Professional Documents
Culture Documents
Hipertensi Primer
Biasanya timbul dalam usia 30-50 tahun dan cenderung tetap asimptomatik
selama 10-20 tahun mulai dari naiknya tekanan darah.
Pada hipertensi primer tidak jarang satu-satunya gejala adalah peninggian tekanan
darah. Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan barutimbul gejala
setelah mendapat komplikasi pada target organ antara lain: otak, mata, jantung dan ginjal.
Gejala seperti sakit kepal, palpitasi, nokturia, tinitis, cepat marah, suka tidur, sesak nafas,
rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang dapat ditemukan sebagai gejala klinis
hipertensi. Adanya kerusan organ merupakan petanda bahwa tekanan darah harus segera
diturunkan.
Pada tahap awal hipertensi, curah jantung meningkat sedangkat tahan perifer
normal dan hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas aktivitas sistem saraf simpatis.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer
meningkat. Inilah yang dinamakan autoregulasi. Peningkatan terkanan perifer pada
hipertensi primer terjadi bertahap dalam jangka waktu lama. Adanya perubahan
autoregulasi pada hipertensi merupakan penyebab terjadinya retensi garam oleh ginjal.
Etiologi dari hiprtensi adalah poligenik dan polifaktor. Kebanyakan dari kasusnya
adalah defek herediter dari otot polos pembuluh darah yang akan meningkatkan
reaktifitas dari resistensi vena sehingga meningkatkan tahanan perifer.Perubahan genetik
akan berinteraksi denhan lingkungan dalam neningkatkan tonus vaskuler (meningkatkan
resistensi perifer) dan volume darah, sehingga meningkatkan tekanan darah. Defek yang
diturunkan pada hipertensi primer berhubungan denganeksresi natrium di ginjal, insulin
dan sensitivitas terhadap insulin, aktivitas renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf
pusat.
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah disebabkan oleh proses penyakit sistemik yang
meningkatkan resistensi vaskuler perifer. Jika penyebab hipertensi dapat dihentikan
sebelum terjadi sebarang perubahan struktural yang permanen, maka tekanan darah akan
kembali normal.
Komplikasi
1. Jantung
a. miokardium
mekanisme : peningkatan kerja otot jantung bersamaan dengan
penurunan perfusi arteri koroner
efek patologis potensial : hipertrofi ventrikel kiri, iskemik miokard,
gagal jantung kiri
b. arteri koronaria
mekanisme : pembentukan aterosklerosis yang cepat
efek patologis potensial : iskemik miokard, infark miokard, kematian
mendadak
2. Ginjal
mekanisme :
a. Sekresi renin dan aldosteron yang terstimulasi akibat penurunan aliran
darah ginjal akan menyebabkan retensi natrium dan air sehingga
terjadinya peningkatan tekanan darah dan timbul hiperternsi persisten.
b. Penurunan suplai oksigen yang akakn menyebabkan kerusakan jaringan
yang menimbulkan gangguan filtrasi.
c. Peningkatan tekanan arteri ginjal akan menyebabkan nefrosklerosis
sehingga terjadinya gagal ginjal.
3. Otak
Penurunan perfusi otak dan suplai oksigen akan menyebabkan kelainan pembuluh
darah dan aterosklerosis yang akhirnya akan menimbulkan TIA (Transient
Ishchaemic Attack), trombosis otak, aneurisme, perdarahan dan infark otak akut.
4. Mata (retina)
a. Penurunan aliran darah akan menyebabkan sklerosis pembuluh darah.
b. Tekanan tinggi arteriol akan menyebabkan eksudat dan perdarahan.
Penilaian Diagnostik
Diagnostik untuk hipertensi digerakkan dari pengukuran tekanan darah. Hal ini
membutuhkan ketepatan untuk menghindari kesalahan false positif.
Diagnosa hipertensi harus dilakukan sedini mungkin. Pada masa awal terjadinya
hipertensi, pasien jarang menunjukkan gejala klinis. Biasanya gejala klinis baru akan
timbul bila hipertensi telah muncul dalam jangka waktu yang lama. Dalam anamnesis,
penting untuk ditanyakan hal-hal berikut:
- Sejak kapan terjadinya hipertensi dan riwayat pengobatannya.
- Apakah ada diabetes, hiperkolesterolemia, merokok dan faktor resiko lain.
- Gejala-gejala pada target organ seperti jantung, otak dan ginjal.
- Penggunaan obat-obatan yang meningkatkan tekanan darah.
- Aktivitas sehari-hari.
- Riwayat penyakit hipertensi pada ahli keluarga yang lain.
Pada pemeriksaan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
- Pengukuran tekanan darah yang baik.
- Pengukuran tinggi dan berat badan.
- Funduscopy untuk pemeriksaan hypersensitive retinopathy.
- Pemeriksaan pada lehermungkin menemukan bruits, peningkatan JVP dan
pembesaran kelenjar tiroid.
- Pembesaran ginjal
- Edema
Pada pemeriksaan laboratorium, perlu untuk menilai:
- Complete Blood Count
- Kadar Na, cretinin, urea, TSH, gula darah, lipoprotein dan kolesterol
- EKG
- Foto thorax
Pilihan pengobatan awal. Pada keadaan adanya kontraindikasi atau indikasi untuk
menggunakan oabt antihipertensi yang lain, maka digunakan algoritme AB/CD.
Langkah 1
(B) Betablocker – pada pasien yang memiliki IHD efektifitas lebih kecil
bila dibandingkan dengan A, C atau D pada hipertensi primer
yang tidak berkomplikasi.
Kombinasi obat
Sebagian besar penyakit hipertensi memerlukan kombinasi dari 2-3 obat untuk
memperoleh hasil yang memuaskan. Panduan pemberian kombinasi obat adalah:
Langkah Kedua
( A atau B ) + ( C atau D )
(catatan : kombinasi B-D tidak direkomindasikan karena akan memicu timbulnya
penyakit diabetes)
Langkah Ketiga
A ( atau B ) + C + D
Langkah Keempat