduduki posisi yang sangat penting
dalam Islam. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu
hukum mempelajarinya wajib ‘ain (fardhu) bagi setiap muslim.
Husein Shahhatah, selanjutnya menulis, “Dalam bidang muamalah maliyah ini,
seorang muslim berkewajiban memahami bagaimana ia bermuamalah sebagai kepatuhan
kepada syari’ah Allah. Jika ia tidak memahami muamalah maliyah ini, maka ia akan
terperosok kepada sesuatu yang diharamkan atau syubhat, tanpa ia sadari. Seorang
Muslim yang bertaqwa dan takut kepada Allah swt, Harus berupaya keras menjadikan
muamalahnya sebagai amal shaleh dan ikhlas untuk Allah semata”
Memahami/mengetahui hukum muamalah maliyah wajib bagi setiap muslim, namun
untuk menjadi expert (ahli) dalam bidang ini hukumnya fardhu kifayah
Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab berkeliling pasar dan berkata :