You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN IX
KESADAHAN

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD SADIQUL IMAN


NIM : H1E108059
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : M. FAHMI ARIF

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

NOVEMBER, 2010
PERCOBAAN IX
KESADAHAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kesadahan pada
suatu perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kalsium adalah unsur kimia yang memegang peranan penting dalam
banyak proses geokimia. Secara umum dari kation-kation yang ditemukan
dalam banyak ekosistem air tawar kalsium mempunyai konsentrasi tinggi.
Mineral merupakan sumber primer ion kalsium dalam air. Di antara mineral-
mineral primer yang berperan adalah gips, CaSO 4.2H2O; anhidratnya, CaSO4;
dolomite, CaMg (CO3)2; kalsit dan aragonite yang merupakan modifikasi yang
berbeda dari CaCO3 (Achmad, 2004).
Air yang mengandung karbon dioksida tinggi mudah melarutkan
kalsium dari mineral-mineral karbonatnya (Achmad, 2004).
+¿¿ −¿¿
CaCO3 + CO2 + H2O → Ca2 + 2 HCO3
Reaksi sebaliknya akan berlangsung bila CO2 hilang dari perairan.
karbon dioksida yang masuk keperairan melalui keseimbangan dengan
atmosfer tidak cukup besar konsentrasinya untuk melarutkan kalsium dalam
perairan alami, terutama air tanah. Pernafasan mikroorganisme, penghancuran
bahan organik dalam air, dan sedimen berperan sangat besar terhadap kadar
−¿ ¿
CO2 dan HCO3 dalam air. Hal ini merupakan faktor penting dalam proses
kimia perairan dan geokimia (Achmad, 2004).
Kesadahan air dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kesadahan sementara (temporer), dan
b. Kesadahan tetap (permanen) (Kristanto, 2002).
−¿¿
Kesadahan sementara disebabkan karena garam-garam karbonat (CO 3 )
−¿ ¿
dan bikarbonat ( HCO3 ) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Garam
karbonat merupakan garam yang tidak larut, sedangkan garam bikarbonat
merupakan garam yang larut. Garam karbonat dengan air dan karbon dioksida
di udara akan membentuk garam bikarbonat yang larut. Oleh karena itu
semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida di udara, semakin tinggi
kelarutannya, dalam bentuk reaksi berikut (Kristanto, 2002) :
CaCO3 + CO2 + H2O → Ca(HCO3)2
tidak larut larut

Kesadahan air ini bersifat sementara, karena dapat dihilangkan dengan


cara pemanasan, dimana terbentuk garam kalsium karbonat yang tidak larut
dan mengendap, sehingga dapat dihilangkan dengan mudah.
Ca(HCO3)2 → CaCO 3
dipanaskan (mengendap)

Kesadahan tetap disebakan oleh adanya garam-garam klorida (Cl−¿¿) dan


sulfat (SO4) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kesadahan karena
garam-garam tersebut bersifat tetap dan sangat sukar dihilangkan (Kristanto,
2002). Berdasarkan tingkat kesadahannya, air dapat digolongkan sebagaimana
terlihat pada Tebel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Derajat Kesadahan Air Berdasarkan Kandungan Kalsium Karbonat
Derajat Kesadahan CaCO3 (ppm) Ion Ca−¿¿ (ppm)
 Lunak < 50 < 2,9
 Agak Sadah 50-100 2,9 – 5,9

 Sadah 100-200 5,9 – 11,9

 Sangat Sadah >200 >11,9


Sumber : (Kristanto, 2002)
Kesadahan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a. Kesadahan Kalsium dan Magnesium (Kesadahan Total)
Kalsium dan magnesium merupakan dua anggota dari kelompok alkali
logam. Kedua struktur ini mempunyai struktur elektron dan reaksi kimia
yang sama. Besarnya kesadahan kalsium dan magnesium dapat dihitung.
b. Kesadahan Karbonat dan Non KarBonat
Kesadahan Karbonat ialah bagian kesadahan total yang secara kimia
ekivalen terhadap alkalinitas bikarbonat dan karbonat dalam air
(Environmental, 2009).
Jika CaCO3 sebagai alkalinitas dan kesadahan, maka kesadahan karbonat
ditentukan sebagai berikut :
a. Alkalinitas > kesadahan total
Kesadahan karbonat (mg/l) = kesadahan total (mg/l)
b. Alkalinitas < kesadahan total
Kesadahan karbonat (mg/l) = alkalinitas (mg/l)
Kesadahan non karbonat ialah jumlah kesadahan akibat kelebihan
kesadahan karbonat. Kesadahan nonkarbonat = kesadahan total – kesadahan
karbonat kation. Kation kesadahan nonkarbonat berikatan dengan anion-anion
sulfat nitrat (Environmental, 2009).
Pada kesadahan karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi dengan
ion CO 2−¿
−¿ ¿
3
¿
dan HCO3 . Pada kesadahan non karbonat, kalsium dan

magnesium berasosiasi dengan ion SO 2−¿


−¿¿
4
¿
, Cl, dan NO 3 . Kesadahan
karbonat sangat sensitif terhadap panas dan mengendap dengan mudah pada
suhu tinggi. Kesadahan karbonat disebabkan oleh adanya garam-garam
bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Oleh karena itu, kesadahan
karbonat disebut juga kesadahan sementara. Kesadahan sementara dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan (Giwangkara, 2006).
Kesadahan non-karbonat disebut kesadahan permanen karena kalsium
dan magnesium yang berikatan dengan sulfat dan klorida tidak mengendap
dan nilai kesadahan tidak berubah meskipun pada suhu yang tinggi.
Kesadahan permanen disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat dan
karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2 dan MgCl2. Kesadahan permanen dapat
dihilangkan dengan cara penambahan soda ash (Giwangkara, 2006).
Ion kalsium, Ca2+ mempunyai kecenderungan relatif kecil untuk
membentuk ion kompleks. Dalam kebanyakan sistem perairan air tawar, jenis
kalsium yang pertama-tama larut yang ada adalah Ca2+. Oleh karena itu pada
−¿ ¿ −¿ ¿
konsentrasi HCO3 yang sangat tinggi, pasangan ion Ca2+ - HCO3 dapat
terbentuk dalam jumlah yang cukup banyak. Hal yang sama dalam air yang
kandungan sulfatnya tinggi pasangan ion Ca2+ - SO2−¿
4
¿
dapat terjadi (Achmad,
2004).
Tidak seperti halnya dengan kalsium yang densitas muatan dari ion Ca 2+
relatif lebih kecil dibandingkan dengan ion logam-logam divalen lainnya,
maka densitas muatan ion Mg2+ jauh lebih besar dan ikatan yang lebih kuat
dengan air untuk melakukan hidrasi. Magnesium dalam air terutama terdapat
sebagai ion Mg2+ HCO3 dan Mg2+ SO2−¿
−¿ ¿ ¿
4 terjadi bila konsentrasi bikarbonat
dan sulfat tinggi (Achmad, 2004).
Mineral-mineral seperti dolomite adalah sumber magnesium yang paling
umum dalam air.
−¿¿
CaMg (CO3)2 + 2CO2 + 2H2O → Ca2+ + Mg2+ + 4 HCO3
Pada umumnya konsentrasi magnesium dalam air tawar lebih kecil
dibandingkan kalsium. Telah diteliti bahwa dilautan magnesium dalam bentuk
larutan lebih lama dari kalsium. Hal ini disebabkan senyawa Mg 2+ mengendap
lebih lambat dibandingkan senyawa Ca2+ (Achmad, 2004).
Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan perairan untuk
kepentingan domestik dan industri. Nilai kesadahan tidak memiliki implikasi
langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat
menghambat sifat toksik dari logam berat karena kation-kation penyusun
kesadahan (kalsium dan magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan
logam berat tersebut. Misalnya, toksisitas 1 mg/liter timbal pada perairan
dengan kesadahan rendah dapat mematikan ikan. Akan tetapi, toksisitas 1
mg/liter timbal pada perairan dengan kesadahan 150 mg/liter CaCO3 terbukti
tidak berbahaya bagi ikan. Nilai kesadahan juga digunakan sebagai dasar
pemilihan metode yang diterapkan dalam proses pelunakan (Giwangkara,
2006).
Air sadah juga tidak menguntungkan/ menganggu proses pencucian
menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun
harus bereaksi lebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang
terdapat dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan
permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan penggunaan sabun,
tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis
pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu proses pembersihan dan
pembilasan oleh air (Achmad, 2004).
Selain itu juga menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat
katup-katup ketel karena terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding
atau katup ketel. Akibatnya hantaran panas pada ketel ait berkurang sehingga
memboroskan bahan bakar (Giwangkara, 2006).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam
lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat,
EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom
oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam
pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat
membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan
ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida,
sedangkan dengan ion nikel membentuk nikel-sianida. Kendala yang
membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa
ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion
ini merupakan ligan bergigi satu (Rival, 1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu
indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik
akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila
hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan
berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau
sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki
kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh
perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus
kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada
titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam
ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam
(yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan
dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome
black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA
dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Penentuan Ca dan Mg dalam air sadah dilakukan dengan titrasi EDTA.
pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada
pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat
dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator Murexide. Adanya
penggangguan Cu bebas dari pipa–pipa saluran air dapat ditutupi dengan H 2S.
EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadang kala juga digunakan
sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca
tidak ikut terkopresipitasi dengan Mg, oleh karena itu EDTA
direkomendasikan. Bagaimana juga indikator Patton-Reeder terbaik untuk
penentuan kalsium dalam air sudah dibandingkan dengan indikator lain
(Firdaus, 2009).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti
di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,
seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion
pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh
persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O (Khopkar, 2002).
Persyaratan mendasar dalam titrasi kompleksometri ialah terbentuknya
kompleks molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan adalah kelarutan
tingkat tinggi, seperti kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi
dengan merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi
kompleksometri (Khopkar, 2002).
III.ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas ukur, pipet
tetes, gelas beaker, buret dan labu erlenmeyer.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah CaCO3,
larutan buffer pH 10 dan 12, indikator EBT dan murexida, larutan EDTA
1/28 N, akuades dan sampel air sumur landasan ulin.

IV. PROSEDUR KERJA


A. Standarisasi Indikator EBT
 Menggunakan Indikator EBT
1. Mengambil 10 ml larutan standar kalsium.
2. Menambahkan 5 ml larutan buffer pH 10.
3. Menambahkan 0,05 gr indikator EBT.
4. Mentitrasi dengan larutan EDTA 1/28 N sampai cairan berubah warna
ungu menjadi biru laut dan mencatat banyaknya larutan EDTA 1/28 N
yang digunakan.
 Menggunakan Indikator Murexida
1. Mengambil 20 ml larutan standar kalsium.
2. Menambahkan 1 ml larutan buffer pH 12.
3. Menambahkan 0,01 gr indikator Murexida.
4. Mentitrasi dengan larutan EDTA 1/28 N sampai
cairan berubah warna merah menjadi ungu dan mencatat banyaknya
larutan EDTA 1/28 N yang digunakan.
B. Pengukuran Sampel
 Pengukuran Kesadahan Total
1. Mengambil 100 ml sampel air.
2. Menambahkan 5 ml larutan buffer pH 10.
3. Menambahkam 1 ml larutan KCN 10 %.
4. Menambahkan 0,05 gr indikator EBT.
5. Mentitrasi dengan larutan EDTA 1/28 N sampai cairan berubah warna
menjadi biru laut dan mencatat banyaknya larutan EDTA 1/28 N yang
digunakan.
 Pengukuran Kesadahan Kalsium
1. Mengambil 100 ml sampel air.
2. Menambahkan 1 ml larutan buffer pH 12.
3. Menambahkam 1 ml larutan KCN 10 %.
4. Menambahkan 0,01 gr indikator Murexida.
5. Mentitrasi dengan larutan EDTA 1/28 N sampai cairan berubah warna
menjadi ungu dan mencatat banyaknya larutan EDTA 1/28 N yang
digunakan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Hasil Pengamatan
a. Standarisasi Larutan EDTA 1/28 N
Tabel 1. Hasil pengamatan standarisasi larutan EDTA 1/28 N
No Percobaan Pengamatan
.
 Indikator EBT
1. Diambil larutan standar kalsium
sebanyak 10 ml.
2. Ditambahkan 5 ml larutan buffer pH
10.
3. Ditambahkan 0,05 gr indikator EBT. Warna = ungu muda

4. Dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N V awal = 0 ml


dan dicatat banyaknya larutan yang V akhir = 1 ml
digunakan V EDTA 1/28 = 1 ml
Warna = biru muda
 Indikator Murexida
1. Diambil larutan standar kalsium
sebanyak 20 ml.
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH
12.
3. Ditambahkan 0,01 gr indikator Warna = ungu/merah
Murexida.

4. Dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N V awal = 0,2 ml


dan dicatat banyaknya larutan yang V akhir = 1,4 ml
digunakan V EDTA 1/28 = 1,2 ml
Warna = ungu pekat

b. Pengukuran Sampel
Tabel 2. Hasil pengamatan dari pengukuran sampel
No Percobaan Pengamatan
.
 Kesadahan Total
1. 100 ml sampel air sumur landasan
ulin diambil dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 5 ml larutan buffer pH
10.
3. Ditambahkan 1 ml larutan KCN 10%.
4. Ditambahkan 0,05 gr indikator EBT. Warna = bening

5. Dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N V awal = 1,4 ml


dan dicatat banyaknya larutan yang V akhir = 2,4 ml
digunakan V EDTA 1/28 = 1 ml
Warna = biru muda
 Kesadahan Kalsium
1. 100 ml sampel air sumur landasan
ulin diambil dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH
12.
3. Ditambahkan 1 ml larutan KCN 10%.
4. Ditambahkan 0,01 gr indikator Warna = ungu muda
Murexida.

5. Dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N V awal = 2,2 ml


dan dicatat banyaknya larutan yang V akhir = 2,7 ml
digunakan V EDTA 1/28 = 0,5 ml
Warna = ungu pekat
2. Perhitungan
a. Standarisasi Larutan EDTA 1/28 N
 Indikator EBT
Diketahui : Volume EDTA 1/28 N = 1 ml
Ditanya : Faktor EDTA-EBT …?
Jawab :
10
Faktor EDTA-EBT =
V EDTA

10
=
1ml
= 10
 Indikator Murexida
Diketahui : Volume EDTA 1/28 N = 1,2 ml
Ditanya : Faktor EDTA-Murexida …?
Jawab :
20
Faktor EDTA-Murexida =
V EDTA

20
=
1, 2 ml
= 16,67
b. Perhitungan Sampel
 Pengukuran Kesadahan Total
Diketahui : Volume sampel = 100 ml
Volume EDTA 1/28 N = 1 ml
Faktor EDTA-EBT = 10
Ditanya : Kesadahan Total…?
Jawab :
Kesadahan Total

1000 1 V sampel
¿ x ml EDTA x x Faktor EDTA−EBT x
V sampel 28 2
1000 1 100
= x 1 x x 10 x
100 28 2
= 10 x 1 x 0,035 x 10 x 50
= 175 mg/l CaCO3

 Pengukuran Kesadahan Kalsium


Diketahui : Volume sampel = 100 ml
Volume EDTA 1/28 N = 0,5 ml
Faktor EDTA-Murexida = 16,67
Ditanya : Kesadahan Kalsium…?
Jawab :
Kesadahan Ca
1000 1 V sampel
¿ x ml EDTA x x Faktor EDTA−Murexida x
V sampel 28 2
1000 1 100
= x 0,5 x x 16,67 x
100 28 2
= 10 x 0,5 x 0,035 x 16,67 x 50
= 145,863 mg/l CaCO3
 Pengukuran Kesadahan Magnesium
Diketahui : Kesadahan Total = 175 mg/l CaCO3
Kesadahan Kalsium = 145,863 mg/l CaCO3
Ditanya : Kesadahan Magnesium…?
Jawab :
Kesadahan Magnesium = Kesadahan Total - Kesadahan Kalsium
= (175 - 145,863) mg/l CaCO3
= 29,137 mg/l CaCO3
B. Pembahasan
1. Standarisasi Larutan EDTA 1/28 N
a. Menggunakan Indikator EBT
Pengukuran kesadahan pada sampel air, pertama-tama dilakukan
standarisasi terhadap larutan EDTA 1/28 N. Hal ini dilakukan karena
larutan standar EDTA 1/28 akan digunakan untuk mentitrasi sampel
air yang akan diuji. Pengukuran standarisasi larutan EDTA 1/28 N
pada percobaan ini dilakukan dengan mengunakan dua indikator.
Indikator yang digunakan adalah indikator EBT dan indikator
murexida.
Proses standarisasi pada larutan EDTA 1/28 N ini menggunakan
larutan kalsium yang dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N.
Standarisasi dengan menggunakan indikator EBT yaitu dengan
penambahan indikator EBT (Eriochrom Black T) ke dalam larutan
kalsium sebanyak 0,05 gram, untuk menentukan titik akhir titrasi.
Indikator EBT merupakan salah satu indikator logam dengan range pH
7-11. Selain menggunakan indikator EBT, ditambahkan pula larutan
buffer pH 10 sebanyak 5 ml. Penggunaan larutan buffer pH 10, karena
sudah jelas bahwa indikator EBT hanya ditemukan pada range pH 7-
11. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan EDTA 1/28 N hingga
warna cairan berubah dari ungu menjadi biru laut.
Konsentrasi EDTA yang digunakan dapat berpengaruh pada
penentuan kadar kalsium (Ca), karena besar konsentrasi tersebut sama
dengan berat larutan logam tersebut, yang nantinya akan berpengaruh
di dalam proses perhitungan kadar Ca. Volume EDTA yang digunakan
untuk mentitrasi larutan kalsium tersebut sebanyak 1 ml. Dengan
mengetahui banyaknya volume EDTA yang digunakan kita dapat
menentukan faktor . Faktor
EDTA-EBT EDTA-EBT ini akan digunakan untuk
menghitung kesadahan total pada sampel air. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa nilai faktor EDTA-EBT dari standarisasi larutan kalsium
dengan indikator EBT ini adalah 10.
b. Menggunakan Indikator Murexida
Standarisasi selanjutnya selain menggunakan indikator EBT
adalah standarisasi dengan menggunakan indikator murexida. Larutan
buffer yang ditambahkan memiliki pH 12 sebanyak 1 ml. Pada
percobaan ini indikator murexida yang ditambahkan pada larutan
kalsium yang akan dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N hanya sedikit
sekali yaitu sebanyak 0,01 gram. Dengan penambahan indikator
murexida ini warna larutan kalsium berubah menjadi warna merah
ungu.
Titrasi dilakukan terhadap larutan kalsium yang sudah berwarna
merah ungu tadi hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu. Dari
titrasi didapatkan volume EDTA 1/28 N yang digunakan 1,2 ml.
Dengan mengetahui volume EDTA 1/28 N yang digunakan dapat
ditentukan nilai faktor EDTA-Murexida.
Penentuan nilai faktor EDTA-Murexida ini dilakukan untuk
mengitung kesadahan kalsium pada sampel air yang akan di uji. Dari
hasil perhiungan didapatkan bahwa nilai faktor EDTA-Murexida dari
standarisasi larutan EDTA 1/28 N dengan menggunakan indikator
murexida ini adalah sebesar 16,67.
2. Pengukuran Sampel
a. Kesadahan Total
Pengukuran kesadahan total pada sampel air ditujukan untuk
mengetahui apakah sampel air tersebut mengalami kesadahan yang
berasal dari ion magnesium dan kalsium. Pengukuran kesadahan ini
menggunakan sampel air sumur landasan ulin yang ditambahkan
indikator EBT sebanyak 0,05 gram. Penambahan indikator ini tidak
menyebabkan perubahan warna pada sampel air (bening).
Sampel air yang telah ditambahkan dengan larutan buffer pH 10
dan indikator EBT tadi selanjutnya dititrasi dengan menggunakan
larutan EDTA 1/28 N sehingga terjadi perubahan warna menjadi biru
laut. Fungsi dari larutan buffer pH 10 ini adalah untuk mencegah
terjadinya perubahan pH yang diakibatkan oleh terbentuknya ion H+.
Jika penggunaan larutan buffer adalah dengan pH dibawah 8, maka
indikator dalam titrasi tidak akan berjalan dengan efisien. Banyaknya
EDTA yang digunakan merupakan volume titrasi yang akan digunakan
pada saat perhitungan kesadahan total pada sampel air tersebut.
Percobaan ini didapatkan volume EDTA 1/28 N yang digunakan
untuk mentitrasi sampel air sumur tersebut. Larutan kompleks EDTA
1/28 N tersebut berfungsi sebagai masking agent. Masking agent
adalah larutan yang dapat menyembunyikan logam akibat kompleks
yang kuat. Kadangkala kompleks yang terlalu kuat terbentuk dengan
EBT pada titrasi langsung. Kemudian bila sebaliknya, kompleks logam
indikator adalah lemah, maka EDTA dapat ditambahkan berlebih,
kemudian dititrasi balik dengan larutan standar. Bila EDTA
ditambahkan pada larutan Ca2+, maka akan diperoleh Ca(EDTA)2,
yang kemudian dapat membentuk kompleks berwarna biru muda
dengan EBT yang dititrasi dengan titran EDTA. Oleh karena itu, pada
saat penambahan EDTA, harus diperhatikan pH larutan, maupun
masking agent-nya.
Titrasi sampel air sumur landasan ulin menggunakan larutan
EDTA 1/28 N sebanyak 1 ml. Dengan volume yang demikian
didapatkan dari hasil perhitungan bahwa nilai kesadahan total dari air
sumur landasan ulin sebesar 175 mg/l CaCO3.
b. Kesadahan Kalsium
Pengukuran kesadahan kalsium terhadap sampel air ini
digunakan untuk mengetahui nilai keasadahan yang diakibatkan ion
kalsium terhadap sampel air sumur yang digunakan. Dalam
pengukuran kesadahan kalsium ini digunakan larutan buffer dengan pH
12 dan sedikit indikator murexida yang ditambahkan ke dalam sampel
air. Penggunaan larutan buffer dengan pH 12 disebabkan karena
indikator murexida hanya bereaksi dengan pH yang bersifat alkalinitas
atau pH tinggi. Penambahan indikator murexida ke dalam sampel air
mengakibatkan sampel air tersebut berubah warna menjadi ungu muda.
Percobaan ini juga menggunakan larutan EDTA 1/28 N untuk
mentitrasi sampel air. Titrasi dilakukan hingga warna sampel air
berubah menjadi ungu. Volume larutan EDTA 1/28 N yang digunakan
atau volume titrasi EDTA terhadap sampel air digunakan untuk
perhitungan kesadahan kalsium sampel air.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa volume larutan EDTA
1/28N yang digunakan untuk mentitrasi sampel air sumur landasan
ulin sebanyak 0,5 ml. Hasil ini yang digunakan dalam perhitungan
kesadahan kalsium, dan didapatkan untuk sampel air sumur cempaka
kesadahan kalsiumnya sebesar 145,863 mg/l CaCO3.
c. Kesadahan
Magnesium
Penetapan kadar magnesium dalam sampel air sumur landasan
ulin berdasarkan perhitungan selisih hasil pengukuran kesadahan total
dengan kesadahan kalsium. Didapatkan nilai kesadahan magnesium
sebesar 29,137 mg/l CaCO3 yang merupakan selisih dari kesadahan
total dengan kesadahan kalsium. Hasil pengurangan ini sesuai karena
tidak bernilai negatif, dan dipastikan bahwa sampel air sumur landasan
ulin mengandung sedikit ion magnesium yang menyebabkan
kesadahan pada air selain ion kalsium yang mendominasi kesadahan
dari air sumur landasan ulin tersebut.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kesadahan dalam air adalah adanya kation logam
bervalensi dua, yaitu kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+).
2. Nilai faktor ketelitian EDTA-EBT sebesar 10 dan faktor
ketelitian EDTA-Murexida sebesar 16,67.
3. Kesadahan total dengan volume larutan EDTA 1/28N
sebanyak 1 ml diperoleh hasil perhitungan pada sampel air sumur landasan
ulin sebesar 175 mg/l CaCO3.
4. Kesadahan kalsium dengan volume larutan EDTA 1/28N
yang digunakan untuk mentitrasi sampel air sumur landasan ulin sebanyak 0,5
ml, didapatkan perhitungan untuk sampel air sumur landasan ulin kesadahan
kalsiumnya sebesar 145,863 mg/l CaCO3.
5. Kesadahan magnesium didapatkan sebesar 29,137 mg/l
CaCO3.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta, Andi.

Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.


Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Environmental. 2009. Kesadahan. http://environmental-ua.blogspot.com/.


Diakses tanggal 5 Desember 2010

Firdaus, I. 2009. Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA.


http://www.chem-istry. org/materi_kimia/instrumen_analisis/
kompleksometri/kestabilan-komplekskompleks-logam-edta/.
Diakses tanggal 5 Desember 2010.

Giwangkara, E.G. 2006. Mengapa Mandi di Pantai Boros Sabun?.


http:// www.chem-is-try.org/tanya_pakar/mengapa_mandi_di_pantai_
boros_sabun/.
Diakses tanggal 5 Desember 2010

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.

Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta, Andi.

Rival, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . UI Press. Jakarta.


PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesadahan?
2. Jelaskan beberapa metode dalam pengukuran
kesadahan air?
JAWABAN
1. Pada dasarnya, kesadahan dalam air adalah
adanya kation logam bervalensi dua, yaitu kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+),
stronsium (Sr2+), ferro (Fe2+) dan mangan (Mn2+). Karena konsentrasi kalsium
dan magnesium dalam air jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
konsentrasi logam yang lain, maka kontribusi terbesar penyebab kesadahan
dalam air adalah kalsium dan magnesium, sehingga jika kita membicarakan
kesadahan dalam air seringkali hanya dihubungkan dengan kalsium dan
magnesium saja.
2. Banyak metode analitik yang dapat
digunakan untuk mengukur kation kalsium dan magnesium dalam air, seperti
metode titrasi, metode gravimetri dan metode kompleksometri-EDTA.
a. Analisis volumetri (titrimetri) adalah suatu proses untuk menentukan
jumlah yang tidak diketahui dari suatu zat dengan mengukur volume
secara kuantitatif larutan pereaksi yang digunakan untuk bereaksi
sempurna dengan zat yang akan ditentukan.
b. Gravimetri merupakan analisis kuantitatif dengan menimbang unsur atau
senyawa tertentu dalam bentuk murninya. Analitnya dipisahkan secara
fisis dari komponen lainnya. Sebagian analisis gravimetri menyangkut
unsur yang akan ditentukan menjadi senyawa murni yang stabil dan
mudah diubah ke dalam bentuk yang dapat ditimbang. Berat analat dapat
dihitung dari rumus dan berat atom senyawa yang ditimbang.
c. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa
seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.

You might also like