You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberikan segal
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil di selesaikan. Tanpa
pertolonganNya penyusun mungkin tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Adapun judul makalah ini ialah “Hakekat Pendidikan”.

Dalam rangka meningkatkan mutu mahasiswa mengenai ilmu pendidikan, penyusun


materi ini telah berupaya menghimpun dan menyadur berbagai literatus yang terkait yang
dipakai sebagai sumber dan dikemukakan di dalam materi ini, namun karena keterbatasan
maka yang dapat kami sajikan adalah hanyalah hal-hal yang pokok mengenai hakekat
pendidikan.

Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk menambah informasi mengenai hakekat


pendidikan yang merupakan salah satu aspek yang sangat penting dipertimbangkan untuk
pengembangan pendidikan yang akan datang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jau dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah ini. Akhir kata kami ucapkan semoga makalah ini dapat bermanfat.

Medan, Oktober 2010

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 3

BAB II HAKEKAT PENDIDIKAN.......................................................... 4

BAB III PENUTUP................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 18

BAB I

PENDAHULUAN
2
1.1 LATAR BELAKANG
Bahwa seorang pendidik hanya dapat melaksanakan tugas dengan baik jika
memahami dengan jelas dan benar tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan Hakekat
pendidikan dan apa pendidikan itu.

1.2 TUJUAN PEMBAHASAN


Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah :
a. Agar calon guru/pendidik memiliki pemahaman tentang hakekat pendidik sebagai
titik awal dari penjelajahan materi-materi pendidikan teoritis dan terapan.
b. Agar calon guru/pendidik memiliki pemahaman tentang pendidikan yang didlamnya
terkandung banyak sub-sub pokok bahasan untuk di kaji dan dipahami pula.
c. Agar calon guru/pendidik memiliki pemahaman awal dan pemahaman
abstrak/verbal tentang pendidikan dengan penerapannya di sekolah maupun pada
proses belajar mengajar.

1.3 BAHAN YANG DI BAHAS.


Untuk pembahasan materi ini disusun berurutan sebagai berikut :
a. Hakekat pendidikan sebagai rumpun dari ilmu pengetahuan, untuk ditinjau lebih
lanjut.
b. Pengertian pendidikan dengan cakupan dari berbagai Bahasa Dan Undang-undang.
c. Definisi pendidikan menurut para ahli dan batasan pendidikan yang terkandung
didalamnya.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi berjalannya pendidikan itu.
e. Pendidikan itu disamping sebagai sub sistem juga disebut sebagai sistem.

BAB II
HAKEKAT PENDIDIKAN
3
A. Pengertian Pendidikan.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan
oleh manusia, karena tidak ada satu manusia pun di muka bumi ini yang tidak
mendapatkan pendidikan. Bahkan pendidikan itu sendiri merupakn tanggung jawab
orang tua terhadap anak dan Negara kepada rakyatnya.
Secara Etimologis pengertian pendidikan berasal dari bahasa YUNANI, dari
kata PAEDAGOGIE yang terdiri dari kata PAES berarti ANAK dan GOGOS
berarti PELAYAN atau PEMBANTU. Pada zaman itu keluarga-keluarga di Yunani
yang berkemampuan mempunyai gogos, yang mana pekerjaanya mengasuh anak
majikannya. Mulai dari memandikan anak, mendandaninya, memberikan makanan
dan minuman, bermain-main dengannya, bahkan tiur pun ditemani oleh si gogos.
Setelah si anak tertidur barulah gogos tersebut dapat beristirahat. Sehingga si gogos
tersebut lebih mengerti dan lebih memahami tentang kondisi si anak. Karena
pemahaman ini maka si gogos lebih mudah mempengaruhi dan mengarahkan anak
tersebut. Hal yang dapat kita simak dari uraian tersebut bahwa untuk berhasil
mendidik seseorang, kita perlu memahaminya.
Menurut bahasa Yunani pendidikan Praktis disebut PAEDAGOGIE
sedangkan Pendidikan yang bersifat Teoritis disebut PAEDAGOGIEK, sedagkan
orang yang menjadi pendidik disebut PAEDAGOOG. Dalam bahasa Inggris,
pendidikan adalah Education berarti to give intellectual aand moral training. Dari
pengertian ini pendidikan itu bertanggung jawab terhadap dua hal : memberikan
pengetahuan dan pembinaan moral, meningkatkan kecerdasan dan juga
meningkatkan kualitas budi pekerti. Istilah lain adalah Teaching yaitu pengajaran,
suatu proses belajar mengajar agar anak memperoleh suatu pengetahuan dan
keterampilan.
Menurut bahasa Jerman pendidikan berasal dari kata Ziechung, artinya
membawa keluar. Sedangkan menurut bahasa Romawi Kuno pendidikan ialah
Educare, artinya menarik keluar. Apa yang di bawa keluar dan di tarik keluar????.
Menurut kedua pengertian ini setiap orang atau individu memiliki potensi yang
dibawa sejak lahir. Setiap orang ada yang sama, namun sebagian besar potensi itu
berbeda, potensi itu masih tersimpan dan belum berkembang. Tugas pendidik

4
adalah menarik keluar potensi-potensi itu dan mengembangkannya dan
membinanya sehingga menjadi realita dan kenyataan, suatu realita yang
termanifestasi dalam wujud-wujud keberhasilan pendidikan.
Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan mutlak yang hars dipenuhi
sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil manusia dapat berkembang sejalan
dengan aspirasi untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangn hidup
masing-masing.

B. Pengertian Pendidikan menurut Perundang-Udangan.


Adapun pendidikan menurut Undang-undang adalah :
a. UU SISDIKNAS No.2 thn 1989 : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang”.
b. UU SISDIKNAS No. 20 thn 2003 : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agara peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.

C. Definisi Pendidikan.
Kalau dilihat dari definisi yang ada mengenai pendidikan, adalah sangat
banyak sekali versinya. Masing-masing orang apabila dimintakan tentang definisi
pendidikan akan mengutarakan pendapatnya, sesuai dengan pengalaman dan
kemampuannya. Namun dalam makalah ini dikemukakan beberapa pendapat
menurut para pakar pendidikan.
1. M.. J. Langeveld mengatakan : Pendidikan adalah suatu
bimbingan yang diberikan oleh seorang dewasa kepada anak
yang belum dewaa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan.
2. Crow and Crow mengatakan : Pendidikan adalah proses yang
berisi sebagai macam kegiatan yang cocok bagi indiovidu untuk
kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat budaya
serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

5
3. Ki Hajar Dewantara mengatakan : Pendidikan berarti daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan
tubuh anak.
4. Sir Godfrey Thompson dalam bukunya a Modem Philoshopy
of Education mengatakan : pnedidikan ialah pengaruh
lingkungan atas individu atau menghasilkan perubahan-
perubahan yang tetap di dlaam kebiasaan atau tungkah laku
pikiran dan sikapnya.
5. John Dewey mengatakan : Pendidikan adalah suatu proses
pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di
dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan
orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk menghasilkan kesimnambungan sosial.
Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang
yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
6. H. Horne mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang
terus-menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi
makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti
termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional, dan
kemanusiaan dari manusia.
7. Dictionary of Education menyebutkan bahwa :
a. Proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan
tingkah laku di dalam masyarakat dimana dia hidup,
b. Proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh ligkungan
yang terpilih sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu secara
optimum. Definisi ini hampir sama dengan definisi yang di
rumuskan oleh Sir Godfrey Thompson.

Dari beberapa definisi di atas secara sederhana dan sementara dapat


disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah usaha yang sengaja (terencana, terkontrol,

6
dengan sadar dan dengan cara sistematis) diberikan kepada anak didik oleh pendidik
agar anak didik yang potensial itu lebih berkembang terarah kepada tujuan tertentu.

D. Batasan tentang Pendidikan


Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak
sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara
lengkap. Batsan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan
kandungannnya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin
karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan,
atau karena falsafah yang melandasinya.
Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang erbeda
berdasarkan fungsinya.
a. Pendidikan sebagai Proses Transfomasi Budaya.
Sebagai proses tansformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Seperti bayi
lahir sudah berada di dalam lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan
masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan
tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat.
Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari
generasi tua ke generasi yang muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai
yang masih cocok di teruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung
jawab dan lain-lain, yang kurang cocok diperbaiki, misalnya tata cara pesta
perkawinan, dan yang tidak cocok diganti misalnya pendidikan seks yang
dahulu ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.
Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata
mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai tugas
mempersiapkan peserta didik untuk hari esok. Suatu masa dengan pendidikan
yang menuntut banyak persyaratan baru yang tidak pernah diduga sebelumnya,
dan malah sebagian besar masih berupa teka-teki. Dengan menyadari bahwa
system pendidikan itu merupakan subsistem dari system pembangunan nasional
maka misi pendidikan sebagai transformasi budaya harus sinkron dengan

7
beberapa pernyataan GBHN yang mememberikan tekanan pada upaya
pelestarian dan pengembangan kebudayaan, yaitu sebagai berikut (BP. 7. Pusat
1990 : 109-110).
1) Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah
perwujudan cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia.
2) Kebudayaan nasional yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa
harus terus dipelihara, dibina, dan dikembangkan sehingga mampu
menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa di masa depan.
3) Perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-
nilai social budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari
luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaharuan dalam
proses pembangunan.
4) Perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu
menjawab tantangan pembangunan dengan dikembangkan pranata
social yang dapat mendukung proses pemantapan budaya.
5) Usaha pembaruan bangsa perlu dilanjutkan di segala bidang
kehidupan, bidang ekonomi, dan social budaya.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi.


Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistematik terarah kepada terbentuknya kepribadian
peserta didik.
Sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-
tahap bersinambungan (prosedural) dan sistematik oleh karena berlangsung
dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi
(lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat).
Proses pemebentukan pribadi meliputi dua sasaran, yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa, dan
bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut
pendidikan diri sendiri (Zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan
menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk,

8
belum mempunyai warna dan corak kepribadian yang tertentu. Ia baru
merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu
mendapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalam melalui bergaul dengan
lingkungannya, khusunya dengan lingkungan pendidikan.
Dalam posisi manusia sebagai makhluk serba terhubung, pembentukan
pribadi meliputi pengembangan penyesuaian diri terhadap lingkungan, terhadap
diri sendiri, dan terhadap Tuhan.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara.


Pendidikan sebagai penyiapan warga Negara diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga
Negara yang baik.
Bagi kita warga Negara yang baik diartikan selaku pribadi yang tahu hak
dan kewajiban sebagai warga Negara, hal ini ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 27 yang menyatakan bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

d. Pendidikan sebagai Penyiapan tenaga Kerja.


Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
kerja bagi calon luaran.
UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam
GBHN (BP. 7. Pusat 1990 : 70-96) sebagai arah dan kebijaksanaan pembanguna
umum butir 22 dinyatakan mengembangkan SDM dan menciptakan angkatan
kerja Indonesia yang tangguh, mampu, dan siap bekerja sehingga dapat mengisi
semua jenis, tingkat lapangan kerja dalam pembangunan nasional.
Selanjutnya dalam butir 23 dinyatakan : Meningkatkan pemerataan
lapangan kerja dan kesempatan kerja serta memberikan perhatian khusus pada

9
penanganan angkatan kerja usia muda. Butir 10 tentang tenaga kerja berisis
pernyataan sebagai berikut :
1) Arah pembangunan ketenagakerjaan ialah pada peningkatan harkat,
martabat, dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri
sendiri.
2) Meningkatkan perencanaan ketenagakerjaan yang terpadu dan
menyeluruh yang bersifat nasional.
3) Menyempurnakan system Informasi ketenagakerjaan yang mencakup
penyediaan dan permintaan tenaga kerja.
4) Meningkatkan upaya dan perlindungan tenaga kerja khusunya bagi
tenaga kerja wanita.
Isi dari butir tersebut mencakup :
Pengadaan tenaga kerja, penyediaan kesempatan lapangan kerja, perencanaan
terpadu, penyempurnaan Sistem Informasi, untuk penyediaan dan pemasaran
tenaga kerja, dan perlindungan tenaga kerja.

e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN


GBHN 1988 (BP. 7. Pusat 1990 : 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut : Pendidikan nasional yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang
Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat
bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga
mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat
memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
Definisi tersebut menggambarkan terbentuknya manusia yang utuh
sebagai tujuan pendidikan. Pendidikan memperhatikan kesatuan aspek jasmani
dan rohani, aspek diri (individualitas), dan aspek sosial, aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor, serta segi serba keterhubungan manusia dengan dirinya
(konsentris), dengan lingkungan social dan alamnya (horizontal) dan dengan
Tuhannya (vertikal).

10
E. Faktor-faktor Pendidikan
Dalam aktivitas pendidikan ada enam faktor pendiddiakn yang dapat
membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi namun faktor integritasnya
terutama terletak pada pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
1. Faktor Tujuan Pendidikan.
Oleh karena pendidikan itu direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu, maka ada beberapa tahapan yang dilaksanakan sesuai
dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan yaitu :
1) Tujuan Nasional
Ialah tujuan umum pendidikan nasional yang di dalamnya
terkandung rumusan kualifikasi umum yang diharapkan
dimiliki oleh setiap warga Negara setelah mengikuti dan
menyelesaikan program pendidikan nasional tertentu. Yang
menjadi sumber tujuan umum ini biasanya terdapat di dalam
undang-undang atau ketentuan resmi tentang pendidikan.

2) Tujuan Institusional
Merupakan tujuan lembaga pendidikan sebagai pengkhususan
dari tujuan umum, yang berisis kualifikasi yang diharapkan
diperoleh anak setelah menyelesaikan studinya di lembaga
pendidikan tertentu.

3) Tujuan Kurikuler
Tujuan ini adalah penjabaran dari tujuan institusional, yang
berisi kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh si terdidik
setelah mengikuti program pengajarn dalam suatu bidang
tertentu.
4) Tujuan Pembelajaran
Rumusan tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan
kurikuler, dan dibedakan menjadi Tujuan Pembelajaran
Umum (TPU) dan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).

11
2. Faktor Pendidik.
Pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban
untuk mendidik. Ini dapat dibedakan menjadi dua kategori menurut
kodrat :
1) Orang Tua, sebagai pendidik menurut kodrat.
Yaitu pendidik pertama dan utama karena secara kodrati anak
manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam
keadaan tidak berdaya. Hubungan orang tua dengan anaknya
dalam hubungan edukatif, mengundang 2 unsur dasar, yaitu :
(1) Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak.
(2) Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik
untuk menuntun perkembangan anak.

2) Guru, sebagai pendidik menurut jabatan.


Yaitu menerima tanggung jawab dari 3 pihak, yaitu orang
tua, masyarakat, dan Negara. Tanggung jawab dari orang tua
diterima guru atas dasar kepercayaan sesuai dengan
perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi
guru memancarkan sikap dan sifat orang tua pada umumnya
antara lain :
(1) Kasih sayang kepada peserta didik.
(2) Tanggung jawab kepada tugas pendidik

3) Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik


dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu :
(1) Kematangan diri yang stabil : memahami diri sendiri,
mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai
kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan itu.
(2) Kematangan social yang stabil : dalam hal ini seorang
pendidik dituntut mempunyai pengetahuan yang

12
cukup tentang masyarakatnya, dan mempunyai
kecakapan membina kerja sama dengan orang lain.
3. Faktor Peserta Didik.
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang tau kelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dlama arti sempit anak didik
ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahlan tanggung
jawab pendidik.
Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya :
1) Belum memiliki pribadi susila, sehingga masih menjadi
tanggung jawab pendidik.
2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya,
sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.
3) Sebagai manusia yang memiliki sifat-sifat dasar yang sedang
ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti
kebutuhan biologis, rohani, intelegensi, social, emosi, dan
sebagainya.

4. Faktor Alat Pendidikan.


Yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah suatu tindakan
atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan
pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan
yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan
yang diinginkan.
Ditinjau dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat
berupa :
1) Perbuatan pendidik (biasa disebut software) mencakup
nasehat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran,
ancaman, dan hukuman.

13
2) Benda-benda sebagai alat bantu (biasa disebut hardware)
mencakup meja, bangku, kursi, papan tulis, penghapus, kapur
tulis, buku, peta, dan sebagainya.

5. Faktor Metode Pendidikan.


Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya materialisasi
edukatif. Agar interaksi berlangsung secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan diperlukan metode yang tepat, disamping
membuktikan bahan dan materi pendidikan. Metode adalah cara yang
di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

6. Faktor Lingkungan.
Kemampuan seseorang disamping potensi yang dimiliki juga
dipengaruhi oleh lingkungan dimana seseorang tersebut itu berada,
lingkungan ini berpotensi mengubah cara pandang dan pola pikir serta
bertindak. Secara umum lingkungan ini berada diluar diri seseorang,
yang terdiri dari :
1) Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim, keadaan tanah,
keadaan alam.
2) Kebudayaan (lingkungan budaya): warisan budaya, bahsa,
seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan
keagamaan.
3) Kelompok hidup bersama (lingkungan social atau
masyarakat): keluarga, desa, kelompok bermain,
perkumpulan.

BAB III
PENUTUP
14
A. KESIMPULAN.
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya. Supaya memiliki kekuatan spriritual keagamaan, emosional,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
terjadi perbedaan penafsiaran antara ahli pendidikan. Hal ini disebabkan karena
ruang lingkup pendidikan yang begitu luas.
Terlepas berbagai macam definisi pendidikan yang di utarakan oleh para
ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengandung factor-faktor sebagai
berikut :
1. Usaha.
Pendidikan mengandung factor usaha. Hal ini dibutuhkan untuk
mencapai sebuah tujuan yang telah di rencanakan.

2. Tujuan.
Pendidikan harus memiliki sebuah tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan
untuk terfokusnya system pendidikan yang berlangsung.

3. Lingkungan.
Pendidikan harus memiliki suiatu lingkungan tertentu. Tanapa adanya
lingkungan tersebut, maka pendidikan yang berlangsung akan berjalan
tidak teratur.

4. Kesengajaan
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan
sadar.
B. SARAN

15
Dengan adanya beberapa pengertian dan definisi pendidikan di atas, seyogyanya
seorang pendidik/calon guru di harapkan dapat memahami arti pendidikan tersebut. Dalam
arti kata, seorang pendidik/calon guru bukan hanya memberikan pengajaran tentang ilmu
pengetahuan saja, melainkan juga pengajaran tentang akhlak dan budi pekerti. Agar terjadi
kesetimbangan antara ilmu pengetahuan dan budi pekerti.
Selain itu pula seorang pendidik/calon guru harus mampu menjadi Leader
(pemimpin) di dalam kelas dan dapat menjadi contoh yang baik buat anak didiknya.
Demikianlah materi ini kami sampaikan. Kurang lebihnya kami mohon maaf.

BILLAHI FII SABILIHAQ FASTHABIQUL KHAIRAT.

DAFTAR PUSTAKA

16
Tirtarahardjo, Umar dan S. L. La Sulo. 2005, Pengantar Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta
Ary H, Gunawan. 2000, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta
Tim Dosen, 2008, Buku Diktat Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Negeri Medan,
Medan : FIP.

Sumber Website :
http://www.scribd.com/doc/24676437/Definisi-Pendidikan-Menurut-Para-Ahli.
http://www.scribd.com/doc/11434260/Makalah-tentang-inovasi-pendidikan.
http://www.scribd.com/doc/32376304/Hakekat-Pendidikan.

17

You might also like