You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN XI
ANALISA SAMPAH

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD SADIQUL IMAN


NIM : H1E108059
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : M. FAHMI ARIF

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

DESEMBER, 2010
PERCOBAAN XI
ANALISA SAMPAH

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui komposisi sampah,
densitas sampah, kadar air dan kadar volatil sampah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah
tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal
dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah
municipal yang tidak berbahaya (non hazardous) (Departemen Kehutanan,
2004). 
Soewedo   (1983) dalam Departemen Kehutanan (2004) menyatakan
bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai
ekonomis.Meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk di wilayah perkotaan
menghasilakan volume sampah yang semakin meningkat. Hal ini
menimbulkan berbagai masalah karena sampah dapat mencemari lingkungan
apabila tidak dikelola dengan baik (Mirmanto, 2005).
Akibat adanya sampah yang tidak terkelola dengan baik antara lain
tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber
polusi dan pencemaran tanah, air dan udara, sebab sampah menghasilkan
cairan lindi (leachate) dan bau busuk yang ditimbulkan akibat dari proses
dekomposisi yang menghasilkan gas CO2, methan dan sebagainya dan apabila
sampah merupakan sampah anorganik yang menyebabkan tanah tidak dapat
diolah, pemandangan yang tidak sehat, menyebabkan banjir dan merupakan
sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan
(Mirmanto, 2005).
Wied Harry Apriadji (1995) dalam Mirmanto (2005) menggolongkan
sampah dalam 4 (empat) kelompok antara lain meliputi :
a. Human excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia, meliputi tinja (faeces), dan air kencing (urine).
b. Sewage, merupakan air limbah yang di buang oleh pabrik maupun rumah
tangga, contohnya adalah air bekas cucian pakaian yang masih
mengandung larutan deterjen.
c. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan
kegiatan rumah tangga. Refuse dalam kehidupan sehari-hari di sebut
sampah. Contoh : panci bekas, kertas bekas pembungkus bumbu dapur,
sendok kayu yang sudah tidak di pakai lagi dan dibuang, sisa sayuran, nasi
basi, daun-daun tanaman, dan masih banyak lagi.
d. Industrial waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses
industri.
2.1 Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing
komponen yang terdapat dalam buangan padat dan distribusinya. Biasanya
dinyatakan dalam persen berat (%)(Azkha, 2006).
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sampah Organik
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat
diolah lebih lanjut menjadi kompos (Departemen Kehutanan, 2004). 
Sampah organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah
tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih
bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Sampah organik
adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai
menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan
kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik
seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain
yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar
ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah
organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari
pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75%
terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik (Wikipedia, 2010).
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,
seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol
dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan
produk lainnya.  Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah
plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman,
kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah
sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%
(Departemen Kehutanan, 2004). 
2.2 Densitas Sampah
Densitas dinyatakan dalam berat sampah per volume sampah. Densitas
sampah akan berubah pada setiap tahapan pengelolaan sampah baik dari tahap
penimbulan hingga pembuangan akhir. Densitas sampah yang perlu
mendapatkan perhatian dari pihak pengelola samapah kota adalah densitas
sampah pada kontainer penyimpanan sementara (karena hal ini akan
menentukan berapa banyak kendaraan angkut yang diperlukan untuk
mengumpulkan sampah pada suatu area tertentu) dan densitas pada lahan urug
(yang menentukan jumlah ruang yang diperlukan sebagai tempat pembuangan
akhir sehingga umur lahan urug dapat ditentukan) (Ardan, 2008).
2.3 Kadar Air Sampah
Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah dapat ditentukan
frekuensi pengumpulan sampah. Frekuensi pengumpulan sampah dipengaruhi
oleh komposisi sampah yang dikandungnya (Azkha, 2006).
Perhitungan energi sangat diperlukan agar pembakaran dapat berlangsung
efektif dan efisien. Besarnya energi yang diperlukan terutama juga tergantung
pada besarnya kadar air sampah. Apabila kadar air sampah tinggi, maka energi
yang diperlukan untuk pengeringan dan pembakaran juga tinggi. Selain
tergantung pada kadar air sampah, besarnya energi yang diperlukan juga
tergantung pada kandungan energi sampah. Efektifitas pengeringan dan
pembakaran ditentukan oleh empat hal, yaitu (Soewedo Hadiwiyoto, 1983
dalam Mirmanto, 2005):
a. Kecepatan dispersi uap dari sampah.
b. Tingginya diferensiasi suhu, yaitu kenaikan suhu bertahap yang
diperlukan.
c. Pengadukan, untuk mempercepat pemindahan panas.
d. Ukuran sampah. Bila ukuran sampah kecil (misalnya dirajang atau
digiling), berarti permukaannya menjadi lebih luas, akibatnya air yang
menguap lebih cepat.
2.4 Kadar Volatil Sampah
Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan
seberapa besar efektifitas pengurangan (reduksi) sampah menggunakan
metode pembakaran berteknologi tinggi (Incenerator). Kadar abu merupakan
sisa proses pembakaran pada suhu tinggi. Dengan penentuan kadar abu ini
dapat dilihat keefektifan kinerja proses pembakaran tersebut (Azkha, 2006).
Merupakan pengukuran materi yang akan menguap bila dipanaskan pada
suhu 600OC, dan dikonversi menjadi CO2. Materi volatil pada sampah diukur
dengan membakar sampel sampah kering pada temperatur 600 OC dimana
bagian volatil sampah akan terpijar dan menguap (Ruslinda, 2006).
Data pengukuran kadar volatile ini juga diperlukan untuk merencanakan
teknologi pembakaran sampah untuk menentukan apakah sampah dapat
terbakar dengan sendirinya atau memerlukan bahan bakar bantu seperti
minyak dan gas untuk membuatnya terbakar seluruhnya (Ruslinda, 2006).
2.5
III.ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beaker,
oven, cawan krus porselin, neraca analitik dan timbangan.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampah
organik (sampah daun dan sampah kulit buah) dan sampah anorganik
(sampah kertas, sampah plastik makanan dan sampah plastik kresek).

IV. PROSEDUR KERJA


A. Penentuan Komposisi Sampah
1. Menimbang berat sampah secara keseluruhan.
2. Memilah-milah sampah sesuai komponennya (organik dan anorganik).
3. Menimbang berat sampah yang sudah dipisahkan berdasarkan
komponen masing-masing.
4. Menghitung persentase komposisi masing-masing sampah tersebut.
B. Penentuan Densitas Sampah
1. Menyiapkan sampel sampah.
2. Menimbang berat kosong gelas beaker volume 600 ml.
3. Mengaduk sampah dan memasukkan sampah ke dalam gelas beaker
tanpa pemadatan hingga memenuhi wadah.
4. Memadatkan sampah dalam gelas beaker dan mengukur volumenya
(dalam satuan liter).
5. Menimbang berat sampah.
6. Menghitung besarnya densitas sampah.
C. Penentuan Kadar Air Sampah
1. Mencampur kembali sampah dari penentuan komposisi.
2. Membagi sampah menjadi 4 bagian dan mengambil masing-masing 1
sekop dari tiap bagiannya.
3. Mencampur bagian yang terpisah dan mengambil kira-kira 500 gr.
4. Menimbang cawan petri kosong yang sudah di oven.
5. Memasukkan sampel sampah dan menimbang berat sampel sampah.
6. Memasukkan cawan tersebut dalam oven selama 15 menit.
7. Mengeluarkan cawan dan membiarkannya agak dingin.
8. Menimbang berat sampel yang sudah di oven beserta cawan petri.
9. Menghitung kadar air sampah.
D. Penentuan Kadar Volatil (Tingkat Penguapan) Sampah
1. Menggerus sampel sampah kering hasil penetapan kadar air.
2. Menimbang cawan yang sudah dipanaskan selama 1 jam dalam oven
600OC dan mencatatnya.
3. Menimbang sampel kering dan halus ± 2 gram dalam cawan uap/krus
dan mencatat beratnya (a gr).
4. Memasukkan cawan ke dalam oven 600OC selama 1 jam lebih untuk
pencapaian temperatur 600OC.
5. Mematikan oven, membiarkan temperatur oven turun, mengeluarkan
cawan, membiarkan dingin dan menimbang cawan kembali (b gr).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Hasil Pengamatan
a. Penentuan Komposisi Sampah
Tabel 1. Hasil pengamatan penentuan komposisi sampah
No Percobaan Pengamatan
.
1. Ditimbang berat sampah keseluruhan. W = 43,71 gram
2. Dipilah sampah.
3. Ditimbang sampah
W = 12,79 gram
 Organik
W = 30,92 gram
 Anorganik
4.
Dihitung

b. Penentuan Densitas Sampah


Tabel 2. Hasil pengamatan penentuan densitas sampah
No Percobaan Pengamatan
.
1. Ditimbang gelas beaker kosong W = 210, 01 gram
voleme 600 ml.
2. Ditimbang gelas beaker berisi W = 252,44 gram
sampah.
3. Dipadatkan sampah dalam gelas V = 450 ml
beaker. W = 252,93

c. Penentuan Kadar Air Sampah


Tabel 3. Hasil pengamatan penentuan kadar air sampah
No Percobaan Pengamatan
.
1. Ditimbang cawan krus porselin W = 42,12 gram
kosong yang sudah di oven.
2. Ditimbang sampah beserta cawan krus W = 49,64 gram
porselin sebelum di oven.
3. Ditimbang sampah beserta cawan krus W = 45,13 gram
porselin setelah di oven.

d. Penentuan Kadar Volatil Sampah


Tabel 4. Hasil pengamatan penentuan kadar volatil sampah
No Percobaan Pengamatan
.
1. Digerus sampah kering.
2. Ditimbang cawan krus porselin T = 1 jam
kosong yang sudah di oven selama 1 W = 20, 17 gram
jam.
3. Ditimbang sampah kering dan halus W = 22, 17 gram
dalam cawan krus porselin (a gram).
4. Dimasukkan cawan dan sampah
kering ke dalam oven selama ± 1 jam
lebih.
5. Ditimbang sampah beserta cawan krus W = 20, 50 gram
porselin setelah di oven (b gram).
2. Perhitungan
a. Penentuan Komposisi Sampah
Diketahui : Berat sampah keseluruhan = 43,71 gr = 0,0437 kg
Berat sampah organik = 12,79 gr = 0,0128 kg
Berat sampah anorganik = 30,92 gr = 0,0309 kg
Ditanya : % Sampah Organik & % Sampah Anorganik …?
Jawab :
Berat SampahOrganik(kg)
% Sampah Organik = x 100%
Berat Sampah Keseluruhan(kg)
0,0128 kg
= x 100%
0,0437 kg
= 29,29 %
Berat Sampah Anorganik ( kg)
% Sampah Anorganik = x 100%
Berat Sampah Keseluruhan(kg)
0,0309 kg
= x 100%
0,0437 kg
= 70,71 %
b. Penentuan Densitas Sampah
Diketahui : Volume sampah = 450 ml = 0,45 liter
Berat gelas beaker = 210, 01 gram
Berat sampah + gelas beaker = 252, 44 gram
Berat sampel = 252, 44 gram - 210, 01 gram
= 42,43 gram = 0,0424 kg
Ditanya : Densitas Sampah…?
Jawab :
Berat Sampel( kg)
Densitas Sampah =
V Sampel(¿)
0,0424 kg
=
0,45<¿ ¿
= 0,0943 kg/lt
c. Penentuan Kadar Air Sampah
Diketahui : Berat cawan kosong = 42,12 gr
Berat cawan sebelum di oven (a) = 49,64 gr
Berat cawan setelah di oven (b) = 45,13 gr
Ditanya : % Kadar Air Sampah…?
Jawab :
Berat cawan isi ( a ) −Berat cawanisi (b)
% Kadar Air = x 100 %
Berat cawanisi ( a )−Berat cawan kosong
49,64 gr−45,13 gr
= x 100%
49,64 gr−42,12 gr
4,51 gr
= x 100%
7,52 gr
= 59,97 %
% Kadar Kering = (100% - % Kadar Air)
= (100% - 59,97%)
= 40,03 %
d. Penentuan Kadar Volatil Sampah
Diketahui : Berat cawan kosong = 20,17 gr
Berat cawan sebelum di oven (a) = 22,17 gr
Berat cawan setelah di oven (b) = 20,50 gr
Ditanya : % Kadar Volatil Sampah…?
Jawab :
% Kadar Volatil
Berat cawan isi ( a ) −Berat cawanisi (b)
= x 100 %
Berat cawanisi ( a )−Berat cawan kosong
22,17 gr −20,50 gr
= x 100%
22,17 gr −20,17 gr
1,67 gr
= x 100%
2 gr
= 83,50 %
% Kadar Abu = (100% - % Kadar Volatil)
= (100% - 83,50%)
= 16,50 %
B. Pembahasan
1. Komposisi Sampah
Pengukuran komposisi sampah diperlukan terutama dalam
hubungannya dengan pemilihan alternatif pengolahan sampah yang sesuai,
yang didasarkan pada komposisi dan karakteristik fisik, kimia dan biologi
sampah. Setiap sampah dari sumber yang berbeda mempunyai
karakteristik yang berbeda pula.
Berdasarkan jenisnya, sampah terbagi atas sampah organik, sampah
anorganik dan sampah B3. Pengukuran analisa sampah dalam percobaan
ini mengkhususkan pada sampah organik saja. Sampah organik merupakan
sampah yang dapat di degradasi oleh alam seperti sampah daun dan
sampah kulit buah.
Komposisi sampah umumnya dinyatakan dalam persen berat atau
persen volume. Memulai pengukuran komposisi sampah adalah dengan
menimbang berat awal sampah yaitu keseluruhan sampel sampah yang
tersedia. Sampah tersebut dipilah berdasarkan komponennya sehingga
diperoleh 2 komponen sampah yaitu komponen sampah organik (sampah
daun) dan sampah anorganik (sampah kertas). Didapatkan berat sampah
organik sebesar 0,0128 kg dan berat sampah anorganik sebesar 0,0309 kg.
komposisi sampah diukur dengan persentase berat komponen-komponen
tersebut terhadap berat total. Persentase komponen yang didapatkan dari
hasil perhitungan adalah % sampah organik sebesar 29,29 % dan sampah
anorganik sebesar 70,71 %.
2. Densitas Sampah
Analisa densitas sampah diperlukan terutama untuk merencanakan
kapasitas pengangkutan (gerobak atau truk pengangkut sampah) atau
penampungan sampah yang akan dibakar dalam incinerator. Wadah yang
digunakan dalam pengukuran adalah gelas beaker 600 ml dengan berat
210, 01 gram. Pengukuran berat dan volume wadah dilakukan agar dapat
menentukan volume dan berat sampel sampah yang dimasukkan dalam
wadah tersebut. Berat gelas beaker yang telah diisi sampel sampah adalah
252, 44 gram, sehingga berat sampel sampah adalah 42,43 gram. Dari
hasil perhitungan nilai densitas sampah sebesar 0,0943 kg/lt.
3. Kadar Air Sampah
Kadar air dalam sampah lebih dikenal dengan istilah humiditas.
Keberadaan air dalam sampah sangat menentukan pengolahan sampah
terutama bila sampah diolah secara biologi maupun termal. Sampel
sampah yang telah dicampurkan dibagi menjadi 4 bagian. Kemudian
sampel sampah yang diambil ditimbang beratnya yaitu 7,52 gram.
Sebelumnya cawan porselin yang telah dioven ditimbang, dan beratnya
sebesar 42,12 gr. Cawan berisi sampel sampah kemudian dimasukkan
kedalam oven selama 15 menit agar kadar air dalam sampel dapat
menguap. Cawan kemudian dikeluarkan setelah 15 menit dan dibiarkan
agak dingin lalu ditimbang beratnya. Berat cawan berisi sampel sampah
yang sudah di oven menjadi seberat 45,13 gr, dimana awalnya cawan
berisi sampel sampah sebelum di oven seberat 49,64 gr.
Pengukuran ini akan digunakan dalam menghitung % kadar air
sampah dan % kadar kering sampah. Dimana % kadar air sampah yang
didapat dari perhitungan sebesar 59,97 % sehingga % kadar kering sampah
sebesar 40,03 %. Tingginya kadar air sampah disebabkan karena sampel
sampah yang digunakan merupakan sampel sampah daun yang diketahui
sebagai salah satu sampah organik.
4. Kadar Volatil Sampah
Materi volatil merupakan materi yang akan menguap bila dipanaskan
pada temperatur 600OC, dan dikonversi menjadi CO2. Materi volatil adalah
materi yang mudah didekomposisi oleh bakteri. Sampel sampah yang
kering digerus menjadi ukuran yang lebih kecil lagi sehingga mudah
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang berat
kosongnya yaitu 20,17 gr. Sampel sampah kemudian dimasukkan ke
dalam cawan sehingga berat cawan dan sampah menjadi 22,17 gr.
Sehingga berat sampel sampah yang telah digerus seberat 2 gram tepat.
Hasil perhitungan dari % kadar volatil adalah 83,50 % dan % kadar abu
sebesar 16,50 %.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Percobaan analisa sampah ini menggunakan sampah kertas dan sampah
daun.
2. Persentase sampah organik dari hasil perhitungan sebesar 29,29 % dan
sampah anorganik sebesar 70,71 %.
3. Nilai densitas sampah dari hasil perhitungan sebesar 0,0943 kg/lt.
4. Persentase kadar air sampah yang didapat dari hasil perhitungan sebesar
59,97 % sehingga % kadar kering sampahnya sebesar 40,03 %.
5. Hasil perhitungan dari % kadar volatil adalah 83,50 % dan % kadar abu
sebesar 16,50 %.
DAFTAR PUSTAKA

Ardan, S. 2008. Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik.


http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/08/05/pemanfaatan-sampah/
Diakses tanggal 8 Desember 2010.

Azkha, N. 2006. Analisis Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah di Kota


Padang.
http://www.jurnalkesmas.com/index.php/kesmas/article/view/17/12
Diakses tanggal 8 Desember 2010.

Departemen Kehutanan. 2004. Sampah: Ancaman bagi Kawasan Wisata Alam.


http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGA
N_KEHUTANAN/info_5_1_0604/isi_4.htm
Diakses tanggal 8 Desember 2010.

Mirmanto. 2005. Nilai Kalor Sampah Hasil Produksi Masyarakat Kota Mataram.
http://www.scribd.com/doc/8645248/Jurnal-Nilai-Kalor-Sampah-Kota-
Mataram
Diakses tanggal 8 Desember 2010.

Wikipedia. 2010. Sampah Organik. http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah_Organik


Diakses tanggal 8 Desember 2010.
PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan antara sampah organic dan anorganik!
2. Jelaskan istilah berikut!
a. Komposisi sampah
b. Densitas sampah
c. Kadar air sampah
d. Kadar volatil sampah
3. Jelaskan bagaimana cara pengolahan sampah yang ramah lingkungan!
JAWABAN
1. Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih
lanjut menjadi kompos sedangkan sampah anorganik yaitu sampah yang tidak
mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas,
plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.
2. a. Komposisi sampah
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masisng
komponen yang terdapat dalam buangan padat dan distribusinya. Biasanya
dinyatakan dalam persen berat (%).
b. Densitas sampah
Densitas dinyatakan dalam berat sampah per volume sampah. Densitas
sampah akan berubah pada setiap tahapan pengelolaan sampah baik dari tahap
penimbulan hingga pembuangan akhir.
c. Kadar air sampah
Yaitu persentase kandungan air yang terdapat dalam sampah. Parameter
ini dapat ditentukan dengan mengeringkan sampel sampah yang telah
diketahui berat basahnya dan kemudian diukur kembali perubahan beratnya.
Berat hilang dinyatakan dalam persentase.
d. Kadar volatil sampah
Merupakan pengukuran materi yang akan menguap bila dipanaskan pada
suhu 600OC, dan dikonversi menjadi CO2. Materi volatil pada sampah diukur
dengan membakar sampel sampah kering pada temperatur 600 OC dimana
bagian volatil sampah akan terpijar dan menguap.
3. a. Metode Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang ,
pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau
mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik.
Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan
dibawah.
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal
(kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah
tercampur. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum ,
kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas
karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP,
dan PS) juga bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti
komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai
dan dikelompokan menurut jenis bahannya.
b. Metode Pengomposan
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas ,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan
adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana
sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman
dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

You might also like