You are on page 1of 12

PENGELASAN

Disusun oleh :

Yususf Haryanto (09019005)


Suparman (09019013)
Erni Ika Arifati (09019017)
S Cahyo Widodo (09019036)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan Rahmat serta
Hidayah‐Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Proses Pengecoran
ini.
Laporan Proses Pengecoran ini berisikan data informasi tentang proses‐proses pengecoran
alumunium dalam pembuatan suatu produk. Laporan Proses Pengelasan ini disusun untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Proses Manufaktur di Program Studi Teknik Industri
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada semester gasal 2010/2011. Bahan‐bahan
penyusunan Laporan Proses Pengecoran ini penulis peroleh dari beberapa referensi buku tentang
proses manufaktur dan berdasarkan informasi langsung yang kami peroleh saat berada di
lapangan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Proses Pengecoran ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi sempurnanya laporan ini di masa yang akan datang.

Yogyakarta, Januari 2011

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian

Pengelasan adalah penyambungan dua buah logam sejenis maupun tidak sejenis
dengan mencairkan logam tersebut di atas atau di bawah titik leburnya disertai dengan
atau tanpa tekanan dan disertai atau tidak disertai dengan logam pengisi.

B. Proses Pengelasan
Ada berbagai macam Proses Pengelasan, tetapi yang akan dibahas dalam laporan ini
adalah pengelasan dengan gas.

 Pengelasan Dengan Gas


Pengelasan dengan gas adalah proses pengelasan dimana digunakan campuran gas
sebagai sumber panas. Nyala gas yang banyak digunakan adalah gas alam, asetilen dan
hidrogen yang dicampur dengan oksigen.
1. Nyala Oksiasetilen
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu
nyalanya bisa mencapai 35000 C. Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam
pengisi. Oksigen berasal dari proses hidrolisa atau pencairan udara. Gas asetilen
(C2H2) dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut
:

C2H2 + 2 H2O ⟶Ca(OH)2 + C2H2

Kalsium air Kapur gas asetilen

Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi
100 kPa dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan
pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung
asetilen mampu menahan tekanan sampai 1,7 MPa. Skema nyala las dan sambungan
gasnya bisa dilihat pada gambar berikut:
Pada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral, reduksi
dan oksidasi. Nyala netral diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala memerlukan
perbandingan oksigen dan asetilen kira-kira 1 : 1 dengan reaksi serti yang bisa dilihat
pada gambar. Selubung luar berwarna kebiru-biruan adalah reaksi gas CO atau H 2 dengan
oksigen yang diambil dari udara.

Nyala reduksi terjadi apabila terdapat kelebihan asetilen dan pada nyala akan
dijumpai tiga daerah dimana antara kerucut nyala dan selubung luar akan terdapat kerucut
antara yang berwarna keputih- putihan. Nyala jenis ini cocok digunakan untuk
pengelasan logam Monel, Nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan
pengerasan permukaan nonferous.
Nyala oksidasi adalah apabila terdapat kelebihan gas oksigen. Nyalanya mirip
dengan nyala netral hanya kerucut nyala bagian dalam lebih pendek dan selubung luar
lebih jelas warnanya.Nyala oksidasi digunakan untuk pengelasan kuningan dan perunggu.

Keuntungan las oksiasetilen sangat banyak, peralatan relative murah dan


memerlukan pemeliharaan minimal, dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau
di bengkel – bengkel. Hamper semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat digunakan
untuk pemotongan maupun untuk penyambungan.

2. Pengelasan Oksihidrogen
o
Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000 C, lebih rendah dari oksigen-
asetilen. Pengelasan ini digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan paduan dengan
titik cair yang rendah. Meskipun peralatan yang digunakan sama, pengaturan pada
pengelasan hydrogen lebih sulit, karena perbandingan gas yang berbeda tidak
menimbulkan warna nyala yang berlainan.

3. Pengelasan Udara-Asetilen
Nyala dalam pengelasan ini mirip dengan pembakar Bunsen. Untuk nyala
dibutuhkan udara yang dihisap sesuai dengan kebutuhan. Suhu pengelasan lebih rendah
dari yang lainnya maka kegunaannya sangat terbatas yaitu hanya untuk patri timah dan
patri suhu rendah.

 Las Busur Listrik


Penggunaan busur listrik untuk pemanasan. Panas oleh busur listrik terjadi karena
adanya loncatan elektron dari elektrode melalui udara ke benda kerja. Elektron tersebut
bertumbukan dengan udara/gas serta memisahkannya menjadi elektron dan ion positif.
Daerah di mana terjadi loncatan elektron disebut busur (Arc).
Pengelasan busur adalah pengelasan dengan memanfaatkan busur listrik yang
terjadi antara elektroda dengan benda kerja. Elektroda dipanaskan sampai cair dan
diendapkan pada logam yang akan disambung sehingga terbentuk sambungan las. Mula-
mula elektroda kontak/bersinggungan dengan logam yang dilas sehingga terjadi aliran
arus listrik, kemudian elektroda diangkat sedikit sehingga timbullah busur. Panas pada
o
busur bisa mencapai 5.500 C.

Pada saat pengelasan menggunakan las listrik, dilepaskan energi dalam jumlah
yang sangat besar dalam bentuk panas dan cahaya ultraviolet. Agar mata kita terlindungi
dari sinar ultra violet ini, kita harus menggunakan kacamata pelindung yang mampu,
menangkal cahaya tersebut demi keselamatan kerja.

Skema las busur bisa dilihat pada gambar dibawah ini:

C. Gerakan eletroda
Ada 3 macam gerakan elektroda pada manual welding seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:

Gambar Gerakan elektroda


o Gerakan 1 : Merupakan gerakan feeding ke bawah, bila terlalu cepat elektroda akan
melekat pada benda kerja, sehingga pengelasan akan terhenti, tetapi jika terlalu lambat,
maka arus akan terputus.
o Gerakan 2 : Bila gerakan terlalu cepat, maka waktu peleburan kurang sehingga
penetrasi kurang. Tetapi jika terlalu lambat, maka las terlalu tebal, sehingga kawat las
boros, kekuatan dan kecepatan las kurang dan juga dapat menyebabkan overheating pada
benda kerja.
o Gerakan 3 : Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar. Gerakan ini ada
beberapa macam seperti terlihat pada gambar diatas
BAB II

PROSES PENGELASAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


1. Waktu
Proses pengelasan yang penulis lakukan adalah pada hari Sabtu, tanggal 8 Januari 2011.
2. Tempat
Lokasi pengelasan yang penulis jadikan sebagai tempat praktek lapangan adalah di
Bengkel Las dan Bubut KARUNIA Jl. Kusumanegara No. 12

Tujuan Pelaksanaan
1. Memahami prinsip pengelasan las gas
2. Memahami macam posisi pengelasan dengan hasil sesuai standar.
3. Mengamati proses pengelasan untuk membandingkan teori dengan praktek di
lapangan.

B. Bidang Pekerjaan dan Produk yang dihasilkan

Bidang pekerjaan yang dijalankan oleh Bengkel Las dan Bubut KARUNIA adalah
pengelasan listrik dan gas oksiasetilen yang menangani produk-produk seperti, knalpot,
teralis,pagar, rangka atap dan sebagainya tergantung pada pesananan.

C. Jenis Pengelasan

Dalam pengelasan pada Bengkel Las dan Bubut KARUNIA terdapat dua jenis
pengelasan, yaitu pengelasan busur listrik dan pengelasan gas oksiasetilen.

D. Perangkat Las Gas


Perangkat yang dipakai dalam pengelasan las gas adalah:
1. Kabel elektroda dan selang
2. Selang gas dan perlengkapan pengikatnya
3. Tabung gas oksigen dan asetilen
4. Stang las (welding torch)
5. Regulator gas lindung
6. Kawat las
7. Aksesoris lain yang diperlukan untuk keamanan, misal kacamata, dll.

E. Proses Pengelasan Dengan Gas

Pengelasan dengan gas merupakan proses pengelasan yang menggunkan campuran


gas sebagai sumber panas. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan perangkat las gas


2. Mengeset perangkat las gas
Untuk mengeset mesin las gas perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Periksalah kabel-kabel las apakah sudah terpasang kencang pada
sambungannya.
b. Periksalah juga apakah kabel yang bersangkutan terdapat keausan pada
sambungan. Jika ada segera perbaiki karena serabut yang putus akan berakibat
pada kerusakan dalam kabel konduksi.
c. Jika kabel melintang di jalan, sebaiknya tepikan jangan sampai mengganggu
jalan.
d. Periksalah selang gas lindung apakah sudah kencang terpasang pada
salurannya.
3. Menyalakan ujung las
Dalam las gas oksida asetilen, menyalakannya dengan cara memercikan api pada
ujung las, misalnya dengan korek api.

4. Mengatur nyala Gas

Nyala gas yang digunakan dalam pengelasan knalpot tersebut adalah gas asetilen
o
dan hidrogen yang dicampur dengan oksigen. Suhu nyalanya bisa mencapai 3500 C.
Pada waktu pengelasan, penulis mengamati bahwa jenis nyala gasnya adalah nyala netral
atau nyala normal, karena digunakan untuk pengelasan knalpot yang jenis bahannya
termasuk dalam ferous. Dalam mengatur nyala gas, operator memutar sumbu pada selang
sampai mengahsilkan nyala netral, seperti terlihat pada gambar di samping.

5. Posisi Pengelasan
Penulis mengamati bahwa dalam proses pengelasan knalpot tersebut, operator
mengelas dengan menggunakan dua posisi, yaitu: flat position dan vertical position. Hal
ini karena benda knalpot berbentuk silinder sehingga operator menggunakan dua posisi
pada bagian benda/knalpot yang berbeda.
6. Melelehkan kawat las
Yaitu dengan cara menempelkan kawat las pada bagian benda yang akan di las
dan dilelehkan dengan nyala api.
7. Mematikan nyala gas
Setelah pengelasan selesai, matikan nyala gasnya dan hentikan pengelasan untuk
sementara.
8. Finishing,
yaitu meratakan permukaan bekas pengelasan yang tidak rata dengan dengan
menggunakan gerinda mesin.
9. Pengecekan
Merupakan langkah terakhir dimana benda dicek terlebih dahulu apakah ada
kecacatan pada hasil lasan. Jika masih ada kecacatan, maka perbaiki dengan melakukan
pengelasan kembali pada bagian yang cacat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Praktek Lapangan di Bengkel Las dan Bubut
KARUNIA Jl. Kusumanegara No. 12

1. Proses pengelasan memerlukan ketelitian, kesabaran dan kehati – hatian .

2. Penulis dapat membandingkan ilmu yang didapat saat perkuliahan dengan di lapangan.

3. Untuk melakukan pengelasan dibutuhkan ketrampilan yang baik dan mumpuni, karena
ketrampilan yang dimiliki akan menentukan baik buruknya hasil lasan.

B. Saran

Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk memberikan saran yang sekiranya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan guna kemajuan di masa yang akan datang. Adapun
sarannya adalah

1. Pekerja Bengkel diharapkan lebih mengutamakan keselamatan kerja, seperti


mempersiapkan alat – alat pengaman yang digunakan sewaktu mengelas.

2. Pelaksanaan tugas ini akan lebih terarah apabila disusun melalui suatu jadwal yang
harus dikerjakan mahasiswa selama melaksanakan tugas praktek.

3. Pekerja Bengkel agar dapat mempertahankan rasa tanggung jawab dalam menjalankan
setiap pekerjaan yang dibebankan serta memberikan pelayanan yang terbaik demi
kepuasan pelanggan.  
Daftar Pustaka

Kristanto, agung.2010.’’Diktat Proses Manufaktur’’.Universitas Ahmad Dahlan.Yogyakarta.


www.google.com
Nara sumber : pemilik Bengkel Las dan Bubut KARUNIA.

You might also like