You are on page 1of 2

Konflik Rusia-Georgia: Imbas kepada Kaum Muslim

Memasuki hari ke-3 perang Georgia – Rusia di Ossetia Selatan sejak Jumat (8/8), militer Rusia terus
meningkatkan eskalasi serangannya terhadap target –target militer dan sipil di Ibukota Georgia Tbilis
maupun Abkhazia. Namun dampak dan kerugian terbesar dialami oleh penduduk Ossetia Selatan yang
mayoritas muslim.

Jubir Depdagri Georgia dalam pernyataan, Senin (11/8), menyatakan pesawat tempur Rusia pada Senin
ini kembali melancarkan serangan udara dengan sasaran pangkalan militer dan instalansi radar Georgia
di Ibukota Tbilis. Sementara Kota Ghory juga mengalami nasib yang sama.

Menurut Depdagri Georgia, dua serangan udara dilancarakan militer Rusia untuk melumpuhkan
pangkalan militer Ghory dan pangkalan militer di Kota Mount Makhata. Namun tidak diberitakan
jatuhnya korban jiwa.

Kota Ghory juga mendapat serangan bom artileri dari tank-tank Rusia. Sementara menurut informasi
yang didapat Georgia, Rusia kini tengah menyiapkan serangan darat melibatkan ratusan tank .

Sebelumnya, pesawat tempur Rusia melancarkan sejumlah serangan udara terhadap ibukota Georgia.
Serangan itu menargetkan pangkalan militer Georgia di pinggiran Tbilis. Dalam waktu bersamaan, sekitar
1000 pasukan tambahan Georgia yang baru pulang dari Irak telah sampai di Ossentia Selatan.

Di kesempatan terpisah, Penasehat Keamanan Nasional Georgia, Kaha Lumaya menyatakan bahwa
negaranya kini menghadapi bahaya ancaman agresi secara langsung dan perang terbuka dari Rusia.
Rusia juga telah memobilisir lebih dari 300 tank yang ditopang dengan armada senjata besar serta 9
kapal perang yang mampu menjangkau pantai-pantai laut di Georgia.

Kaha Lumaya juga menegaskan bahwa pasukannya telah berhasil membuat kerugian besar di pihak
tentara Rusia. Ada 40 tank dan kendaran militer Rusia berhasil dihancurkan. Juga 12 pesawat tempur
Rusia berhasil dijatuhkan dan 2 pilot Rusia diberitakan ditawan.

Disisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia juga menyatakan dua kapal perang Georgia berupaya
menyerang beberapa kapal perang milik Rusia, namun salah satu kapal berhasil ditenggalamkan.

Meskipun Georgia telah mengumumkan penghentian aksi saling tembak, namun pertempuran antara
pasukan Georgia dan Rusia di Ossentia Selatan masih berkecamuk. Pihak Rusia masih mensyaratkan
penghentian serangan militernya terhadap Georgia jika seluruh pasukan Georgia ditarik dari Ossentia
Selatan.

Sementara itu, DK PBB hingga kini masih gagal menyepakati keputusan untuk menghentikan segera aksi
saling tembak. Inggris, AS dan Perancis mengatakan penyebab utama terjadinya konflik karena Rusia
menodai wilayah Georgia. Moskow sendiri menolak tuduhan itu dan menimpakan akar masalahnya
kepada Pemerintah Georgia yang mengagresi Ossentia Selatan.
Muslim Ossetia Korban Terbesar Perang Georgia – Rusia

Perang Georgia – Rusia di Ossetia Selatan telah menyebabkan tewasnya sekitar 2000 muslim penduduk
Ossentia Selatan dan hancurnya bangunan infrastruktur negara tersebut yang telah memerdekaan diri
secara sepihak tahun 1992. Kaum muslimin menjadi korban terbesar dari konflik tersebut.

Beberapa sumber di Osentia Selatan menyebutkan bahwa Ibukota Ossentia hancur akibat agresi militer
Georgia dan bom-bardir tank-tanak Georgia. Menurut sumber tersebut, sekitar 2.000 orang telah tewas
akibat serangan tentara Georgia dan sekitar 50 ribu penduduk muslim Ossentia melarikan diri kearah
utara menuju ke Ossentia Utara dan Abkhazia . Serangan Georgia itu dinilai terlalu berlebihan dalam
penggunaan kekuatan senjata.

Republik Ossentia Selatan terletak di bagian utara Georgia. Sejak tahun 1993, kawasan ini menyatakan
memerdekaan diri secara sepihak dari Georgia. Sejak tahun itu Georgia terus memerangi Ossetia Selatan
dengan klaim melakukan kegiatan separatisme. Maraknya operasi militer Georgia terhadap Ossentia
semakin memperburuk kondisi kaum muslimin di negeri itu yang berjumlah 65 % dari jumlah penduduk
Ossetia 1,5 juta. Angka kemiskinan dan pengangguran sangat tinggi, sementara penyediaan sarana
pendidikan agama. Hingga saat ini, Ossentia Selatan mengalami kekurangan lembaga-lembaga dakwah
seperti masjid dan Islamic Center. [syarif/alj/ikw/www.suara-islam.com].

You might also like