Professional Documents
Culture Documents
1. Aqidah Syirik, menisbatkan sifat Ilahiyah kepada imam mereka seperti pemilik dunia akherat,
rob bumi.
2. Aqidah Bada‘, yaitu keyakinan bahwa Allah mengetahui sesuatu setelah sebelumnya tidak
mengetahuinya.
3. Aqidah Raj'ah yaitu kembali hidup sesudah mati sebelum hari kiamat
4. Aqidah Taqiyyah, suatu perkataan dan perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan keyakinan,
untuk menghindari bahaya yang mengancam jiwa, harta, atau kehormatan.
5. Aqidah Kema'suman Para Imam
6. Para imam mereka ma'sum (terjaga dari kesalahan dan dosa) serta mengetahui ilmu ghaib.
7. Para imam lebih utama dari para nabi dan rasul, dan mereka memiliki kedudukan yang tidak bisa
dicapai oleh malaikat dan para rasul.
8. Aqidah Syi'ah Tentang al-Qur'an (Al-Kafi I/239): "Mushaf Fatimah itu ada dan tebalnya tiga
kali lipat al-Qur'an kita, dan di dalamnya tidak ada satu huruf pun yang sama dengan al-Qur'an
kita."
• Aqidah Kota Najaf Dan Tanah Karbala
• Orang Syi'ah meyakini bahwa Najaf, Karbala, dan Qum sebagai tanah haram, karena terdapat
kuburan para imam mereka.
• Tanah Karbala, menurut orang syi'ah, lebih utama daripada Ka'bah.
• Nikah Mut'ah dan Keutamaannya
• Nikah mut'ah menjadi dasar ajaran syi'ah, siapa mengingkarinya kafir.
• Menikah mut'ah sekali akan menjadi ahli surga.
• Orang yang meninggal dan belum pernah menikah mut'ah, akan datang di hari kiamat dalam
kondisi buntung.
• Derajat orang yang menikah mut'ah sekali seperti Husain, dua kali seperti Hasan, tiga kali seperti
Ali, dan tiga kali seperti Rasulullah SAW.
• Sumber Ajaran Syi'ah : Ajaran syi'ah dibangun di atas Al-Qur'an dan as-sunnah sesuai dengan
versi mereka dan dibangun di atas menyelisihi Ahlus Sunnah.
• Dalam Ibadah : 1). Mereka memiliki adzan yang berbeda. Yaitu dengan tambahan syahadat
menjadi empat, kalimat Hayya 'Ala Khairil 'Amal sesudah hai'alatain, dan lainnya. 2). Bersedekap
membatalkan shalat, kecuali karena lupa atau taqiyyah. 3) Mengucapkan amiin sesudah membaca
al Fatihah membatalkan shalat, kecuali karena lupa atau taqiyyah. 4) Tidak shalat maghrib kecuali
sesudah bertebarannya bintang-bintang.
http://maulana2008.multiply.com/journal/item/155
IKATAN
1. Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI)
2. Ikatan Pemuda Ahlulbait Indonesia (IPABI), Bogor
3. HPI - Himpunan Pelajar Indonesia-Iran
4. Shaf Muslimin Indonesia, Cawang
5. MMPII, condet
6. FAHMI (Forum Alumni HMI) Depok
7. Himpunan Pelajar Indonesia di Republik Iran (ISLAT)
8. Badan KerjaSama Persatuan Pelajar Indonesa Se- Timur Tengah dan Sekitarnya
(BKPPI).
9. Komunitas Ahlul Bait Indonesia (TAUBAT)
LEMBAGA
1. Islamic Cultural Center (ICC), Pejaten
2. Tazkia Sejati, Kuningan
3. Al Hadi, Pekalongan
4. Al-Iffah, Jember
5. Lembaga Komunikasi Ahlul Bait (LKAB), wadah alumni qom, di motori oleh ICC Jakarta
yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah Republik Islam Iran (RII). LKAB membawai
Yayasan AI Munthazar, Fathimah Aqilah, Ar Radiyah, Mulla Sadra, An Naqi, Al Kubra, AI
Washilah, MT Ar Riyahi dan gerakan dakwah Al Husainy.
PENULIS-PENULIS SYIAH
1. Alwi Husein, Lc 9. Sulaiman Marzuqi Ridwan
2. Muhammad Taqi Misbah 10. Dimitri Mahayana
3. O.Hashem
4. Jalaluddin Rakhmat
5. Husein al-Habsyi
6. Muhsin Labib
7. Riza Sihbudi
8. Husein Al-Kaff
VCD CERAMAH
Lihat di http://www.duapusaka.com
MAHASISWA QOM
1. Muhammad Taqi Misbah Yazdi
2. Euis Daryati, Mahasiswi S2 Jurusan Tafsir Al-Quran,
Sekolah Tinggi Bintul Huda Qom. Ketua Fathimiah HPI 2006-2007.
3. Nasir Dimyati, S2 Jurusan Ulumul Quran Universitas Imam Khomeini Qom.
Saat ini aktif di BKPPI.
4. Usman Al-Hadi, Mahasiswa S1 Jurusan Ulumul Quran
Univ. Imam Khomeini Qom.
5. Abdurrahman Arfan, S1 Jurusan Ushul Fiqh di Jamiatul Ulum Qom,
Republik Islam Iran.
6. M. Turkan, S1 Jurusan Filsafat & Irfan di Universitas Imam Khomeini Qom,
Republik Islam Iran
7. Siti Rabiah Aidiah, Mahasiswi di Jamiah Bintul Huda, Qom,
Jurusan Ulumul Quran.
8. Muchtar Luthfi, Ketua Umum Himpunan Pelajar Indonesia (HPI)
di Republik Islam Iran periode 2006-2007, Sekjen Badan Kerjasama Perhimpunan
Pelajar Indonesia (BKPPI) se-Timur Tengah dan Sekitarnya.
9. Herry Supryono, Mahasiswa S1 Fiqh dan Maarif Islamiyah
di Madrasah Hujjatiyah Qom, Republik Islam Iran.
10. Saleh Lapadi, asal Sorong, alumni YAPI Bangil,
Sekarang menempuh S2 di Qom Iran, pimred islat (islam alternatif)
11. Afifah Ahmad, Mahasiswi S1, Jurusan Maarif Islam di Jamiatul Bintul Huda,
Qom Republik Islam Iran
12. Emi Nur Hayati Ma'sum Said, Mahasiswi S2 Jurusan Tarbiyah Islamiyah &
Akhlak di Universitas Jamiah Azzahra, Qom-Iran
13. A. Luqman Vichaksana S1 Jurusan Filsafat & Irfan
di Universitas Imam Khomeini Qom, Republik Islam Iran
14. Ammar Fauzi Heryadi, mahasiswa Jurusan Filsafat & Irfan
di Universitas Imam Khomeini Qom, Republik Islam Iran.
ALUMNI QOM
1. DR. Abdurrahman Bima, Alumni dari Hawzah Ilmiah Qom,
judul desertasi “Pengaruh Filsafat dalam Konsep Politik Khomeni”.
2. DR. Khalid Al-Walid, Alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom,
judul desertasi “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”
3. Muhsin Labib, Alumnus Hauzah Ilmiah Qom, Republik Islam Iran.
Kandidat Doktor Filsafat Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ali Ridho Al-Habsy cucu dari Habib Ali Kwitang, tahun 1974.
5. Umar Shahab, tahun 1976
6. Syamsuri Ali
7. Jalaludin Rahmat
8. Ahmad Barakbah
TENTANG QOM
• Tahun 1990 ada 50 orang belajar di Qom
• Tahun 1999 jumlah alumni sudah lebih dari 100 orang
• Tahun 2001, 50 mahasiswa indonesia melanjutkan studi di Qom
• Tahun 2004, 90 mahasiswa Indonesia melanjutkan studi di Qom
MAJALAH / JURNAL
1. Majalah Syi'ar
2. Jurnal Al-Huda
3. Jurnal Al-Hikmah
4. Majalah Al-Musthafa
5. Majalah Al-Hikmah
6. Majalah Al-Mawaddah
7. Majalah Yaum Al-Quds
8. Buletin Al-Tanwir
9. Buletin Al-Jawwad
10. Buletin Al-Ghadir
11. Buletin BabIIm
RADIO / TV
1. IRIB (Radio Iran siaran bahasa Indonesia)
2. Hadi TV, tv satelite (haditv.com)
3. TV Al-Manar, Libanon, dpt diakses sejak April 2008,
bekerja sama dengan INDOSAT
4. Myshiatv.com
5. Shiatv.net
WEBSITE
1. http://abatasya.net
2. www.jalal-center.com
3. www.fatimah.org
4. www.icc-jakarta.org
5 www. babilm.4t.com
6. http://www.ahl-ul-bait.org
7. http://www.islammuhammadi.com/id/
8. http://ahmadsamantho.wordpress.com
9. www.islamalternatif.net
10. ICAS (icas-indonesia.org)
11. Islamfeminis.wordpress.com
12. http://www.wisdoms4all.com/ind/
13. Yapibangil.org
14. Alitrah.com
BLOGROLL
1. Ahmad Samontho http://ahmadsamantho.wordpress.com/
2. Anak bangsa http://umfat.wordpress.com/
3. blog Ahlul Bait http://www.aimislam.com/links.html
4. Cahaya ISLAM http://abuaqilah.wordpress.com/
5. cinta Rasul http://cintarasulullah.wordpress.com/
6. Eraalquran http://eraalquran.wordpress.com/
7. GENCAR AHLULBAYT NUSANTARA http://musadiqmarhaban.wordpress.com/
8. Haidarrein http://haidarrein.wordpress.com/
9. Hikmah Islam http://farterh04.wordpress.com
10. ICC http://www.icc-jakarta.com/
11. Info syiah http://infosyiah.wordpress.com/
12. ISLAM FEMINIS http://islamfeminis.wordpress.com/
13. Islam syiah http://islamsyiah.wordpress.com/
14. Jakfari http://jakfari.wordpress.com/
15. Lateralbandung http://lateralbandung.wordpress.com/
16. Luthfis http://luthfis.wordpress.com/
17. Luthfullah http://luthv.wordpress.com/
18. Ma’ashshadiqin http://comein.blogs.friendster.com/
19. Madinah Al-hikmah http://madinah-al-hikmah.net/
20. Nargis http://mashumah.wordpress.com/
21. Pak Jalal http://www.jalal-center.com/
Lanjutan BLOGROLL……….
22. Ressay http://ressay.wordpress.com/
23. Pelita zaman http://www.pelitazaman.blogspot.com/
24. Sahib Al-Zaman http://haidaryusuf.wordpress.com/
25. Suara keadilam http://iwans.wordpress.com/
26. TASNIM http://eurekamal.wordpress.com/
27. Telaga Hikmah http://www.telagahikmah.org/id/index.php
28 Wahabisme http://wahabisme.wordpress.com/
29. Musa http://musakazhim.wordpress.com/
30. Ahlulbayt http://keluargaabi.wordpress.com/
? Dsb, masih banyak lagi
RITUAL
1. Peringatan Maulid Nabi
2. Peringatan Idul Ghadir
3. Pelaksanaan ritual Shalat Iedain
4. Pelaksanaan ritual Lailatul Qadr
5. Peringatan Asyura.
6. Taqiyah
7. Majlis Doa Kumail, malam Jumat.
8. Ghadir Khum
Tahun 2008:
- satu-satunya organisasi legal ahlulbait
- Tersebar di 33 propinsi, 84 cabang, 145 sub-cabang, 125 kantor lokal.
- Jumlah anggota sekitar 2, 5 juta anggota
- Memiliki 10 sekolah gratis dan 1 klinik gratis
Direktur
Syaikh Mohsen Hakimollahi
MITRA
1. Departemen Agama
2. Majelis Ulama Indonesia
3. Ormas keagamaan
4. Lembaga Swadaya Masyarakat
5. Lembaga Ahlul Bait dalam dan luar negeri
6. Media massa cetak dan elektronik
7. Perguruan tinggi.
TENTANG YAYASAN AL-ITRAH
Tempat : Bangil
Berdiri : 1996
Latar belakang: keikhlasan tekad untuk mengenalkan Ahlulbayt Nabi saw kepada para pecintanya,
serta fenomena fakumnya kajian nonformal yang membahas ilmu-ilmu Ahlulbayt di kota Bangil
Pengurus
Ketua:Ali Ridho Assegaf
Wakil Ketua:M. Baqir
Sekertaris I:Zaid Alaydrus
Sekertaris II:Husein Al-Haddad
Copyright: www.gerakanantisyiah.multiply.com
BERITA
1.. Mukhtamar III IJABI 28 Februari - 1 Maret 2008. Tempat: Celebes Convention Center (CCC),
Makassar. Peserta: 1.000 orang ahlul bait Indonesia, dan tokoh syiah Timur Tengah dan Eropa.
Pembicara: Syaikh Muhammad Salak, wakil Majma’ Ahlul Bait Teheran, Ayatullah DR. Sayyed
Muhammad Musawi, pimpinan ahlul bait London, Dr. Jalaluddin Rachmat Ketua Dewan Syurah
Ijabi Indonesia
KERJA SAMA
Universitas Islam Alaudin Makasar dengan Yayasan Ahlul Bait, Iran tahun 2004 dengan program
sisipan (sandwich program) kuliah tamu, bantuan buku-buku literatur Islam untuk mendukung
pengkajian studi Islam.
AKIDAH MUSLIM SUNNI/AHLUSS SUNNAH WAL JAMA'AH VERSUS AKIDAH
SYI'AH
Assalaamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh (semoga engkau yang saya hormati dan beriman,
selamat, damai sejahtera, dan semoga rahmat serta berkah Allah/Tuhan untukmu pula).
Bismillahirrahmaani rrahiim (dengan nama Tuhan, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang).
(segala puji kepada Allah, kita memujiNya, memohon pertolongan kepadaNya, kita berlindung
kepadaNya dari kejelekan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. "Barangsiapa yang diberi
petunjuk Allah, tak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkanNya, tak ada
yang dapat memberikannya petunjuk").
Asyhadu 'anlaa illaa ha illallah wa asyhadu anna Muhammadurrasululla h (saya bersaksi bahwa
tiada/bukan Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah).
Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'ala 'aali Muhammad (semoga salam disampaikan Allah
kepada Muhammad dan keturunan Muhammad).
“Lau kaana khairan lasabaquuna ilahi (jika saja perbuatan itu baik, tentulah para sahabat telah
mendahului kita mengamalkannya)”
============ ========= ========= ========= ========= ========= ========
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, secara tinjauan garis tujuan paham agamis-politis atau keKholifahan, ada dua
golongan besar dalam Islam, Sunni (Ahlu Sunnah Wal Jama’ah) dan Syi’ah, kemudian timbul
perkembangan telaah yang condong ke hati dan/atau pikiran, bid’ah, atau yang telah berhasil
kembali ke fitrah manusia (Islam).
Dan kaum Ahlul Hadits sendiri dengan pedas mengecam kekhawatiran kaum Mu’tazilah bahwa
kekhawatiran mereka tersebut mengeringkan bentuk pengalaman berinteraksi dengan Tuhan dan
bahwa itu mengurangi warna ketuhanan, dengan abstraksi filsafat tanpa arti religius. Para Imam
Madzhab yang empat, digolongkan sebagai Ahlul Hadits.
Yang dimaksud As-Sunnah di sini adalah Sunnah Nabi, yaitu segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallamberupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya
(terhadap perkataan atau perbuatan para sahabatnya) yang ditujukan sebagai syari’at bagi umat ini.
Termasuk didalamnya apa saja yang hukumnya wajib dan sunnah sebagaimana yang menjadi
pengertian umum menurut ahli hadits. Juga ‘segala apa yang dianjurkan yang tidak sampai pada
derajat wajib’ yang menjadi istilah ahli fikih (lihat Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fil Aqaid wa al
Ahkam karya As-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal. 11).
As-Sunnah atau Al-Hadits merupakan wahyu kedua setelah Al Quran sebagaimana disebutkan
dalam sabda Rosululloh:
Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa dengannya.” -yakni As-
Sunnah-, (H.R. Abu Dawud no.4604 dan yang lainnya dengan sanad yang shahih, juga diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV atau 130).
QS Al Baqarah ayat 129 (2:129): Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Hikmah dalam ayat tersebut adalah As-Sunnah seperti diterangkan oleh Imam As-Syafi`i,
“Setiap kata al-hikmah dalam Al-Qur`an yang dimaksud adalah As-Sunnah.” Demikian pula yang
ditafsirkan oleh para ulama yang lain (Al-Madkhal Li Dirasah Al Aqidah Al-Islamiyah hal. 24).
Sudah menjadi kesepakatan seluruh kaum muslimin pada generasi awal, bahwa As-Sunnah
merupakan sumber kedua dalam syari’at Islam di semua sisi kehidupan manusia, baik dalam
perkara ghaib yang berupa aqidah dan keyakinan, maupun dalam urusan hukum, politik, pendidikan
dan lainnya. Termasuk di sini adalah Hadits Qudsi, yang secara bahasa (Etimologis) , kata ا
dinisbahkan kepada kata ( اسsuci).
Artinya, ini adalah Hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci, yaitu Alloh Ta'ala. Dan
secara istilah (terminologis) definisinya adalah sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi
Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabbnya.
Tidak seorang pun berhak melawan As-Sunnah dengan pendapat, ijtihad maupun qiyas. Imam
Syafi’i rahimahullah di akhir kitabnya, Ar-Risalah berkata, “Tidak halal menggunakan qiyas tatkala
ada hadits (shahih).” Kaidah Ushul juga menyatakan, “Apabila ada hadits (shahih) maka gugurlah
pendapat”, dan juga kaidah “Tidak ada ijtihad apabila ada nash yang (shahih)”.
Di dalam sebuah buku berjudul "Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah" yang ditulis oleh
Ustadz Yazid Jawaz berdasarkan rujukan banyak sekali Kitab tua dan masyhur, yang diterbitan
Pustaka Imam Syafi'i, Jakarta; maka syarat akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau Sunni adalah:
• Mengakui agama Islam adalah agama yang Haq (benar) yang dibawa oleh Rosululloh Muhammad
sholallahu ‘alaihi wasallam.
• Mengakui Rukun Islam: (1) bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan kecuali Alloh dan Muhammad
adalah Rosululloh, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (3) puasa Ramadhan, dan (5)
mengerjakan haji apabila mampu.
• Mengakui enam rukun Iman. Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkannya dengan lisan
dan mengamalkannya dengan anggota badan:
2. Iman kepada Malaikat (di antaranya Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu kepada para
Nabi dan Rasul, Malaikat Mikail yang diserahi tugas menurunkan hujan dan menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan, Malaikat Israfil yang meniup sangkakala Kiamat dan Hari Kebangkitan
makhluk, Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa, Malaikat penjaga Surga dan Neraka,
Malaikat yang meniupkan ruh pada janin dalam rahim pada umur 3-4 bulan, dua Malaikat yang
diserahi manjaga dan menulis perbuatan manusia, dua Malaikat yang diserahi tugas menanyai mayit
setelah ia dikubur, dan sebagainya).
3. Iman kepada Kitab-kitab (misalnya Al Quran yang diturunkan kepada Rosululloh Muhammad
sholallahu ‘alaihi wasallam, Taurat,yang diturunkan kepada Nabi Musa AS, Injil yang diturunkan
kepada Nabi Isa AS, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud AS, Shuhuf Ibrahim AS dan Musa
AS, dan berbagai kitab lain yang namanya tak disebutkan di Al Quran) dan bahwa kitab-kitab itu
adalah kalamullah (kalimat Alloh), bukan makhluk (sebagaimana yang diyakini kaum Mu’tazilah).
4. Iman kepada Para Rasul (manusia yang diutus kepada umatnya masing-masing, yang pertama
adalah Nabiyullah Nuh, dan yang terakhir adalah Nabiyullah Muhammad sholallahu ‘alaihi
wasallam yang diutus kepada seluruh umat manusia).
5. Iman kepada Hari Akhir (Yaumil Akhir) termasuk adanya fitnah kubur, adzab kubur, nikmat
kubur, dikumpulkannya manusia di Padang Mahsyar, ditegakkanya Mizan (timbangan) amalan
hamba Alloh, dibaukakannya catatan-catatan amal, adanya Hisab (penghitungan) , adanya al-Haudh
(telaga) Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam yang paling besar dan indah, Shirath (jembatan) di atas
neraka Jahannam menuju Surga, syafa’at (pertolongan) atau wasilah atau thalab Rosululloh
sholallahu ‘alaihi wasallam seijin Alloh subhanahu wa ta’ala, dan Surga serta Neraka.
• Mengimani Tauhid Uluhiyyah (mentauhidkan Alloh melalui segala pekerjaan hamba yang dengan
cara itu mereka dapat mendekatkan diri ke Alloh subhanahu wa ta’ala).
• Mengimani Tauhid al-Asma’ wash Shifat (mentauhidkan Alloh sesuai dengan Nama-nama
maupun Sifat-sifat Alloh).
• Sepakat bahwa syirik adalah bentuk kemaksiatan terbesar terhadap Alloh subhanahu wa ta’ala.
• Sepakat bahwa manusia diciptakan Alloh subhanahu wa ta’ala untuk beribadah dengan
memurnikan ketaatan kepadaNya dan meneladani sunnah Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam.
• Mengambil lahiriyah Al Quran dan As-Sunnah sebagai dasar pertama prinsip dasar Ahlus Sunnah
wal Jama’ah.
• Mengimani adanya ‘Arsy (singgasana) Alloh subhanahu wa ta’ala dan bahwa Alloh subhanahu
wa ta’ala bersemayam (istiwa’) di atas ‘Arsy.
• Menolak keyakinan Wahdatul Wujud (keyakinan bahwa semua yang ada hany satu, yaitu Alloh
subhanahu wa ta’ala) dan i’tiqad (bahwa Alloh subhanahu wa ta’ala menjelma atau hulul kepada
makhlukNya) juga ittihad (Alloh subhanahu wa ta’ala menyatu dengan makhlukNya).
• Mengimani an-Nuzul (turunnya Alloh subhanahu wa ta’ala ke langit dunia) pada setiap malam.
• Wajib mencintai dan mengagungkan Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam serta larangan
untuk Ghuluw (berlebih-lebihan dalamnya)
• Mengimani Keluarnya Dajjal dari timur Khurasan dan fitnahnya (bencananya) yang akan dibunuh
oleh Nabi Isa bin Maryam AS
• Mengimani turunnya Nabi Isa AS di akhir jaman setelah munculnya Dajjal meneruskan syari’at
yang dibawa Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam dan membawa ketenangan, keamana,
keselamatan selama 40 tahun.
• Mengimani keluarnya Ya’juj dan Ma’juj di akhir jaman pada mas Isa bin Maryam AS.
• Mengimani sesudah manusia masuk surga dan neraka tak ada lagi kematian
• Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah Ahlul Wasath (umat yang pertengahan di antara berbagai Firqah
atau perpecahan umat)
• Ahlu Sunnah wal Jama’ah berpandangan bahwa tak setiap ucapan dan perbuatan yang disifatkan
nash sebagai kekufuran merupakan kekafiran besar (karena ada kekufuran besar dan ada kekufuran
kecil) dan tidak boleh menjatuhkan hukum kafir kepada muslim kecuali telah ada petunjuk jelas
dari Al Quran dan Hadits atas kekufurannya, namun tetap tidak menganggap halal dosanya.
- menyekutukan Alloh,
- membuat perantaara antara dirinya dengan Alloh (berdoa, memohon syafa’at bertawakkal kepada
mereka),
- mereka yang tidak mengkafirkan orang musyrik-kafir (misalnya Yahudi, Nasrani, Majusi, orang
musyrik, mulhid atau Atheis) termasuk malah membenarkan mereka,
- meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna daripada Sunnah Rosululloh shalalallahu ‘alaihi
wasallam, tidak senang terhadap atau membenci hal-hal yang dibawa Rosululloh shalalallahu ‘alaihi
wasallam,
- menghina Islam,
- melakukan sihir (termasuk ash-Sharfu atau guna-guna, al-‘Athfu atau pelet, dan sebagainya),
- memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka memerangi kaum muslimin,
- meyakini bahwa manusia bebas keluar dari syari’at Nabi shalalallahu ‘alaihi wasallam,
- berpaling dari agama Alloh termasuk tak mempelajari dan mengamalkannya,
- syirik dalam berziarah kubur (seperti mempersembahkan suatu macam ibadah kepada ahli kubur,
meminta bantuan kepadanya, menyembelih kurban untuknya, berthawaf di sekelilingnya, dan
sebagainya),
- orang munafiq (yang menampakkan keislaman namun menyembunyikan kekufuran dan
kejahatannya, lebih jelek daripada orang kafir) dan sebagainya.
• Beriman kepada al-Wa’du (janji Alloh akan kebaikan) dan al-Wa’iid (janji ancaman tentang
siksaan neraka).
• Mengikuti Sunnah Rosululloh shalalallahu ‘alaihi wasallam secara lahir dan bathin
• Membenarkan adanya karamah para Wali yang istiqomah dalam iman dan mengikuti syari’at
• Bertawassul hanya dengan asma Alloh dan sifat Alloh, juga dengan amal shalih yang
dikerjakannya atau melalui do’a orang shalih yang masih hidup
• Hanya melakukan tabarruk (mencari berkah) kepada yang telah ada dalilnya, misalnya tabarruk
saat Lailatul Qadar, di ketiga Masjid utama Islam (Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-
Aqsha), dengan air Zam-zam, atau dengan amal yang ada berkahnya seperti amal-shalil yang
dikerjakan dengan ikhlas dan ittiba’ kepada Nabi shalalallahu ‘alaihi wasallam, atau kepada yang
berbentuk pribadi yang ada berkahnya (misalnya tubuh Nabi shalalallahu ‘alaihi wasallam saat
masih hidup).
• Mengakui adanya sihir dan tukang sihir dan memeranginya, tidak percaya kepada dukun (kahin),
tukang ramal (‘arraf), dan ‘orang pintar’.
• Tidak mengakui adanya pengaruh ilmu Nujum (perbintangan) terhadap keadaaan manusia dan
Bumi, termasuk melakukan al-Istisqa’ bil Anwa’ (menisbatkan jatuhnya hujan kepada bintang)
kecuali seperti penanggalan, pengetahuan kondisi cuaca, hujan, penyebaran wabah dan sebagainya.
• Tidak percaya akan Thiyarah atau Tathayyur (bernasib sial karena suatu hal)
• Tidak memakai jimat (dalam bahasa Arab, “tamimah” dalam bentuk tunggal atau “tamaaim”
dalam bentuk jamak) baik yang tidak bersumber dari Alquran maupun yang bersumber dari Alquran
(pendapat yang lebih kuat, adalah tak memperbolehkannya) termasuk yang berupa barang, terutama
dapat menjebak ketergantungan hati kepadanya, selain kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, dan
membuka pintu akan masuknya kepercayaan- kepercayaan yang rusak yang dapat menghantarkan
kepada syirik.
• Melakukan cinta (al-Wala’) dan benci (al-Bara’) karena Alloh subhanahu wa ta’ala
• Membenci ahli hawa nafsu dan ahli bid’ah (perbuatan yang dianggap ibadah namun tak ada dasar
syari’ahnya)
• Menyuruh kepada yang ma’ruf, apa yang disukai Alloh dari iman dan amal shalih dan mencegah
yang munkar, apa yang tidak disukai Alloh dan dilarangNya (amar ma’ruf nahi munkar) menurut
syari’at
• Melaksanakan ibadah dan jihad fi sabilillah (berjuang di jalan Alloh) bersama Ulil Amri
(pemerintah) dan melarang memberontak terhadapnya
• Berpedoman bahwa agama adalah nasihat yang baik dan dilakukan dengan cara yang baik
• Ta’at kepada pemimpin kaum muslimiin selama mereka tidak meyimpang dari syari’at
• Menjaga ukhuwwah (persaudaraan) sesama mu’miniin dan persatuan umat Islam yang dibangun
di atas as-Sunnah (bukan bid’ah)
• Menyuruh kaum muslimiin untuk sabar dalam cobaan, bersukur ketika senang, ridha terhadap
pahitnya Qadah dan Qadar
• Berdakwah mengajak ke Islam dengan ilmu syar’i dan hikmah dan dimulai dengan Tauhid
• Dan lain-lain
Pada masa Rosululloh sholallahu ’alaihi wasallam itu, akidah (’aqiidah) seluruh umat Islam adalah
satu, yaitu apa yang dicontohkan Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat, Tabi’in,
Tabi’ut Tabi’in, yakni Islam yang dicontohkan mereka. Berbagai firqoh (perpecahan) umat Islam
belum lagi terjadi.
Menurut ulama, ’aqiidah (secara terminologi) yang dimaksud adalah akidah generasi pertama dari
umat ini, yaitu akidah kalangan Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in serta orang-orang yang mengikuti
dalam kebaikan hingga Hari Kiamat, karena berkumpul di atas kebenaran (disebutkan di buku
Syarhul ’Aqiidah al-Waasithiyyah oleh Khalil Hirras).
Golongan ini di kemudian hari juga dikenal sebagai Ahlu Sunnah wal Jama’ah, atau Sunni, dan
mereka menempuh seperti apa yang pernah ditempuh Rosululloh sholallahu ‘alaihi wasallam dan
para sahabat rodhiyallahu ‘anhum.
Disebut Ahlus Sunnah adalah karena kuatnya mereka berpegang dan berittiba’ (mengikuti) sunnah
Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, dengan standar verifikasi yang tinggi dan
ketat.
Dan pengertian al-Jama’ah adalah karena mereka bersatu di atas kebenaran, tak mau berpecah-belah
dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimipinan para Imam (yang berpegang kepada) al-
Haqq (kebenaran), tidak mau keluar dari jama’ah mereka, dan mengikuti apa yang telah menjadi
kesepakatan Salaful Ummah (umat yang terdahulu), disebutkan di buku Mujmal Ushull Ahlis
Sunnah wal Jama’ah fil ’Aqiidah.
Nama lain dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu, adalah juga Ahlul Hadits, atau adalah orang-orang
yang ahli atau mengikuti contoh (sunnah) Rosululloh sholallahu ‘alaihi wasallam
Pengertian As-Sunnah sendiri menurut Ibnu Rajab al-Hanbali (wafat 795 H) adalah jalan yang
ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang teguh kepada apa yang dilaksanakan Nabi sholallahu
‘alaihi wasallam dan para Kholifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i’tiqad (keyakinan),
perkataan, dan perbuatan. Itulah As-Sunnah yang sempurna.
Oleh karena itu generasi Salaf (terdahulu) tidak menamakan As-Sunnah kecuali kepada apa saja
yang mencakup ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan al-Bashri (wafat 110
H), Imam al-Auza’i (wafat 157 H) dan Imam Fudhail bin Iyadh (wafat 187 H).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dapat dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka mengikuti manhaj
Salafush Shalih (yang artinya adalah ”orang terdahulu yang salih”) mengikuti teladan para Sahabat
rodhiyallahu ’anhum, para Tabi’in (mereka yang masih berjumpa para Sahabat namun tak berjumpa
Rosululloh shalallahu ’alaihi wasallam) dan para Tabi’ut Tabi’in (mereka yang masih berjumpa
para Tabi’in namun tak berjumpa para Sahabat dan Rosululloh shalallahu ’alaihi wasallam) atau
pendeknya, adalah tiga generasi yang dijamin Rosululloh shalallahu ’alaihi wasallam sendiri
sebagai umat yang terbaik dalam sebuah Haditsnya:
Sebaik-baik umatku adalah pada abadku ini, kemudian yang sesudahnya dan yang sesudahnya.
Kemudian sesudah mereka muncul suatu kaum yang memberi kesaksian tetapi tidak bisa dipercaya
kesaksiannya. Mereka berkhianat dan tidak dapat diamanati. Mereka bernazar (berjanji) tetapi tidak
menepatinya dan mereka tampak gemuk-gemuk. (HR. Tirmidzi)
Dan generasi yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka, dapat disebut
sebagai Salafi pula karena di dinisbatkan kepada ”yang terdahulu” atau ”Salaf” (menurut buku
Mauqif Ahlis Sunnah wal Jama’ah min Ahli Ahwaa’ wal Bida’ karya DR. Ibrahim bin ’Amir ar-
Ruhaili, Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah Marwiyyati Manhajis Salaf karya Syaikh Salim bin
’Ied al-Hilali dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ’Aqiidah).
B. SYI'AH
Dan sedikit membandingkan dengan sekelumit atau sebagian tentang ajaran Syi'ah, pokok-pokok
ajaran Syi’ah adalah (sejak Abad pertama Islam dan dengan segala perkembangannya):
* Imam sesudah Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu
‘anhu, bukan Abu Abakar Ash Shiddiq rodhiyallahu ‘anhu.
* Keyakinan akan ketuhanan Ali bin Abi Tholib yang dideklarasikan pengikut Abdullah ibnu Saba’
(yang akhirnya dihukum bakar oleh Ali rodhiyallahu ‘anhu sendiri)
* Keyakinan pengutamaan Ali rodhiyallahu ‘anhu terhadap Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu dan
Umar rodhiyallahu ‘anhu (yang Ali rodhiyallahu ‘anhu sendiri memutuskan hukuman cambuk
kepada kaum yang meyakininya) .
* Di antara keyakinan orang Syi’ah adalah pengharaman bermuamalat dengan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah kecuali dengan bentuk taqiyyah, melaknat kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang telah
wafat, dan dilarang membayar zakat kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah (lihat Haqiqah as-Syi’ah
Hatta la Nankhadi karya Abdullah al-Musili).
* Keyakinan bahwa Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu dan para Imam mengetahui rahasia
ghaib masa lalu dan akan datang (di Kitab Syi’ah Al Kafi Jilid I hal 261), Imam mereka ma’shum
(suci dari dosa dan tak dapat berbuat salah) bahkan dapat menentukan waktu kematian mereka (di
Kitab Syi’ah Al Kafi Jilid I hal 258), dapat menghidupkan orang mati (di Kitab ’Uyun al Mu’jizat,
hal 28), semua makhluk diciptakan untuk para Imam (Kitab ’Ilm al-Yaqin fi Ma’rifati Ushul ad-
Din, Jilid II, hal 597).
* Para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum Hari Kiamat untuk membalas dendam
kepada para perampas hak keKholifahan muslim (Kholifah Pertama Abu Bakar As Shiddiq
rodhiyallahu ‘anhu, Kholifah Kedua Umar bin Khottob rodhiyallahu ‘anhu, dan Kholifah Ketiga
Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu).
Syi’ah percaya kepada kaidah ”Ar-Raj’ah” atau kembalinya roh-roh ke jasad masing-masing
(reinkarnasi a la Syi’ah) di dunia sebelum Kiamat saat Imam Mahdi ghaib mereka keluar dari
persembunyiannya dan menghidupkan Ali rodhiyallahu ‘anhu dan anak-anaknya untuk membalas
dendam. Mengenai Raj’ah ini dapat dilihat di Firaq al-Islamiyah halaman 207-208.
* Keyakinan untuk mencaci maki, menghujat, dan membenci (tasyayyu’) para sahabat Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam (terutama Abu Bakar Ash-Shiddiq rodhiyallahu ‘anhu, Umar bin
Khottob rodhiyallahu ‘anhu, dan Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu) dan keluarganya termasuk
istri Rosululloh sholallahu ‘alaihi wasallam, Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq rodhiyallahu
‘anhu.
Antara lain disebutkan di Dirasat Fil Ahwa’ wal Firaq wa Mauqifus Salah Minha hal 237, oleh DR
Nashir bin Abdul Karim, juga Ash-Shafy dalam tafsir Al Qurannya Jilid V, hal 28, Ni’matullah al-
Jazairy dalam kitab Al-Anwar an-Nu-maniyah Jilid I hal 53, dan 63, lalu Zainudin al-Bayadhy di
Kitab Ash-Shirath al-Mustaqim ila Mustahiq at-Taqdim Jilid II hal 30, dan 129, kemudian Al-
Majlisy dalam Kitab Bihaar al-Anwar Jilid XXX hal 237 dan di Mir’ah al-”Uqul (halaman 488),
serta di dalam Kitab Tafsir al’Iyasi (1/21), al-Barahan (2/208), dan ash-Shafi (1/242).
* Syi’ah beranggapan Tuhan dari kaum Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah berbeda dari tuhan
mereka (Kitab Al Anwar An-Nu’maniyah, Jilid I, hal 278 karangan Ni’matullah al-Jazairy) dan
orang-orang dari golongan Rafidhah mereka (yang sekarang mendominasi Syi’ah), mengkafirkan
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Kitab Minhaj an-Najah hal 48 karangan Al-Faidl al Kasyany)
* Syi’ah meyakini bahwa para sahabat rodhiyallahu ‘anhu sepeninggal Rosululloh shalallahu ‘alaihi
wa sallam menjadi murtad, kecuali Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari, dan Salman Al
Farisy (disebutkan di kitab Syi’ah, Ar-Raudhah minal Kafi, Juz VIII hal 245 dan Al-Ushul minal
Kafi, Juz II hal 244).
* Syi’ah menggunakan senjata Taqiyyah (berbohong) dengan cara menampakkan sesuatu yang
berbeda, untuk mengelabui lawannya (termasuk Ahlu Sunnah wal Jama’ah), bahkan dengan makar,
tipu muslihat dan permusuhan.
* Syi’ah percaya akan (kaidah) ”Al Bada’” yakni bahwa baru tampak bagi Alloh akan keimaman
Ismail (anak Ja’far Ash-Shadiq, imam ketujuh Syi’ah) setelah sebelumnya tidak. Alloh dapat salah,
namun Imam adalah ma’shum.
* Syi’ah membolehkan melakukan Nikah Mut’ah (nikah atau hubungan seks kontrak berjangka
waktu tertentu yang disepakati tak untuk selamanya yang pelaksanaannya sangat berbeda
persyaratannya dengan pernikahan biasa, antara lain disebutkan di Tafsir Minhajus Shodiqin, Juz II,
hal 493) yang telah diharamkan oleh Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang bahkan
diriwayatkan oleh Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu sendiri selain para sahabat lain, di
berbagai Hadits.
Bahkan menurut mereka, mut’ah adalah pengganti larangan minuman khamr (disebutkan di Ar-
Raudhah min al-Kafi halaman 151 dan Wasa’il asy-Syi’ah (14/438) dan bagi yang tak pernah
melakukan mut’ah, akan datang pada hari Kiamat dengan tangan dan kaki yang putus, serta bahwa
yang melakukan mut’ah sebanyak empat kali maka sama derajatnya dengan derajat Rosululloh
sholallahu ’alaihi wasallam (disebutkan di Manhaj ash-Shodiqin halaman 356 karya Fathullah al-
Kasani).
* Ziarah ke makam Imam Husain adalah lebih utama daripada Haji ke Baitullah (Kitab Wasail asy-
Syi’ah, karangan Al-Hurr al-Amily, Jilid I, hal 371).
* Al Quran yang sesungguhnya yang ditulis oleh ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ’anhu menurut
kaum Syi’ah akan dibawa Imam Mahdi pada akhir jaman (Ma Ba’da azh-Zhuhur halaman 637 yang
ditulis Muhammad Shadiq ash-Shadr dan Yaum al-Khalash halaman 373 serta Kitab al-Ghaibah
halaman 318) dan bahwa Al Quran telah diubah (lihat Al Fashl fi al-Ahwa’ wa al-milal wa an-Nihal
5/182 dinukil dari al-Jama’at al Islamiyyah oleh Salim al-Hilali halaman 246).
Mahdi bagi Ahlu Sunnah Al Jama’ah bernama Muhammad bin Abdullah (keterangan dari Hadits
Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam riwayat Sunan Abu Dawud dan At-Tirmidzy, dishahihkan
oleh Al Albani dalam Myskat al Mashabih).
Beliau dari keturunan Hasan bin Abi Thalib, belum dilahirkan, muncul dari arah Timur, memenuhi
Bumi dengan keadilan (Shahih Sunan Abu Dawud 4/82) dan kesejahteraan selama 7 atau 8 tahun,
menegakkan syari’at Islam, memakmurkan Bumi (Bumi mengeluarkan tetumbuhan, langit
menurunkan hujan, ada harta-benda yang banyak, banyak binatang ternak, umat semakin mulia),
memerangi Yahudi dan Nasrani dan beserta Nabi Isa AS akan membunuh Dajjal.
Sedangkan Imam Mahdi Syi’ah adalah Muhammad bin Hasan Al Asykari. Beliau dari keturunan
Husain bin Ali bin Abi Thalib, yang telah dilahirkan tahun 255 H dan sampai sekarang masih hidup
namun bersembunyi (Kitab Al-Ghummah Jilid II, hal 236, oleh Al-Arbaly dan dikuatkan Syaikh
mereka Abdul Hamid Al-Muhajir), muncul dari Sirdab Samira’, akan tinggal di Bumi selama 70
tahun untuk membalas dendam, menegakkan hukum keluarga Dawud (Bani Israil), akan menyeru
keAlloh dengan nama Ibraninya (Kitab Ushul Al Kafi Jilid I, hal 398), menghancurkan semua
Masjid (Kitab Al Gharib hal 247 oleh Ath-Thusy), berdamai dengan Yahudi dan Nasrani, dan
menghalalkan darah muslim (Kitab Bihar al-Anwar Jilid 52 hal 376).
Doktrin Mahdiyah (perihal al-mahdi) dan Raj’ah (kedatangan kembali) dihubungkan dengan status
Imam Mastur (bersembuyi) yang dipercaya akan muncul kembali sebagai Mahdi yang membangun
kerajaan Alloh menjelang hari kiamat kelak.
Ajaran ini bagi sebagian kalangan ditengarai memiliki akar dalam ajaran agama Zarathustra yang
dianut bangsa Persia sebelum kedatangan Islam yang datang ke Persia pada masa Kholifah Umar
bin Khtatthab rodhiyallahu ‘anhu.
Definisi Syi’ah menurut Ensikoledi Islam (1997), adalah ”Syi’ah dari segi bahasa berarti Pengikut,
Kelompok atau Golongan. Dari segi terminologi berarti satu golongan dalam Islam yang meyakini
bahwa Kholifah Keempat dari empat Khulafahur Rosyidin (Kholifah yang diberi petunjuk)
Kholifah Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu dan keturunannya adalah imam-imam atau para
pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam”.
Dalam perkembangannya, istilah ini melekat dengan pengikut setia Ali rodhiyallahu ‘anhu yang
memilih beroposisi terhadap kekuasaan Mu’awiyah bin Abu Sufyan rodhiyallahu ‘anhu pasca
peristiwa arbitrase perdamaian antara Ali rodhiyallahu ‘anhu dan Mu’awaiyah rodhiyallahu ‘anhu.
Mereka ini berkeyakinan bahwa yang sesungguhnya berhak menggantikan Rosululloh shalallahu
‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin adalah hanya keluarganya (ahl al-bait atau ahlul bait).
Dan di antara keluarganya yang paling berhak, adalah Ali bin Abi Talib sebagai menantu dan
sepupu Rosululloh sholallahu ‘alaihi wasallam, karena tak ada anak laki-laki Rosululloh shalallahu
‘alaihi wa sallam yang hidup sampai akil-baligh atau dewasa. Pendeknya, sepeninggal Ali
rodhiyallahu ‘anhu, hak imamah (kepemimpinan umat Islam) tersebut seharusnya beralih kepada
anak-anak keturunannya dari Fatimah binti Muhammad al-Zahrah, putri Rosululloh sholallahu
‘alaihi wasallam, menurut mereka. Dalam paham Syi’ah, imamah (kepemimpinan umat) haruslah
berdasar pada nash (keturunan) dan penunjukan.
Fenomena yang menarik, ada sebagian dari kalangan Habib atau Haba’ib yang dikenal juga sebagai
Alawiyyin atau Ba Alwi, pendeknya mereka yang merasa masih termasuk sebagai Ahlul Bait
(keturunan atau keluarga (besar) Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang bersimpati kepada, atau
bahkan terang-terangan mengikuti Syi’ah dan melakukan ritualnya serta mengajarkannya.
Mu’awiyah rodhiyallahu ‘anhu sendiri adalah anak dari bangsawan Quraisy Abu Sufyan yang dulu
memerangi kaum muslimin namun masuk Islam dalam penaklukan Mekkah oleh kaum muslimiin di
masa Rosululloh sholallahu ‘alaihi wasallam
Pendapat yang paling menonjol tentang munculnya Syi’ah adalah bahwa golongan ini muncul
setelah Kholifah Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu terbunuh oleh kaum pemberontak Khowarij.
Saat itu golongan umat menjadi terbagi antara lain menjadi golongan Jumhur (mayoritas umat, yaitu
para sahabat Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para tabi’in serta solihiin), lalu golongan
Khowarij (yang menginginkan kehidupan agama idealis ekstrem dan mudah memvonis kafir orang
yang melakukan dosa), dan golongan Syi’ah (pendukung) Kholifah Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu
‘anhu (yang oleh Ali rodhiyallahu ‘anhu sendiri, dicermati dengan was-was, kiranya) untuk semakin
menguat setelah ada pertentangan antara Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu dan Mu’awaiyah
bin Abu Sufyan rodhiyallahu ‘anhu mengenai pembunuhan Kholifah Utsman dan lain-lain hal.
Jumhur ahli bersepakat bahwa ini juga terjadi akibat campur-tangan hasutan Abdullah Ibnu Saba’,
Yahudi Madinah yang berpura-pura masuk Islam dan menghasut-mengacau dari dalam di Abad
Pertama Islam pada masa pemerintahan Kholifah Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu. Adalah
Abdullah Ibnu Saba’, yang pertama kali dikenal mengakui Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu
sebagai Kholifah. Ia sendiri kemudian dihukum mati oleh Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu
namun melarikan diri ke Qarqisita. Ini dapat dilihat di Kitab Al Bidayah wan Nihayah dan Al
Aqidah ath-Thohiriyah halaman 488. Pengikutnya bahkan ada yang menyatakan bahwa Ali
rodhiyallahu ’anhu adalah jelmaan Tuhan.
Pada Abad pertama Islam, ajaran Syi’ah masih terbatas pada pengutamaan Kholifah Keempat Ali
rodhiyallahu ‘anhu terhadap Kholifah Keempat Utsman (dinyatakan oleh Imam Sya’bi dan Ja’far
Ash Shadiq). Lama kelamaan ini berkembang menjadi madzhab tersendiri bahkan gerakan makar
yang tak mau mengakui keKholifahan Kholifah Pertama Abu Bakar As Shiddiq rodhiyallahu ‘anhu,
Kholifah Kedua Umar bin Khottob rodhiyallahu ‘anhu, dan Kholifah Ketiga Utsman bin Affan
rodhiyallahu ‘anhu.
Ini meluas menjadi bahkan menafikan, mengkafirkan mereka, juga para sahabat lain (termasuk
karenanya menjadi bahkan tak mempercayai Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh mereka) yang
kemudian tentunya termasuk tak mempercayai bahkan mengkafirkan muslim pengikutnya (yang
kemudian jamak menjadi Ahlu Sunnah wal Jama’ah itu).
Syi’ah lebih mempercayai Hadits dan ajaran yang dibawa oleh imam mereka sendiri. Dan
karenanya juga menganggap Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai golongan Nawashib (golongan
yang membenci Ahlul Bait), halal harta dan darahnya bagi Syi’ah. Dan di akhir jaman, mereka
percaya bahwa Imam Mahdi Syi’ah akan datang untuk membalas dendam, dan membawa Al Quran
yang sebenarnya.
PENUTUP
Sebaik-baik umatku adalah pada abadku ini, kemudian yang sesudahnya dan yang sesudahnya.
Kemudian sesudah mereka muncul suatu kaum yang memberi kesaksian tetapi tidak bisa dipercaya
kesaksiannya. Mereka berkhianat dan tidak dapat diamanati. Mereka bernazar (berjanji) tetapi tidak
menepatinya dan mereka tampak gemuk-gemuk. (HR. Tirmidzi)
Umatku ini dirahmati Alloh dan tidak akan disiksa di akhirat, tetapi siksaan terhadap mereka di
dunia berupa fitnah-fitnah, gempa bumi, peperangan dan musibah-musibah. (HR. Abu Dawud)
Hadits riwayat Usamah rodhiyallahu ‘anhu: Bahwa Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam menaiki salah
satu bangunan tinggi di Madinah, kemudian beliau bersabda: Apakah kalian melihat apa yang aku
lihat? Sesungguhnya aku melihat tempat-tempat terjadinya fitnah di antara rumah-rumahmu
bagaikan tempat turunnya air hujan. (Shahih Muslim No.5135)
Hadits riwayat Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rosululloh sholallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali setelah dua golongan besar saling berperang
sehingga pecahlah peperangan hebat antara keduanya padahal dakwah mereka adalah satu. (Shahih
Muslim No.5142)
Hadits riwayat Zainab binti Jahsy rodhiyallahu ‘anhu: Bahwa Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam
bangun dari tidurnya sambil bersabda: Laa ilaaha illallaah, celakalah orang-orang Arab karena suatu
bencana akan terjadi, yaitu hari ini dinding (bendungan) Yakjuj dan Makjuj telah terbuka sebesar
ini. Dan Sufyan (perawi hadis ini) melingkarkan jarinya membentuk angka sepuluh (membuat
lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jari). Aku (Zainab binti Jahsy) bertanya: Wahai Rosululloh,
apakah kita semua akan binasa padahal di antara kita banyak terdapat orang-orang saleh? Beliau
menjawab: Ya, jika banyak terjadi kemaksiatan. (Shahih Muslim No.5128)
QS Al An’aam 153: Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-
beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rosululloh SAW telah membuat untuk kami satu garis lurus
dengan tangannya. Kemudian beliau bersabda, “Inilah jalan Allah yang lurus”
Lalu beliau membuat beberapa garis ke sebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda, “Inilah
jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang
mengajak ke arahnya.”
Kemudian beliau membaca (ayat) Al An ‘aam 153. (HR. Ahmad, Ibnu Hibba, Hakim, Ibnu Abi
‘Ashim di kitabnya As Sunnah)
Sebaik-baik umatku adalah pada abadku ini, kemudian yang sesudahnya dan yang sesudahnya.
Kemudian sesudah mereka muncul suatu kaum yang memberi kesaksian tetapi tidak bisa dipercaya
kesaksiannya. Mereka berkhianat dan tidak dapat diamanati. Mereka bernazar (berjanji) tetapi tidak
menepatinya dan mereka tampak gemuk-gemuk. (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Najih ’Irbadh bin Sariyah rodhiallohu ‘anhu dia berkata, “Rosululloh sholallahu ‘alaihi
wa sallam pernah menasihati kami dengan nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air
mata. Kami bertanya, “Wahai Rosululloh, seperti ini adalah nasihat perpisahan, karena itu berilah
kami nasihat”.
Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk tetap menjaga ketakwaan kepada Alloh ‘azza
wa jalla, tunduk taat (kepada pemimpin) meskipun kalian dipimpin oleh seorang budak Habsyi.
Karena orang-orang yang hidup sesudahku akan melihat berbagai perselisihan, hendaklah kalian
berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rosyidin yang diberi petunjuk (Alloh). Peganglah kuat-
kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena
semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”)
Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam.
R. A. Machicky Mayestino Triono Soendoro, ST., MMT. / Abu Taqi Mayestino / Sutan Bagindo
Malano