Professional Documents
Culture Documents
Karakter, watak,
atau pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia
ucapkan. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun,
sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi penuturnya
berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa yang sarkasme,
menghujat, memaki, memfitnah, mendiskreditkan, memprovokasi,
mengejek, atau melecehkan, akan mencitrakan pribadi yang tak
berbudi.
Dua korelasi itu, pertama, bahwa bahasa dapat digunakan sebagai alat
untuk melakukan kekerasan sehingga menimbulkan salah satu jenis
kekerasan yang disebut kekerasan verbal. Wujudnya terlihat dalam
tindak tutur seperti memaki, membentuk, mengancam, menjelek-
jelekkan, mengusir, memfitnah, menyudutkan, mendiskriminasikan,
mengintimidasi, menakut-nakuti, memaksa, menghasut, membuat
orang malu, menghina, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan itu, dalam ajaran Islam ada yang disebut dengan dosa
lisan. Dalam Q.S. Al Qalam [68]: 10-11), "Dan janganlah kamu ikuti
setiap orang yang banyak bersumpah lagi menghina. Yang banyak
mencela, yang kian kemari menghambur fitnah". Larangan itu
dipertegas lagi oleh dua hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari. Hadis pertama berbunyi, "Orang yang beriman kepada Allah
dan hari kiamat, hendaknya berkata baik. Atau, (jika tidak bisa) lebih
baik diam". Bunyi hadis kedua, "Orang yang disebut Muslim adalah
orang yang bisa menjaga tangannya dan lisannya (dari menyakiti
Muslim lain)". Begitulah ajaran agama mengatur etika dan anjuran
berbahasa dengan baik dalam lehidupan.
Tentang berhasa yang sopan ini, sangat selaras dengan sabda Rasul
yang mulia, "Tidaklah seharusnya orang menyuruh yang makruf da
mencegah yang mungkar, kecuali memiliki tiga sifat, yakni lemah
lembut dalam menyuruh dan melarang (mencegah), mengerti apa
yang harus dilarang, dan adil terhadap apa yang harus dilarang".
Info : http://opinibebas.epajak.org