You are on page 1of 18

Build your own FREE website at Tripod.

com Share: Facebook | Twitter | Digg | reddit

( Oleh : Lukman Hakim )

PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berjalan seperti di zaman permulaan Islam,
hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah sendiri.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam 5
periode, sedangkan untuk pendidikan Islam bani Umayyah masuk dalam kategori periode 2, yaitu periode
pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai masa akhir bani
Umayyah. Sehingga karena masih dalam masa pertumbuhan maka hanya ada sedikit kemajuan seperti yang
diterangkan di atas. Kamajuan ini hanya diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu Naqliyah yaitu filsafat dan
ilmu eksakta disamping juga ilmu-ilmu agama yang sudah berkembang sebelumnya.

Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini salah satunya adalah faktor
pemerintahan bani Umayyah yang lebih suka pada membangun kekuatan pemerintahan/politik yang cenderung
otoriter.
Untuk mengetahui pertumbuhan pendidikan Islam pada zaman ini yang lebih rinci, baiklah kita masuk saja pada
pembahasan materi.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH


Pada zaman bani Umayyah ada tiga gerakan yang berkembang dengan sendirinya, yaitu :

• Gerakan Ilmu Agama, karena didorong semangat agama sendiri yang sangat kuat pada waktu itu.
• Gerakan Filsafat, karena ahli agama di akhir bani Umayyah mempergunakan filsafat untuk melawan
Yahudi dan Nasrani.
• Gerakan Sejarah, karena ilmui-ilmu agama memerlukan riwayat.

A. GERAKAN ILMU AGAMA


Gerakan di dalam bidang ini dapat di pisah-pisahkan menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Lembaga dan pusat pendidikan Islam
Pada zaman ini masjid menjadi semcam lembaga sebagai pusat kehidupan dan kegiatan ilmu terutama ilmu-ilmu
agama. Seorang ustadz duduk dalam masjid dan murid duduk di sekelilingnya mendengarkan pelajarannya.
Kadang dalam satu masjid terdapat beberapa halaqoh dengan ustadz dan pelajaran berbeda-beda. Kadang pula
ustadz menggunakan rumahnya untuk mengajar. Pada zaman ini belum ada sekolah atau gedung khusus sebagai
tempat belajar. Beberapa ustadz pada masa ini adalah Abdullah bin Abbas, Hasan Basri, Ja'far As-Shidiq dan lain-
lain.
Sedangkan kota-kota yang menjadi pusat kegiatan pendidikan ini masih seperti pada zaman Khulafaur rosyidin
yaitu, Damaskus, Kufah, Basrah, Mesir dan ditambah lagi dengan pusat-pusat baru seperti Kordoba, Granada,
Kairawan dan lain-lain.
2. Materi bidang ilmu pengetahuan.
Materi/ilmu-ilmu agama yang berkembang pada zaman ini dapat dimasukan dalam kelompok Al-Ulumul
Islamiyah yaitu ilmu-ilmu Al-Qur'an, Al-Hadits, Al-Fiqih, At-Tarikh, Al-Ulumul Lisaniyah dan Al-Jughrofi.
Sedangkan Al-Ulumul Islamiyah dapat dibagi menjadi tiga bagian :

• Al-Ulumul Syar'iyah, yaitu ilmu-ilmu agama Islam.


• Al-Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu untuk memastikan bacaan Al-Qur'an, menafsirkan dan memahami
Hadits.
• At-Tarikh wal Jughrofi.

a. Ilmu Qiraat, yaitu ilmu cara membaca Al-Qur'an. Orang yang pandai membaca Al-Qur'an disebut Qurra. Pada
zaman ini pula yang memunculkan tujuh macam bacaan Al-Qur'an yang terkenal dengan " Qiraat Tujuh " yang
kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan ( Ushulul Lil Qira'ah ). Pelopor bacaan ini terdiri dari kaum Malawy
yaitu antara lain : Abdulloh bin Katsir, Ashim bin Abu Nujud, Abdulloh bin Amir, Ali bin Hamzah dan lain-lain.

b. Ilmu Tafsir, ilmu yang berusaha untuk memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur'an dengan tujuan
untuk menghasilkan hukum dan undang-undang. Ahli tafsir yang pertama yaitu Ibnu Abbas, seorang shahabat
terkenal yang wafat pada tahun 68 H. Menurut riwayat yang mutawatir beliau adalah orang yang pertama
i
menafsirkan Al-Qur'an dengan cara riwayat dan isnad. Ahli tafsir lainnya adalah Mujahid yang wafat pada tahun
109 H dan ulama Syi'ah yaitu Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Husain.

c. Ilmu Hadits, Untuk membantu di dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Karena terdapat banyak hadits maka
timbullah usaha untuk mencari riwayat dan sanad yang hadits yang akhirnya menjadi Ilmu Hadits dengan segala
cabang-cabangnya.
Para ahli hadits yang terkenal pada zaman ini adalah :

1. Abu Bakar bin Muhammad bin Ubaidillah bin Zihab Az-Zuhri ( W. 123 H ).
2. Ibnu Abi Malikiah, yaitu Abdulloh bin Abi Malikiah ( W. 119 H ).
Pada masa kholifah Umar bin Abdul Aziz barulah hadits dibukukan yang dirintis oleh Ibnu Zihab Az-Zuhri
yang kemudian disusul oleh ulama lain.

d. Ilmu Nahwu, yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada kata-kata yang terdapat di dalam Al-Qur'an.Pengarang
ilmu nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang, yaitu Abu Aswad Ad-Dualy ( W. 69 H ).
Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib sehingga ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah
Bapak Ilmu Nahwu.

e. Ilmu Jughrofi. Tentang ilmu jughrofi sekalipun bukan berasal dari bangsa arab, namun bangsa Arab muslim
telah membuat ilmu ini menjadi satu ilmu yang tersendiri oleh karena tiga sebab :

1. Al-Haj yang menjadi salah satu rukun Islam. Untuk menunaikan rukun haji kaum Muslimin di seluruh
penjuru dunia harus mengetahui ilmu bumi.
2. Al-Ilmu. Kewajiban menuntut ilmu bagi kaum muslimin, mengharuskan mereka melakukan Rihlah
Ilmiyah untuk menuntut ilmu, hal mana mengharuskan kaum muslimin mengetahui ilmu bumi.
3. Dakwah. Keharusan berdakwah dan berjihad untuk mengembangkan Islam, juga mengharuskan kaum
muslimin mengetahui ilmu bumi.
Tiga sebab ini disamping sebab-sebab lain yang mendorong orang Yunani lama untuk membuat ilmu bumi
yaitu kepentingan dagang dan perang. Ilmu Jughrofi dalam masa bani Umayyah baru dalam taraf merintis
jalan.

Sedangkan ilmu-ilmu yang di salin dari bahasa Asing ke dalam bahasa Arab dan di sempurnakan untuk
kepentingan keilmuan umat Islam dikelompokan dalam Al-Ulumud Dakhilah yang terdiri dari :

1. Ilmu Kima. Khalifah Yazid bin Yazid bin Mua'wiyah adalah yang menyuruh penerjemahannya ke dalam
bahsa Arab.Beliau mendatangkan beberapa orang Romawi yang bermukim di Mesir, di antaranya
Maryanis seorang pendeta yang mengajarkan ilmu kimia. Penerjemahan ke dalam bahasa Arab dilakukan
oleh Isthafun.
2. Ilmu Bintang. Masih dalam masa Kholid bin Walid, beliau sangat menggemari ilmu ini sehingga
dikeluarkan sejumlah uang untuk mempelajari dan membeli alat-alatnya. Karena gemarnya setiap akan
pergi ke medan perang selalu dibawanya ahli ilmu bintang.
3. Ilmu Kedokteran. Penduduk Syam di jaman ini telah banyak menyalin bermacam ilmu ke dalam bahasa
Arab seperti ilmu-ilmu kedokteran, mislanya karanganm Qis Ahrun dalam bahasa Suryani yang disalin ke
dalam bahasa Arab oleh Masajuwaihi.

B. GERAKAN FILSAFAT
Gerakan filsafat muncul di akhir zaman bani Umayyah untuk melawan pemikiran Yahudi dan Nasrani. Pemikiran
teologis dari agama Kristen sudah berkembang lebih dulu sebelum datangnya Islam dan masuk ke lingkungan
Islam secara sengaja untuk merusak akidah Islam. Karena itu timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat teologis
untuk menolak ajaran-ajaran teologis dari agama Kristen yang kemudian disebut Ilmu Kalam.
Ilmu kalam dalam perkembangannya menjadi ilmu khusus yang membahas tentang berbagai macam pola
pemikiran yang berbeda dari ajaran Islam sendiri, karena dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang
memerintahkan untuk membaca, berfikir, menggunakan akal dan sebagainya yang kesemuanya mendorong umat
Islam, terutama para ahlinya untuk berfikir mengenai segala sesuatu guna mendapatkan kebenaran dan
kebijaksnaan.

C. GERAKAN SEJARAH
Pada zaman bani Umayyah gerakan sejarah menghasilkan tarikh yang terbagi dalam dua bidang besar :

• Tarikh Islam, yaitu tarikh kaum muslimin dengan segala perjuangannya, riwayat hidup pemimpin-
pemimpin mereka. Sumber tarikh dalam bidang ini adalah dari amal perbuatan mereka sendiri.

ii
• Tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain yang dipelajari dan disalin dengan sungguh-sungguh sejan
zaman bani Umayyah. Hal ini karena kholifah mereka termasuk orang-orang yang paling gemar untuk
mengetahui orang-orang ternama dari tarikh bangsa lain.

Pembukuan ilmu sejarah sudah dimulai dan berkembang pesat pada zaman Abbasiyah. Demikian pesatnya
sehingga mencapai jumlah 1:300 judul seperti yang diterangkan dalam kitab Kashfud Dhunun.

Sejarah Islam Masa Bani Umayyah

MASA UMAYYAH

Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium.
Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk
mengagungkan jabatan tersebut, dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang diangkat
oleh Allah. Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah :

- Muawiyah Ibn Abi Sufyan (661M-680M)

- Abd Al-Malik Ibn Marwar (685M-705M)

- Al-Walid Ibn Abd Malik (705M-715M)

- Umar Ibn Abd Al-Aziz (717M-720M)

- Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724M-743M)

A. Kebijakan Politik Dan Ekonomi

Sistem Politik Dan Perluasan Wilayah

Dijaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah
Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-
serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian
dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-Malik, dia menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Baikh,

iii
Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Mayoritas penduduk dikawasan ini kaum Paganis. Pasukan islam
menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41H / 661M. pada tahun 43H / 663M mereka mampu menaklukkan
Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan pada tahun 45H / 665M. Mereka sampai kewilayah
Quhistan pada tahun 44H / 664M. Abdullah Bin Ziyad tiba dipegunungan Bukhari. Pada tahun 44H / 664M para
tentaranya datang ke India dan dapat menguasai Balukhistan,Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maitan.

Ekspansi kebarat secara besar-besaran dilanjutkan dijaman Al-Walid Ibn Abd Abdul Malik (705M-714M).
Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat islam merasa hidup
bahagia, tidak ada pemberontakan dimasa pemerintahanya. Dia memulai kekuasaannya dengan membangun
Masjid Jami’ di Damaskus. Masjid Jami’ ini dibangun dengan sebuah arsitektur yang indah, dia juga membangun
Kubbatu Sharkah dan memperluas masjid Nabawi, disamping itu juga melakukan pembangunan fisik dalam skala
besar.

Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas, penaklukan ini dimulai dari Afrika
utara menuju wilayah barat daya, benua eropa yaitu pada tahun 711M. Setelah Al Jazair dan Maroko dapat
ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad pemimpin pasukan islam dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan
antara Maroko dengan Benua Eropa dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal nama Bibraltar (Jabal
Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan, dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi.

Selanjutnya Ibu Kota Spanyol Kordova dengan cepatnya dapat dikuasai, menyusul setelah itu kota-kota lain
seperti Sevi’e, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan
islam memperoleh dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada
masa inilah pemerintah islam mencapai wilayah yang demikian luas dalam rentang sejarahnya, dia wafat pada
tahun 96H / 714M dan memerintah selama 10 tahun.

Dijaman Umar Ibn Ab Al-Aziz masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak Reformasi dan perbaikan.
Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru dan
membangun masjid-masjid. Dia mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan
tidak ada lagi dijamannya. Dimasa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun
sedekah. Berkat ketaqwa’an dan kesalehannya, dia dianggap sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin.
Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan islam melakukan penyerangan ke Prancis dengan melewati
pegunungan Baranese mereka sampai ke wilayah Septomania dan Profanes, lalu melakukan pengepungan Toulan
sebuah wilayah di Prancis. Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan yang berarti di Prancis.
sangat sedikit terjadi perang dimasa pemerintahan Umar. Dakwah islam marak dengan menggunakan nasehat yang
penuh hikmah sehingga banyak orang masuk islam, masa pemerintahan Umar Bin Abd Aziz terhitung pendek.

Dijaman Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M) pemerintahannya dikenal dengan adanya perbaikan-
perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif. Dia membangun kota Rasyafah dan membereskan tata
administrasi. Hasyim dikenal sangat jeli dalam berbagai perkara dan pertumpahan darah. Namun dia dikenal
sangat kikir dan pelit. Penaklukan dimasa pemerintahannya yang dipimpin oleh Abdur Rahman Al-Ghafiqi. Ia
mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers, dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun dalam peperangan
yang terjadi diluar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Prancis pada tahun 114H /
732M. peristiwa penyerangan ini merupakan peristiwa yang sangat membahayakan Eropa.

Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik ditimur maupun barat. Wilayah kekuasaan islam
masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika utara, Syiria,
Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan
Purkmenia, Ulbek, dan Kilgis di Asia Tengah.

Khususnya dibidang Tashri, kemajuan yang diperoleh sedikit sekali, sebab kurangnya dukungan serta
bantuan pemerintah (kerajaan) waktu itu. Baru setelah masa khalifah Umar Bin Abd Al-Aziz kemajuan dibidang
Tashri mulai meningkat, beliau berusaha mempertahankan perkembangan hadits yang hampir mengecewakan,
karena para penghafal hadits sudah meninggal sehingga Umar Bin Abd Al-Aziz berusaha untuk membukukan
Hadits.

Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat
dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik tahta yang
menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam.
Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi
dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

Sistem Ekonomi
iv
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan
kepada rakyatnya yaitu:

- Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sector pertanian, beliau
telah memperkenalkan system pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.

- Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi
Umayyah.

B. Sistem Peradilan Dan Pengembangan Peradaban

Meskipun sering kali terjadi pergolakan dan pergumulan politik pada masa pemerintahan Daulah Bani
Umayyah, namun terdapat juga usaha positif yang dilakukan daulah ini untuk kesejahteraan rakyatnya.

Diantara usaha positif yang dilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah dalam mensejahterakan
rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh system pemerintahan dan menata administrasi, antara lain organisasi
keuangan. Organisasi ini bertugas mengurusi masalah keuangan negara yang dipergunakan untuk:

- Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.

- Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.

- Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang

- Perlengkapan perang

Disamping usaha tersebut daulah Bani Umayyah memberikan hak dan perlindungan kepada warga negara
yang berada dibawah pengawasan dan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum dan kesewenangan. Oleh karena itu, Daulah ini membentuk lembaga kehakiman. Lembaga
kehakiman ini dikepalai oleh seorang ketua Hakim (Qathil Qudhah). Seorang hakim (Qadli) memutuskan perkara
dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Disamping itu
kehakiman ini belum terpengaruh atau dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak
memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu golongan politik tertentu.

Disamping itu, kekuasaan islam pada masa Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pengembangan peradaban
seperti pembangunan di berbagai bidang, seperti:

- Muawiyah mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda dengan peralatannya
disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata.

- Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang Negara baru pada
masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas
kerajaan Umayyah.

- Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691H, Khalifah Abd Al-Malik membangun sebuah
kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-
Sakharah).

- Pembuatan mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan keseluruh penjuru negeri
islam.

- Pembuatan panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-tempat untuk orang-orang yang
infalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.

- Pengembangan angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Uthman sebagai Amir Al-Bahri, tentu akan
mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa, sehingga kapal perang waktu itu berjumlah 1700 buah.

Pada masa Umayyah, (Khalifah Abd Al-Malik) juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan
administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan
Islam.

v
Kemajuan Sistem Militer

Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan
dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran
dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang
selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer
Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan
dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga
ke Eropa.

Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan
kaki dan angkatan laut.

C. Sistem Pergantian Kepala Negara Dan Keruntuhan Umayyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada
kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi Islam yang
lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah
ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang
terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) dan Khawarij terus
menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi
seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak
menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia
Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini
mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan
kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian
timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah
dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan
istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka
mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap
perkembangan agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari
Bani Hasyim dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
Wallahul Musta,’an.

Arsip untuk pendidikan islam masa umayyah

PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DAN KONSEP PENGEMBANGANNYA

Posted in kumpulan makalah dengan kaitan (tags) pendidikan islam masa abbasiyah, pendidikan islam masa nabi
muhammad saw, pendidikan islam masa umayyah on Desember 7, 2009 by motipasti

vi
Oleh: Rian Hidayat El-Padary

Pendidikan Islam Di Masa Nabi Muhammad SAW

Sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul sebagai tanda datangnya Islam sampai sekarang telah berjalan
sekitar 14 abad lamanya. Harun Nasution membagi sejarah Islam berjalan sekitar 14 abad lamanya. Harun
Nasution membagi sejarah Islam dalam tiga periode. Pertama, periode klasik antara tahun 650-1250 M. kedua,
periode pertengahan antara tahun 650-1800 M. Ketiga periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. pendidikan
Islam mempunyai sejarah yang panjang dimulai sejak klasik.

Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad merupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat
Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad melakukan pendidikan Islam setelah
mendapat perintah dari Allah sebagaimana termaktub dalam surat Al-Mudasir ayat 1-7, menyeru yang berarti
mengajak, dan mengajak yang berarti mendidik. Pada masa awal pendidikan Islam tentu saja pendidikan formal
yang sistematis belum terselenggara dan pendidikan formal baru muncul pada masa belakangan yakni dengan
kebangkitan madrasah. Permulaan pendidikan Islam bisa ditemukan di Mekah pada zaman Rasulullah. Nabi
Muhammad menyiarkan konsep perubahan radikal, hubungan dan sikap masyarakat Arab yang menjadi mapan
sampai saat ini. Perubahan itu sejalan dengan ajaran Islam yang memerlukan kreatifitas baru secara kelembagaan
untuk meneruskan kelangsungan dan perkembangan agama Islam.

Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan atau
pendidikan. Memang perintah Allah kepada Nabi Muhammad adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan
bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Nabi Muhammad sebagai seorang yang diangkat sebagai pengajar
atau pendidik (mu’allim). Disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah
yang terkandung dalam al-Qur’an. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad aalah pengajar atau pendidik muslim
pertama.

Pada masa ini pendidikan Islam diartikan pembudayaan ajaran Islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan
menjadikannya sebagai unsur budaya bansga Arab dan menyatu kedalamnya. Dengan pembudayaan ajaran Islam
ke dalam sistem dan lingkungan budaya bangsa arab tersebut, maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam
lingkungan budaya bansga Arab. Dalam proses pembudayaan ajaan Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa
Arab berlangsung dengan beberapa cara. Ada kalanya Islam mendatangkan sesuatu ajaran bersifat memperkaya
dan melengkapi unsur budaya yang telah ada dengan menambahkan yang baru. Ada kalanya Islam mendatangkan
ajaran yang sifatnya bertentang sama sekali dengan unsur budaya yang telah ada sebelumnya yang sudah menjadi
adat istiadat. Ada kalanya Islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah ada
yang praktiknya sudah menyimpang dari ajaran aslinya.

Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin

Setelah Rasulullah wafat, peradaban Islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan negara dengan
bijaksana (hikmat). Kebijaksanaan ini adalah politik yang mengandung hikmat, bergerak, berpikir, bertindak,
berlaku dan berbuat, yang dalam istilah sekarang disebut taktik, strategi dam diplomasi yang berbau kelincahan
dan kelicikan. Al-Qur’an dan al-Hadits telah menentukan batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta
memberikan jalan untuk berpikir, bermusyawarah, dan bertindak.

Setelah Rasulullah wafat,maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abubakar, Umar bin
Khattab,Usman bin affan, danAli ibn Abi Thalib. Pada masa Abu Bakar, Pada awal pemerintahannya diguncang
oleh pemberontakan dari orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku Nabi, dan orang-orang yang tidak mau
membayar zakat. Oleh karena itu beliau memusatkan perhatiannya untuk memerangi pemberontakan yang dapat
mengacaukan keamanan dan adapat mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya untuk
menyimpang dari Islam.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab, situasi politik dalam keadaan stabil. Dengan meluasnya wilayah Islam
sampai keluar Jazirah Arab, karena bangsa-bangsa tersebut memiliki alat dan kebudayaan yang berbeda dengan
Islam, maka dipikirnya pendidikan Islam di daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu Umar memerintahkan
panglima-panglima apabila telah berhasil menguasai daerah, hendaknya mendirikan masjid sebagai tempat ibadah
dan pendidikan. Untuk keperluan khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan. Umar mengangkat dan
menunjuk guru-guru setiap daerah yang ditaklukan untuk bertugas mengajukan isi Al-Qur’an dan ajaran Islam
kepada penduduk yang baru masuk Islam.

vii
Pada masa ini juga sudah terdapat pengajaran bahasa Arab. Dengan dikuasainya wilayah baru oleh Islam,
menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai pengantar diwilayah-wilayah tersebut.
Orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab jika mereka
ingin belajar dan mendalami pelajaran Islam.

Pada masa khalifah Usman kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda demikian juga pendidikan Islam tidak
jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Para sahabat diperbolehkan dan diberi kelonggaran meninggalkan
Madinah untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Dengan tersebarnya sahabat-sahabat besar keberbagai
daerah meringankan umat Islam untuk belajar Islam kepada sahabat-sahabat yang tahu banyak ilmu Islam di
daerah mereka sendiri atau daerah terdekat.

Pada masa ini pendidikan Islam adalah pembudayaan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa-
bangsa disekitar jazirah arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti berkembangnya wilayah kekuasaan
Islam. Proses pengembangan pendidikan Islam pada masa ini sebagian besar memang diwarnai oleh pengajaran
atau pembudayaan Al-qur’an dan sunnah ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa secara luas pula. Para
khalafaur Rasyidin dan sahabat adalah pelaku utama dalam proses pendidikan Islam masa ini, yang kemudian
digantikan oleh para tabi’in. namun berkembang sebagaimana masa-masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal
pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nabi Muhammad SAW yang menekankan pada pengajaran
baca tulis dan ajaran-ajaran Islam disebabkan oleh perhatian umat Islam terhadap perluasan wilayah Islam dan
terjadinya pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin Abu Thalib.

Perkembangan Pendidikan Islam di Masa Muawiyah, Abasiyah dan Kekhalifahan Selanjutnya.

Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin maka mulailah kekuasaan Bani Umayyah. Selama pemerintahan
Muawiyyah, daerah kekuasaan Islam meluas sampai Lahore di Pakistan. Perharian khalifah diarahkan ke
Byzantine di wilayah utara dan barat. Pasukan Umayah mencapai 1700 kapal perang,membuat Muawiyah dapat
menundukkan banyak pulau diantaranya ialah Rhodes dan pulau yang lain diYunani. Adapun kemajuan
pendidikan dan peradaban Abasiyah mencapai kejayaan terutama pada masa khalifah al-Mahdi dan puncak
kejayaan terutama pada masa khalifah al-Mahdi dan puncak popularitasnya baru setelah pemerintahan Harun al-
Rasyid yang diteruskan oleh putranya al-Makmur.

Masa kejayaan ini ditandai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam secara mandiri.Dengan berkembang
luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-madrasah dan universitas-universitas yang merupakan
pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan Islam berkembang
sebagai akibat dari hal tersebut dan merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan
dan kemajuan-kemajuan budaya Islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Tumbuh dan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam dengan cepat, merupakan ciri pendidikan Islam masa ini. Pertumbuhan dan
perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsur-unsur pembawaan ajaran Islam
sendiri dengan unsur-unsur yang berasal dari luar, yaitu dari unsur budaya Persia, Yunani, Romawi, India dan
sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya
menerima saja unsur budaya dari luar itu, kemudian mengembangkannya lebih jauh, sehingga kemudian warna
dan unsur-unsur Islamnya nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan keagamaan saja. Tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan pada umumnya.[1]

Pada abad ke 13 H / 7-9 M, semasa Rasul sesudahnya terutama pada masa Malik Ibn Anas (wafat tahun 179 H/795
M). Abu Hanifah (wafat 150/767), al-Syafi’i (wafat 204/820) dan Ahmad ibn Hambal (wafat tahun 241/855).
Sejak abad ini secara intensif Islam diinformasikan, digeneralisasikan, dan dibuat hubungan antara satu sisi dengan
yang lainnya. Yang muncul kemudian adalah Islam yang abstrak dan transenden, Islam yang sudah ditarik dari
dunia nyata.

Sejarah menjelaskan kepada kita bahwa pendidik khsususnya pada Rasulullah dan para sahabat bukan merupakan
profesi atau pekerjaan untuk menghasilkan uang atau sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupannya, melainkan ia
mengajar karena panggilan agama, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengharapkan
keridhaan-Nya, menghidupkan agama, mengembangkan seruannya,dan menggantikan peranan Rasulullah SAW
dalam memperbaiki umat.

Persepsi pendidik yang dipahamkan dalam Islam memiliki kepribadian yang baik,mulia dan lengkap, tidak bisa
sepotong-sepotong karena kesadaran terhadap pengemban amanat mendidik adalah tugas yang luas dan berat, suci,
dan mulai.[2]

viii
Filsafat Yunani adalah kegiatan berpikir yang dilakukan oleh para filosof Yunani untuk mencari kebenaran tentang
sesuatu, baik yang bersifat abstrak maupun yang konkret.

Filsafat Yunani mulai berpengaruh dikalangan ilmuwan Muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan
mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan ke dalam
bahasa Syriah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syaria ke bahasa Arab.

Al-Ma’mun adalah khalifah yang banyak jasanya dalam penerjemahan berupa emas seberat yang diterjemahkan.
Karya-karya Yunani yang dibaca oleh ilmuwan Muslim ini memberikan motivasi untuk menggunakan logika
dalam membahas ajaran Islam dan mengembangkan serta menemukan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
baru.

Unsur dialektika dari socrates, idealisme Ploto dan logika Aristoteles dan sebagainya termasuk berpengaruh
terhadap lahirnya beberapa aliran dalam Islam, seperti Qadariyah, Asy’ariyah dan Mu’tazilah.

Metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih
banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam, sehingga muncul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, Al-Kindi,
Al-Razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Umar Khayyam, Ibnu Rusyd, dan sebagainya.[3]

Melalui orang-orang kreatif, seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Masudi, Al-Tabari, Al-Razi, Al-
Khawarizmi, Al-Ghazali, Nasil Khusru, Omar Khayyam dan lain-lain. Pengetahuan Islam telah melakukan
investigasi dalam ilmu kedokteran, teknologi,matematika, geografi dan bahkan sejarah.[4]

Pendidikan Islam Masa Bani


Umayah
Ditulis oleh Lukman Hakim, S.Pd.I
Senin, 08 November 2010 22:18
PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berjalan seperti di zaman
permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah
sendiri.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam 5
periode, sedangkan untuk pendidikan Islam bani Umayyah masuk dalam kategori periode 2, yaitu periode
pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai masa akhir bani
Umayyah. Sehingga karena masih dalam masa pertumbuhan maka hanya ada sedikit kemajuan seperti yang
diterangkan di atas. Kamajuan ini hanya diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu Naqliyah yaitu filsafat dan
ilmu eksakta disamping juga ilmu-ilmu agama yang sudah berkembang sebelumnya.

Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini salah satunya adalah faktor
pemerintahan bani Umayyah yang lebih suka pada membangun kekuatan pemerintahan/politik yang cenderung
otoriter.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH

Pada zaman bani Umayyah ada tiga gerakan yang berkembang dengan sendirinya, yaitu :

1. Gerakan Ilmu Agama, karena didorong semangat agama sendiri yang sangat kuat pada waktu itu.
2. Gerakan Filsafat, karena ahli agama di akhir bani Umayyah mempergunakan filsafat untuk melawan
Yahudi dan Nasrani.
3. Gerakan Sejarah, karena ilmui-ilmu agama memerlukan riwayat.

Gerakan Ilmu Agama

Gerakan di dalam bidang ini dapat di pisah-pisahkan menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Lembaga dan pusat pendidikan Islam


Pada zaman ini masjid menjadi semcam lembaga sebagai pusat kehidupan dan kegiatan ilmu terutama ilmu-
ilmu agama. Seorang ustadz duduk dalam masjid dan murid duduk di sekelilingnya mendengarkan
pelajarannya. Kadang dalam satu masjid terdapat beberapa halaqoh dengan ustadz dan pelajaran berbeda-
ix
beda. Kadang pula ustadz menggunakan rumahnya untuk mengajar. Pada zaman ini belum ada sekolah atau
gedung khusus sebagai tempat belajar. Beberapa ustadz pada masa ini adalah Abdullah bin Abbas, Hasan
Basri, Ja'far As-Shidiq dan lain-lain.
Sedangkan kota-kota yang menjadi pusat kegiatan pendidikan ini masih seperti pada zaman Khulafaur
rosyidin yaitu, Damaskus, Kufah, Basrah, Mesir dan ditambah lagi dengan pusat-pusat baru seperti
Kordoba, Granada, Kairawan dan lain-lain.
2. Materi bidang ilmu pengetahuan.
Materi/ilmu-ilmu agama yang berkembang pada zaman ini dapat dimasukan dalam kelompok Al-Ulumul
Islamiyah yaitu ilmu-ilmu Al-Qur'an, Al-Hadits, Al-Fiqih, At-Tarikh, Al-Ulumul Lisaniyah dan Al-
Jughrofi.

• Ilmu Qiraat, yaitu ilmu cara membaca Al-Qur'an. Orang yang pandai membaca Al-Qur'an disebut Qurra.
Pada zaman ini pula yang memunculkan tujuh macam bacaan Al-Qur'an yang terkenal dengan " Qiraat
Tujuh " yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan ( Ushulul Lil Qira'ah ). Pelopor bacaan ini terdiri
dari kaum Malawy yaitu antara lain : Abdulloh bin Katsir, Ashim bin Abu Nujud, Abdulloh bin Amir, Ali
bin Hamzah dan lain-lain.
• Ilmu Tafsir, ilmu yang berusaha untuk memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur'an dengan tujuan
untuk menghasilkan hukum dan undang-undang. Ahli tafsir yang pertama yaitu Ibnu Abbas, seorang
shahabat terkenal yang wafat pada tahun 68 H. Menurut riwayat yang mutawatir beliau adalah orang yang
pertama menafsirkan Al-Qur'an dengan cara riwayat dan isnad. Ahli tafsir lainnya adalah Mujahid yang
wafat pada tahun 109 H dan ulama Syi'ah yaitu Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Husain.
• Ilmu Hadits, Untuk membantu di dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Karena terdapat banyak hadits
maka timbullah usaha untuk mencari riwayat dan sanad yang hadits yang akhirnya menjadi Ilmu Hadits
dengan segala cabang-cabangnya.
Para ahli hadits yang terkenal pada zaman ini adalah :
Abu Bakar bin Muhammad bin Ubaidillah bin Zihab Az-Zuhri ( W. 123 H ).
Ibnu Abi Malikiah, yaitu Abdulloh bin Abi Malikiah ( W. 119 H ).
Pada masa kholifah Umar bin Abdul Aziz barulah hadits dibukukan yang dirintis oleh Ibnu Zihab Az-Zuhri
yang kemudian disusul oleh ulama lain.
• Ilmu Nahwu, yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada kata-kata yang terdapat di dalam Al-
Qur'an.Pengarang ilmu nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang, yaitu Abu
Aswad Ad-Dualy ( W. 69 H ). Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib sehingga ada ahli sejarah yang
mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Bapak Ilmu Nahwu.
• Ilmu Jughrofi. Tentang ilmu jughrofi sekalipun bukan berasal dari bangsa arab, namun bangsa Arab
muslim telah membuat ilmu ini menjadi satu ilmu yang tersendiri oleh karena tiga sebab :
Al-Haj yang menjadi salah satu rukun Islam. Untuk menunaikan rukun haji kaum Muslimin di seluruh
penjuru dunia harus mengetahui ilmu bumi.
• Al-Ilmu. Kewajiban menuntut ilmu bagi kaum muslimin, mengharuskan mereka melakukan Rihlah Ilmiyah
untuk menuntut ilmu, hal mana mengharuskan kaum muslimin mengetahui ilmu bumi.
Dakwah. Keharusan berdakwah dan berjihad untuk mengembangkan Islam, juga mengharuskan kaum
muslimin mengetahui ilmu bumi.

Tiga sebab ini disamping sebab-sebab lain yang mendorong orang Yunani lama untuk membuat ilmu bumi yaitu
kepentingan dagang dan perang. Ilmu Jughrofi dalam masa bani Umayyah baru dalam taraf merintis jalan.
Sedangkan ilmu-ilmu yang di salin dari bahasa Asing ke dalam bahasa Arab dan di sempurnakan untuk
kepentingan keilmuan umat Islam dikelompokan dalam Al-Ulumud Dakhilah yang terdiri dari:

1. Ilmu Kima. Khalifah Yazid bin Yazid bin Mua'wiyah adalah yang menyuruh penerjemahannya ke dalam
bahsa Arab.Beliau mendatangkan beberapa orang Romawi yang bermukim di Mesir, di antaranya Maryanis
seorang pendeta yang mengajarkan ilmu kimia. Penerjemahan ke dalam bahasa Arab dilakukan oleh
Isthafun.
2. Ilmu Bintang. Masih dalam masa Kholid bin Walid, beliau sangat menggemari ilmu ini sehingga
dikeluarkan sejumlah uang untuk mempelajari dan membeli alat-alatnya. Karena gemarnya setiap akan
pergi ke medan perang selalu dibawanya ahli ilmu bintang.
3. Ilmu Kedokteran. Penduduk Syam di jaman ini telah banyak menyalin bermacam ilmu ke dalam bahasa
Arab seperti ilmu-ilmu kedokteran, mislanya karanganm Qis Ahrun dalam bahasa Suryani yang disalin ke
dalam bahasa Arab oleh Masajuwaihi.

Gerakan Filsafat

x
Gerakan filsafat muncul di akhir zaman bani Umayyah untuk melawan pemikiran Yahudi dan Nasrani. Pemikiran
teologis dari agama Kristen sudah berkembang lebih dulu sebelum datangnya Islam dan masuk ke lingkungan
Islam secara sengaja untuk merusak akidah Islam. Karena itu timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat teologis
untuk menolak ajaran-ajaran teologis dari agama Kristen yang kemudian disebut Ilmu Kalam.
Ilmu kalam dalam perkembangannya menjadi ilmu khusus yang membahas tentang berbagai macam pola
pemikiran yang berbeda dari ajaran Islam sendiri, karena dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang
memerintahkan untuk membaca, berfikir, menggunakan akal dan sebagainya yang kesemuanya mendorong umat
Islam, terutama para ahlinya untuk berfikir mengenai segala sesuatu guna mendapatkan kebenaran dan
kebijaksnaan.

Gerakan Sejarah

Pada zaman bani Umayyah gerakan sejarah menghasilkan tarikh yang terbagi dalam dua bidang besar :

1. Tarikh Islam, yaitu tarikh kaum muslimin dengan segala perjuangannya, riwayat hidup pemimpin-
pemimpin mereka. Sumber tarikh dalam bidang ini adalah dari amal perbuatan mereka sendiri.

2. Tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain yang dipelajari dan disalin dengan sungguh-sungguh sejan
zaman bani Umayyah. Hal ini karena kholifah mereka termasuk orang-orang yang paling gemar untuk
mengetahui orang-orang ternama dari tarikh bangsa lain.
Pembukuan ilmu sejarah sudah dimulai dan berkembang pesat pada zaman Abbasiyah. Demikian pesatnya
sehingga mencapai jumlah 1:300 judul seperti yang diterangkan dalam kitab Kashfud Dhunun.

Dasar-dasar Filsafat Ilmu Pendidikan

Baiklah sekarang kita lihat dasar-dasaar filsafah keilmuan terkait dalam arti dasar ontologis, dasar epistemologis,
dan aksiologis, dan dasar antropolgis ilmu pendidikan.

Dasar ontologis ilmu pendidikan

Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang
dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris.
Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu
manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial
mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang
sebaik-baiknya)

Kata filsafat atau falsafah berasal dari perkataan yunani Philosophoa yang berarti cinta kebijaksanaan ( Philein = cinta,
dan Sophia = Hikmah, kebijaksanaan). Ada yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Philos (keinginan) dan
Sophia (hikmah, kebijaksanaan), dan ada juga yang mengatakan berasal dari kata Phila (mengutamakan, lebih suka) dan
Sophia (hikmah, kebijaksanaan).’ Jadi kata filsafat berarti mencintai atau lebih suka atau keinginan kepada
kebijaksanaan. Orangnya disebut philosophos yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Telah disebutkan diatas bahwa
salah satu makna filsafat adalah phila (mengutamakan, lebih suka) dan Sophia/ (kebijaksanaan). Maka philosophia
berarti (mengutamakan hikmah) dan Philosophos/ berarti (orang yang lebih suka terhadap hikmah). Agar pendidikan
dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di
dalam fenomena atau situasi pendidikan. Didalam situasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak utuh, hanya menjadi
makhluk berperilaku individual dan/atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh saja dan dapat
diterima terbatas pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya
yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapi pada latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan
inter dan antar pribadi yang menjadi syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi terlaksananya mendidik dan mengajar,
yaitu kegiatan pendidikan yang berskala mikro. Hal itu terjadi mengingat pihak pendidik yang berkepribadiaan sendiri
secara utuh memperlakukan peserta didiknya secara terhormat sebagai pribadi pula, terlepas dari faktor umum, jenis
kelamin ataupun pembawaanya.

Jika pendidik tidak bersikap afektif utuh demikian maka menurut Gordon (1975: Ch. I) akan terjadi mata rantai
yang hilang (the missing link) atas faktor hubungan serta didik-pendidik atau antara siswa-guru. Dengan begitu
pendidikan hanya akan terjadi secar kuantitatif sekalipun bersifat optimal, misalnya hasil THB summatif, NEM atau
pemerataan pendidikan yang kurang mengajarkan demokrasi jadi kurang berdemokrasi. Sedangkan kualitas manusianya
belum tentu utuh.
xi
Penggunaan kata filsafah dalam hikmah

Fuad al-Ahwani menerangkan bahwa kebanyakan pengarang Arab menempatkan kata hikmah ditempat kata falsafah,
dan menempatkan kata hakim ditempat kata filosof atau sebaliknya. Umgkapan senada juga disampaikan oleh Mustafa
Abdul Raziq dalam kitabnya “Tahmid li tarikh al-falsafah al-islamiyah.

Apabila para filosof muslim menggunakan kata hikmah sebagai sinonim dari kata falsafah, fuqoha menggunakan kata
hikmah sebagai julukan bagi asrar al-ahkam (rahasia-rahasia hokum). Demikian pula yang terjadi pada Imuhaqqiq dan
mufassir. Mereka menganggap sepadan antara kata hikmah dengan kata falsafah. Al-Raghieb berkata:

Hikmah ialah memperoleh kebenaran dengan perantaraan ilmu dan akal.

Dasar epistemologis ilmu pendidikan.

Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara
produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga
pemula namun telaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin
studi empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis. Pendekatan fenomenologis itu bersifat kualitatif, artinya melibatkan
pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaah dan
pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.
Karena penelitian tertuju tidak hanya pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan unuk
mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomena pendidikan maka validitas internal harus dijaga betul
dalam berbagai bentuk penelitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian
etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahwa dalam
menjelaskan objek formalnya, telaah ilmu pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju
kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebagai ilmu otonom yang mempunyi objek formil sendiri atau problematika
sendiri sekalipun tidak dapat hanya menggunkaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley,
1963).

Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren dan
sekaligus secara praktis dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942).

Filsafat hukum Islam

Telah jelas bagi kita apa itu filsafat, hikmat, illah, dan ilmu hokum islam. Kitapun telah dapat memahami perbedaan illah
dengan hikmah hokum islam; illah hokum islam dapat ditemukan pada nash, sedangkan hikmahnya perlu digali
dibelakang nash.

Dasar aksiologis ilmu pendidikan

Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan
dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai
ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan
ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek melalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif
dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai
mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok.
Dalam hal ini relevan sekali untuk memperhatikan pendidikan sebagai bidang yang sarat nilai seperti dijelaskan oleh
Phenix (1966). Itu sebabnya pendidikan memerlukan teknologi pula tetapi pendidikan bukanlah bagian dari iptek.
Namun harus diakui bahwa ilmu pendidikan belum jauh pertumbuhannya dibandingkan dengan kebanyakan ilmu sosial
dan ilmu prilaku. Lebih-lebih di Indonesia. Implikasinya ialah bahwa ilmu pendidikan lebih dekat kepada ilmu prilaku
kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat unifikasi satu-
satunya metode ilmiah (Kalr Perason,1990).

Menurut Azhar Basyir, filsafat hukum islam adalah pemikiran secara ilmiah , sistematis, dapat dipertanggungjawabkan
dan radikal tentang hukum islam . filsafat hukum islam merupakan anak sulung dari filsafat hukum islam.

Dengan rumusan lain, filsafat hukum islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan hukum islam baik
yang menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang digunkan untuk memancarkan,
menguatkan, dan memelihara hukum islam, sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan Allah menetapkannya dimuka
bumi, yaitu untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya.

Dengan filsafat ini, hukum islam akan benar-benar”cocok sepanjang masa di semesta alam”.

Sesuai dengan watak filsafat, filsafat hukum islam berusaha menangani pertanyaan-pertanyaan fundamental secara ketat,
konsepsional, metodis, koheren, sestematis, radikal, universal dan kemprehensif, rasional serta bertanggung jawab. Arti

xii
dari pertanggungjawaban ini adalah adanya kesiapan untuk memberikan jawaban yang objektif dan argumentative
terhadap segala pertanyaan, sangkalan dan kritikan.

Dengan demikian, maka pada hakikatnya filsafat hukum islam bersikap kritis terhadap masalah-masalah. Jawaban-
jawabannya tidak luput dari kritik lebih lanjut, sehingga ia dikatakan sebagai seni kritik, dalam arti tidak pernah merasa
puas diri dalam mencari, tidak menganggap suatu jawaban sudah selesai, tetapi selalu bersedia bahkan senang membuka
kembali perdebatan.

Menurut Azhar Basyir, filsafat hukum islam adalah pemikiran secara ilmiah , sistematis, dapat dipertanggungjawabkan
dan radikal tentang hukum islam . filsafat hukum islam merupakan anak sulung dari filsafat hukum islam.

Dengan rumusan lain, filsafat hukum islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan hukum islam baik
yang menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang digunkan untuk memancarkan,
menguatkan, dan memelihara hukum islam, sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan Allah menetapkannya dimuka
bumi, yaitu untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya. Dengan filsafat ini, hukum islam akan benar-benar”cocok
sepanjang masa di semesta alam”.

Sesuai dengan watak filsafat, filsafat hukum islam berusaha menangani pertanyaan-pertanyaan fundamental secara
ketat, konsepsional, metodis, koheren, sestematis, radikal, universal dan kemprehensif, rasional serta bertanggung jawab.
Arti dari pertanggungjawaban ini adalah adanya kesiapan untuk memberikan jawaban yang objektif dan argumentative
terhadap segala pertanyaan, sangkalan dan kritikan.

Dengan demikian, maka pada hakikatnya filsafat hukum islam bersikap kritis terhadap masalah-masalah. Jawaban-
jawabannya tidak luput dari kritik lebih lanjut, sehingga ia dikatakan sebagai seni kritik, dalam arti tidak pernah merasa
puas diri dalam mencari, tidak menganggap suatu jawaban sudah selesai, tetapi selalu bersedia bahkan senang membuka
kembali perdebatan.

Dasar antropologis ilmu pendidikan

Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara pendidik sebagai subjek dan peserta didik
sebagai subjek pula dimana terjadi pemberian bantuan kepada pihak yang belakangan dalam upayanya belajar mencapai
kemandirian dalam batas-batas yang diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat
dialogis ini maka 3 dasar antropologis berlaku universal tidak hanya

(1) sosialitas dan (2) individualitas, melainkan juga (3) moralitas. Kiranya khusus untuk Indonesia apabila dunia
pendidikan nasional didasarkan atas kebudayaan nasional yang menjadi konteks dari sistem pengajaran nasional
disekolah, tentu akan diperlukan juga dasar antropologis pelengkap yaitu (4) religiusitas, yaitu pendidik dalam situasi
pendidikan sekurang-kurangnya secara mikro berhamba kepada kepentingan terdidik sebagai bagian dari pengabdian
lebih besar kepada Tuhan Yang Maha Esa

Uraian diatas mengisyaratkan terhadap dasar-dasar pendidikan bahwa praktek pendidikan sebagai ilmu yang sekedar
rangkaian fakta empiris dan eksperimental akan tidak lengkap dan tidak memadai. Fakta pendidikan sebagai gejala sosial
tentu sebatas sosialisasi dan itu sering beraspirasi daya serap kognitif dibawah 100 % (bahkan 60 %). Sedangkan
pendidikan nilai-nilai akan menuntut siswa menyerap dan meresapi penghayatan 100 % melampaui tujuan-tujuan
sosialisasi, mencapai internaliasasi (mikro) dan hendaknya juga enkulturasi (makro). Itulah perbedaan esensial antara
pendidikan (yang menjalin aspek kognitif dengan aspek afektif) dan kegiatan mengajar yang paling-paling menjalin
aspek kognitif dan psikomotor. Dalam praktek evaluasinya kegiatan pengajaran sering terbatas targetnya pada aspek
kognitif. Itu sebabnya diperlukan perbedaan ruang lingkup dalam teori antara pengajaran dengan mengajar dan
mendidik. Adapun ketercapaian untuk daya serap internal mencapai 100 % diperlukn tolong menolong antara sesama
manusia. Dalam hal ini tidak ada orang yang selalu sempurna melainkan bisa terjadi kemerosotan yang harus diimbangi
dengan penyegaran dan kontrol sosial. Itulah segi interdependensi manusia dalam fenomena pendidikan yang
memerlukan kontrol sosial apabila hendak mencegah penurunan pengamalan nilai dan norma dibawah 100%.

Para ahli ushul fiqh, sebagaimana ahli dfilsafathukum islam, membagi filsafat hukum islam kepada dua rumusan, yaitu
falsafat tasyri dan falsafat syar’iyah.

falsafat tasyri’

filsafat yang mancarkan hukum islam atau menguatkannya dan memeliharanya. Filsafat ini bertugas membicarakan
hakikat dan tujuan penetapan hukum islam, filsafat tasyri’ terbagi kepada :

a. da’im al-ahkam (dasar-dasar hukum islam)

b. mabadi al-ahkam (prinsip-prinsip hukum islam)

c. ushul al-ahkam ( pokok-pokok hukum islam) atau mashadir al-ahkam (sumber-sumber hukum islam)
xiii
d. maqashid al-ahkam (tujuan-tujuan hukum islam)

e. qawa’id al-ahkam (kaidah-kaidah hukum islam)

Falsafat syar’iyah

filsafat yang diungkapkan dari materi-materi hukum islam, seperti ibadah, mu’amalah, jinayah, uqubah, dan
sebagainya. Filsafat ini bertugas membicarakan hakikat dan rahasia hukum islam. Termasuk dalam pembagian falsafat
syar’iyah adalah:

1. Asrar al-ahkam (rahasia-rahasia hukum islam)

2. kasha’is al-ahkam (cirri-ciri hukum islam)

3. mahasin al-ahkam atau mazaya al-ahkam (keutamaan-keutamaan hukum islam)

4. thawabi al-ahkam (karakteristik hukum islam)

Pedagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena pendidikan

Jelaslah bahwa telaah lengkap atas tindakan manusia dalam fenomena pendidikan melampaui kawasan ilmiah dan
memerlukan analisis yang mandiri atas data pedagogic (pendidikan anak) dan data andragogi (Pendidikan orang
dewasa). Adapun data itu mencakup fakta (das sein) dan nilai (das sollen) serta jalinan antara keduanya. Data faktual
tidak berasal dari ilmu lain tetapi dari objek yang dihadapi (fenomena) yang ditelaah Ilmuwan itu (pedagogi dan
andragogi) secara empiris. Begitu pula data nilai (yang normative) tidak berasal dari filsafat tertentu melainkan dari
pengalaman atas manusia secara hakiki. Itu sebabnya pedagogi dan andragogi memerlukan jalinan antara telaah ilmiah
dan telaah filsafah. Tetapi tidak berarti bahwa filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu pendidikan tidak menganut aliran
atau suatu filsafat tertentu.Sebaliknya ilmu pendidikan khususnya pedagogic (teoritis) adalah ilmu yang menysusun teori
dan konsep yang praktis serta positif sebab setiap pendidik tidak boleh ragu-ragu atau menyerah kepada keragu-raguan
prinsipil. Hal ini serupa dengan ilmu praktis lainnya yang mikro dan makro. Seperti kedokteran, ekonomi, politik dan
hukum. Oleh karena itu pedagogic (dan telaah pendidikan mikro) serta pedagogic praktis dan andragogi (dan telaah
pendidikan makro) bukanlah filsafat pendidikan yang terbatas menggunakan atau menerapkan telaah aliran filsafat
normative yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih diperlukan ialah penerapan metode filsafah yang radikal
dalam menelaah hakikat peserta didik sebagai manusia seutuhnya.Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of
knowledge) ilmu pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup

- Relasi sesama manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to person


relationship)
- Pentingnya ilmu pendidikan memepergunakan metode fenomenologi secarakualitatif.
- Orang dewasa yang berperan sebagai pendidik (educator)
- Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner, student)
- Tujaun pendidikan (educational aims and objectives)
- Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan
- Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution)

Objek kajian kegunaan filsafat hukum Islam

Hukum islam mengacu pada pandangan hukum yang bersifat teologis. Artinya hukum islam itu diciptakan karena ia
mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan dari adanya hukum islam adalh terciptanya kedamaian didunia dan kebahagiaan
di akhirat. Jadi, hukum islam bukan bertujuan meraih kebahagiaan yang fana’ dan pendek didunia semata, tetapi juga
mengarahkan kepada kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak. Inilah yang membedakannya dengan hukum manusa yang
menghendaki kedamaian di dunia saja.

Tujuan dari hukum islam tersebut merupakan manifestasi dari sifat Rahman dan Rahim (maha pengasih dan maha
penyayang) Allah kepada semua makhluk-Nya. Rahmatan lil alamin adalah inti syar’iyah atau hukum islam. Dengan
adanya syar’iyah tersebutdapat ditegakkan perdamaian dimuka bumi dengan pengaturan masyarakat yang memberikan
keadilan kepada semua orang. Keadilan sangat mulia dimata tuhan, dan sifat adil merupakan jalan takwa setelah iman
kepada Allah.

Sedangkan telaah lingkup yang makro dan meso dari pendidikan, merupakan bidang telaah utama yang memperbedakan
antara objek formal dari pedagogic dari ilmu pendidikan lainnya. Karena pedagogic tidak langsung membicarakan
perbedaan antara pendidikan informal dalam keluarga dan dalam kelompok kecil lainnya, dengan pendidikan formal
(dan non formal) dalam masyarakat dan negara, maka hal itu menjadi tugas dari andragogi dan cabang-cabang lain yang
relevan dari ilmu pendidikan. Itu sebabnya dalam pedagogic terdapat pembicaraan tentang faktor pendidikan yang
meliputi : (a) tujuan hidup, (b) landasan falsafah dan yuridis pendidikan, (c) pengelolaan pendidikan, (d) teori dan

xiv
pengembangan kurikulum, (e) pengajaran dalam arti pembelajaran (instruction) yaitu pelaksanaan kurikulum dalam arti
luas di lembaga formal dan non formal terkait.

Telaah ilmiah dan kontribusi ilmu bantu

Bidang masalah yang ditelaah oleh teori pendidikan sebagai ilmu ialah sekitar manuasia dan sesamanya yang
memiliki kesamaan dan keragaman di dalam fenomena pendidikan. Yang menjadi inti ilmu pendidikan teoritis ialah
Pedagogik sebagai ilmu mendidik yaitu mengenai tealaah (atau studi) pendidikan anak oleh orang dewasa. Pedagogik
teoritis selalu bersifat sistematis karena harus lengkap problematik dan pembahasannya. Tetapi pendidikan (atau
pedagogi) diperlukan juga oleh semua orang termasuk orang dewasa dan lanjut usia. Karena itu selain cabang pedagogic
teoritis sistematis juga terdapat cabang-cabang pedagogic praktis, diantaranya pendidikan formal di sekolah, pendidikan
informal dalam keluarga, andragogi (pendidikan orang dewasa)

Kata filsafat atau falsafah berasal dari perkataan yunani Philosophoa yang berarti cinta kebijaksanaan ( Philein =
cinta, dan Sophia = Hikmah, kebijaksanaan). Ada yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Philos (keinginan)
dan Sophia (hikmah, kebijaksanaan), dan ada juga yang mengatakan berasal dari kata Phila (mengutamakan, lebih suka)
dan Sophia (hikmah, kebijaksanaan).’ Jadi kata filsafat berarti mencintai atau lebih suka atau keinginan kepada
kebijaksanaan. Orangnya disebut philosophos yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

SADAPAN SINGKAT TENTANG EPISTEMOLOGI DASAR


[Pengantar Dilsafat Ilmu Pengetahuan ]
Data Buku
JUDUL: Epistemologi dasar [Pengantar Filsafat Pengetahuan]
PENULIS: J.Sudarminta
PENERBIT : Kanisius. Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281. Kotak Pos 1125/Yk Telp. [0274] 588783, 565996.
Website: http://www.kanisiusmedia.com/. E-mail : office@kanisiusmedia.com
CETAKAN : I—2002
ISBN: 979-21-0181-0
TEBAL: 196 hlm.

TERMINOLOGI:
Cabang ilmu filsafat yang secara khusus menggeluti pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang
pengetahuan disebut Epistemologi. Istilah “epistemologis” sendiri berasal dari kata Yunani episteme=pengetahuan dan
logis=perkataan, pikiran, ilmu. Kata”episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya mendudukan,
menempatkan, atau meletakkan. Maka, harfiah episteme bearti pengetahuan sebaya upaya intelektual untuk “menempatkan
sesuatu dalam kedudukan seteptnya.” Selain kata “episteme”, untuk kata “pengetahuan” dalam bahasa Yunani juga dipakai
kata “gnosis”, maka istilah epistemologi’ dalam sejarah pernah juga dipakai kata”gnosis”, maka istilah “epistemology”
dalam sejarah pernah juga disebut “gnoseologi”. Sebagai kajian kritis filosofis yang membuat telaah kritis dan analitis
tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan, epistemology kadang juga disebut teori pengetahuan [theory of knowledge;
erkentnistheorie]

MAKSUD KAJIAN
Epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia.
Bagaimana pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarnnya?Manakah ruang lingkup atau batas-batas
kemampuan manusia untuk mengetahui ?
Epistemologi juga bermaksud mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya
pengetahuan itu. Epistemologi juga mencoba memberi pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan
obyektivitasnya.
Dari maksud itu, maka Epistemologi dapat dinyatakan suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normative, dan kritis.
Evaluatif berarti bersifat menilai. Epsitemologi menilai apakah keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengatahuan
dapat dibenarkan, diajamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar.

RASIONAL MENGAPA MEMPELAJARI EPISTEMOLOGI


Sekurang-kurangnya ada tiga alas an yang dapat dikemukakan mengapa epistemology perlu dipelajari.

1. Alasan pertama: berangkat dari pertimbangan strategis


2. Alasan kedua; dari pertimbangan kebudayaan
3. Alasan ketiga: berangkatdari pertimbangan pendidikan.

Pertimbangan Strategis: Pengetahuan adalah kekuasaan [Knoledge is power. Pengetahuan mempunyai daya kekuatan untuk
mengubah keadaan. “Apabila pengetahuan adalah suatu kekuatan yang telah dan akan terus membentuk kebudayaan,
menggerakan dan mengubah dunia, sudah semestinyalah apabila kita berusaha memahami apa itu pengethauan, apa sifat dan
hakikatnya , apa daya dan ketebatasnnya, apa kemungkinan permasalahannya.
xv
Pertimbangan Kebudayaan: Mempelajari epistemology diperlukan pertama-tama untuk mengungkap pandangan
epistemologis yang sesungguhnya ada dan terkandung dalam setiap kebudayaan. Setiap kebudayaan, entah secara implicit
ataupun ekplisit, entah hanya lisan atau tulisan , entah secara sistematis ataupun tidak, selalu memuat pandangan tentang
pengetahuan.

Pertimbangan pendidikan: berdasarkan pertimbangan pendidikan epistemology perlu dipelajarai karena manfaatnya untuk
bidang pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk membantu peserta didik mengembangkan pandangan hidup, sikap
hidup dan ketrampilan hidup, tidak dapat lepas dari penguasaan pengetahuan. Proses Belajar Mengajar dalam konteks
pendidikan selalau memuat unsure penyampaian pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai.

Dasar-dasar Epistemologi

Diposkan oleh Bagir's Blog di 9:13 PM

Pendahuluan
Manusia makhluk yang begitu kompleks, demikian kompleksnya hingga sumber pengetahuan yang dimilikinya juga
beragam. Sumber-sumber pengetahuan ini pula yang memberikan potensi melebihi malaikat atau lebih hina dari pada hewan.
Dalam tulisan ini akan disajikan sedikit penjelasan mengenai sumber-sumber pengetahuan tersebut dan semoga bermanfaat.
Untuk kesalahan penulisan dan lainnya harap diberikan pembenaran serta dibukakan pintu maafnya, manusia tidak pernah
lepas dari segala bentuk kesalahan.

Ilmu Pengetahuan dan Epistemologi


Telah banyak terjadi perubahan yang terjadi sejak keberadaan manusia pertama hingga saat ini, dan ilmu pengetahuan adalah
yang dirasa memiliki andil terbesar bagi perubahan tersebut. Betapa tidak, dari mulai alat berburu sederhana hingga modern
seperti yang dapat kita lihat saat ini. Semua itu tentu saja tidak datang begitu saja, perkembangan pengalaman yang
digabungkan dengan kreatifitas merupakan faktor pembentuknya. Jika dahulu kala kita memerlukan kaki dan waktu berhari-
hari untuk pergi ke suatu kota, sekarang cukup dengan hitungan menit dan menggunakan besi terbang tersebut sebagai
pesawat untuk mencapainya.
Demikian besar sumbangan ilmu pengetahuan bagi kemajuan yang telah diperoleh oleh manusia saat ini. Sedemikian
besarnya pengaruh pengetahuan bagi manusia, sehingga dirasa

patut bagi kita untuk mengkajinya lebih dalam. Terkait dengan keberadaan ilmu pengetahuan sendiri ada berbagai pandangan
yang mengungkapkan asal mula pengetahuan. Ada yang berpendapat ilmu datang dari Tuhan melalui utusannya, ada pula
yang berpendapat ilmu datang melalui pengalaman manusia sendiri. Apapun alasannya ilmu pengetahuan tetap memiliki
metode dan alat pencapaiannya, karena segala sesuatu yang terjadi senantiasa memerlukan sebab dan ilmu pengetahuan juga
membutuhkan sebab.
Epistemologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang sumber-sumber pengetahuan manusia. Dirasa begitu
penting pengaruhnya pada perkembangan pengetahuan manusia, kita memerlukan pemahaman epistemologis yang benar dan
matang. Perbedaan pandangan epistemologis yang diyakini setiap manusia akan melahirkan praktek-praktek yang berbeda
pula bergantung keyakinan yang dihasilkannya tersebut. Ada satu kisah yang mencerminkan fenomena perbedaan
pengetahuan ini yang dapat kita analogikan dengan perbedaan asumsi tersebut.
Suatu ketika ada empat orang yang berjalan di dalam hutan gelap gulita hingga pada akhirnya mereka berempat menabrak
suatu benda yang menahan mereka, dan kita ketahui benda itu adalah gajah. Orang pertama memperoleh salah satu kaki
gajah yang besar, ia meyakini gajah sebagai hewan yang berbentuk tabung besar menjulang dari atas ke bawah. Orang kedua
memperoleh ekornya dan meyakini gajah sebagai hewan kecil panjang dan berbulu pada ujungnya. Orang ketiga

xvi
memperoleh belalai sang gajah, dan ia menggambarkan gajah sebagai hewan panjang sebesar lengan manusia dan berlubang
dua pada ujungnya. Orang keempat memperoleh bagian telinga hingga ia menggambarkan gajah sebagai hewan yang lebar
tipis seperti nampan bergerak-gerak. Kita tidak dapat menyalahkan mereka semua, karena pendapat mereka benar. Tetapi
mereka tidak menggambarkan gajah sebagai suatu hewan, melainkan hanya sebagian anggota tubuh gajah.
Kita tidak menginginkan pemahaman yang setengah-setengah seperti yang terjadi dengan keempat orang tersebut, oleh
karena itu kita memerluka epistemologi untuk membedakan pemahaman yang berbeda dari satu atau banyak fakta.
Epistemologi memiliki empat cabang sumber ilmu pengetahuan yakni; Empiris, Narasi, Rasio, dan Intuisi. Setiap sumber
pengetahuan memiliki karakter dan batasannya masing-masing, dan tentu saja ini berpengaruh dengan validitas pengetahuan
yang diperoleh.

Metode Empiris
Metode ini adalah metode yang paling mudah untuk kita pelajari, karena jelas objek maupun alat perolehannya. Setiap orang
memiliki panca indera serta kemampuan yang sama untuk mempraktekkan metode ini. Metode ini menggunakan indera
sebagai alat perolehan pengetahuan; penglihat, pendengar, pengecap, peraba, pencium adalah lima cabang perolehannya.
Subjek pengetahuan terpisah dengan objek pengetahuan dalam metode ini. Artinya terdapat jarak antara pencerap
pengetahuan dengan objek yang sedang dicerap.
Metode ini menawarkan suatu sistem pengulangan atau sample untuk perolehan kesimpulannya. Ilmu pengetahuan modern
(sains) merupakan produk yang dinilai paling mutakhir dari metode ini. Melalui percobaan yang berulang-ulang terhadap
berbagai jenis air diberbagai tempat dan waktu, hingga pada akhirnya para ilmuwan menyimpulkan bahwa air mendidih pada
suhu seratus derajat celcius. Demikianlah metode yang diadopsi indeera sebagai alat pencarian pengetahuan.
Validitas metode ini dirasa yang paling kecil di antara metode lainnya. Jarak berpengaruh besar pada peroleha pengetahuan
bagi subjek pengetahuan. Penglihatan kita pada fenomena matahari dan bulan yang bergantian memutari bumi akan kita
dapatkan jika kita berada di bumi. Tetapi perolehan pengetahuan ini tidak lagi berlaku bagi para manusia yang sudah
mengelami perjalanan ke luar angkasa. Mereka akan melihat fenomena yang ternyata bumi bersama delapan planet lainnya
mengelilingi matahari dengan satelit dan orbit masing-masing. Dewasa ini ada beberapa kelompok yang meyakini
pengetahuan hanya didapatkan melalui indera saja, kelompok biasa disebut dengan kaum positifis. Mereka beranggapan
bahwa tidak ada pengetahuan melainkan hanya kita peroleh melalui indera, karena metode lainnya dinilai tidak dapat
dipertanggung jawabkan validitasnya. Mereka hanya meyakini ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan secara inderawi, dan
bukan selainnya.

Metode Narasi
Sebagian besar ilmuwan masih meragukan kedudukan metode ini dalam kajian epistemologi, namun saya rasa kita patut
untuk memperhitungkan metode ini. Metode ini dapat juga kita sebut sebagai metode berita. Metode ini menggunakan berita
sebagai sumber pengetahuan, oleh karena itu metode ini tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan metode pendukung
lainnya. Sumber perolehan metode ini yang paling besar adalah sejarah.
Jelas terbentang jarak yang begitu jauh antara subjek dan objek pengetahuan dalam metode ini. Namun demikian Allamah
Muhammad Bagir Shadr menawarkan suatu prinsip yang disebut dengan Kalkulus Probabilitas. Prinsip ini berusaha untuk
memastikan validitas berita yang disampaikan kepada subjek pengetahuan. Dikatakan bahwa validitas suatu berita dapat
dilihat dari banyaknya penyampaian berita dan tidak adanya kepentingan bagi sang penyampai berita atas isi berita yang
disampaikan. Dengan melihat dua faktor tersebut kita dapat meastikan validitas suatu berita, namun tetap saja validitas
metode ini maksimal hanya mencapai 99% kebenarannya. Untuk menunjang kebenaran diperlukan metode lainnya.
Metode ini dalam epistemologi barat kurang mendapat perhatian, karena mereka tidak memiliki sustu sistem kepercayaan.
Berbeda dengan Islam yang memiliki sistem ishmah (keterjagaan seseorang dari dosa). Melalui ishmah validitas berita yang
disampaikan seorang penyampai berita dapat menjadi 100% kebenarannya, karena seorang Nabi harus dibekali ishmah
terlebih dahulu untuk menyampaikan wahyu. Oleh sebab itu metode ini lebih mendapatkan perhatian dalam Islam,
sedangkan komunitas ilmuwan barat meyakini sebuah sistem baru yakni sekularisme. Dengan adanya sistem kepercayaan ini
epistemologi barat berusaha melakukan kajian ulang terhadap metode ini. Keraguan mereka pada agama mengakibatkan
keraguan yang menjalar pada kepercayaan Nabi pula.

Metode Rasional
Metode rasional adalah ciri khas era modern, begitu besar pengaruh metode ini bagi perkembangan dunia pemikiran modern.
Betapa tidak, sejak jaman Yunani klasik hingga dewasa ini, dirasa rasionalisme sebagai pupuk yang sangat subur bagi
perkembangan dunia pemikiran hingga berdampak pada sektor lainnya. Akal merupakan alat perolehan metode ini, maka
akal memperoleh perhatian yang paling besar dewasa ini.
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, dalam metode rasional subjek terpisah dengan objek pengetahuan tetapi seakan-
akan menyatu dengan subjek. Kausalitas merupakan karya penting hasil kerja akal, objek kajiannya berada di luar subjek
pengetahuan, namun proses pencariannya terjadi dalam alam pemikiran subjek. Demikianlah yang menjadikan metode ini
begitu hebat dalam dunia pemikiran. Metode ini juga dapat kita sebut sebagai penghubung antara metode irfani atau intuisi
dengan metode material lainnya.
Validitas metode ini begitu besar, namun tentu saja hanya sebatas yang dapat dipikirkan oleh akal saja. Metode ini tidak
dapat mengkaji objek kajian yang bersifat irrasional seperti cinta, kesucian, kebahagiaan, dll. Metode ini hanya dapat
memberikan penilaian benar-salah, baik-buruk, pantas-tidak, dll. Artinya metode ini bekerja dalam tataran teori belaka,
kecocokannya dengan praktik eksternal membutuhkan bantuan dari metode lainnya pula.

Metode Intuitif
Metode terakhir adalah intuitif, sebuah metode yang paling sulit untuk melakukan kajian terhadapnya. Alat perolehan metode
ini adalah hati, merupakan alat yang begitu pribadi dan sulit dirumuskan dalah susunan teori yang baku, karena setiap orang

xvii
memiliki caranya masing-masing berdasarkan apa yang dirasakan hati mereka walaupun sejatinya memiliki tujuan yang
sama.
Dalam metode ini tidak ada jarak antara subjek dan objek pengetahuan. Subjek dan objek pengetahuan menyatu, dan dapat
dipastikan hasil yang diperoleh objektif sepenuhnya karena subjek menyuarakan objek pengetahuan apa adanya. Namun
permasalahan terbesar terletak pada penyampaian hasil pengetahuan yang diperoleh, bahasa dinilai sebagai pengurangan
makna pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, untuk menentukan validitas pengetahuan begitu pribadi dan tidak
dapat dirumuskan dalam kesepakatan manusia.
Metode yang ditawarkan dalam metode intuitif adalah metode penyucian diri. Melalui penyucian diri diharapkan hati
memiliki fokus pada sumber objek pengetahuan, dan tidak lagi memiliki kepentingan di dalamnya sehingga ilmu akan
diserap apa adanya. Dapat disimpulkan metode ini menawarkan penyucian diri untuk memberikan tempat masuknya ilmu
pengetahuan yang sesungguhnya.
Validitas yang dihasilkan metode ini sepenuhnya benar, karena subjek pengetahuan ada sebagaimana adanya sang objek
pengetahuan. Antara subjek dan objek pengetahuan tiada jarak dan menyatu. Sebagaimana pengetahuan kita mengenai
pribadi kita sendiri, tidak ada yang lebih mengenal diri kita selain diri kita sendiri. Walaupun sering dikatakan orang tua
mengenal anaknya begitu dalam, namun yang paling mengenal sang anak adalah anak itu sendiri.

Kesimpulan
Setiap metode pengetahuan memiliki karakter masing-masing dan validitas juga. Diharapkan bagi para pembaca tidak lagi
menggunakan kaca mata kuda, karena hal itu akan menjadikan kita seperti katak dalam tempurung yang hanya melihat dunia
sebesar tempurung. Suatu kebenaran tidak akan pernah memiliki akhir, antara satu dengan yang lain saling mendukung, sama
halnya dengan keempat metode di atas. Tidak ada yang mengetahui kebenaran yang hakiki kecuali Allah SWT dan orang-
orang yang dikehendakinya.

xviii

You might also like