Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak bisa
digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui
merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui
atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan. Oleh karena itu
Banyak alasan yang dikemukan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASInya
tidak cukup, ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi.
Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak percaya diri bahwa
ASInya cukup untuk bayinya. Informasi tentang cara-cara menyusui yang baik
dan benar, pemberian ASI Eksklusif belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu.1
bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa
yang melayang setelah kelahiran. Sementara itu, menurut UNICEF, ASI eksklusif
30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia
2
setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
sejak lahir tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi.1
pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun
jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 yang sebesar 35 per 1.000
kelahiran hidup.2
bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi
tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI
Berdasarkan data Susenas di Indonesia tahun 2004 sampai dengan tahun 2008,
cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan meningkat
dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 62,2% pada tahun 2007, tetapi kemudian
Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2007 cakupan pemberian
masyarakat cakupan pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat 30% pada tahun 2003
Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2008 cakupan pemberian
karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Cisaga Kabupaten
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Cisaga Kabupaten Subang
tahun 2010.
4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan
dapat memberikan masukan sebagai bacaan bagi rekan sejawat dan sebagai bahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga
kesehatan yang ada sebagai masukan dalam program kerja mengenai pemberian
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan
2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun
ASI 1,7 bulan. Padahal, kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No. 450
tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan.
yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang
Menurut penelitian Dodik Briawan tahun 2004 pada saat ini banyak ibu-ibu
kebanyakan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Pada kondisi tersebut,
6
bagi ibu yang sedang menyusui sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi
kalau tempat tinggal berjauhan dengan tempat bekerja. Demikian pula jika
perusahaaan tempat bekerja menetapkan aturan yang ketat terhadap jam kerja
karyawannya.7
Studi di Aceh terhadap 150 ibu menyusui, pada bulan pertama dijumpai
sampai 96,7%, namun yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan hanya 31,9%.
ibu.7
oleh iklan dan promosi susu formula. Meskipun tanpa disusui sendiri oleh ibunya,
kebanyakan ibu-ibu percaya bahwa anaknya akan tetap sehat dan cerdas seperti
Kelompok ibu-ibu yang sehat dan produksi ASI-nya bagus, sebetulnya yang
paling memungkinkan dapat memberikan ASI dengan baik. Tetapi banyak faktor
semua suami atau orangtua akan mendukung pemberian ASI. Misalnya, suami
merasa tidak nyaman apabila isterinya menyusui. Pada waktu seorang ibu
merawat ibu dan bayinya. Pada saat itu mereka memberikan makanan/minuman
Tidak semua ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya. Studi Seaman di
Pensylvania, hanya sekitar 44% ibu –ibu yang menyusui bayinya saat di rumah
sakit, dan enam bulan kemudian menjadi 13%. Dari mereka yang memberikan
7
susu formula, 36% karena suami merasa kurang nyaman, dan 24,3% karena
pengaruh nenek-kakek dan anggota keluarga lain. Pandangan para ayah yang
merasa tidak nyaman dengan kegiatan menyusui merupakan alasan utama para ibu
2007 dapat diketahui bahwa 22 orang dengan persentase 55% memiliki tingkat
27.5% memiliki tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif sedang, dan 7 orang
baik.8
Karakteristik
1. Umur
4. Pekerjaan
5. Penghasilan
7. Dukungan keluarga
kuesioner.
Penelitian ini dilakukan di Desa Cisaga dan waktu penelitian dilakukan pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Umur
organ reproduksi wanita pada usia tersebut dianggap telah siap untuk hamil baik
Pada wanita umur lebih dari 35 tahun sudah mulai terjadi penurunan fungsi
degeneratif seperti tekanan darah tinggi, atau diabetes sudah sering muncul.
Penyakit pada pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi, penyempitan dan
pengapuran.
awal dewasa dan berlangsung sampai sekitar umur 45 tahun. Pada masa dewasa
2.1.2 Paritas
10
Paritas berasal dari kata para yang artinya jumlah kehamilan yang
menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim 28 minggu atau lebih.
yaitu nullipara, primipara dan multipara. Yang dimaksud dengan nullipara adalah
seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari
28 minggu. Dalam hal ini seorang dikatakan nullipara apabila wanita tersebut
belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Sedangkan yang
dimaksud dengan primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali
multipara adalah seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia
kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya dua kali
atau lebih.11
2.1.3 Pendidikan
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Pendidikan dalam arti sempit adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk
2.1.4 Pekerjaan
Dari segi ekonomi yang dimaksud dengan pekerjaan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk digunakan sendiri
wanita khususnya ibu rumah tangga yang menjalani profesi ganda sebagai wanita
karir. Hal ini disebabkan karena adanya keinginan, harapan, dan kebutuhan.
Melalui bekerja seorang akan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan
bervariasi sehingga cenderung mempunyai pola fikir yang terbuka, lebih energik,
keluarga, dapat menjalin relasi sosial dengan orang lain serta mampu
2.2 Penghasilan
Penghasilan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik
dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud penghasilan dalam
penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan
pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua. Pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder.
12
2.3 Pengetahuan
dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia di peroleh melalui mata dan
perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya
apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama.16
kognitif, yaitu:
1. Tahu (know)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
13
telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (comprehension)
tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi
3. Aplikasi (application)
di pelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
4. Analisis (analisys)
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
5. Sintesis (synthesis)
Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru
14
6. Evaluasi (evaluation)
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada
misalnya, dapat membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang
2.4.1 Pengertian
penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
a. Dukungan informasional
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
15
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi.17
b. Dukungan penilaian
c. Dukungan instrumental
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial
16
kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-
tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan,
kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga.17
ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi
ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih dan anpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk
jangka waktu setidaknya selama enam bulan, dan setelah enam bulan bayi mulai
bayi berusia dua tahun atau bahkan lebih dari dua tahun.18
ASI memang terbukti memiliki banyak sekali manfaat untuk bayi. Berikut ini
kuman baru yang masuk ke dalam tubuh ibu, maka zat antibodi yang dibentuk
oleh tubuh ibu terhadap kuman tersebut akan melekat dalam ASI dan diterima
2. Bayi yang mendapat ASI ekslusif dapat memberikan respons vaksin (imunisasi)
5. ASI menurunkan risiko terjadinya penyakit pada saluran cerna, seperti diare
7. ASI kaya akan AA dan DHA yang mendukung pertumbuhan kecerdasan bayi.
sebelum hamil.
18
lebih cepat.
5. Penelitian menunjukan bahwa ibu yang menyusui memiliki risiko lebih rendah
6. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol
7. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas
dan lain-lain.
8. ASI lebih murah karena ibu tidak harus selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya.
9. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril.
11. ASI tidak akan basi. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh
tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tidak perlu
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu, kayu bakar, atau
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam
5. Memberikan ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI
6. Lebih praktis ketika akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air
2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret dan sakit
saluran nafas.
membangun negara. Karena anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang
secara optimal.
1. Kolostrum
20
pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan
kemampuan ginjal bayi baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam
volume besar. 18
kelahiran; walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
setelah kelahiran.18
2. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari Casein (yang sulit dicerna) dan Whey (yang
mudah dicerna). Berbeda dengan susu sapi, protein dalam ASI lebih banyak
3. Lemak
Lemak adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat
gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk
emulsi.
4. Laktosa
21
4. Vitamin A
Vitamin ini terdapat pada ASI dengan konsentrasi berkisar pada 200 IU/dl.
5. Zat Besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0.5 – 1.0 mg/liter), bayi yang
menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada
6. Taurin
7. Laktobasilus
merugikan seperti bakteri E. Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
8. Laktoferin
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada kolostrum pada payudara ibu
hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai menghisap payudara, maka produksi
ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak 10-
22
±100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke-10
sampai ke-14.20
hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau
bahkan sampai 1 liter per hari dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang
sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat baik pada waktu
menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama
usia bayi, 400-600 cc pada 6 bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia
anak.20
dan di sekitar areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
b. Posisi Menyusui
Ada berbagi macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah dengan
duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi
tertentu seperti ibu pasca oprasi sesar, bayi diletakkan disamping kepala ibu
dengan kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara memegang
bola, dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan. Pada ASI yang
23
memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit
menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.20
1) lbu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah d&n
3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
d. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang dibawah
e. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks) dengan cara :
f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
puting susu berada dilangit-langit dan. lidah bayi akan menekan ASI keluar
Posisi yang salah, yaltu apabila hanya menghisap pada puting susu saja akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
g. Melepas isapan bayi setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa
sendirinya.
h. Menyendawakan Bayi
perlahan.20
Artinya, paling tidak setiap 2-3 jam sekali dan setiap 4-5 jam di malam hari dari
Semakin sering bayi menyusu maka ASI yang di produksi pun akan semakin
prolaktin yang akan memicu produksi ASI dalam jumlah sebanyak mungkin.18
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
dijadwal sesuai dengan kebutuhan bayi sangat berguna, karena dengan sering
disusukan akan memacu produksi ASI, dan juga dapat mendukung keberhasilan
menunda kehamilan.20
1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang secara rutin
talaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur 2
tahun.
ruang bersalin.
5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir.
sehari.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah
Dalam kenyataanya tidak semua ibu mau menyusui bayinya. Banyak ibu yang
berpaling ke susu formula, padahal saat bayi menyusui adalah saat paling penting
antara lain:18
27
5. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja.
10. Kurangnya pengetahuan ibu ten tang upaya mempert ahankan kualitas dan
12. Takut kehilangan kecantikan dan tidak disayang lagi oleh suami.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran karakteristik ibu yang tidak
3.2.1 Populasi
29
dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan di desa Cisaga
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih, dilakukan sedemikian rupa
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu semua
jumlah populasi dijadikan subjek penelitian yaitu sebanyak 35 orang. Jadi tidak
Dalam penelitian ini ada kriteria tertentu yang ditetapkan penulis dalam
1. Kriteria inklusi
b. Ibu yang mempunyai bayi yang berusia 6-12 bulan yang telah
diberikan makanan atau minuman selain ASI saat bayi berusia 0-6
bulan.
2. Kriteria eksklusi
variabel pada penelitian ini adalah ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif.
a. Umur
b. Paritas
c. Tingkat pendidikan
d. Pekerjaan
e. Penghasilan
g. Dukungan suami/keluarga
Operasional
1 Umur Usia responden Kuesioner 1. <20 tahun Interval
sesuai
pengakuannya
dilahirkan sampai
berulang tahun
2 Paritas Jumlah anak yang Kuesioner 1. 1 Interval
sampai saat
dilakukan
penelitian
3 Tingkat Lama pendidikan Kuesioner 1. 0-6 tahun Interval
ijazah terakhir
sampai saat
dilakukan
penelitian
32
dilakukan untuk
mendapatkan hasil
5 Penghasilan Penghasilan Kuesioner 1. < Rp 746.400 Ordinal
dengan UMR
6 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner 1. Baik (76%- Ordinal
yang 100%)
responden 3.Kurang
kuesioner
mengenai ASI
eksklusif
7 Dukungan Motivasi yang Kuesioner 1. Mendukung Nominal
suami/keluarga diberikan
2. Tidak
suami/keluarga
mendukung
selama ibu
menyusui
8 Alasan ibu Penyebab ibu Kuesioner 1. Pengaruh Nominal
menangis
terus
3. ASI sedikit
4. Lain-lain
(Khawatir
terhadap BB
bayi yang
tidak naik
setiap bulan,
ibu bekerja)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hanya digunakan data primer
ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan yang telah diberikan
makanan atau minuman lain selain ASI pada saat usia 0-6 bulan yang berada di
desa Cisaga. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui survey
mandiri yang dikirim kepada responden langsung atau wawancara bila ada
Tujuan alat ukur ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument yang
Analisa data yang akan digunakan adalah analisa secara univariat yaitu
presentase jawaban. Selanjutnya untuk setiap item yang dijawab diberi nilai sesuai
P= a /b x 100%
35
Keterangan :
P : Persentase
Alasan menggunakan rumus ini, karena jawaban setiap responden berbeda dan
pengolahan data yang betujuan untuk mengubah data kasar menjadi data yang
1. Editing
Merupakan upaya memeriksa kembali kebenaran dari data yang telah diperoleh
atau dikumpulkan, yaitu mengedit kembali jawaban dari kuesioner yang telah
diberikan untuk menghindari kesalahan atau adanya kuesioner yang tidak terisi.
2. Coding
3. Tabulasi
36
4. Data Entri
Data hasil pengamatan di tata dan diringkas dalam bentuk tabel yang di kenal
bentuk tabel. Adapun rumus uji analisis univariat adalah sebagai berikut 22
P=f/n x 100%
Keterangan: P: presentase
f : frekuensi
n: populasi
37
BAB IV
Telah dilakukan penelitian terhadap 35 ibu yang mempunyai bayi usia 6-12
Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur terbanyak adalah umur 20-34
tahun yaitu 80,00% (28 orang) dan kelompok umur terendah adalah umur < 20
Paritas Frekuensi %
1 13 37,14
2-3 19 54,29
≥4 3 8,57
Total 35 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa paritas terbanyak adalah paritas 2-3 yaitu
54,29% (19 orang) dan paritas terendah adalah paritas ≥ 4 yaitu 8,57% (3 orang)
Paritas Frekuensi %
0-6 tahun 14 40
7-9 tahun 12 34,29
10-12 tahun 6 17,14
≥ 13 tahun 3 8,57
Total 35 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa lama pendidikan yang terbanyak adalah 0-6
tahun yaitu 40% (14 orang) dan lama pendidikan yang terendah adalah ≥ 12
Pekerjaan Frekuensi %
Bekerja 4 11,43
Tidak Bekerja 31 88,57
Total 35 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 88,57% (31 orang) tidak bekerja dan
Penghasilan Frekuensi %
< Rp 746.400 24 68,57
≥ Rp 746.400 11 31,43
Total 35 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa ibu yang tidak memberikan ASI mempunyai
penghasilan ≤ Rp 746.400 yaitu 68,57% (24 orang) dan 31,43% (11 orang) yang
eksklusif
Pengetahuan Frekuensi %
Baik 14 40,00
Cukup 16 45,71
Kurang 5 14,29
Total 35 100
40
Dari tabel diatas terlihat bahwa pengetahuan ibu mengenai pengetahuan ASI
eksklusif terbanyak adalah cukup yaitu 45,71% (16 orang) dan yang terendah
Dukungan Frekuensi %
Mendukung 9 25,71
Tidak Mendukung 26 74,29
Total 35 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa suami/keluarga yang tidak mendukung ASI
eksklusif yaitu 74,29% (26 orang) dan suami/keluarga yang mendukung ASI
ASI eksklusif
Alasan Jumlah %
Pengaruh keluarga/teman 7 20,00
Bayi menangis terus 16 45,71
ASI sedikit 7 20,00
Lain-lain 5 14,29
Total 35 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa alasan terbanyak ibu tidak memberikan ASI
eksklusif adalah bayi menangis terus yaitu 45,71% (16 orang) dan yang terkecil
4.2 Pembahasan
4.2.1Umur
memberikan ASI eksklusif dari 35 responden diperoleh data bahwa umur yang
terbanyak pada kategori 20-34 tahun yaitu 80,00% (28 orang) dan kelompok
umur terkecil adalah umur < 20 tahun yaitu 5,71% (2 orang) . Umur 20-34 tahun
merupakan umur yang sehat untuk reproduksi. Hasil ini sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter kota Bandung tahun
2006 dari 63 responden 9,52% (6 orang) umur < 20 tahun, 71,43% (45 orang)
umur 20-34 tahun dan 19,05% (12 orang) umur ≥35 tahun.
Umur 20-35 tahun merupakan umur yang sehat untuk reproduksi. Kematangan
organ reproduksi dan siap untuk mengalami kehamilan yaitu pada usia 20-35
tahun. Pada umur ≥35 tahun organ reproduksi sudah mengalami penurunan yang
Pada umur <20 tahun organ reproduksi belum matang dan belum siap
mengalami kehamilan. Baik secara fisik maupun mental, emosional, dan psikologi
umur < 20 tahun belum siap untuk mengalami kehamilan serta pada umur <20
4.2.2 Paritas
Berdasarkan pada tabel 4.2 paritas yang terbesar yaitu paritas 2-3 yaitu 54,29%
(19 orang) dan paritas terkecil adalah paritas ≥ 4 yaitu 8,57% (3 orang). Hasil ini
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter
42
kota Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu 25,40% (16 orang) paritas 1,
55,56% (35 orang) paritas 2-3, dan 19,04% (12 orang) paritas ≥4.
Bagi ibu yang mempunyai anak lebih sari satu, pengalaman menyusui
memegang peranan penting bagi ibu untuk menyusui kembali, sehingga sifatnya
mempunyai anak lebih dari satu tidak memberikan ASI eksklusif karena pada
anak yang sebelumnya juga ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Ibu merasa anak
yang sebelumnya juga tidak diberi ASI eksklusif tidak terjadi apa-apa pada
anaknya, bahkan sampai sekarang anaknya sehat tanpa diberi ASI eksklusif.
Berbeda pada ibu yang baru mempunyai satu anak, biasanya ibu belum
mepunyai pengalaman untuk merawat dan menyusui bayinya. Pada ibu paritas 1
ini biasanya lebih semangat dan banyak bertanya bagaimana merawat bayi serta
memberikan ASI, semua itu harus ada dukungan informasi yang baik dan benar
Pada ibu paritas 1 ini baik dukungan informasi atau dukungan suami/keluarga
4.2.3 Pendidikan
Sebagian besar ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di desa Cisaga
menempuh lama pendidikan 0-6 tahun yaitu 40% (14 orang) dan lama pendidikan
43
yang terkecil adalah ≥ 12 tahun yaitu 8,57% (3 orang). Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter kota
Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu 12,70% (8 orang) menempuh lama
pendidikan <6 tahun, 22,22% (14 orang) menempuh lama pendidikan 7-9 tahun,
44,44% (28 orang) menempuh lama pendidikan 10-12 tahun, dan 20,64% (13
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
4.2.4 Pekerjaan
Pekerjaan pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 88,57% (31
orang) ibu tidak bekerja dan 11,43% (4 orang) bekerja. Hal ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter kota
Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu 36,51% (23 orang) responden yang
Dilihat dari hasil penelitian kebanyakan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif adalah ibu yang tidak bekerja, pada ibu yang tidak bekerja lebih
diharapkan agar memberikan ASI eksklusif karena dengan ibu tidak bekerja ibu
lebih fokus untuk merawat bayinya. Pada ibu yang bekerja dari hasil wawancara
kebanyakan ibu tidak mengetahui cara penyimpanan ASI dan dengan ibu bekerja
produksi ASI menjadi berkurang, ibu harus memeras sebelum bekerja yang
dianggap merepotkan bagi ibu. Padahal ibu yang bekerja masih bisa memberikan
ASI eksklusif dengan cara menyusui bayi sebelum dan sesudah ibu bekerja,
perbanyak menyusui pada malam hari, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.5 ibu yang tidak
(24 orang) dan 31,43% (11 orang) yang mempunyai penghasilan ≥ Rp 746.400.
45
kebutuhan anak dan menunjang tumbuh kembang anak. Tetapi tetap dengan
memperhatikan usia atau nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi. Dalam arti walaupun
ASI, bukan berarti dapat memberi makanan pendamping ASI yang memang
lain seperti pisang dan nasi tim karena rata-rata pekerjaan keluarga adalah petani
Berdasarkan pada tabel 4.6 terlihat bahwa pengetahuan ibu yang tidak
memberikan ASI pada kategori cukup yaitu 45,71% (16 orang) dan yang terkecil
adalah kurang yaitu 14,29% (5 orang). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sudah cukup.Hal ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter kota
Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu 36,51% (23 orang) berpengetahuan
berpengetahuan kurang.
Namun responden dengan pengetahuan baik dalam pemberian ASI eksklusif tidak
jauh berbeda dengan ibu-ibu yang berpengetahuan cukup tentang ASI eksklusif
artinya pengetahuan responden yang baik belum tentu memberikan ASI eksklusif.
46
perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya
apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama.16
Dilihat dari tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif ada enam
tingkatan yang pertama tahu (know) pada tahap ini adalah tahap mengingat materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu (know) merupakan tahap yang paling
rendah, tahap selanjutnya adalah memahami lalu setelah itu adalah tahap aplikasi.
Pada ibu-ibu dengan pengetahuan baik atau cukup tingkatan domain kognitif
hanya sampai dengan tingkatan tahu, tetapi tidak sampai ketingkatan memahami
dan aplikasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada saat ibu menyusui, suami
dan keluarga tidak memberikan dukungan yaitu 80% (28 orang) dan
informasi yaitu keluarga memberikan informasi yang baik dan benar mengenai
ASI kepada ibu. Tenaga kesehatan harus lebih sering dalam memberikan
keluarga dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh ibu dan
diberikan petugas kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik. Namun pada ibu
yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi yang diberikan tetapi
belum tentu menyadari pentingnya ASI eksklusif bagi bayinya serta mampu
pemecahan masalah yang baik dan benar kepada ibu apabila mendapatkan
masalah saat memberikan ASI eksklusif, memberikan pujian kepada ibu apabila
ibu sedang memberikan ASI, dan memberikan perhatian kepada ibu atau dengan
cara mengingatkan ibu apabila ibu lupa untuk menyusui. Dukungan instrumental
yaitu keluarga menggantikan ibu untuk merawat bayinya apabila ibu sedang
kelelahan dan membantu ibu pada saat ibu mengalami kesulitan dalam menyusui,
mendengarkan apa yang dirasakan ibu dan memberikan perhatian yang lebih
kepada ibu.
Dilihat dari hasil penelitian dukungan yang diberikan oleh keluarga pada ibu
menyusui kurang. Keluarga tidak mengetahui keuntungan ASI dan ASI eksklusif,
bahkan keluarga ikut membelikan dot dan susu formula serta membantu ibu
48
memberikan makanan tambahan kepada bayi < 6 bulan, salah satu alasan keluarga
mendukung untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena bayi menangis terus.
sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan
atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah,
suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam
keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu
orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.17
Dari tabel diatas terlihat bahwa alasan terbanyak ibu tidak memberikan ASI
eksklusif adalah bayi menangis terus yaitu 45,71% (16 orang), alasan yang
terkecil adalah lain-lain yaitu 14,29% (5 orang) dan pengaruh keluarga/teman dan
ASI sedikit 20% (7 orang). Penelitian yang dilakukan Rohani di Puskesmas Teluk
memberi ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, yaitu : ASI tidak
keluar selama 3 hari jadi bayi diberikan susu formula, sibuk bekerja, tidak
mengerti kenapa bayi menangis terus jadi diberi makanan tambahan, ASI hanya
sedikit jadi tidak bisa selama 6 bulan dan memang tidak mau sama sekali.25
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter
kota Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu sebanyak 55,56% (35 orang)
pada berat badan. 28,57% (18 orang) dengan lasan bekerja, 15.87% (10 orang)
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa alasan yang terbanyak ibu tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu ibu khawatir karena bayi menangis terus, dan ibu
berpikiran bahwa bayi menangis terus karena bayi menginginkan makan ditambah
selain ASI. Padahal banyak sekali penyebab yang membuat bayi menangis
misalnya bayi mengompol, ingin menyusu, ada yang membuat bayi tidak nyaman,
Alasan lain yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI yaitu ASI ibu
sedikit sehingga ibu khawatir bayi tidak mendapatkan asupan yang mencukupi.
Alasan lain yaitu pengaruh keluarga atau teman, pada saat ibu melahirkan banyak
saudara atau teman yang menjenguk dan membantu ibu untuk merawat bayinya
sehingga pada saat bayi sering menangis dan rewel banyak keluarga atau teman
yang menyarankan ibu untuk memberikan makan kepada bayi karena keluarga
atau teman beranggapan bahwa bayi rewel karena ingin makan atau memberikan
ASI saja tidak akan mencukupi nutrisi bayi. Bekerja juga merupakan salah satu
alasan ibu tidak memberikan ASI karena ibu tidak mengetahui cara menyimpan
ASI yang benar sehingga ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI
pada saat ibu bekerja. Kekhawatiran terhadap berat badan bayi merupakan salah
satu alasan ibu tidak memberikan ASI karena setiap penimbangan setiap bulan BB
bayi tidak ada peningkatan bahkan menurun, sehingga ibu memberikan makanan
BAB V
5.1 Simpulan
1. Karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebagian besar berumur
20-34 tahun yaitu 80% (28 orang), paritas yang terbanyak 2-3 yaitu 54,29% (19
orang), lama pendidikan yang terbanyak 0-6 tahun yaitu 40% (14 rang),
pekerjaan yang terbanyak ibu yang tidak bekerja 88,57% (31 orang), dan
2. Pengetahuan ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yang paling banyak
terbanyak ibu tidak mendapat dukungan dari suami/keluarga yaitu 74,29% (26
orang).
4. Alasan yang paling banyak menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif
5.2 Saran
dan penyuluhan tidak hanya difokuskan kepada ibu-ibunya saja tetapi penuyuhan
kepada kader, suami dan keluarga. Peran tenaga kesehatan sangat penting untuk
memberikan pengetahuan yang baik dan benar kepada ibu, suami ataupun
DAFTAR PUSTAKA
1. Muaris, hindah. Bubur susu. Jakarta: Gramedia pustaka utama. 2005. 21-2
3. Prasetyono, dwi sunar. Buku pintar ASI eksklusif pengenalan, praktik, dan
2010.
Pustaka,2005.hal.224-235.
hal.234-241.
05 September 2010.
offset.
2010.
18. Novianti, Ratih. Cara dahsyat memberikan ASI untuk bayi sehat dan cerdas.
08 September 2010.
23. Laporan tugas akhir. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI