You are on page 1of 22

Download versi file Ms.

Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

PENERAPAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN (INTERNATIONAL LAW OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT)
DI INDONESIA
(STUDI AWAL PENERAPAN KONSEP DAN PRINSIP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL)

ANDREAS PRAMUDIANTO, SH,M.Si

PUSAT PENELITIAN SUMBERDAYA MANUSIA DAN LINGKUNGAN


UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRAK

Hukum internasional mengenai pembangunan berkelanjutan merupakan bidang baru yang harus
dikembangkan seperti yang diamanatkan Prinsip 27 Deklarasi Rio 1992. Bangunan hukum ini
dikembangkan melalui landasan dari berbagai kesepakatan global yang kemudian diharapkan
dapat diimplementasikan di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan
konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam hukum internasional dan
nasional. Metode dalam penelitian ini bersifat deskriptif dan masih didominasi oleh studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Indonesia telah meratifikasi berbagai perjanjian internasional
di bidang lingkungan hidup. Dari perjanjian internasional ternyata sebagian besar telah
mengintegrasikan konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Hasil penelitian juga
menunjukan bahwa hukum nasional yang sebagian besar dicerminkan melalui peraturan
perundang-undangan dan keputusan pengadilan telah mengintegrasikan dan menerapkan konsep
dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kata kunci : hukum internasional pembangunan berkelanjutan, prinsip-prinsip pembangunan


berkelanjutan, Deklarasi New Delhi 2002.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Pemikiran mengenai pembangunan berkelanjutan (sustainable development) memiliki sejarah yang

panjang dalam studi hukum internasional. Dari segi peristilahan, pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) masih dikategorikan sebagai suatu istilah yang relatif baru. Istilah ini

sebenarnya diperkenalkan secara resmi untuk pertama kalinya dalam suatu dokumen hukum


Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional XVIII BKPSL Seluruh Indonesia,
Banjarmasin, 15 – 16 Mei 2006

1
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

internasional regional yaitu ASEAN Agreement on the Conservation Nature and Natural Resources

tahun 1985. Oleh Komisi Dunia mengenai Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on

Environment and Development) istilah ini kemudian didefinisikan dan diperinci lebih lanjut.

Komisi dalam menjalankan kegiatannya, dibantu oleh kelompok ahli hukum yang disebut Experts

Group on Environmental Law of the World Commission on Environment and Development yang

kemudian mengusulkan Proposal of Legal Principles and Recomendations on Environmental

Protection and Sustainable Development. Usulan para ahli hukum ini berisi rancangan (draft)

prinsip-prinsip hukum internasional yang juga sering disebut prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan (sustainable development principles).(Sumantri:1988)

Lingkungan hidup dan pembangunan pada mulanya merupakan konsep yang selalu

dipertentangkan. Lingkungan hidup hanya dilihat sebagai suatu masalah sektoral. Selain itu

pembangunan yang dilakukan pada saat itu sering mengabaikan masalah lingkungan hidup.

Namun setelah diadakan Konperensi Lingkungan Hidup Manusia di kota Stockhlom, Swedia tahun

1972, pemikiran ini kemudian diubah melalui prinsip-prinsip yang tercantum dalam Deklarasi

Stockhlom (Stockhlom Declaration) yang merupakan salah satu hasil dari konperensi ini, dengan

menegaskan bahwa lingkungan hidup menjadi kesatuan yang integral dalam konsep pembangunan

nasional suatu negara. Sehingga setiap pembangunan yang dilakukan diberbagai negara baik

negara maju maupun negara berkembang harus memperhatikan masalah lingkungan hidup.

Konsep ini kemudian semakin nyata dengan ditegaskan kembali dalam KTT Bumi 1992 (Earth

Summit) yang hasilnya tercantum dalam dokumen-dokumen “soft law” seperti Rio Declaration on

Environmental and Development,Principles of Forestry, Agenda 21 dan “hard law“ seperti United

Nations Convention on Biological Diversity dan United Nations Framework Convention on

Climate Change. (Pramudianto:1995) Hasil yang terpenting adalah perlunya dikembangkan hukum

internasional pembangunan berkelanjutan (international law of sustainable development) yang

2
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

merupakan tantangan baru bagi perkembangan hukum internasional. Tantangan ini kemudian

diperinci kembali dalam International Law Association (ILA) Declaration on Principle of

International Law Relating To Sustainable Development atau disebut New Delhi Declaration tahun

2002. Kemudian dalam KTT Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on Sustainable

Development) di Johanesburg, Afrika Selatan tahun 2002 dalam Plan of Implementation of the

World Summit on Sustainable Development yang lebih ditegaskan pemberlakuan ke dalam hukum

nasional terutama terhadap penegakan undang-undang yang mendukung pembangunan

berkelanjutan.

Hingga millenium ke tiga ini, sudah lebih dari 300 perjanjian internasional yang telah diberlakukan

(entered into force). (Handl: 1994) Sebagian dari perjanjian internasional di bidang lingkungan

hidup tersebut telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia. (Pramudianto:1998). Beberapa

perjanjian internasional telah menggunakan istilah yang mengacu pada konsep berkelanjutan

(sustainable) seperti penggunaan berkelanjutan (use sustainable), pertumbuhan berkelanjutan

(sustainable growth), penangkapan maksimum yang berkelanjutan (maximum sustainable yield),

pemanfaatan berkelanjutan (use utilitation) atau istilah-istilah lain yang pada prinsipnya mengarah

pada konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Karena itu hasil studi ini

diharapkan dapat mengetahui lebih lanjut mengenai berbagai perjanjian internasional yang

mengintegrasikan konsep pembangunan berkelanjutan dan implementasinya dalam hukum

nasional.

1.2. Maksud dan tujuan penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengetahui berbagai

perjanjian internasional terutama perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup yang telah

diratifikasi oleh Indonesia. Selain itu untuk mengetahui apakah perjanjian internasional tersebut

3
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

telah mengintegrasikan dan menerapkan konsep serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

ke dalam hukum nasional.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui dan menginventarisasi perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup

yang telah diratifikasi Indonesia.

b. Mengetahui dan menginventarisasi perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup

yang telah mengintegrasikan dan menerapkan konsep serta prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan berdasarkan Deklarasi New Delhi 2002.

c. Mengetahui pengintegrasian dan penerapan konsep serta prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan ke dalam peraturan perundang-undangan nasional.

1.3. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam hal :

a. Memberikan informasi dasar khususnya yang menyangkut perjanjian internasional yang

telah diratifikasi Pemerintah Indonesia

b. Menambah studi-studi di bidang hukum internasional (international law) khususnya

hukum lingkungan internasional (international environmental law) dan hukum

internasional mengenai pembangunan berkelanjutan (international law of sustainable

development).

c. Meningkatkan desiminasi dan informasi hukum internasional di Indonesia.

d. Memberikan bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam menindaklanjuti

perjanjian internasional yang telah diratifikasi.

1.4. Lingkup penelitian

4
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Banyak perjanjian internasional telah mengintegrasikan konsep dan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan. Studi ini hanya membatasi pada perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup

terutama yang telah diratifikasi oleh Indonesia dan peraturan perundang-undangan nasional dan

hubungannya dengan penerapan konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

berdasarkan New Delhi Declaration 2002.

1.5. Hipotesis Kerja

Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia telah mengintegrasikan konsep dan

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam peraturan perundang-undangan nasional

yang kemudian diimplementasikan melalui program, kegiatan dan keputusan pengadilan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lingkungan dan Pembangunan

Masalah lingkungan hidup semakin kompleks menjelang diadakan Konperensi PBB mengenai

Lingkungan Hidup Manusia tahun 1972. Sejak penemuan berbagai teknologi baru, dampak

terhadap lingkungan hidup semakin dirasakan. Negara-negara maju merupakan yang pertama dan

secara nyata mengalami kemerosotan kualitas lingkungan hidupnya akibat dampak dari

pengembangan teknologi. Pencemaran bahan kimia di danau serta sungai-sungai, kerusakan hutan

akibat hujan asam, pencemaran udara yang sering menimbulkan kabut tebal, kerusakan kawasan

konservasi dan masalah-masalah lainnya merupakan dampak yang nyata dirasakan. Sedangkan

negara-negara berkembang mengalami masalah lingkungan hidup yang berbeda. Kelaparan,

kemiskinan, stagnasi ekonomi, kesehatan, pemukiman, pengangguran, kerusakan habitat dan

sumberdaya alam dan beberapa masalah lainnya. (UNEP : 1992) Hal ini semua disebabkan karena

penerapan dari model pembangunan yang dijalankan masih mementingkan adanya pertumbuhan

5
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

ekonomi semata-mata. Sehingga lingkungan hidup pada saat itu belum menjadi bagian yang

terintegrasi dan bukan merupakan pertimbangan penting dalam sistem pembangunan suatu negara.

Keinginan untuk mengkaitkan persoalan lingkungan hidup dan pembangunan mulai dilakukan

dalam Konperensi PBB mengenai Lingkungan Hidup Manusia (United Nations Conference on

Human Environment) yang diadakan di kota Stockhlom, Swedia antara tanggal 5 -16 Juni 1972.

Dalam konperensi ini negara-negara mencapai kesepakatan untuk memperbaiki kondisi lingkungan

hidup dan menyelamatkan bumi dari kehancuran. Tema “Hanya Satu Dunia” (Only One World)

menjadi “jantung” dari pertemuan ini. Bumi yang merupakan tempat hidup manusia, adalah

merupakan suatu ekosistim yang saling kait mengkait menjadi satu sehingga harus dilindungi dan

diselamatkan baik untuk generasi sekarang maupun mendatang (present and future generation).

Deklarasi Stockhlom 1972 (Stockhlom Declaration) yang merupakan hasil penting dari konperensi

ini, menegaskan dalam salah satu prinsipnya yaitu Prinsip 1 yang menghimbau agar manusia

bertanggung jawab untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan hidup untuk generasi masa kini

dan masa datang. Prinsip 14 Deklarasi Stockholm 1972 telah memberikan arahan bahwa antara

pembangunan dan lingkungan hidup merupakan konsep yang dapat dikaitkan. Karena itu konsep

lingkungan hidup harus merupakan bagian integral dari suatu pembangunan yang terencana seperti

tercantum dalam Prinsip 13. Pembangunan tetap merupakan unsur penting yang harus dilakukan

oleh suatu negara namun kini harus mempertimbangkan persoalan lingkungan hidup. Dengan

adanya pembangunan bukan berarti kualitas lingkungan hidup terabaikan tetapi justru harus

diciptakan jaminan lingkungan hidup yang baik seperti tercantum dalam Prinsip 8 Deklarasi

Stockholm 1972. Dari pemikiran ini terbentuk prinsip integrasi masalah lingkungan hidup kedalam

kebijakan politik dan pembangunan nasional. Deklarasi Stockhlom 1972 juga memperkenalkan

beberapa prinsip yang kemudian mendasari konsep pembangunan berkelanjutan.

6
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

2.2. Konsep dan Istilah Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan memiliki 3 pilar atau dimensi yang penting yaitu pilar ekonomi,

ekologi dan sosial. (Salim :2000). Ketiga pilar ini dalam prosesnya saling berkaitan erat satu sama

lain kedalam suatu konsep yang disebut konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep ini kemudian

diintegrasikan ke dalam perangkat hukum internasional yang kemudian disebut hukum

internasional mengenai pembangunan berkelanjutan. Hukum internasional mengenai

pembangunan berkelanjutan memiliki sejarah yang panjang. Singkatnya, perkara antara Inggris

dengan Amerika Serikat di tahun 1893 (Behring Sea Fur Case) mengenai penangkapan anjing laut

di perairan Behring merupakan peristiwa awal dalam sejarah hukum internasional mengenai

pertama kali digunakannya konsep keberkelanjutan (sustainibility). (Sands : 1995) Ide

penggunaan istilah ini kemudian tidak terlepas dari berbagai istilah yang kemudian diperkenalkan

seperti sustainable of use, optimum sustainable yield, optimum sustainable productivity,

reasonable use, maximum sustainable yield, dll. Istilah-istilah tersebut pada prinsipnya tidak

terlepas dari keberadaan sumberdaya alam yang sangat terbatas pada waktu itu dan juga

dicadangkan untuk generasi mendatang. Karena itu antara istilah-istilah diatas dengan future

generation memiliki keterkaitan yang erat. Perhatian terhadap generasi mendatang (future

generation) juga sudah diperkenalkan sejak lama dalam beberapa konvensi internasional, termasuk

juga Pembukaan Piagam Perserikatan bangsa-bangsa(Preambule of the United Nations Charter).

(Pramudianto: 1999). Dalam Pembukaan (Preambule) International Whaling Convention 1946

diakui bahwa kepentingan negara-negara di dunia untuk mengamankan sumberdaya alam yang

besar untuk generasi mendatang yang diwakilkan melalui persediaan ikan Paus. (Sands :1995 :202-

204) Berkaitan dengan penangkapan beberapa jenis ikan Tuna, diperbolehkan menangkap ikan

dengan jumlah tangkapan tertentu atau produksi yang dibatasi melalui maximum sustained. Hal ini

tercantum dalam Pembukaan Washington Convention for the Estabilishment of an Inter-American

7
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Tropical Tuna Comission 1949. Demikian juga dengan International Convention for the

Conservation of Atlantic Tunas 1966 Pasal IV (2)(b). Penggunaan istilah maximum sustained

dipakai juga dalam Pembukaan International Convention for the High Seas Fisheries of the North

Pacific Ocean 1952 dan Konvensi PBB memgenai Hukum Laut 1982 (UNCLOS 82). Sedangkan

konsep optimum sustainable yield dan optimum utilitation dipakai dalam Pembukaan Convention

for the Conservation of Antartic Seals 1972. Sedangkan penggunaan istilah optimum sustainable

yield digunakan dalam Konvensi Hukum Laut 1958 dan UNCLOS 1982 Pasal 64 (1). Sedangkan

istilah sustainable utilisation dipakai pada Pasal 1 (h) International Tropical Timber Agreement

1983. Setelah itu kemajuan yang sangat berarti adalah ASEAN Agreement on the Conservation of

Nature and Natural Resources 1985 yang mulai pertama kalinya menggunakan istilah

pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

2.3. Hukum Internasional Mengenai Pembangunan Berkelanjutan

Dalam KTT Bumi 1992 (Earth Summit) penerimaan konsep dan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan semakin tegas dengan legitimasi politik yang sangat kuat dimana hampir semua

negara memberikan dukungan penuh terhadap hasil-hasil KTT ini. Sebagai catatan, agak berbeda

dengan hasil Konperensi Stockholm 1972 yang tidak didukung oleh Uni Sovyet (Sekarang :

Russia) dan negara-negara satelitnya. Hasil yang terpenting dari KTT Bumi ini adalah perlunya

dikembangkan hukum internasional pembangunan berkelanjutan. Pengembangan hukum

internasional pembangunan berkelanjutan telah dinyatakan dalam Prinsip 27 Deklarasi Rio yang

berbunyi :

“ Negara-negara dan anggota masyarakat hendaknya dengan niat baik dan berdasarkan dengan
semangat kemitraan bersama dapat bekerjasama dalam mewujudkan dan melaksanakan prinsip-
prinsip yang termaktub dalam dekalrasi ini, dan bekerjasama pula dalam upaya untuk
mengembangkan lebih jauh hukum internasional pembangunan berkelanjutan”.

8
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Konsep hukum internasional pembangunan berkelanjutan menurut Center for International

Sustainable Development Law (CISDL) adalah sbb : (http://www.CSIDL.org)

“For the CISDL, the concept of sustainable development, in international law, requires
accommodation, reconciliation and integration between economic growth, social justice (including
human rights) and environmental protection objectives, towards participatory improvement in
collective quality of life for the benefit of both present and future generations.”

Dalam konsep diatas hukum internasional pembangunan berkelanjutan mensyaratkan akomodasi,

rekonsiliasi dan integrasi antara tujuan-tujuan pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial (termasuk

hak asasi manusia dan perlindungan lingkungan hidup yang tujuannya untuk meningkatkan

partisipasi kolektif kualitas hidup demi keuntungan generasi sekarang dan mendatang. Dengan

demikian kesatuan 3 pilar atau dimensi, kualitas hidup dan generasi kini dan mendatang menjadi

konsep penting dalam hukum internasional mengenai pembangunan berkelanjutan.

Kemudian CSDL mendefinisikan hukum internasional pembangunan berkelanjutan sbb :

“The corpus of international legal principles and instruments which address the intersections
between international economic, environmental and social law (including human rights law),
towards development that can last for the benefit of present and future generations.”

Definisi diatas menjadi sangat penting sebagai pegangan, karena sebagai salah satu cabang baru

diperlukan suatu arah (direction) pembahasan yang jelas. Peneliti mencoba memberanikan diri

untuk mendefinisikan hukum internasional pembangunan berkelanjutan sebagai berikut :

” Hukum internasional mengenai pembangunan berkelanjutan adalah cabang hukum


internasional yang berisi konsep, prinsip-prinsip, norma, aturan, ketentuan-ketentuan serta
keputusan-keputusan yang didasarkan pada hubungan keterkaitan antara pilar ekonomi, ekologi
dan sosial sebagai satu kesatuan yang holistik untuk melindungi generasi sekarang maupun
mendatang.”

2.4. Deklarasi New Delhi 2002

Pada tanggal 2-6 April 2002, dalam sidang ke-70 International Law Association (ILA) telah

dihasilkan suatu Deklarasi yang sangat penting sehubungan dengan pengembangan hukum

9
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

internasional pembangunan berkelanjutan. Deklarasi New Delhi mengenai Prinsip-prinsip Hukum

Internasional yang berhubungan dengan Pembangunan Berkelanjutan (New Delhi Declaration of

Principles of international law relating to sustainable development) diadopsi melalui Resolusi

3/2002 ILA-70. Deklarasi ini mempertimbangkan beberapa hasil-hasil pertemuan sebelumnya di

Amsterdam, Beijing, Monteral, hasil dari Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan,

Prinsip 27 Deklarasi Rio 1992 dan Bab 39 Agenda 21 dan persiapan KTT Pembangunan

Berkelanjutan 2002 di Johanesburg. Adapun prinsip-prinsip dalam deklarasi ini adalah sbb :

a. Prinsip Kewajiban Negara untuk menjamin penggunaan yang berkelanjutan atas

sumberdaya alam.

b. Prinsip Keadilan dan Pemerangan terhadap Kemiskinan

c. Prinsip Tanggungjawab Bersama tapi Berbeda

d. Prinsip Pendekatan Pencegahan terhadap Kesehatan Manusia, Sumberdaya Alam dan

Ekosistem.

e. Prinsip Partisipasi publik dan akses informasi dan keadilan

f. Prinsip Tata Kelola

g. Prinsip integrasi dan saling keterkaitan khususnya berhubungan dengan tujuan hak asasi

manusia dan sosial, ekonomi dan lingkungan.

Ketujuh prinsip ini sebenarnya merupakan inti dari prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

yang telah berkembang selama ini seperti prinsip keadilan antar generasi, prinsip keadilan

intergenerasi, prinsip tanggungjawab negara, prinsip pencegahan dll.

3. METODOLOGI

10
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah penelitian deskriptif dengan cara mengumpulkan,

mengidentifikasi dan menginventarisasi berbagai ketentuan atau peraturan perjanjian internasional

dibidang lingkungan hidup yang telah diratifikasi. Selain itu dilakukan juga studi pustaka untuk

mencari berbagai informasi mengenai perjanjian internasional yang diratifikasi dan informasi

mengenai peraturan perundang-undangan yang telah menerapkan konsep dan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan.

3.2. Penentuan Sampel

Dari seluruh peraturan hukum internasional khususnya perjanjian internasional yang telah

ditandatangani, sampel yang diambil hanya pada perjanjian internasional yang menyangkut atau

berkaitan dengan persoalan lingkungan hidup yang telah diratifikasi. Setelah itu dilakukan

penelusuran peraturan hukum nasional yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui apakah setiap peraturan nasional yang berkaitan dengan pokok bahasan yang

ada telah mengintegrasikan dan menerapkan konsep dan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan..

4. HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran umum Perjanjian internasional dan Proses Ratifikasi

Suatu instrumen hukum internasional yang berupa perjanjian internasional baik dalam bentuk

treaty, convention, agreement, arrangement dan lain-lain, dimana Pemerintah Indonesia dapat

terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses perundingannya, namun turut menandatangani

(signatory) bukan berarti otomatis terikat penuh dari perjanjian internasional tersebut. Hal ini

dikarenakan Indonesia masih menganut teori dualisme dimana pemberlakuan hukum internasional

11
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

tidak otomatis berlaku dalam hukum nasional. Di Indonesia proses ratifikasi didasarkan pada

Undang-undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Walaupun selama ini Surat

Keputusan Presiden No. 2826/HK/1960 telah memiliki peran penting dalam proses ratifikasi di

Indonesia namun dengan dicabutnya SK Presiden ini dan diberlakukan undang-undang perjanjian

internasional ini diharapkan akan dapat memberikan suatu ketegasan dan kedudukan hukum yang

mamadai dalam pelaksanaan atau proses tindak lanjut dari hasil ratifikasi tersebut. Sehingga

perubahan yang terpenting saat ini adalah perjanjian internasional yang berkaitan dengan masalah

lingkungan hidup akan diratifikasi melalui produk hukum berupa Undang-undang (Pasal 10 (d)

UU No. 24 Tahun 2000).

4.2. Perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup yang telah diratifikasi Indonesia

Pemerintah Indonesia telah berperan aktif dalam berbagai pertemuan dan perundingan

internasional. Hampir setiap perjanjian internasional yang berkaitan dengan bidang lingkungan

hidup yang disepakati secara global telah ditandatangani atau diratifikasi oleh Pemerintah

Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari tabel 4.1. hasil penelitian dibawah ini :

Tabel 4.1. Perjanjian internasional yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia

No Kegiatan Perjanjian internasional Ratifikasi Keterangan

A Udara, atmosfer dan


ruang angkasa
1 Convention for the Protection of the Ozone Layer 1985, KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Masalah
Montreal Protocol on Subtances that Deplete the Ozone 23/1992 Perlindungan Lapisan Ozon serta
Layer 1987 and London Adjustment and Amandements 13 Mei 1992 Pengurangan Secara Bertahap
1990 to the 1987 Montreal Protocol Bahan-bahan Penipis Lapisan Ozon
United Nations Framework Convention on Climate UU No. 6 Tahun Pengaturan Mengenai Masalah
Change 1992 1994 Perubahan Iklim Global
1 Agustus 1994
Convention on International Liability for Damage Caused KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Tanggung
by Space Objects 1972 20/1996 Jawab Inter-nasional Akibat Ke-
17 Februari 1996 rusakan Benda-benda Angkasa.
Treaty on Principles Governing the Activities of States in UU No. 16/2002 Pengaturan mengenai kegiatan
the Exploration and Use of Outer Space, Including the 17 April 2002 eksplorasi dan penggunaan
Moon and Other Celestial Bodies 1967. Antariksa.
Protocol Kyoto 1997 UU No. 17/2004 Pengaturan mengenai pengurangan
November 2004 emisi gas rumah kaca
Beijing Amandement to the Monteral Protocol on Peraturan Masukan bahan Bromochloromethan
Subtance That Deplete the Ozone Layer 1999 Presiden No. 33 dan pengendalian produksi dan
Tahun 2005 perdagangan
21 April 2005 hydrochloloflourocarbon.

12
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Montreal Amandement to the Monteral Protocol on Peraturan Keperluan metyl bromid pra
Subtance That Deplete the Ozone Layer 1999 Presiden No. 46 pengapalan, karantina dan
Tahun 2005 penyimpanan di gudang.
10 Juli 2005
B Limbah B3 dan Nuklir
Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapons 1968 Undang-undang Pengaturan mengenai Pencegahan
No. 8/1978 Penyebaran Senjata Nuklir
18 Desember 1978
Convention on the Physical Protection of Nuclear Material KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Perlindungan
1980 49/1986 Fisik Dari Bahan-bahan Nuklir
24 September
1986
Convention on the Control of Transboundary Movement of KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Pengawasan
Hazardous Wastes and Their Disposal 1989 61/1993 Transpor-tasi dan Pembuangan
12 Juli 1993 Limbah B3
Convention on Early Notification of A Nuclear Accident KEPPRES No. Pengaturan mengenai Pemberitahuan
1986 81/1993 Secara Dini Mengenai Terja-dinya
1 September 1993 Kecelakaan Nu-klir
Convention on Asssistance in the Case of A Nuclear KEPPRES No. Pengaturan mengenai masalah
Accident or Radiological Emergency 1986 82/1993 bantuan pada kecelakaan nuklir atau
1 September 1993 keadaan darurat radio-logi
Amandement the Basel Convention on the Control of Peraturan Pengetatan dan kerjasama
Transboundary Movement of Hazardous Wastes and Presiden No. 47 internasional terhadap perpindahan
Their Disposal 1989 Tahun 2005 lintas batas limbah B3
10 Juli 2005
C Keanekaragaman
hayati, tanaman, satwa
langka, habitat
teresterial dan budaya
Protocol for the Protection of Cultural Property in the KEPPRES No. Pengaturan mengenai Perlindungan
Event of Armed Conflict the Hague 1954 234/1966 Benda-benda Budaya Dalam
12 Desember 1966 Peristiwa Konflik Bersenjata
International Plant Protection Convention 1951 KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Perlindungan
2/1977 Tanaman
16 Februari 1977
Convention on International Trade in Endangered Species KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Perdagangan
of Wild Fauna and Flora (CITES) 1973 43/1978 Spesies Langka
15 Desember 1978
ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Masalah
Natural Resources 1985 26/1986 Konservasi Alam dan Sumberdaya
16 Juni 1986 Alam
Amandement 1979 of CITES 1973 KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Masalah
1/1987 Mekanisme Keuangan
14 Januari 1987
Convention for the Protection of the World Cultural and KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Peninggalan
Natural Heritage 1972 26/1989 Budaya dan Warisan Alam Du-nia
30 Mei 1989
Resived Text of the International Plant Protection KEPPRES Perbaikan Teks Kon-vensi Mengenai
Convention 1979 45/1990 Perlin-dungan Tanaman Inter-
26 September nasional
1990
Convention on Wetlands of International Importance KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Masalah
Especially as Waterfowl Habitat 1971 48/1991 Lahan Basah dan Habitat Unggas
9 Desember 1991
FAO Plant Protection Agreement for South-East Asia and KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Perlindungan
the Pacific Region 1955 58/1992 Tanaman di Wilayah Asia Teng-gara
6 Oktober 1992 dan Pasifik
Amandement of FAO Plant Protection Agreement Relating KEPPRES No. Pengaturan mengenai Daya Guna
to Mandatory Contributions by Contracting Government 59/1992 dan Hasil Guna Upaya Perlin-dungan
1983 6 Oktober 1992 Tanaman dan Organisme
Pengganggu
Agreement Between the Government of Republic of KEPPRES No. Pengaturan mengenai kerjasama di
Indonesia and the Center for International Forestry 71/1993 bidang kehutanan
Reserach Regarding the Headquqrters Seat of the Center 4 Agustus 1993
1993
United Nations Convention on Biological Diversity 1992 UU No. 5 Tahun Pengaturan Mengenai
1994 Keanekaragaman Hayati
1 Agustus 1994
International Tropical Timber Agreement 1983 KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Perdagangan
4/1995 Kayu Tro-pis
23 Januari 1995
United Nations Convention on Combat Desertification in KEPPRES No. Pengaturan mengenai upaya
13
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Those Countries Experencing Serious Drought and/or 135/1998 memerangi penggurunan dan proses
Desertification, Particulary in Africa 1994 20 Agustus 1998 pengeringan.
International Coffee Agreement 2001 KEPPRES No. Meningkatkan kerjasama
32/2002 internasional di bidang perkopian.
20 Mei 2002
Protocol Cartagena 2000 UU No. 21/2004 Pengaturan mengenai prosedur
November 2004 bioteknologi
D Sumberdaya kelautan,
perlindungan
lingkungan laut dan
pencemaran minyak
Convention on the Continental Shelf 1958, Convention on Undang-undang Pengaturan Landas Kontinen,
Fishing and Conservation of the Living Resources of the No. 19 /1961 Perikanan dan Konservasi Sum-
High Seas 1958, Convention on the High Seas 1958 6 September 1961 berdaya Alam di Laut Lepas dan
Konvensi Laut Lepas
International Convention on Civil Liability for Oil Pollution KEPPRES No. Tanggungjawab Perdata Terhadap
Damage 1969 18/1978 Pencemaran Di Laut
1 Juli 1978
International Convention on the Esta-bilishement of an KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Pembentukan
International Fund for Compensation for Oil Pollution 19/1978 Dana Internasional untuk Ganti Rugi
Damage 1971 1 Juli 1978 Pencemaran Minyak di Laut
DICABUT
KEPPRES No.
41/1998
International Convention on the Esta-bilishement of an KEPPRES No. Pencabutan Pelaksanaan Pengaturan
International Fund for Compensation for Oil Pollution 41/1998 Mengenai Pembentukan Dana
Damage 1971 10 Maret 1998 Internasional untuk Ganti Rugi
Pencemaran Minyak di Laut
International Convention for the Prevention of Pollution by KEPPRES No. Pengaturan Mengenai Pencegahan
Ships 1973, Protocol Relating to the Convention for the 46/1986 Pencemar-an Yang Berasal Dari
Prevention of Pollution from Ship 1978. 9 September 1986 Kapal-kapal.
United Nations Convention on Law Of The Sea Undang-undang Pengaturan Mengenai Masalah
(UNCLOS) 1982 No. 17/1985 Kelautan
31 Desember 1985
Agreement on the Organization for Indian Ocean Marine KEPPRES No. Pengaturan mengenai Kerjasama
Affairs Cooperation (IOMAC) 1990 86/1993 Kelautan di Samudera Hindia
16 September
1993
Agreement Relating to the Implementation of Part XI of KEPPRES No. Pengaturan penerapan pasal 11
the United Nations Convention on the Law of the Sea of 178/1999 UNCLOS.
10 Decesmber 1982 30 Desember 1999
Agreement Estabilishing the Southeast Asian Fisheries KEPPRES Pengaturan pembentukan pusat
Development Center 1967 and Protocol 1968 94/2000 pengembangan perikanan Asia
11 Juli 2000 Tenggara

Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa produk hukum ratifikasi mengalami pergeseran penting

sejak berlakunya Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan. Produk hukum ratifikasi yang selama ini dikenal malalui Keputusan Presiden (Kepres)

mengalami perubahan menjadi Peraturan Presiden (Perpres). Sebagai contoh adalah ratifikasi

Amandement the Basel Convention on the Control of Transboundary Movement of Hazardous

Wastes and Their Disposal 1989 melalui produk hukum Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2005

tertanggal 10 Juli 2005

14
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

4.3. Perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup yang telah mengintegrasikan dan

menerapkan konsep dan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Beberapa perjanjian internasional yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia telah

mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Misalnya dalam ASEAN Agreement

on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 yang telah diratifikasi Indonesia

melalui Keputusan Presiden No.26 Tahun 1986 yang menyatakan :

“Necessary to maintain essential ecological processes and life suport systems to preserve genetic
diversity, and to ensure the sustainable utilisation of harvested natural resources under their
jurisdiction in accordance wih scientific principles and with a view to attaining the goal of
sustainable development.”

Hal ini juga dapat diketahui dalam pasal 3 (4) Konvensi PBB mengenai Kerangka Kerja Konvensi

Perubahan Iklim yang telah diratifikasi melalui Undang-undang No. 6 Tahun 1994 menyatakan :

”The parties have a right to, and should, promote sustainable development…….”

Dalam 2 (1) Konvensi PBB mengenai Penggurunan yang telah diratifikasi melalui Keputusan

Presiden No.135 tahun 1998 menyatakan :

”The objective of this convention is to combat desertification and mitigate the effect of drought in
the countries experiencing serious drought and/or desertification, particulary in Africa throught
effective action at all levels, supported by international cooperation and partnership arrangements
in the framework of an integrated approach which is consistent with agenda 21, with a view
contributing to the achievement of sustainable development in affected area.”

Selain integrasi terhadap konsep pembangunan berkelanjutan, beberapa perjanjian internasional

juga mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang didasarkan Deklarasi

New Delhi 2002 diantaranya :

4.3.1. Prinsip Kewajiban Negara untuk menjamin penggunaan yang berkelanjutan

atas sumberdaya alam.

Perjanjian internasional yang mengintegrasikan prinsip ini adalah sebagai berikut :

15
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Convention for the Protection of the Ozone Layer 1985, United Nations Framework

Convention on Climate Change 1992, Convention on International Liability for Damage

Caused by Space Objects 1972, United Nations Convention on the Law of the Sea.

4.3.2. Prinsip Keadilan dan Perlawanan terhadap Kemiskinan

Perjanjian internasional yang mengintegrasikan prinsip ini diantaranya :

United Nations Convention on Biological Diversity 1992, United Nations Convention on

Combat Desertification in Those Countries Experencing Serious Drought and/or

Desertification, Particulary in Africa 1994

4.3.3. Prinsip Tanggungjawab Bersama tapi Berbeda

Perjanjian internasional yang mengintegrasikan prinsip ini diantaranya :

United Nations Framework Convention on Climate Change 1992, Protokol Kyoto 1997

4.3.4. Prinsip Pendekatan Pencegahan bagi Kesehatan Manusia, Sumberdaya Alam

dan Ekosistem.

Perjanjian internasional yang mengintegrasikan prinsip ini diantaranya :

Convention on the Control of Transboundary Movement of Hazardous Wastes and Their

Disposal 1989, Convention on Early Notification of A Nuclear Accident 1986, Convention on

Asssistance in the Case of A Nuclear Accident or Radiological Emergency 1986

4.3.5. Prinsip Partisipasi publik dan akses informasi dan keadilan

Perjanjian internasional yang mengintegrasikan prinsip ini diantaranya :

Convention on the Control of Transboundary Movement of Hazardous Wastes and Their

Disposal 1989, United Nations Convention on Biological Diversity 1992, United Nations

Framework Convention on Climate Change 1992,

4.3.6. Prinsip Tata Kelola

Perjanjian internasional yang mengintegrasikan prinsip ini diantaranya :

16
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

United Nations Framework Convention on Climate Change 1992, Kyoto Protocol 1997

4.3.7. Prinsip integrasi dan saling keterkaitan khususnya berhubungan dengan tujuan

hak asasi manusia dan sosial, ekonomi dan lingkungan.

Perjanjian internasional yang mengintegrasikan prinsip ini diantaranya :

United Nations Convention on Biological Diversity 1992, United Nations Convention on

Combat Desertification in Those Countries Experencing Serious Drought and/or

Desertification, Particulary in Africa 1994

Hampir setiap perjanjian internasional yang telah dibentuk sejak awal tahun 1980-an, telah

mengintegrasikan konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Perjanjian internasional

yang telah diratifikasi ini kemudian diterapkan dalam berbagai bentuk program-program maupun

kegiatan-kegiatan yang bersifat nyata seperti pelaksanaan Konvensi Wina 1985 dan Montreal

Protokol 1987 melalui program penghapusan bahan kimia penipis lapisan ozon dengan

kegiatannya bekerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan beberapa industri pengguna

bahan penipis lapisan ozon. Program serta kegiatan lainnya juga banyak dilakukan oleh kelompok-

kelompok utama pembangunan berkelanjutan seperti LSM, perguruan tinggi dan pihak-pihak

lainnya. Namun masih banyak juga program atau kegiatan yang belum dapat diimplementasikan

dengan baik. Sebagai contoh adalah diantaranya adalah kurangnya pengawasan terhadap

perdagangan satwa langka, penggunaan B3 dan pembuangan dan pencemaran limbah B3. Hal ini

dikarenakan keterbatasan sumberdaya manusia, dana dan kemampuan teknis.

4.4. Konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam hukum nasional

Indonesia telah memiliki berbagai peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

Mulai dari produk hukum berupa Undang-undang hingga peraturan daerah. Umumnya sebagian

17
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

besar peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup telah mengintegrasikan konsep

dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Integrasi terhadap konsep pembangunan

berkelanjutan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang didasarkan Deklarasi New

Delhi tahun 2002 terhadap peraturan perundang-undangan diantaranya :

4.4.1. Prinsip Kewajiban Negara untuk menjamin penggunaan yang berkelanjutan

atas sumberdaya alam.

Peraturan perundang-undangan yang mengintegrasikan prinsip ini adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan, Undang-undang No. 7

tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, dll

4.4.2. Prinsip Keadilan dan Perlawanan terhadap Kemiskinan

Peraturan perundang-undangan yang mengintegrasikan prinsip ini adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan, Undang-undang No. 7

tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, dll

4.4.3. Prinsip Tanggungjawab Bersama tapi Berbeda

Peraturan perundang-undangan yang mengintegrasikan prinsip ini adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 6 Tahun 1995 tentang Ratifikasi Konvensi PBB mengenai Perubahan

Iklim.

4.4.4. Prinsip Pendekatan Pencegahan bagi Kesehatan Manusia, Sumberdaya Alam

dan Ekosistem.

Peraturan perundang-undangan yang mengintegrasikan prinsip ini adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan , Undang-undang No.

7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dll

4.4.5. Prinsip Partisipasi publik dan akses informasi dan keadilan

Peraturan perundang-undangan yang mengintegrasikan prinsip ini adalah sebagai berikut :

18
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan, Undang-undang No.

7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dll

4.4.6. Prinsip Tata Kelola

Peraturan perundang-undangan yang mengintegrasikan prinsip ini adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

4.4.7. Prinsip integrasi dan saling keterkaitan khususnya berhubungan dengan tujuan

hak asasi manusia dan sosial, ekonomi dan lingkungan.

Peraturan perundang-undangan yang mengintegrasikan prinsip ini adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, Undang-undang No. 23

Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan, Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang

Sumberdaya Air, dll

Sedangkan implementasi dari konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam

hukum nasional salah satunya selain dari produk hukum yang berupa peraturan yang lebih

operasional dapat juga diketahui dari praktek-praktek peradilan seperti keputusan pengadilan.

Dalam melaksanakan konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam bentuk

yang nyata, salah satu hasilnya adalah dalam praktek peradilan yang salah satunya tercermin dalam

Keputusan Mahkamah Konstitusi pada perkara Pengujian UU No. 19 Tahun 2004 Tentang

Kehutanan dan Perkara Pengujian UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air.

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1.Kesimpulan

Penerapan hukum internasional mengenai pembangunan berkelanjutan di Indonesia belum berjalan

dengan baik. Hal ini dikarenakan hukum internasional mengenai pembangunan berkelanjutan

19
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

sebagai cabang baru yang masih akan terus berkembang. Namun demikian proses integrasi

terhadap konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan telah berjalan dengan baik.

Kesimpulan dalam penelitian ini sbb:

a. Sudah cukup banyak perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup yang telah

diratifikasi Indonesia. Dasar hukum ratifikasi ada yang didasarkan pada SK Presiden No.

2826/HK/1960 dan Undang-undang No. 24 Tahun 2000. Karena itu produk hukum

ratifikasi ada yang berupa Undang-undang (UU), Keputusan Presiden (Keppres) dan

Peraturan Presiden (Perpres).

b. Perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup yang telah mengintegrasikan konsep

dan prinsip pembangunan berkelanjutan berdasarkan Deklarasi New Delhi 2002 namun

dalam implementasinya masih belum dilaksanakan dengan baik. Masih banyak program

dan kegiatan di tingkat nasional yang belum dilaksanakan. Hal ini disebabkan kurangnya

pendanaan, sumberdaya manusia dan kemampuan teknis.

c. Pengintegrasian konsep dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam

peraturan perundang-undangan nasional sudah dilaksanakan dengan baik. Dalam hal

penerapannya masih sangat terbatas. Masih sangat sedikit dalam praktek peradilan

khususnya keputusan-keputusan pengadilan yang menerapkan konsep dan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan.

5.2.Rekomendasi

Adapun rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah sbb :

a. Perlu disosialisasikan hukum internasional mengenai pembangunan berkelanjutan kepada

semua pihak.

20
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

b. Perlu adanya pengembangan dan pengkajian lebih lanjut mengenai hukum pembangunan

berkelanjutan sebagai bagian dari ilmu hukum dan ilmu pembangunan berkelanjutan.

c. Perlu didorong pengintegrasian prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di semua

sektor dan daerah.

d. Perlu didorong pelaksanaan hukum internasional mengenai pembangunan berkelanjutan

kedalam program dan kegiatan yang nyata.

e. Perlu adanya studi lebih lanjut mengenai hubungan hukum lingkungan dengan hukum

pembangunan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Handl, Gunther (ed). 1994. Yearbook of International Environmental Law, Clarendon Press
Oxford, New York.

PPSML-UI, 2000. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan dibidang Lingkungan Hidup,


PPSML-UI, Jakarta

Pramudianto, A. 1995. Soft Law Dalam Perkembangan Hukum Lingkungan Internasional, Majalah
Hukum Pro Justititia Tahun XIII No. 4 Oktober 1995.

Pramudianto, 1998. Ratifikasi Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan Hidup, dalam


Chandrawila (ed). Percikan Gagasan tentang Hukum Buku III, Alumni, Bandung.

Pramudianto 1999. Perkembangan Hukum Lingkungan Internasional dalam Perspektif Hukum


Internasional. Jurnal Hukum Lingkungan Tahun V No. 1 Agustus 1999.

Pramudianto. 1999. Perjanjian Internasional Di Bidang Lingkungan Laut yang Telah Diratifikasi
Indonesia. Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan, Volume 19 No. 4 Tahun 1999.

Salim, 2000. Makalah Pembangunan dan Lingkungan, Program S2 Ilmu Lingkungan.

Sands, P. 1995. Principles of International Environmental Law: Framework, Standards and


Implementation Volume I, Manchester University Press, London, Hlm 199.

Sumantri, Bambang. 1988. Hari Depan Kita Bersama, PT Gramedia, Jakarta: 200.

UNEP.1992. Annual Report: Twenty Years Since Stockholm, UNEP, Nairobi.

21
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

dll

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada Mas Achmad Santosa, SH,LL.M yang bersama peneliti pernah
melakukan studi mengenai aktualisasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan tahun 1995.
Hasil penelitian ini merupakan pengembangan dari studi-studi sebelumnya.

RIWAYAT HIDUP
Andreas Pramudianto, lahir di Kutoarjo, 16 Juli 1967. Lulusan Fakultas Hukum Universitas
Parahiyangan, Bandung, dan Program S2 Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia. Sejak tahun
1992 menjadi Staf Peneliti di Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan, Universitas
Indonesia. Dosen tidak tetap di beberapa PTS untuk m.k. Hukum Internasional, Hukum
Lingkungan Internasional, Hukum Laut, Hukum Diplomatik dan Konsuler, Hak Asasi Manusia.

22

You might also like