You are on page 1of 16

Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia :

Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE)


Jasa Kabupaten Sintang

MAKALAH

OLEH:
IMAM INDRATNO

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia
: Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE)
Jasa Kabupaten Sintang

MAKALAH

oleh
IMAM INDRATNO

Mengesahkan,

H. ERNADI SYAODIH, Ir., MT.


Ketua Program Studi PWK
Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia : Kawasan
Pengembangan Ekonomi (KPE) Jasa Kabupaten Sintang

Oleh : IMAM INDRATNO

ABSTRAK
Di Indonesia terdapat empat provinsi yang wilayahnya berbatasan langsung dengan negara lain, yaitu
Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar kawasan
perbatasan tersebut masih merupakan kawasan tertinggal, dengan sarana dan prasarana yang masih
terbatas. Paradigma yang menganggap bahwa kawasan perbatasan negara hanya menjadi “halaman
belakang” suatu negara sehingga tidak mendapat perhatian yang penuh sudah saatnya berubah. Dengan
mempertimbangkan potensi ekonomi daerah yang ada, sudah sepantasnyalah kawasan perbatasan negara
dijadikan “halaman/beranda depan” negara yang lengkap dengan infrastruktur wilayah yang mendukung.

Key words: kawasan perbatasan, potensi, ekonomi

PENDAHULUAN saat ini masih dalam tahap penyelesaian.


Kebijakan penataan ruang mengenai Salah satu tujuan penataan ruang kawasan
kawasan perbatasan negara, dalam Rencana perbatasan negara tersebut adalah untuk
Tata Ruang Wilayah Nasional dimasukkan ke mempercepat pembangunan kawasan melalui
dalam kategori kawasan tertentu yang upaya pengembangan pusat pertumbuhan
didefinisikan sebagai kawasan yang ekonomi dan membuka keterisolasian wilayah
ditetapkan secara nasional dan memiliki nilai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan
strategis, sehingga penataan ruangnya dan nilai sosial budaya setempat.
diprioritaskan, salah satunya adalah Kawasan Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi
Perbatasan Kalimantan-Sarawak Sabah tersebut dijabarkan ke dalam pengaturan
(KASABA). Perhatian khusus dan prioritas pemanfaatan ruang kawasan budidaya yang
pembangunan kawasan perbatasan negara diwujudkan dalam penetapan sektor ekonomi
sebagai kawasan tertentu diperlukan untuk unggulan untuk setiap kawasan
meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi dan pengembangan ekonomi. Selanjutnya
ketahanan sosial masyarakat, mengelola ditetapkan Kawasan Pengembangan Ekonomi
potensi wilayah, serta menciptakan ketertiban (KPE) yang mencakup beberapa kecamatan
dan keamanan kawasan perbatasan. di kawasan perbatasan yang terikat secara
Kawasan perbatasan negara, khususnya fungsional mengembangkan sektor ekonomi
yang ada di Propinsi Kalimantan Barat unggulan secara terpadu
merupakan kawasan yang memerlukan
Berdasarkan Raperpres Kawasan Perbatasan
pemercepatan pembangunan untuk mengejar
Kalimantan – Sarawak – Sabah (KASABA),
ketertinggalan dengan negara tetangga.
telah ditetapkan 10 (sepuluh) Kawasan
Untuk mendukung tujuan tersebut, kebijakan Pengembangan Ekonomi (KPE) yaitu; 1).
umum penataan ruang dituangkan ke dalam KPE Temajok – Aruk dengan pintu gerbang
Rancangan Peraturan Presiden mengenai Aruk, 2). KPE Jasa dengan pintu gerbang
Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Jasa, 3). KPE Entikong dengan pintu gerbang
Kalimantan-Sarawak dan Sabah yang sampai Entikong, 4). KPE Jasa dengan pintu gerbang
Jasa, 5). KPE Nanga Badau dengan pintu b. Kesenjangan tersedianya infrastruktur
gerbang Nanga Badau di Propinsi Kalimantan antara wilayah perbatasan dengan negara
Barat dan 6). KPE Long Apari – Long tetangga, dimana wilayah Serawak dan
Pahangai dengan pintu gerbang LasanTuyan, Sabah jauh lebih baik dibandingkan
7). KPE Long Nawang dengan pintu gerbang dengan wilayah yang ada di Kalimantan
Long Nawang, 8). KPE Long Midang dengan Barat maupun Kalimantan Timur.
pintu gerbang Long Midang, 9). KPE c. Adanya keterbatasan dan kesenjangan di
Simanggaris dengan pintu gerbang bidang infrastruktur (jaringan transportasi
Simanggaris dan 10). KPE Nunukan – Sebatik darat), menyebabkan masyarakat sulit
dengan pintu gerbang Nunukan di Propinsi untuk berkomunikasi dan berinteraksi
Kalimantan Timur. Sampai dengan tahun dengan lingkungan atau wilayah yang ada
Anggaran 2004 telah disusun 5 RTR KPE di kawasan perbatasan Indonesia.
yaitu : Entikong, Nanga Badau, Temajok – Sehingga kondisi demikian akan
Aruk, Nunukan – Sebatik dan Simanggaris. mengakibatkan terjadinya kesenjangan
ekonomi, sosial, lingkungan dan
Kondisi perekonomian Kawasan Perbatasan
keamanan yang semakin besar pada
Negara Kalimantan – Sarawak –Sabah yang
kawasan perbatasan tersebut, dan tidak
tertinggal berdampak sangat luas terutama
menutup kemungkinan ter-erosi-nya rasa
dalam hal kesenjangan ekonomi antara
kebangsaan Indonesia di wilayah
penduduk Warga Negara Indonesia dengan
perbatasan.
Warga Negara Malaysia dengan segala
d. Pengelolaan hutan yang hanya
dampak negatifnya, misalnya penjarahan
mementingkan aspek ekonomis telah
kayu (illegal logging), TKI illegal dan lain-lain,
menyebabkan kerusakan lingkungan
sehingga diperlukan strategi pembangunan
seperti terjadinya kebakaran hutan, banjir
yang tepat, guna mengatasi masalah
dan tanah longsor.
kesenjangan ekonomi tersebut. Beberapa
permasalahan yang dihadapi di wilayah Berdasarkan penetapan kriteria Kawasan
kawasan perbatasan, antara lain : Tertentu maka Kawasan Perbatasan Negara
a. Penyediaan infrastruktur yang terbatas adalah kawasan yang terkait dengan
telah menyebabkan sulitnya mobilisasi dan kepentingan HANKAM. Sebagai perwujudan
aktivitas pergerakan barang, peralatan dan penetapan kawasan perbatasan yang
jasa, sehingga dengan kondisi ini telah mempunyai pertimbangan dan permasalahan
menimbulkan banyaknya kawasan- dengan kepentingan HANKAM (antar negara),
kawasan permukiman atau konsentrasi maka perlu dipersiapkan Rencana Tata
penduduk menjadi terisolir dan tertinggal Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi
dibandingkan dengan masyarakat yang (RTR KPE) yang akan diusulkan untuk
hidup di daerah lain (terutama masyarakat menjadi bagian dari RTRW Nasional.
negara tetangga), serta mengalami
Berdasarkan kondisi lapangan telah diketahui
kesulitan dalam mengadakan transaksi jual
bahwa hampir sebagian besar wilayah yang
beli sebagai upaya dalam meningkatkan
berbatasan langsung dengan negara tetangga
kesejahteraan mereka.
Malaysia masih mempunyai tingkat
perkembangan yang relatif rendah meskipun tetangga dalam penanganan
mempunyai potensi yang besar untuk dapat penyelundupan dan perdagangan ilegal;
berkembang. Penyusunan RTR KPE b. Mengembangkan kawasan perbatasan
merupakan kebutuhan yang harus segera sebagai “beranda depan” sekaligus pintu
dipenuhi dengan memperhatikan kondisi gerbang menuju dunia internasional;
obyektif dan pemahaman situasi lapangan. c. Mengembangkan kawasan perbatasan
Rencana Tata Ruang yang dimaksud, salah dengan menganut keserasian antara
satu fungsinya adalah harus dapat menjawab prinsip keamanan dan prinsip
pertanyaan dari Pemerintah Daerah kesejahteraan masyarakat;
mengenai batas (deliniasi) antara kawasan
d. Mengembangkan pusat-pusat
lindung dan kawasan budidaya.
pertumbuhan pada kawasan perbatasan
secara selektif yang didukung oleh
ARAHAN KEBIJAKAN RTR PULAU
prasarana dan sarana yang memadai;
KALIMANTAN
e. Meningkatkan Kerjasama Ekonomi Sub-
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau
Regional (KESR) melalui skema KESR
Kalimantan merupakan bentuk operasional
BIMP-EAGA (Brunei Darussalam,
dari Peraturan Pemerintah tentang RTRWN
Indonesia, Malaysia, Philipina-East Asia
sebagai wujud fasilitasi Pemerintah dalam
Growth Area);
penataan ruang lintas wilayah propinsi. Dalam
f. Memaduserasikan struktur dan pola
konteks RTR Pulau Kalimantan, disebutkan
pemanfaatan ruang kawasan perbatasan
bahwa arahan pola pengelolaan kawasan
dengan wilayah negara tetangga.
perbatasan lintas Negara didasarkan atas
beberapa strategi sebagai berikut: Tabel 1 merupakan uraian kebijakan Rencana
a. Mengembangkan pola-pola kerjasama Tata Ruang Pulau Kalimantan.
pembangunan lintas batas dengan negara

Tabel 1. Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan


Ruang Lingkup
Kebijakan
Substansi
Arahan pola a) Arahan pola pengelolaan sistem kota
pengelolaan struktur PKN (Pusat Kegiatan Nasional)
ruang  Pusat pelayanan primer : Kota Balikpapan
 Pusat pelayanan sekunder : Kota Pontianak, dan Banjarmasin
 Pusat pelayanan tersier :Samarinda, Bontang, Tarakan, Aruk, Jagoibabang,
Nangabadau, Entikong, Nunukan, Simanggaris, Long Midang, dan Long
Pahangai

PKW (Pusat Kegiatan Wilayah)


 Pusat pelayanan sekunder: Palangkaraya, Batulicin, Tanjung Redep,
Sangatta, Tanjung Selor, Malinau dan Tenggarong.
 Pusat pelayanan tersier :Mempawah, Ketapang, Putussibau, Singkawang,
Sampit, Pangkalan Bun, Amuntai, dan Muarabahan.

PKL (Pusat Kegiatan Lokal)


 Kota-kota PKL:Rasau Jaya, Bengkayang, Pemangkat, Sambas,
Kendawangan, Nangatayap, Lanjak, Kedukul, Sekadau, Nangapinoh,
Kotabesi, Kuala Kuayan, Tambang Sumba, Kumai, Nangabulik, Tamiang
Ruang Lingkup
Kebijakan
Substansi
Layang, Purukcahu, Kualakurun, Bahaur, Lupakdolom, Pleihari, Banjarbaru,
Rantau, Kandangan, Tanjung, Kotabaru, Pagatan, Stagen, Tanjung Selor,
Tanjung Palas, Muara Wahau, Sangatta, Tau Lumbis, Muara Telake, Muara
Badak, dan Loa Janan.

b) Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana wilayah


1. Transportasi
 Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas rendah pada ruas-
ruas : Entikong–Balai Karangan– Bengkayang–Pontianak;Putussibau–
Nangabadau; Nunukan–Malinau–Simanggaris–Longmidang–Long
Pahangai; dan Sintang–Nangapinoh-Tumbangsamba– Kualakurun–
Muarateweh–Sendawar–Tenggarong–Samarinda;
 Sistem jaringan jalan lintas kolektor primer dengan prioritas tinggi
pada ruas-ruas: Ngabang–Mempawah dan Bengkayang–Mempawah

2. Prasarana energi dan listrik


Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk
Sistem Kalimantan Barat dengan prioritas tinggi pada: PLTD Ketapang
1,2; PLTD Putussibau 1,2,3; PLTD Sambas 1,2,3; PLTD Singakawang 1;
PLTD Sanggau 1-2, 3,4; PLTD Sentebang 1, 2-3; PLTD Sintang 1, 2-4,
5,6; PLTG Baru

3. Prasarana sumber daya air


 Menjamin ketersediaan air baku untuk kebutuhan irigasi pada
sentra-sentra pangan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan
industri dan sumber energi tenaga air secara berkelanjutan untuk
mendukung pengembangan kawasan-kawasan andalan dan pusat
koleksi-distribusi;
 Mendukung pengembangan sektor-sektor produktif, khususnya
sentra-sentra produksi pangan dan sentra-sentra perkebunan

Arahan pola Kawasan lindung


pengelolaan  Penetapan kawasan sempadan pantai, yakni di kawasan Pantai Barat, Timur
pemanfaatan ruang dan Selatan Pulau Kalimantan;
 Penetapan kawasan sempadan sungai, meliputi DAS Kapuas, Landak,
Mempawah, Sambas, Pawah, Membuluh, Airhitam Besar, Jelai, Paloh,
Kahayan, Barito, Kapuas, Mentayan, Seruyan, Katingan, Lamandau, Murung,
Barito, Riam Kiri, Riam Kanan, Negara, Kusan, Samponahan, Mahakam,
Sesayap, Kayan, Kelai dan Sebakung;
 Penetapan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi lindung
pada RTRW Propinsi, Kabupaten, dan Kota;
 Pengelolaan kawasan sekitar danau/waduk mencakup Danau Sentarum,
Danau Jempang, Danau Melitang, dan Danau Semayang;
 Penetapan kawasan sekitar mata air sebagai kawasan berfungsi lindung pada
RTRW Propinsi, Kabupaten, dan Kota

Kawasan budidaya
 meningkatkan kualitas fungsi kawasan budidaya pertanian; yang diprioritaskan
penanganannya adalah Sentra produksi pangan di Pontianak dan
Singkawang, Sukamara, Kuala Kapuas, Banjarmasin, Marabahan,
Kandangan, Amuntai, dan Tanjung. Sentra perkebunan di Sambas,
Bengkayang, Mempawah, Ngabang, Sanggau, Sintang, Putusibau,
Nangayatap, Nangabulik, Sukamara, Kualakuayan, Pangkalan Bun, Sampit,
Plehairi, Sendawar, Tenggarong, Tanah Grogot, Tanjung Selor, dan Malinau
Arahan pola  Peningkatan akses dari kota-kota kecil di perbatasan menuju kota-kota utama
pengelolaan terdekat di Pulau Kalimantan, yaitu Entikong–Pontianak, Jagoibabang–
kawasan perbatasan Singkawang, Nangabadau–Putusibau, Longmidang–Malinau, Simanggaris–
Nunukan;
Ruang Lingkup
Kebijakan
Substansi
 Pengembangan pelayanan penunjang kegiatan perdagangan internasional,
baik berskala kecil hingga besar;
 Penerapan insentif–disinsentif untuk pengembangan kawasan perbatasan
yang meliputi pembebasan pajak untuk investor, kemudahan perizinan, dan
bentuk-bantuk lain yang sah berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku
Sumber: Raperpres Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan

Sedangkan arahan kebijakan pengembangan hubungan dan keberadaan BP dengan


kawasan perbatasan Kalbar-Serawak di Pemda sesuai semangat pelaksanaan
dalam RTRW Kabupaten Sintang termasuk ke otonomi Daerah.
dalam kawasan prioritas. Pengembangan  Pelimpahan kewenangan perijinan dalam
kawasan perbatasan dipusatkan di Kota rangka menunjung Badan Pengelola
Nanga Merakai, ibukota Kecamatan Ketungau Kapet yang berfungsi sebagai fasilitator
Tengah. dalam menarik investasi ke wilayah Kapet
Sanggau.
Beberapa issu strategis yang berkembang di
KAPET Khatulistiwa, diantaranya adalah
sebagai berikut: ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

 Pengembangan Kawasan Perbatasan KASABA

Kalimantan Barat yang berfungsi sebagai Secara umum arahan kebijakan

outlet dengan pendekatan pengembangan Kawasan Perbatasan

pengembangan cluster yaitu cluster KASABA (Kalimantan Sabah-Sarawak)

Paloh, cluster Jagoi Babang, cluster tercantum dalam Raperpres tentang Rencana

Entikong, cluster Badau. Tata Ruang Kawasan Perbatasan KASABA.

 Pembangunan Kawasan Industri Raperpres tersebut merupakan suatu bentuk

Pemangkat untuk menunjang pelabuhan dari prioritas pembangunan kawasan

Sintete dengan luas 25,6 ha dan perbatasan negara sebagai kawasan tertentu

berperan sebagai hinterlandnya kawasan untuk meningkatkan kehidupan sosial-

industri Batam yang berorientasi pasar ekonomi dan ketahanan sosial masyarakat,

internasional dengan pengembangan mengelola potensi wilayah, serta menciptakan

segitiga pertumbuhan SIJORI. ketertiban dan keamanan di kawasan

 Perluasan wilayah Kapet Sanggau perbatasan. Dalam konteks yang lebih makro

(sebelum berubah namanya menjadi Raperpres ini merupakan acuan spasial

KAPET Kahatulistiwa) dalam rangka dalam percepatan pembangunan di kawasan

penanganan pengembangan kawasan perbatasan sekaligus acuan dalam penataan

perbatasan, juga merupakan antisipasi ruang propinsi dan kabupaten yang

kerjasama Ekonomi Sub Regional BIMP berbatasan langsung dengan negara

– EAGA, IMS-GT. Malaysia.

 Sosialisasi Eksistensi Badan Pengelola Pola pemanfaaatan ruang kawasan


Kapet Sanggau untuk menunjang perbatasan dibedakan berdasarkan fungsi
utama kawasan, meliputi kawasan lindung KPE Jagoi Babang dengan pintu gerbang
dan kawasan budidaya. Untuk pola Jagoi Babang, KPE Entikong dengan pintu
pemanfaatan kawasan budidaya diwujudkan gerbang Entikong, KPE Jasa dengan pintu
dalam penetapan sektor ekonomi unggulan gerbang Jasa, KPE Nanga Badau dengan
untuk setiap kawasan pengembangan pintu gerbang Nanga Badau.
ekonomi
Kawasan tersebut dilengkapi dengan rencana
Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) tata ruang kawasan pengembangan yang
didefinisikan sebagai kawasan yang mengatur alokasi pemanfaatan ruang sektor-
mencakup beberapa kecamatan yang terikat sektor unggulan dalam kawasan dengan
secara fungsional untuk mengembangkan kedalaman peta skala 1:50.000. Tabel 2
sektor ekonomi unggulan secara terpadu. menjelaskan beberapa point kebijakan yang
Untuk Propinsi Kalimantan Barat terdapat 5 penting dalam Raperpres.
KPE yang telah ditetapkan, meliputi KPE
Temajok-Aruk dengan pintu gerbang Aruk,

Tabel 2. Kebijakan Raperpres Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan


No Faktor Kebijakan
1 Cakupan wilayah Meliputi sebagian wilayah pada 5 (lima) kabupaten yang
terdiri 15 (lima belas) kecamatan di Propinsi Kalimantan
Barat, di mana empat diantaranya adalah Kecamatan
Jagoibabang, Kecamatan Siding (Kab Bengkayang) dan
Kecamatan Ketungau Hulu, Kecamatan Ketungau Tengah
(Kab. Sintang)
2 Struktur Ruang Sistem Pusat Permukiman meliputi hirarki pusat
(sistem permukiman, yaitu:
permukiman)  PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional): Temajok-
Aruk, Jagoi Babang, Jasa, Entikong, Nanga
Badau
 PKW: Sambas, Temajok, Singkawang, Bengkayang,
Sanggau, Puttusibau, Sintang
 PKL: Sajingan, Saparan, Liku, Sekura, Galing,
Pemangkat, Sejangkung, Kaliau, Jagoi Babang,
Sentabeng, Seluas, Siding
3 Pola Pemanfaatan Kawasan Lindung:
Ruang  Kawasan hutan lindung, kawasan konservasi, dan
resapan air meliputi seluruh kecamatan perbatasan di
Propinsi Kalimantan Barat
 Penetapan pusat perlindungan sesuai dengan jenis dan
kondisi konservasi meliputi Kawasan Pusat Perlindungan
Cagar Alam Sinjang Perinsen, Kawasan Pusat
Perlindungan TN Betung Kerihun, Kawasan Pusat
Perlindungan TN Danau Sentarum, dan Kawasan Pusat
Perlindungan TN Kayan Mentarang dan Kawasan
Lindung Batu Brok
Kawasan Budidaya:
 Ditetapkan 5 KPE di Kalimantan Barat yang
mengembangkan sektor ekonomi unggulannya secara
terpadu, salah satunya adalah KPE Jagoibabang, dan
KPE Jasa
 Penetapan sektor mempertimbangakn kondisi SDM,
SDA, sumber daya vuatan, sosial, budaya, ekonomi,
teknologi, informasi, administrasi, dan pertahanan
No Faktor Kebijakan
keamanan untuk jangka waktu 20 tahun
 Pola pemanfaatan ruang KPE mencakup:
- hutan produksi meliputi kawasan hutan produksi
terbatas, kawasan hutan produksi biasa dan kawasan
hutan yang dapat dikonversi yang terletak di 26
kecamatan perbatasan
- pertanian dan perkebunan (Paloh, Sajingan
Besar,Jagoibabang, Siding, Ketungau Hulu,
Ketungau Hilir, Entikong, Sekayam)
- pertambangan skala nasional(Paloh, Ketungau Hulu,
Ketungau Hilir)
- peternakan (Jagoi Babang, Siding, Ketungau Hulu,
Kecamatan Ketungau Hilir, Badau)
- kawasan perikanan (Paloh, Jagoi Babang, Siding,
Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, Nunukan dan
Kecamatan Sebatik
- Industri (Aruk, Jagoi Babang, Entikong, Jasa, Nanga
Bada)
Sumber: Raperpres Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan

KARAKTERISTIK WILAYAH globalisasi.Pengembangan wilayah


Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) perbatasan perlu dipercepat mengingat
Jasa terletak di bagian utara dari Kabupaten semakin rawannya situasi dan kondisi di
Sintang atau di antara 0 0411 LU-10051 LU dan wilayah tersebut baik dari aspek ideologi,
1110121 BT-1110441 BT. Dilihat dari wilayah politik, ekonomi, sosial budaya, serta
administratifnya, KPE Jasa mencakup wilayah pertahanan dan keamanan. Fenomena yang
Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau sangat menonjol adalah maraknya kegiatan
Tengah. Di Kecamatan Ketungau Tengah illegal loging,illegal trading, arus migrasi
dengan ibu kota Nanga Merakai, melingkupi illegal, serta begesernya patok-patok
13 desa, dengan luas total 2.182,4 km 2. pembatas antar negara.
Sedangkan Kecamatan Ketungau Hulu Konsep dasar yang digunakan dalam
melingkupi 9 desa, dengan luas total pengembangan kawasan perbatasan
mencapai 2.138,2 km2 sekaligus sebagai Kawasan Pengembangan
Ekonomi (KPE) di Jasa, Kecamatan
KONSEP DASAR PENGEMBANGAN Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang mengacu

KAWASAN PERBATASAN pada tiga pendekatan yang digunakan yaitu :


pendekatan kesejahteraan, pendekatan
Selama ini pembangunan fisik, ekonomi, dan
keamanan, dan pendekatan lingkungan.
sosial budaya di wilayah perbatasan kurang
mendapat perhatian pemerintah sehingga A. Konsep Kesejahteraan
salah satu akibatnya tingkat kesejahteraan Pada dasarnya pendekatan konsep
penduduk rendah.  Akhir-akhir ini kesejahteraan (prosperity approach)
pengembangan wilayah perbatasan menajdi merupakan upaya yang dilakukan
perhatian pemerintah karena memiliki arti berdasarkan pengembangan kegiatan
penting dan strategis terkait dengan otonomi ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
daerah, perdagangan bebas dan masyarakat di wilayah perbatasan. Untuk
KPE Jasa, pengembangan aktivitas ekonomi Kesatuan Republik Indonesia. Pendekatan
diarahkan berbasis perkebunan kelapa sawit. keamanan akan melihat kawasan perbatasan
Konsep kesejahteraan untuk sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis
mengembangkan KPE Jasa meliputi : bagi kepentingan nasional sesuai dengan
 Pengembangan perdagangan dengan fungsinya dalam pertahanan dan keamanan
Negara Bagian Sarawak melalui pintu negara.
masuk Jasa dan atau Nanga Bayan yang
Konsep struktur ruang pertahanan dan
didukung oleh fasilitas PPLB (Custom,
keamanan yang dikembangkan ialah
Immigration, Quarantina, Security) dan
membentuk sabuk komando perbatasan
pembangunan kawasan industri
negara. Sabuk komando perbatasan negara
perkebunan kelapa sawit di Kecamatan
ini berupa buffer area atau security zone
Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah .
sejauh ±4 km dari garis perbatasan sebagai
 Pengembangan Kota Nanga Merakai (Ibu
wilayah pengawasan. Pertimbangan tersebut
Kota Kecamatan Ketungau Tengah)
juga memperhatikan batasan fisik, meliputi
sebagai pusat Wilayah Pembangunan di
ketinggian topografi, kelerangan tanah,
Kabupaten Sintang wilayah utara didukung
maupun keberadaan sungai. Salah satu
oleh beberapa sub pusat pertumbuhan
bentuk pengawasan ini berupa penyediaan
yang memberikan fungsi pelayanan publik
pos-pos pengwasan di sepanjang sabuk
bagi desa-desa yang jauh dari Ibukota
komando yang berfungsi memantau aset-aset
kecamatan
sumber daya negara serta benteng
 Pengembangan aktivitas perkebunan
pertahanan terdepan.
kelapa sawit sebagai basis pengembangan
Konsep keamanan untuk mengembangkan
ekonomi kawasan
KPE Jasa meliputi :
 Pembentukan satuan-satuan kawasan
 Pembangunan pos lintas batas lengkap
permukiman berbasis perkebunan kelapa
dengan sarana pendukungnya di sekitar
sawit guna meningkatkan tingkat
garis perbatasan
kesejahteraan masrakat perbatasan.
 Pengembangan pos-pos TNI lainnya di
 Pengembangan sumber daya manusia
sekitar garis perbatasan sebagai wujud riil
baik untuk tenaga kerja maupun
dari pengawasan keamanan guna
 Peningkatan akses skala regional dan
keutuhan NKRI
lokal kawasan dengan meningkatkan,
 Sinergitas pengembangan dengan
mengembangkan, maupun membangun
pengembangan ekonomi : peningkatan
jaringan jalan transportasi terutama
pos keamanan darat di Pos Gabungan
jaringan jalan darat.
(Indonesia dan Malaysia), peningkatan
B. Konsep Keamanan
kewibawaan aparat keamanan dan
Konsep Keamanan (Security) memandang
pemerintahan, dan kesadaran bela negara
kawasan perbatasan sebagai kawasan yang
bagi seluruh stakeholder.
bersebelahan langsung dengan negara lain
 Peningkatan fasilitas keimigrasian untuk
sehingga perlu pengawasan terhadap
pengendalian sekaligus mendukung
keamanan untuk menjaga keutuhan Negara
kelancaran arus masuk barang dan di kawasan gerbang perbatasan atau pada
masyarakat. jaringan jalan utama menuju gerbang
 Penerapan sanksi yang tegas terhadap perbatasan. Pada dasarnya konsep
bentuk pelanggaran sebagai wujud pengembangan struktur ruang terdiri dari
pengendalian pemanfaatan ruang baik pengembangan pusat-pusat pelayanan,
praktek illegal logging maupun illegal pengembangan jaringan infrastruktur
fishing. khususnya jaringan jalan serta rencana
pemanfaatan ruang.
C. Konsep Lingkungan
1 Konsep Pengembangan Pusat-pusat
Pendekatan yang dilakukan dengan
Pelayanan
memperhatikan aspek lingkungan merupakan
Pengembangan pusat pelayanan dan struktur
perspektif penting dalam menjaga
pelayanan didasarkan pada rencana
keberlanjutan lingkungan dan meminimasi
pengembangan gerbang atau pusat
dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan
pengembangan kawasan perbatasan (BDC).
pembangunan.
Dengan demikian maka pengembangan pusat
Konsep lingkungan untuk
pelayanan akan berada di sekitar gerbang
mengembangkan KPE Jasa meliputi :
perbatasan yang direncanakan. Berdasarkan
 Menjaga keseimbangan lingkungan dalam
evaluasi rencana lokasi gerbang maka
melakukan proses pembangunan terutama
terdapat 2 alternatif gerbang yaitu Desa Jasa
dalam melakukan pengendalian
dan Desa Nangga Bayan. Maka pusat
pemanfaatan ruang dengan melakukan
pengembangan kawasan akan berada pada
pengendalian pada penebangan liar dan
kedua titik ini. Hal ini mengingat tidak ada
pengendalian serta penegasan mengenai
kawasan perkotaan atau pusat pelayanan
larangan adanya aktivitas budidaya di
yang melingkupi pelayanan regional
lahan kawasan lindung, maupun kawasan
kecamatan kecuali Ibukota Kecamatan
konservasi lainya.
Senaning. Tetapi jarak Senaning cukup jauh
 Menjaga keseimbangan lingkungan dalam
dari kedua desa ini dan tidak tersedia sarana
melakukan eksploitasi sumberdaya alam,
perhubungan yang memadai. Pelayanan
khusus untuk KPE Jasa yang terindikasi
kebutuhan sehari-hari saat ini masyarakat
memiliki potensi bahan tambang batu bara,
kawasan ini masih berorientasi ke wilayah
emas, dan minyak bumi
Malaysia, mengingat kelengkapan kebutuhan
hanya ada di sana. Adapun konsep
KONSEP PENGEMBANGAN STRUKTUR pengembangan pusat pelayanan adalah
TATA RUANG sebagai berikut :
Konsep pengembangan struktur ruang 1. Mengembangkan dan menyediakan pusat
mengacu pada rencana pembukaan gerbang pelayanan bagi masyarakat di kawasan ini,
perbatasan dan pusat pengembangan sehingga masyarakat tidak harus ke
perbatasan (BDC) sebagai pusat Serawak untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan ekonomi KPE. Dengan hidupnya.
rencana ini maka pusat pengembangan
kawasan akan berada di kawasan BDC atau
2. Pengembangan pusat pelayanan ini Seperti yang telah dijelaskan dalam
diharapkan menjadi pusat orientasi pembahasan sebelumnya, pengembangan
berbagai kegiatan dan pengembangan KPE Jasa akan dilandasai pula oleh
kawasan. pemikiran perlunya investasi minimum yang
3. Untuk optimalnya pusat pelayanan ini, cukup besar yang harus disediakan oleh
maka perlu dikembangkan berbagai pemerintah dalam berbagai tingkatan. Tesis
aktifitas ekonomi pendukung kawasan seperti ini dikenal dalam literatur
serta pengembangan jaringan jalan pengembangan ekonomi pembangunan
pelayanan bagi masyarakat pedesaan wilayah dengan big push theory.
yang ada di sekitar kawasan ini.
Teori pertumbuhan big push termasuk ke
4. Tahap awal pengembangan pusat
dalam kategori teori pertumbuhan berimbang
pelayanan hanya di pusat atau di gerbang
yang berarti investasi harus berlangsung
perbatasan yang akan dibuka saja.
secara serentak di semua sektor atau industri,
2 Konsep Pemanfaatan Ruang dimana dibutuhkan tingkat investasi minimum
Konsep pemanfaatan ruang didasarkan pada yang tinggi. Sedangkan pengertian lainnya
optimalisasi pemanfaatan lahan sesuai adalah pembangunan berimbang antara
dengan kesesuaian lahan serta ketersediaan industri manufaktur dengan sektor pertanian.
sarana dan prasarana pendukung Karenanya pertumbuhan berimbang
pengembangan kawasan. Konsep membutuhkan keseimbangan antara berbagai
pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut : industri barang konsumen, dan antara barang
1. Semaksimal mungkin mempertahankan konsumen dengan industri barang modal.
kawasan lindung yang ada baik dalam Selain itu teori ini juga menyatakan
bentuk hutan lindung, taman nasional, keseimbangan antara overhead sosial dengan
maupun cagar alam serta sempadan- overhead ekonomi. Singkatnya teori
sempadan sungai dan mata air. pertumbuhan berimbang mengharuskan
2. Mengembangkan lahan sesuai dengan adanya pembangunan yang serentak dan
evaluasi lahan untuk pengembangan yang harmonis dari berbagai sektor ekonomi
paling optimal, baik dari nilai ekonomi sehingga semua sektor tumbuh bersama.
maupun nilai kelestarian lingkungan Untuk itu diperlukan keseimbangan antara sisi
3. Mengembangan pemanfaatan lahan yang permintaan dengan sisi penawaran. Sisi
mempunyai nilai ekonomi yang penawaran memberikan penekanan pada
memungkinkan masyarakat terlibat secara pembangunan serentak dari semua sektor
langsung dalam mengelola dan mengolah yang saling berkaitan dan yang berfungsi
lahan yang tersedia. meningkatkan penawaran barang. Ini meliputi
4. Mengembangkan jaringan infrastruktur pembangunan serentak dari barang setengah
pendukung pengembangan dan jadi, bahan mentah, sektor pertanian,
pemanfaatan lahan. angkutan dan lain-lain, serta semua industri
yang memproduksi barang konsumen.
KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI Sebaliknya, sisi permintaan berhubungan
A. Investasi Minimum Serentak dengan penyediaan kesempatan kerja yang
lebih besar agar permintaan barang dan jasa perlu dilakukan mengingat investasi secara
dapat tumbuh di fihak penduduk. Sisi ini sendiri-sendiri mempunyai risiko sebagai
berkaitan dengan industri yang sifatnya saling akibat dari ketidakpastian apakah produknya
melengkapi, industri barang konsumsi, akan mendapatkan pasar.
khususnya pertanian dan sektor manufaktur.
B. Rencana Pengembangan KPE Jasa
Jika semua industri dibangun secara serentak
Rencana pengembangan KPE Jasa selain
maka tenaga yang terserap akan cukup
didasarkan pada argumentasi perlunya
besar. Dengan cara ini akan tercipta
investasi minimnal (yang besar) secara
permintaan barang-barang dari masing-
serentak, juga didasarkan hasil komparasi
masing industri satu sama lain.
dengan pengembangan Kota Entikong. Pada
Tesis big push memerlukan tercapai bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa
eksternalitas ekonomis yang muncul dari pengembangan Entikong didukung oleh
pendirian serentak sektor-sektor yang saling pengembangan di beberapa sektor yakni
terkait. Berkaitan dengan hal ini paling tidak sektor pertanian, sektor perdagangan dan
dapat dibedakan 2 macam syarat mutlak sektor informal lainnya, (embrio) pusat bisnis
minimal dan eksternalitas ekonomis yakni : UKM, serta adanya balai latihan tenaga kerja.
Pertama, Syarat mutlak minimal dalam fungsi Setelah kurang lebih 16 tahun (1989-2005)
produksi. Kedua, syarat mutlak minimal pada berdiri, kini Entikong berkembang seperi
permintaan (saling melengkapinya adanya saat ini. Terdapat ekspektasi yang
permintaan). cukup baik bagi perkembangan peran
Yang dimaksud dengan syarat minimal dalam Entikong walaupun masalah illegal logging
fungsi produksi adalah perlunya investasi masih membayangi hingga tahun 2005. Ada
minimal dalam input, output dan proses. beberapa argumentasi yang dapat diajukan
Investasi seperti ini akan meningkatkan untuk menjelaskan mengapa selama 16
penghasilan yang akan menurunkan rasio tahun, Entikong tidak terlalu pesat juga
modal-output (COR). Dengan meningkatnya perkembangannya. Salah satu penjelasannya
capital to output ratio itu maka akan adalah dekatnya Kota Entikong dengan Kota
meningkatkan eksternalitas ekonomis berupa Balai Karangan yang juga menjalankan
peningkatan modal overhead. Jasa dari modal fungsi-fungsi pelayananan penduduk sekitar.
overhead sosial terdiri dari industri dasar Dengan kondisi ini diduga terdapat semacam
seperti energi, angkutan dan perhubungan pembagian peran antara Kota Entikong
yang secara tidak langsung bersifat produktif dengan Kota Balai Karangan.
dan mempunyai masa persiapan lama yang
Dengan seluruh analisis ekonomi yang telah
membutuhkan modal awal yang cukup besar.
dipaparkan berikut adalah kriteria
Di negara terbelakang investasi untuk sektor-
pengembangan aktivitas yang akan
sektor ini mencapai 1/3 dari total investasi
dilakukan dalam rangka rencana
yang dibutuhkan.
pengembangan KPE Jasa :
Yang dimaksud dengan syarat mutlak minimal 1. Dibutuhkan investasi minimum yang cukup
pada permintaan adalah pendirian secara besar untuk mengembangkan
serentak industri yang saling berkaitan. Hal ini perekonomian di KPE Jasa.
2. Investasi yang dimaksud harus dilakukan 5. Sektor manufaktur : agrobisnis yang
secara secara berimbang dalam arti berbasis pengolahan karet, sawit.
berimbang antara industri manufaktur Pengolahan pendukung pertanian seperti
dengan sektor pertanian, berimbang pupuk dan pakan ternak.
antara berbagai industri barang konsumen, 6. Sektor perdagangan : Pasar barang
berimbang antara sisi penawaran dengan konsumen (primer, sekunder dan tersiser),
sisi permintaan. Pasar kebutuhan pengolahan pertanian,
3. Sektor pertanian yang akan dikembangkan Pasar output hasil produksi sektor
adalah sektor yang didukung oleh potensi pertanian.
yang saat ini ada di KPE Jasa. 7. Lokasi pengembangan embrio usaha kecil
4. Sektor manufaktur yang akan (dan menengah).
dikembangkan adalah sektor yang 8. Pusat-pusat layanan Pemerintah dan
mendukung pengembangan sektor Pemerinta Daerah :
pertanian. (i) Dinas Kimpraswil
5. Sektor perdagangan yang akan (ii) Dinas Perhubungan
dikembangkan adalah yang mendukung (iii) Dinas Pertanian
pengembangan sektor pertanian dan (iv) Dinas Kehutanan dan Perkebunan
manufaktur. (v) Dinas Tenaga Kerja
6. Selain pengembangan sektor dalam skala (vi) Dinas Pedagangan dan Industri
besar perlu diupayakan pengembangan (vii) Dinas Sosial
usaha skala kecil bagi masyarakat. (viii) Dinas UKM
7. Perlu adanya pusat-pusat layanan oleh (ix) Dinas Pendidikan
pemerintah daerah untuk membentuk (x) Dinas Kesehatanan
aktivitas ekonomi di KPE Jasa. (xi) Kantor Keimigrasian.
8. Perlu adanya antisipasi pembagian peran 9. Pengembangan lembaga perkreditan baik
antara KPE Jasa dengan pengembangan bank maupun non bank.
kota lain di sekitarnya.
Berdasarkan kriteria itu maka rencana KONSEP PENGEMBANGAN PELAYANAN
pengembangan aktivitas ekonomi di KPE SARANA DAN PRASARANA
Jasa adalah sektor-sektor sebagai berikut : Prinsip pengembangan perlayanan sarana
1. Prasarana Jalan dan komunikasi untuk dan prasarana adalah terpenuhinya
menunjang aktivitas ekonomi. prasarana dan sarana dasar masyarakat,
2. Sektor pertanian: padi, lada. sehingga terpenuhinya kebutuhan
3. Sektor perkebunan : Karet, Sawit dan masyarakat. Saat ini pelayanan di kawasan ini
Lada. sangat minim, baik pelayanan umum dan
4. Sektor peternakan : Sapi, babi, dan sosial seperti sekolah dan kesehatan,
kambing. maupun pelayanan listrik dan air bersih.

Konsep pengembangan pelayanan sarana


dan prasarana adalah :
1. Mengembangkan sarana dan prasarana pusat kabupaten maupun untuk mencapai
untuk memenuhi kebutuhan dasar kawasan Serawak Malaysia.
masyarakat di kawasan ini.
2. Pengembangan sarana dan prasarana KONSEP PENGEMBANGAN PERTAHANAN
secara bersama-sama dengan DAN KEAMANAN
pengembangan aspek lainnya harus dapat Aspek pertahanan dan keamanan merupakan
menunjang pengembangan kawasan Jasa faktor penting dalam mengembangkan
sebagai pusat pengembangan perbatasan kawasan perbatasan. Semua pengembangan
yang baru, sehingga kawasan ini menjadi aktifitas, sarana prasarana maupun
lebih menarik untuk didatangi baik oleh pengembangan ekonomi dan mobilisasi
masyarakat maupun oleh investor. penduduk tidak dapat ditinggalkan harus
3. Pengembangan sarana dan prasarana dilihat juga dengan perspektif pertahanan dan
selaras dengan kebutuhan masyarakat. keamanan. Konsep pengembangan
pertanahan dan keamanan dalam rangka
KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM menunjang pengembangan kawasan ekonomi
TRANSPORTASI Jasa adalah sebagai berikut :
Konsep utama pengembangan sistem 1. Pengembangan berbagai aktifitas harus
transportasi adalah untuk menunjang memperhatikan kepentingan pertahanan
pembukaan dan pengembangan kawasan dan keamanan.
perbatasan Jasa dan sekitarnya. Bagian awal 2. Pengembangan aktifitas serta sarana dan
dari konsep ini adalah membuka keterisoliran prasarana yang dibangun harus dapat
daerah ini dengan membuka aksesibilitas ke bersinergi dengan konsep pertahanan dan
kawasan ini. Saat ini untuk mencapai keamanan.
kawasan hanya dapat dicapai dengan 3. Mengakomodasi pendekatan-pendekatan
menggunakan transportasi sungai, dengan tertentu yag khas militer dalam
ketersediaan sarana transportasi yang sangat pengembangan kawasan ini.
minim. Konsep pembukaan isolasi ini adalah Menempatkan sarana pertahanan,
dengan pengembangan transportasi darat termasuk prajurit sebagai bagian dari
dengan mengembangkan dan miningkatkan pengembangan ekonomi kawasan.
jaringan jalan dari jalan setapak menjadi jalan
yang dapat dilewati kendaraan roda empat. DAFTAR PUSTAKA
Selanjutnya adalah membuka jaringan jalan 1. Douglas, M. 1998. A Regional Network
menuju desa-desa yang ada di kawasan ini, Strategy for Reciprocal Rural-Urban
sehingga semua desa dapat mengakses jalan Linkages: An Agenda for Policy Research
utama dan mengakses BDC sebagai pusat with Reference to Indonesia. Third World
pelayanan masyarakat. Planning Review, Vol.20. No.1, 1998.
2. Friedmann, John and Clyde Weaver. 1979.
Tahap selanjutnya setelah membuka isolasi
Teritory and Function: The Evaluation of
daerah adalah menyediakan sarana
Regional Planning. University of California
perangkutan yang memadai. Sarana ini untuk
Press. California.
melayani masyarakat antar desa, dan menuju
3. Firman, Tommy. 1985. Perspektif Neo- Sitohang. Lembaga Penerbit Fakultas
Klasik, Dependensi, dan Humanitarian Ekonomi UI. Jakarta.
dalam Teori-teori Pembangunan, 5. Nurzaman, Siti. 2002. Perencanaan
Keterbelakangan dan Pengembangan Wilayah di Indonesia Pada Masa Krisis.
Wilayah. ITB. Bandung. Penerbit ITB. Bandung.
4. Glasson, John. 1977. Pengantar 6. Raperpres Rencana Tata Ruang Pulau
Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Kalimantan.

You might also like