You are on page 1of 1

Kritik Puisi 'Bukit Si Bisu' Karya Slamet Sukirnanto

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang telah populer di masyarakat. Jenis karya
sastra ini lahir sebagai hasil pemikiran seseorang yang didasarkan pada pengalaman baik yang dilihat
maupun dialaminya secara langsung dan tidak langsung. Hasil pemikiran ini terwujud dalam untaian
kata yang memiliki nilai estetis.

Objek puisi itu dapat berupa masalah-masalah kehidupan dan alam sekitar, ataupun segala
kerahasiaan (misteri) di balik alam, realitas, dan dunia metafisis. Contoh yang dapat kita lihat adalah
puisi karya: Slamet Sukirnanto, yang berjudul “Bukit Sibisu.” Penyair dalam puisi ini mengambil tema
mengenai kehidupan di danau Toba.

Ditinjau dari tema, puisi ini sangat menarik untuk dibaca. Puisi ini dapat membangkitkan rasa
pesona kita terhadap danau Toba. Di dalam puisi tersebut, penyair melukiskan keadaan di sekitar bukit
yang berdiri kokoh diselimuti kabut. Sangat agung dan indah dipandang mata.

Di dalam puisi tersebut, penyair juga mengisahkan seorang lelaki yang ada di danau Toba.
Lelaki itu adalah nelayan yang menggantungkan kehidupannya di danau Toba. Lelaki itu mencoba
tegar meski hari itu ketidakberuntungan bersamanya. Bersama sunyi ia terus berusaha. Ia mencoba
tetap teguh hati bekerja tak mengenal waktu, mencari tangkapannya di danau Toba.
Diiringi senandung lara, lelaki itu tetap bekerja. Senandungnya menggeletarkan angkasa, memuaskan
rasa dahaga pada dirinya. Senandungnya itu melarutkan rasa was-was dan kecewa yang dialaminya.
Lelaki yang bekerja tanpa mengenal waktu, meski raganya didera rasa letih itu, pulang dengan gontai.
Langkahnya bak seorang pemabuk. Dengan sedikit hasil tangkapannya ia kembali ke rumah. Berharap
di esok hari kehidupannya menjadi lebih baik dan ia dapat memahami hidup lebih bijaksana.

Melalui puisi tersebut, penyair ingin menyampaikan amanat, bahwa alam telah memberikan
kehidupan kepada manusia. Hal ini bukan berarti manusia dapat berleha-leha menikmati alam
seenaknya, melainkan harus dengan jalan berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh kehidupan yang
lebih baik.
Dengan kepandaian penyair merangkai kata, kita dapat merasakan betapa tidak beruntungnya
lelaki itu. Penyair terlihat sangat hati-hati di dalam memilih kata. Karena kehati-hatiannya itu, orang
awam akan merasa sulit menafsirkan makna puisi tersebut.
Pemilihan kata seperti ini dapat menjerumuskan pemahaman pembaca. Pembaca akan menjadi
bimbang di dalam menafsirkan makna puisi tersebut. Tentunya hal ini tidak perlu dialami pembaca, jika
saja penyair memilih kata dengan mempertimbangkan kemampuan pembaca awam di dalam
menafsirkan puisi. Penyair kurang berani memainkan kata, sehingga keindahan bukit Sibisu beserta
keagungannya menjadi tidak terpancar.
Penyair juga kurang mendeskripsikan kondisi alam di bukit dan danau Toba itu. Padahal apabila
diberikan deskripsi yang lebih lengkap lagi, akan terpancar keagungan dan keindahan bukit Sibisu dan
danau Toba.

You might also like