You are on page 1of 14

TUGAS PENCEMARAN TANAH DAN AIR TANAH

Dampak Air Asam Tambang Terhadap Kualitas Air Tanah


Disekitar Area Pertambangan

Disusun Oleh :

Nora Fazria H1E107033

Rabiatul Munawwarah H1E107206

Winda Maria Issani H1E108077

Dosen Pengajar :

M. SYHAIRUL ALIM, MT

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat
hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu,
sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik
oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Aspek pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus terus ditanamkan
pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh
sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik
yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain
berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menurunkan
kulitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan
bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh
karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air
secara seksama (Effendi, 2003).
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan terlepas dari
kebutuhan akan air, jadi di dalam hal ini manusia dan aktivitasnya
dipengaruhi oleh keberadaan sumberdaya air, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Sebaliknya, manusia dengan segala aktivitasnya dapat juga
berpengaruh terhadap sumberdaya air. Sumberdaya air dapat terkena
dampak dari pembangunan itu sendiri. Perubahan kondisi lingkungan yang
diakibatkan oleh pembangunan dapat berdampak pada sumberdaya air
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Peristiwa banjir yang sering
terjadi tidak terlepas dari dampak perubahan penggunaan lahan.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang pencemaran air tanah yanga
disebabkan oleh proses penambangan batubara. Dimana limbah batubara
dalam bentuk air asam tambang.
BAB II

ISI
2.1 Pengertian
2.1.1 pengertian air tanah
Air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap di dalam lapisan
batuan yangmengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh
alam. Kondisi suatu lapisan tanah membuat suatu pembagian zone air
tanah menjadi dua zone besar:
1. Zone air berudara (zone of aeration)
Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air yang
masih dapat kontak dengan udara. Pada zone ini terdapat tiga lapisan
tanah, yaitu lapisan air tanah permukaan, lapisan intermediate yang berisi
air gravitasi dan lapisan kapiler yang berisi air kapiler.
2. Zone air jenuh (zone of saturation)
Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air tanah
yang relatif tak terhubung dengan udara luar dan lapisan tanahnya atau
aquifer bebas.
Model aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan
airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan airtanah
(recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di
permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses
penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan
atau celah/rekahan pada tanah/batuan.
Dalam perjalananya aliran airtanah ini seringkali melewati suatu
lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat
kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara
airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang berada
diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai airtanah
tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam
kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan airtanah bebas sering kita lihat
dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan airtanah tertekan
dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.
2.1.2 pengertian air asam tambang
Air asam tambang (AAT) atau acid mine drainage (AMD) / acid
rock drainage (ARD) didefinisikan sebagai air asam tambang yang telah
tercemar / terpengaruh oleh proses oksidasi mineral-mineral sulfida yang
terdapat pada batuan sebagai akibat kegiatan eksplorasi atau kegiatan
eksploitasi bahan tambang sehingga menghasilkan air dengan kondisi
asam (Ph kurang dari 7). Sebagian besar permasalahan AAT berhubungan
dengan penambangan batubara dan bijih primer, karena pada kedua
sumber alam ini terkadang banyak mineral sulfida yang terkandung di
dalamnya terutama mineral pirit (FeS2), baik pada badan bijih maupun
batuan sampingnya.

2.2 Kandungan Air Asam Tambang


Air asam terbentuk sebagai hasil dari proses oksidasi mineral
disertai adanya air, dengan demikian 3 (tiga komponen utama yang
menyebabkan terjadinya air asam tambang), yaitu :
a. Mineral sulfide
Mineral sulfida berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpai
tersebar di alam dalam kadar dan dimensi kecil sampai besar. Cebakan
sulfida dalam jumlah besar dapat menjadi bahan galian ekonomis yang
layak ditambang. Dispersi logam berat beracun berbahaya dapat terjadi
secara alami, berasal dari tubuh bijih sulfida yang tersingkap atau berada
dekat permukaan. Unsur logam dari bijih sulfida terbawa bersama aliran
air tanah da air permukaan menyebar ke lingkungan sekitarnya
membentuk rona awal dengan sebaran kandungan logam yang tinggi.
Proses penambangan dengan membongkar dan memindahkan
bahan galian mengandung sulfida menyebabkan terbukanya sulfida
terhadap udara bebas. Pada kondisi terpapar pada udara bebas mineral
sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan membentuk air asam tambang. Air
asam tambang berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga
membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan
menurunkan kualitas lingkungan. Pembentukan air asam cenderung lebih
intensif terjadi pada daerah penambangan. Hal ini dapat dicegah dengan
menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida pada udara bebas.
Penanganan air asam tambang dapat dilakukan dengan menetralisir
menggunakan bahan penetral atau mengolahnya agar memenuhi batas
baku mutu
b. Oksigen
c. Air
Peningkatan keasaman air penyaluran ini akan meningkatkan pula
kelarutan logam-logam yamg selanjutnya mencemari badan perairan. Hal-
hal diatas mendorong semakin pentingnya masalah air tambang saat ini.
Reaksi umum pembentukan Air Asam Tambang sebagai berikut :
4 FeS2 + 15 O2 + 14 H2O 4 Fe (OH3) + 8 H2SO4
Pyrite + Oxygen + water → yellowboy + sulfuric acid
Reaksi tersebut dapat dirinci menjadi empat tahap reaksi :
 Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pyrite disertai proses
oksidasi. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat dan besi fero dilepaskan.
Dari reaksi ini dihasilkan dua mol keasaman dari setiap mol pirit yang
teroksidasi.
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O 2 Fe2+ + 4 SO42- + 4 H+
Pyrite + Oxygen + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acidity
 Reaksi kedua terjadi konversi dari besi ferro menjadi besi ferri yang
engkonsumsi satu mol keasaman. Laju reaksi lambat pada pH < 5 dan
kondisi abiotik. Bakteri thiobacillus akan mempercepat proses
oksidasi.
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ 4 Fe3+ + 2 H2O
Ferrous Iron + Oxygen + Acidity → Ferric Iron + Water
 Reaksi ketiga adalah hidrolisa dari besi. Hidrolisa adalah reaksi yang
memisahkan molekul air. Tiga mol keasaman dihasilkan dari reaksi ini.
Pembentukan presipitat ferri hidroksida tergantung pH, yaitu lebih
banyak pada pH di atas 3,5.
4 Fe3+ + 12 H2O 4 Fe(OH)3 + 12 H+
Ferric Iron + Water → Ferric Hydroxide (yellowboy) + Acidity
 Reaksi keempat adalah oksidasi lanjutan dari pirit oleh besi ferri. Ini
adalah reaksi propagasi yang berlangsung sangat cepat dan akan
berhenti jika pirit atau besi ferri habis. Agen pengoksidasi dalam reaksi
ini adalah besi ferri.
FeS2 + 14 Fe3+ + 8 H2O 15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+
Pyrite + Ferric Iron + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acidity
(Anonim, 2004).

2.3 Dampak Air Asam Tambang


2.3.1 Dampak Terhadap Lingkungan
Akibat dari kegiatan pemboran, pengolahan batuan penutup dan
kegiatan penambangan yang lainnya serta pengolahan batubara yang dapat
menyebabkan senyawa pyrit yang ada dalam mineral terbentuk dengan
oksigen dan bereaksi dengan air tanah atau air hujan. Air asam tambang ini
dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya senyawa logam tertentu
seperti besi, alumunium, mangan. Pyrite (FeS2) merupakan senyawa yang
umum dijumpai di lokasi pertambangan. Selain Pyrite masih ada berbagai
jenis sulfida logam yang mempunyai potensi membentuk air asam
tambang seperti : marcasite, pyrrhotite, chalcocite, covellite dll.
Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/
kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut.
Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang larut terbawa air akan memberi efek
terjadinya AIR SADAH, yang tidak bisa digunakan untuk mencuci karena
sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun,
karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg
mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan
korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat
racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik.
Beberapa dampak dari air asam tambang, yaitu :

1. Ti
mbulnya H2SO4 yang dapat menimbulkan peningkatan derajat
keasaman pada air buangan tambang, disamping itu juga dapat terjadi
peningkatan Fe dan total metal.

2. Peningkatan konsentrasi TSS (Total Suspended Solid) akibat tingginya


air limpasan yang membawa tanah tererosi akibat pembukaan lahan
tambang yang dapat menganggu penetrasi matahari dalam sungai yang
membawa dampak lanjutan berupa gangguan proses fotosintetis biota
perairan. Proses fotosintetis oleh komunitas pytoplakton juga akan
terganggu, akibat penetrasi cahaya terhambat oleh partikel tersuspensi.

3. A
kibat partikel yang mengendap akan menutupi lapisan dasar perairan
sehingga menggangu proses respirasi biota dasar.

4. Penurunan kualitas air permukaan sekaligus penurunan kualitas


sanitasi lingkungan dimana tahap selanjutnya derajat kesehatan
penduduk yang memanfaatkan sumber daya air sungai akan terganggu.

5. Kebutuhan sehari-hari akan menurun dan akan berpotensi terjadi


penyakit perut dan, juga akan menimbulkan persepsi yang buruk dari
masyarakat terhadap proyek tersebut.

Gambar 1. Aliran air asam tambang

2.3.2 dampak terhadap air tanah


Batubara mengandung berbagai mineral dan unsur anorganik yang
berbentuk ion terlarut dalam air rembesan dan keberadaannya melimpah
pada endapan batu bara muda. Pencemaran tambang batubara terhadap
tanah bersifat tidak langsung. Perombakan mineral dan bahan anorganik
serta racun akan menimbulkan pencemaran air. Dampak penambangan
batubara lainnya berupa terjadinya pemadatan tanah oleh alat – alat
pertambangan dan erosi akibat
pembukaan lahan.
Tala’oho et al. (1996) menyatakan bahwa daerah deposit batubara
pada umumnya terdapat di bawah tanah merah yaitu diantaranya tanah
podsolik dengan vegetasi hutan belukar, alang-alang dan tanaman bekas
perladangan. Pada vegetasi hutan atau belukar, tanah mempunyai
kesuburan yang memadai. Kesuburan alami akan menurun cepat apabila
vegetasi tersebut dibuka bersamaan dengan hilangnya bahan organik dan
rusaknya daya sangga tanah. Tanpa pengelolaan yang baik maka sebagian
besar tanah bekas tambang batubara akan menjadi kritis. Lamanya waktu
kondisi tanah membaik setelah penambangan, berhubungan erat dengan
perubahan sifat-sifat fisik dan kimia tanah pasca tambang. Tanah di daerah
penambangan batubara Unit Produksi Ombilin Sawahlunto, menjadi rusak
berat akibat eksploitasi batubara.
Cebakan mineral sulfida berupa ikatan unsur belerang dengan
logam, di alam dapat menjadi sumber daya logam, yang dalam jumlah
besar dapat berpotensi ekonomi untuk diusahakan. Selain menyusun tubuh
bijih logam, mineral sulfida dijumpai sebagai bagian dari penyusun
endapan batubara.
Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal
maupun sebagai hasil proses sedimentasi. Mineral sulfida sering dijumpai
berupa pirit, kalkopirit, spalerit dan galena. Dari karakteristiknya mineral
sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri metalurgi maupun
kimia, namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam yang
dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Air asam dapat terbentuk secara alami, sebagai akibat teroksidasi
dan terlarutkannya sulfida ke dalam sistem aliran air permukaan dan air
tanah menyebabkan turunnya pH air. Kegiatan penambangan, dengan
membongkar endapan sulfida, berpotensi memperbesar dan mempercepat
proses pembentukan air asam.
Pembentukan air asam akibat kegiatan penambangan atau sering
disebut dengan air asam tambang perlu dicegah. Air asam tambang yang
tidak dapat terhindarkan terbentuk di wilayah tambang, harus dinetralkan
agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya.
Mineral sulfida dapat dijumpai pada tiga jenis utama batuan, yaitu
pada batuan beku, sedimen maupun malihan. Namun kandungan potensial
biasanya terdapat pada cebakan yang terbentuk dari hasil aktifitas
hidrotermal. Aktifitas hidrotermal menghasilkan batuan teralterasi dan
termineralisasi mengandung mineral sulfida dalam beberapa jenis dengan
asosiasi tertentu, tergantung pada tipe mineralisasi dan alterasinya.
Kandungan mineral sulfida pada tubuh endapan hasil aktifitas hidrotermal
dapat beberapa persen saja atau berupa endapan sulfida masif, yaitu
hampir seluruhnya terdiri dari mineral sulfida.
Mineral sulfida pada endapan sedimen terbentuk terutama pada
lingkungan pembentukan batubara. Sulfida yang terbentuk tidak
mempunyai potensi ekonomi, akan tetapi potensial sebagai pembentuk air
asam tambang. Pada endapan batubara selain sulfur yang berasal dari
mineral sulfida, terdapat juga sulfur dari sulfat dan sulfur organik.
Pada daerah terdapatnya cebakan bijih sulfida dan batubara, tidak
selalu potensial terhadap pembentukan air asam. Hal ini sangat tergantung
pada kondisi geologi dan tipe mineralisasinya. Kondisi geologi dan tipe
mineralisasi/alterasi tertentu dapat secara alami menetralkan asam yang
terbentuk, yaitu apabila pada lingkungan geologinya atau alterasi dan
mineralisasinya menghasilkan mineral-mineral penetral.
Mineralisasi tipe skarn dan Carlin terbentuk pada litologi
mengandung karbonat.  Kandungan karbonat berpotensi menetralisir asam
yang terbentuk. Demikian juga pada beberapa tipe mineralisasi, meskipun
kemampuan menetralkan dari masing-masing jenis mineral tersebut tidak
sama.
Permasalahan mineral sulfida terjadi apabila terpapar pada udara
bebas akan teroksidasi, terlarutkan oleh air permukaan atau air tanah
membentuk air asam. Air asam akan melarutkan logam yang terlewati
sehingga menghasilkan bahan beracun berbahaya yang berpotensi
mencemari lingkungan, terutama air permukaan dan air tanah.
Aliran air asam apabila memasuki badan air akan menyebabkan
turunnya pH, sehingga menjadi lingkungan yang tidak layak untuk dihuni
oleh ikan dan sejenisnya. Sedangkan apabila mengenai tumbuhan akan
menyebabkan mati atau tumbuh kerdil.
Mineral sulfida pembentuk asam yaitu antara lain pirit (FeS 2),
markasit (FeS2), pikolit (FexSx), kalkosit (CuS), kovelit (CuS), kalkopirit
(CuFeS2), molibdenit (MoS), mulenit (NiS), galena (PbS) dan sfalerit
(ZnS). Dari semua mineral tersebut, pirit merupakan sulfida paling
dominan dalam pembentukan asam. Proses pembentukan asam dapat
dijelaskan dengan persamaan kimia sebagai berikut :

1)       FeS2 + 7/2O2 + H2O → Fe2+ + 2SO42- + 2H+

2)       Fe2+ + 1/4O2 + H+ → Fe3+ + 1/2H2O

3)       Fe3+ + 3H2O → Fe(OH)3 + 3H+

4)       FeS2 + 1/4Fe3+ + H2O → 15Fe2+ + 2SO42- + 16H+

Pada reaksi 1), pirit teroksidasi membentuk asam (2H +), sulfat dan
besi ferrous (Fe2+). Reaksi 2), besi ferrous akan teroksidasi membentuk
besi ferri (Fe3+) dan air pada suasana asam. Reaksi 3) besi ferri (Fe 3+)
dihidroksida membentuk hidroksida besi dan asam. Pada reaksi 4), hasil
reaksi 2) akan bereaksi dengan pirit yang ada, dimana besi ferri bertindak
sebagai katalis sehingga terbentuk  besi ferrous, sulfat dan asam.
Pembentukan asam tersebut dapat dipercepat dengan kehadiran bakteri
Thiobacillus Feroxidans yang dapat berperan pada tahapan reaksi ke 2)
memicu pembentukan (Fe3+) sehingga mempercepat pembentukan asam
selanjutnya.
Gambar 2. Warna kecoklatan, hasil oksidasi mineral sulfida pada singkapan
batubara
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari Hasil Penulisan Makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap di dalam lapisan


batuan yangmengalami pengisian/penambahan secara terus menerus
oleh alam.
2) Air asam tambang (AAT) atau acid mine drainage (AMD) / acid rock
drainage (ARD) didefinisikan sebagai air asam tambang yang telah
tercemar / terpengaruh oleh proses oksidasi mineral-mineral sulfida
yang terdapat pada batuan sebagai akibat kegiatan eksplorasi atau
kegiatan eksploitasi bahan tambang sehingga menghasilkan air
dengan kondisi asam (Ph kurang dari 7).
3) Akibat dari kegiatan pemboran, pengolahan batuan penutup dan
kegiatan penambangan yang lainnya serta pengolahan batubara yang
dapat menyebabkan senyawa pyrit yang ada dalam mineral terbentuk
dengan oksigen dan bereaksi dengan air tanah atau air hujan.
4) Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal
maupun sebagai hasil proses sedimentasi. Mineral sulfida sering
dijumpai berupa pirit, kalkopirit, spalerit dan galena. Dari
karakteristiknya mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan
industri metalurgi maupun kimia, namun di alam potensial juga
sebagai penghasil air asam yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Agung Priyanto. 2010. Bahaya Air Asam Tambang


http://green.kompasiana.com/limbah/2010/07/20/bahaya-air-
asam-tambang/

Alliyasa. 2009. Pencemaran Air


http://blog.unila.ac.id/aliyasa/2009/11/20/pencemaran-air/

Didik Tri Wibowo.2009. Bahaya Air Asam Tambang


http://blogofmine-dt.blogspot.com/2009/03/bahaya-air-asam-
tambang-aat.html

Enny Widyati. 2006. Air asam tambang Indonesia


http://airasamtambang.wordpress.com/artikel-enny-widyati/

Mizwar, Andi. 2009. Dampak Pencemaran Air Asam Tambang Terhadap


Lingkungan. Banjarbaru : Teknik Lingkungan Univesitas Lmbng
Mangkurat.
Mizwar, Andi. 2009. Dampak Pencemaran Air Asam Tambang Terhadap
Lingkungan. Banjarbaru : Teknik Lingkungan Univesitas Lmbng
Mangkurat.

Sabtanto Joko Suprapto.2006. Pemanfaatan Dan Permasalahan Cebakan Mineral


Sulfida Pada Kegiatan Pertambangan
http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=491:pemanfaatan-dan-
permasalahan-cebakan-mineral-sulfida&catid=32:makalah-
buletin&Itemid=395

You might also like