You are on page 1of 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak bisa

digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

menghasilkan manusia yang berkualitas. 1

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui

merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui

atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan. Oleh karena itu

ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui ASI Eksklusif berhasil.

Banyak alasan yang dikemukan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASInya

tidak cukup, ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi.

Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak percaya diri bahwa

ASInya cukup untuk bayinya. Informasi tentang cara-cara menyusui yang baik

dan benar, pemberian ASI Eksklusif belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu.1

Akhir-akhir ini, sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6

bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa

yang melayang setelah kelahiran. Sementara itu, menurut UNICEF, ASI eksklusif

dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa

30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia
2

setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan

sejak lahir tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi.1

Badan Pusat Statistik melalui Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

mengestimasikan indikasi penurunan dari tahun ke tahun, Angka Kematian Bayi

pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun

jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 yang sebesar 35 per 1.000

kelahiran hidup.2

Angka ASI eksklusif di Indonesia bervariasi, yakni sekitar 30-60%. WHO,

UNICEF dan departemen kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No.

450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan

bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal,

bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi

tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI

dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.3

Berdasarkan data Susenas di Indonesia tahun 2004 sampai dengan tahun 2008,

cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan meningkat

dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 62,2% pada tahun 2007, tetapi kemudian

menetap dan sedikit menurun menjadi 56,2% tahun 2008.4

Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2007 cakupan pemberian

ASI eksklusif di Jawa Barat yaitu 53,75%.5


3

Menurut pengembangan database pembangunan gizi bidang kesehatan dan gizi

masyarakat cakupan pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat 30% pada tahun 2003

dan 32,4% pada tahun 2007.2

Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2008 cakupan pemberian

ASI eksklusif di Jawa Barat yaitu 42,60%. Di kabupaten Subang cakupan

pemberian ASI eksklusif yaitu 31,08%. 5

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengetahui “Gambaran

karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Cisaga Kabupaten

Subang tahun 2010.6

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI

eksklusif di Desa Cisaga Kabupaten Subang tahun 2010?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik

ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Cisaga Kabupaten Subang

tahun 2010.
4

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di

Desa Cisaga ditinjau dari umur ibu.

2. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di

Desa Cisaga ditinjau dari paritas ibu.

3. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di

Desa Cisaga ditinjau dari tingkat pendidikan ibu.

4. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di

Desa Cisaga ditinjau dari pekerjaan ibu.

5. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di

Desa Cisaga ditinjau dari penghasilan keluarga.

6. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif

7. Mengetahui dukungan keluarga kepada ibu selama ibu menyusui.

8. Mengetahui alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan

dapat memberikan masukan sebagai bacaan bagi rekan sejawat dan sebagai bahan

penelitian lebih lanjut.


5

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga

kesehatan yang ada sebagai masukan dalam program kerja mengenai pemberian

ASI eksklusif pada bayi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan

2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi

39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat.3

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun

2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan

ASI 1,7 bulan. Padahal, kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No. 450

tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan.

Turunnya angka ini terkait pengaruh sosial budaya di masyarakat, yang

menganjurkan supaya bayi diberi makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan.3

Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6

bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan

yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang

terkandung dalam ASI. 3

Menurut penelitian Dodik Briawan tahun 2004 pada saat ini banyak ibu-ibu

yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah. Wanita di perkotaan

kebanyakan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Pada kondisi tersebut,
6

bagi ibu yang sedang menyusui sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi

kalau tempat tinggal berjauhan dengan tempat bekerja. Demikian pula jika

perusahaaan tempat bekerja menetapkan aturan yang ketat terhadap jam kerja

karyawannya.7

Studi di Aceh terhadap 150 ibu menyusui, pada bulan pertama dijumpai

sampai 96,7%, namun yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan hanya 31,9%.

Pemberian ASI tersebut berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu, pekerjaan

ibu.7

Pada ibu-ibu kelompok sosial-ekonomi menengah sudah banyak terpengaruh

oleh iklan dan promosi susu formula. Meskipun tanpa disusui sendiri oleh ibunya,

kebanyakan ibu-ibu percaya bahwa anaknya akan tetap sehat dan cerdas seperti

dalam iklan apabila bayi diberikan tambahan susu formula.7

Kelompok ibu-ibu yang sehat dan produksi ASI-nya bagus, sebetulnya yang

paling memungkinkan dapat memberikan ASI dengan baik. Tetapi banyak faktor

yang mempengaruhinya, antara lain faktor keluarga dan kekerabatan. Tidak

semua suami atau orangtua akan mendukung pemberian ASI. Misalnya, suami

merasa tidak nyaman apabila isterinya menyusui. Pada waktu seorang ibu

melahirkan, keluarga besar atau kerabatnya berdatangan untuk membantu

merawat ibu dan bayinya. Pada saat itu mereka memberikan makanan/minuman

pada usia yang sangat dini.7

Tidak semua ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya. Studi Seaman di

Pensylvania, hanya sekitar 44% ibu –ibu yang menyusui bayinya saat di rumah

sakit, dan enam bulan kemudian menjadi 13%. Dari mereka yang memberikan
7

susu formula, 36% karena suami merasa kurang nyaman, dan 24,3% karena

pengaruh nenek-kakek dan anggota keluarga lain. Pandangan para ayah yang

merasa tidak nyaman dengan kegiatan menyusui merupakan alasan utama para ibu

memilih memberikan susu formula.7

Dari penelitian Novi Wahyuningrum di Desa Sadang Kabupaten Kudus tahun

2007 dapat diketahui bahwa 22 orang dengan persentase 55% memiliki tingkat

pengetahuan terhadap ASI eksklusif masih kurang, 11 orang dengan persentase

27.5% memiliki tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif sedang, dan 7 orang

dengan persentase 17.5% memiliki tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif

baik.8

Karakteristik

1. Umur

Ibu yang tidak memberikan 2. Paritas


ASI eksklusif
3. Tingkat pendidikan

4. Pekerjaan

5. Penghasilan

6. Pengetahuan ASI eksklusif

7. Dukungan keluarga

8. Alasan tidak memberikan


ASI eksklusif
1.1 Kerangka pemikiran

1.6 Metodologi Penelitian


8

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi

deskriptif dengan pendekatan cross sectional mengambil data primer berupa

kuesioner.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cisaga dan waktu penelitian dilakukan pada

bulan September-Oktober 2010.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik ibu

2.1.1 Umur

Kematangan organ reproduksi dan siap untuk mengalami kehamilan menurut

Departemen Kesehatan adalah umur 20 tahun sampai 35 tahun, karena semua

organ reproduksi wanita pada usia tersebut dianggap telah siap untuk hamil baik

secara fisik maupun mental, emosional, dan psikologi.9

Pada wanita umur lebih dari 35 tahun sudah mulai terjadi penurunan fungsi

organ reproduksi terutama yang berakibat terjadinya komplikasi pada kehamilan

dan persalinan, karena pada umur 35 tahun ke atas, biasanya penyakit-penyakit

degeneratif seperti tekanan darah tinggi, atau diabetes sudah sering muncul.

Penyakit pada pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi, penyempitan dan

pengapuran.

Dari segi psikologi perkembangan bahwa sekitar umur 20 tahun merupakan

awal dewasa dan berlangsung sampai sekitar umur 45 tahun. Pada masa dewasa

ini seorang mulai menggunakan pemikiran operasional formalnya sehingga

mampu merencanakan dan menyusun suatu pemecahan masalah. 10

2.1.2 Paritas
10

Paritas berasal dari kata para yang artinya jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim 28 minggu atau lebih.

Pengelompokkan paritas menurut jumlahnya kelahirannya terdapat 3 kelompok

yaitu nullipara, primipara dan multipara. Yang dimaksud dengan nullipara adalah

seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari

28 minggu. Dalam hal ini seorang dikatakan nullipara apabila wanita tersebut

belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Sedangkan yang

dimaksud dengan primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali

melahirkan dengan janin mencapai umur kehamilan 28 minggu atau lebih.,

multipara adalah seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia

kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya dua kali

atau lebih.11

2.1.3 Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.12

Pendidikan dalam arti sempit adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk

memperoleh pengetahuan. Sedangkan pendidikan dalam arti luas adalah seluruh

tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan prilaku-prilaku manusia dan

juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.13


11

2.1.4 Pekerjaan

Dari segi ekonomi yang dimaksud dengan pekerjaan adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk digunakan sendiri

maupun untuk mendapatkan suatu imbalan.14

Pekerjaan berhubungan dengan bekerja. Seiring kemajuan teknologi, banyak

wanita khususnya ibu rumah tangga yang menjalani profesi ganda sebagai wanita

karir. Hal ini disebabkan karena adanya keinginan, harapan, dan kebutuhan.

Melalui bekerja seorang akan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan

bervariasi sehingga cenderung mempunyai pola fikir yang terbuka, lebih energik,

mempunyai wawasan yang luas dan lebih dinamis. Dapat mengembangkan

keterampilan dan kompetensi yang dimiliki, menambah sumber penghasilan bagi

keluarga, dapat menjalin relasi sosial dengan orang lain serta mampu

mengekspresikan diri dengan cara kreatif dan produktif untuk menghasilkan

sesuatu yang mendatangkan kebanggaan pada dirinya.14

2.2 Penghasilan

Penghasilan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik

dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud penghasilan dalam

penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan

pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua. Pendapatan keluarga yang

memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder.
12

2.3 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui

panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia di peroleh melalui mata dan

telinga.(15) Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior), bahwa perubahan perilaku tidak

selalu melewati 5 tahapan awarness (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus),

evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus), trial

(mencoba), dan adoption (subjek telah berperilaku baru). Apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya

apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama.16

Pengetahuan di bagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain

kognitif, yaitu:

1. Tahu (know)

Dapat di artikan sebagai mengingat materi yang telah di pelajari sebelumnya

termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
13

telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi

tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.16

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

di pelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analisys)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam sruktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja menggambarkan (membuat bagan),

membedakan , memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru
14

dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan,dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada

misalnya, dapat membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat

menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya. 16

2.4 Dukungan Keluarga

2.4.1 Pengertian

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.17

2.4.2 Fungsi dukungan keluarga

Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
15

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.17

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota

keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,

istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan

emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

2.4.3 Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang

oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial
16

kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara

kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal.

2.4.4 Manfaat dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-

tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan,

dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan

adaptasi keluarga.17

2.5 ASI Eksklusif

2.5.1 Pengertian ASI eksklusif

ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi

ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air

putih dan anpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biskuit bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk

jangka waktu setidaknya selama enam bulan, dan setelah enam bulan bayi mulai

diperkenalkan dengan makanan padat. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai

bayi berusia dua tahun atau bahkan lebih dari dua tahun.18

2.5.2 Manfaat ASI Eksklusif

A. Manfaat ASI bagi bayi


17

ASI memang terbukti memiliki banyak sekali manfaat untuk bayi. Berikut ini

sejumlah keistimewaan dari ASI:18

1. ASI memberikan perlindungan terhadap kuman-kuman di sekitar bayi. Bila ada

kuman baru yang masuk ke dalam tubuh ibu, maka zat antibodi yang dibentuk

oleh tubuh ibu terhadap kuman tersebut akan melekat dalam ASI dan diterima

oleh bayi sehingga bayi akan kebal terhadap kuman tersebut.

2. Bayi yang mendapat ASI ekslusif dapat memberikan respons vaksin (imunisasi)

yang lebih baik dibanding bayi yang mengkonsumsi susu formula.

3. ASI memperkuat sistem kekebalan tubuh. Komponen utama pembangun sistem

kekebalan tubuh pada ASI adalah prebiotik.

4. ASI menurunkan terjadinya risiko alergi.

5. ASI menurunkan risiko terjadinya penyakit pada saluran cerna, seperti diare

dan meningkatkan kekebalan pada sistem pencernaan.

6. ASI menurunkan risiko gangguan pernafasan, seperti batuk dan flu.

7. ASI kaya akan AA dan DHA yang mendukung pertumbuhan kecerdasan bayi.

8. ASI mengandung prebiotik alami untuk mendukung pertumbuhan flora usus.

9. ASI memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan seimbang.18

B. Manfaat ASI bagi Ibu

Berikut ini manfaat ASI untuk ibu yang menyusui18

1. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi

rahim, yang berarti mengurangi risiko pendarahan.

2. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran

sebelum hamil.
18

3. Menyusui akan membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan

lebih cepat.

4. Hisapan bayi membantu kontraksi rahim, mempercepat kondisi ibu untuk

kembali ke masa pra kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan.

5. Penelitian menunjukan bahwa ibu yang menyusui memiliki risiko lebih rendah

terhadap kanker rahim dan knker payudara.

6. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol

susu, dot, dan sebagainya.

7. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus

membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas

dan lain-lain.

8. ASI lebih murah karena ibu tidak harus selalu membeli susu kaleng dan

perlengkapannya.

9. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril.

10.Penelitian medis juga menunjukkan bahwa perempuan yang menyusui bayinya

mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.

11. ASI tidak akan basi. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh

tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tidak perlu

memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.18

C. Manfaat ASI bagi Keluarga

Adapun manfaat untuk keluarga sendiri adalah:19

1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu, kayu bakar, atau

minyak untuk merebus air, susu ataupun peralatan.


19

2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam

perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.

3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI eksklusif.

4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.

5. Memberikan ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI

selalu siap tersedia.

6. Lebih praktis ketika akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air

panas, dan lain-lain.19

D. Manfaat ASI bagi Negara

1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan

menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret dan sakit

saluran nafas.

3. Penghematan obat-obatan tenaga dan sarana kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk

membangun negara. Karena anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang

secara optimal.

5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan

terjadinya "generasi yang hilang" khususnya bagi Indonesia.

2.5.3 Komposisi ASI

1. Kolostrum
20

Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan

pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan

kemampuan ginjal bayi baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam

volume besar. 18

Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama (IgA) untuk melindungi bayi

dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare.Jumlah kololostrum yang

diproduksi, bervariasi tergantung dari isapan bayi pada hari-hari pertama

kelahiran; walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Oleh karena itu, harus diberikan kepada bayi.

Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak

rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama

setelah kelahiran.18

2. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari Casein (yang sulit dicerna) dan Whey (yang

mudah dicerna). Berbeda dengan susu sapi, protein dalam ASI lebih banyak

mengandung Whey daripada Casein sehingga protein ASI mudah dicerna.

3. Lemak

Lemak adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat

gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk

emulsi.

4. Laktosa
21

Laktosa merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai sumber

energi. Fungsi lainnya adalah meningkatkan penyerepan (absorpsi) kalsium dan

merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus.

4. Vitamin A

Vitamin ini terdapat pada ASI dengan konsentrasi berkisar pada 200 IU/dl.

5. Zat Besi

Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0.5 – 1.0 mg/liter), bayi yang

menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada

ASI lebih mudah diserap.

6. Taurin

Taurin berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, juga

berperan penting dalam maturasi otak bayi.

7. Laktobasilus

Laktobasilus berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang

merugikan seperti bakteri E. Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

8. Laktoferin

Laktoferin bermanfaat menghambat bakteri stafilokokus dan jamur kandida.18

2.5.4 Volume ASI

Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada kolostrum pada payudara ibu

hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai menghisap payudara, maka produksi

ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak 10-
22

±100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke-10

sampai ke-14.20

Bayi yang sehat selanjutrnya mengkonsumsi sebanyak 700-800 cc ASI per

hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau

bahkan sampai 1 liter per hari dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang

sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat baik pada waktu

hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI

menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama

usia bayi, 400-600 cc pada 6 bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia

anak.20

2.5.5 Langkah-langkah Menyusui yang benar

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting

dan di sekitar areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan

dan menjaga kelembaban puting susu.20

b. Posisi Menyusui

Ada berbagi macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah dengan

duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi

tertentu seperti ibu pasca oprasi sesar, bayi diletakkan disamping kepala ibu

dengan kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara memegang

bola, dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan. Pada ASI yang
23

memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit

menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.20

c. Bayi diletakkan menghadap perut dan payudara ibu.

1) lbu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan

kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi.

2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi

terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah d&n

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.

4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara

(tidak hanya membelokkan kepala bayi).

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

6) lbu menatap bayi dengan kasih sayang.

d. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang dibawah

, jangan -menekan puting susu atau areola payudaranya saja.

e. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks) dengan cara :

1) Menyentuh pipi dengan puting susu.

2) Menyentuh sisi mulut bayi.


24

f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara

ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi

1) Usahakan sebagian areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga

puting susu berada dilangit-langit dan. lidah bayi akan menekan ASI keluar

dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara.

Posisi yang salah, yaltu apabila hanya menghisap pada puting susu saja akan

mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.

2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang .

g. Melepas isapan bayi setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa

kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya.

Cara melepas isapan bayi:

1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.

2) Dagu bayi ditekan ke bawah.

3) Setelah selesai menyusui AS[ dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

puting susu dan disekitar kalang payudara, biarkan kering dengan

sendirinya.

h. Menyendawakan Bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya

bayi tidak muntah setelah menyusui.

Cara menyendawakan bayi:


25

1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian

punggungnya ditepuk perlahan- lahan.

2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk

perlahan.20

2.5.6 Lama dan frekuensi menyusui

Ibu harus menyusui sesering mungkin kapan pun bayi menginginkannya.

Artinya, paling tidak setiap 2-3 jam sekali dan setiap 4-5 jam di malam hari dari

8-12 kali menyusui selama 24 jam. 18

Semakin sering bayi menyusu maka ASI yang di produksi pun akan semakin

banyak. Hal ini disebabkan oleh stimulasi maksimum dari reseptor-resptor

prolaktin yang akan memicu produksi ASI dalam jumlah sebanyak mungkin.18

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat

berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tidak

dijadwal sesuai dengan kebutuhan bayi sangat berguna, karena dengan sering

disusukan akan memacu produksi ASI, dan juga dapat mendukung keberhasilan

menunda kehamilan.20

2.5.7 10 Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif

Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, tersebut yaitu :

1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang secara rutin

dikomunikasikan kepada semua petugas.

2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut.


26

3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

talaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur 2

tahun.

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan di

ruang bersalin.

5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara

mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru

lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam

sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap

lama dan frekuensi menyusui

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat dan

merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah

Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.21

2.5.8 Alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif

Dalam kenyataanya tidak semua ibu mau menyusui bayinya. Banyak ibu yang

berpaling ke susu formula, padahal saat bayi menyusui adalah saat paling penting

bagi seorang bayi untuk perkembangan fisik dan otaknya. Alasan-alasannya

antara lain:18
27

1. ASI tidak cukup atau produksi ASI yang kurang.

2. Ibu bekerja dengan cuti hamil tiga bulan.

3. Bayi menangis terus

4. Bayi yang tidak diberi ASI bisa tumbuh dengan baik.

5. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja.

6. Susu formula lebih praktis.

7. Takut badan tetap gemuk.

8. Penampilan menjadi kurang menarik.

9. Kurangnya informasi tentang manfaat dan keunggulan ASI.

10. Kurangnya pengetahuan ibu ten tang upaya mempert ahankan kualitas dan

kuantitas ASI selama periode menyusui.

11. Merasa kurang modern dan menyusui dianggap kuno.

12. Takut kehilangan kecantikan dan tidak disayang lagi oleh suami.

13. Gencarnya iklan susu formula di berbagai media massa.18


28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran karakteristik ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif

dengan mengambil data dengan menggunakan data primer berupa kuesioner.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi
29

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan di desa Cisaga

kabupaten subang yaitu sebanyak 39 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih, dilakukan sedemikian rupa

sehingga diperoleh sampel yang benar-benar mewakili dan dapat menggambarkan

keadaan populasi yang sebenarnya.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu semua

jumlah populasi dijadikan subjek penelitian yaitu sebanyak 35 orang. Jadi tidak

dilakukan pengambilan sampel.

Dalam penelitian ini ada kriteria tertentu yang ditetapkan penulis dalam

pengambilan sampel yaitu kriteria inklusi dan eksklusi .

1. Kriteria inklusi

a. Responden yang tinggal di Desa Cisaga

b. Ibu yang mempunyai bayi yang berusia 6-12 bulan yang telah

diberikan makanan atau minuman selain ASI saat bayi berusia 0-6

bulan.

2. Kriteria eksklusi

a. Ibu yang memberikan ASI eksklusif

b. Tidak bersedia menjadi responden.


30

3.3 Variabel penelitian

3.3.1 Variabel terikat (Dependen)

Variabel yang mempengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas,

variabel pada penelitian ini adalah ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif.

3.3.2 Variabel Bebas (Independen)

Variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah:

a. Umur

b. Paritas

c. Tingkat pendidikan

d. Pekerjaan

e. Penghasilan

f. Pengetahuan mengenai ASI eksklusif

g. Dukungan suami/keluarga

h. Alasan tidak memberikan ASI eksklusif

3.4 Definisi Operasional


31

3.1 Tabel operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional
1 Umur Usia responden Kuesioner 1. <20 tahun Interval

yang dinyatakan 2. 20-34 tahun

dalam tahun 3. ≥35 tahun

sesuai

pengakuannya

yang dihitung saat

dilahirkan sampai

berulang tahun
2 Paritas Jumlah anak yang Kuesioner 1. 1 Interval

dilahirkan baik 2. 2-3

hidup atau mati 3. ≥4

sampai saat

dilakukan

penelitian
3 Tingkat Lama pendidikan Kuesioner 1. 0-6 tahun Interval

pendidikan formal 2. 7-9 tahun

berdasarkan 3. 10-12 tahun

kepemilikan 4. ≥13 tahun

ijazah terakhir

sampai saat

dilakukan

penelitian
32

4 Pekerjaan Mata pencaharian Kuesioner 1. Kerja Nominal

atau usaha-usaha 2. Tidak

dan kegiatan yang bekerja

dilakukan untuk

mendapatkan hasil
5 Penghasilan Penghasilan Kuesioner 1. < Rp 746.400 Ordinal

keluarga dalam 2. ≥ Rp746.400

satu bulan sesuai

dengan UMR
6 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner 1. Baik (76%- Ordinal

yang 100%)

diketahui atau 2. Cukup (56%-

dijawab oleh 75%)

responden 3.Kurang

sewaktu mengisi (<56%)

kuesioner

mengenai ASI

eksklusif
7 Dukungan Motivasi yang Kuesioner 1. Mendukung Nominal

suami/keluarga diberikan
2. Tidak
suami/keluarga
mendukung
selama ibu

menyusui
8 Alasan ibu Penyebab ibu Kuesioner 1. Pengaruh Nominal

tidak tidak memberikan keluarga atau


33

memberikan ASI eksklusif teman

ASI eksklusif 2. Bayi

menangis

terus

3. ASI sedikit

4. Lain-lain

(Khawatir

terhadap BB

bayi yang

tidak naik

setiap bulan,

ibu bekerja)

3.5 Teknik Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hanya digunakan data primer

ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan yang telah diberikan

makanan atau minuman lain selain ASI pada saat usia 0-6 bulan yang berada di

desa Cisaga. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui survey

untuk menggali/memperoleh data primer yang didapat langsung dari responden

dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner yang disiapkan

peneliti. Adapun teknik pengambilan datanya melalui pengisian kuesioner secara

mandiri yang dikirim kepada responden langsung atau wawancara bila ada

beberapa hal yang memerlukan penjelasan langsung.


34

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang peneliti gunakan untuk

pengambilan data. Dalam penelitian ini digunakan metode survey. Peneliti

menggunakan instrument kuesioner untuk mengumpulkan data.

Tujuan alat ukur ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument yang

disiapkan benar-benar dapat mengukur hal yang ingin di ukur (validitasi).22

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan adalah analisa secara univariat yaitu

distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Dimana hasil penelitian

dilakukan interpretasi data dari item pertanyaan dengan cara menghitung

presentase jawaban. Selanjutnya untuk setiap item yang dijawab diberi nilai sesuai

dengan kategori yang telah ditentukan. Adapun untuk pengolahan data

pengetahuan menggunakan presentase dengan rumus :22

P= a /b x 100%
35

Keterangan :

P : Persentase

a : Jumlah pertanyaan yang dijawab benar.

b : Jumlah semua pertanyaan.

Alasan menggunakan rumus ini, karena jawaban setiap responden berbeda dan

dihitung berdasarkan setiap jawaban, kemudian interprestasi data dari hasil

penelitian dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu :

1. Baik : Bila pertanyaan dijawab benar oleh ibu 76% - 100%

2. Cukup : Bila pertanyaan dijawab benar oleh ibu 56% - 75%

3. Kurang : Bila pertanyaan dijawab benar oleh ibu <56%9)

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan

pengolahan data yang betujuan untuk mengubah data kasar menjadi data yang

lebih halus dengan tahapan – tahapan:

1. Editing

Merupakan upaya memeriksa kembali kebenaran dari data yang telah diperoleh

atau dikumpulkan, yaitu mengedit kembali jawaban dari kuesioner yang telah

diberikan untuk menghindari kesalahan atau adanya kuesioner yang tidak terisi.

2. Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Yaitu untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban

dari para responden kedalam kategori.

3. Tabulasi
36

Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat

di jumlah, di susun dan di tata untuk disajikan dan dianalisis.

4. Data Entri

Data hasil pengamatan di tata dan diringkas dalam bentuk tabel yang di kenal

dengan distribusi frekuensi kemudian dihitung presentasenya dan disajikan dalam

bentuk tabel. Adapun rumus uji analisis univariat adalah sebagai berikut 22

P=f/n x 100%

Keterangan: P: presentase

f : frekuensi

n: populasi
37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian terhadap 35 ibu yang mempunyai bayi usia 6-12

bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif. Karakteristik,pengetahuan, dukungan


Umur Frekuensi %
<20 tahun 2 5,71
20-34 28 80,00
≥35 5 14,29
Total 35 100
suami/keluarga, dan alasan tidak memberikan ASI eksklusif diperoleh dari

pengisisan kuesiner dan wawancara.

4.1.1 Karakteritik Ibu Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur


38

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur terbanyak adalah umur 20-34

tahun yaitu 80,00% (28 orang) dan kelompok umur terendah adalah umur < 20

tahun yaitu 5,71% (2 orang).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas

Paritas Frekuensi %
1 13 37,14
2-3 19 54,29
≥4 3 8,57
Total 35 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa paritas terbanyak adalah paritas 2-3 yaitu

54,29% (19 orang) dan paritas terendah adalah paritas ≥ 4 yaitu 8,57% (3 orang)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Pendidikan

Paritas Frekuensi %
0-6 tahun 14 40
7-9 tahun 12 34,29
10-12 tahun 6 17,14
≥ 13 tahun 3 8,57
Total 35 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa lama pendidikan yang terbanyak adalah 0-6

tahun yaitu 40% (14 orang) dan lama pendidikan yang terendah adalah ≥ 12

tahun yaitu 8,57% (3 orang)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan


39

Pekerjaan Frekuensi %
Bekerja 4 11,43
Tidak Bekerja 31 88,57
Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 88,57% (31 orang) tidak bekerja dan

sebanyak 11,43% (4 orang) bekerja.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan Frekuensi %
< Rp 746.400 24 68,57
≥ Rp 746.400 11 31,43
Total 35 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa ibu yang tidak memberikan ASI mempunyai

penghasilan ≤ Rp 746.400 yaitu 68,57% (24 orang) dan 31,43% (11 orang) yang

mempunyai penghasilan ≥ Rp 746.400

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Mengenai ASI

eksklusif

Pengetahuan Frekuensi %
Baik 14 40,00
Cukup 16 45,71
Kurang 5 14,29
Total 35 100
40

Dari tabel diatas terlihat bahwa pengetahuan ibu mengenai pengetahuan ASI

eksklusif terbanyak adalah cukup yaitu 45,71% (16 orang) dan yang terendah

adalah kurang yaitu 14,29% (5 orang).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Suami atau Keluarga

Dukungan Frekuensi %
Mendukung 9 25,71
Tidak Mendukung 26 74,29
Total 35 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa suami/keluarga yang tidak mendukung ASI

eksklusif yaitu 74,29% (26 orang) dan suami/keluarga yang mendukung ASI

eksklusif yaitu 25,71% (9orang).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alasan ibu tidak memberikan

ASI eksklusif

Alasan Jumlah %
Pengaruh keluarga/teman 7 20,00
Bayi menangis terus 16 45,71
ASI sedikit 7 20,00
Lain-lain 5 14,29
Total 35 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa alasan terbanyak ibu tidak memberikan ASI

eksklusif adalah bayi menangis terus yaitu 45,71% (16 orang) dan yang terkecil

adalah lain-lain yaitu 14,29% (5 orang).


41

4.2 Pembahasan

4.2.1Umur

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif dari 35 responden diperoleh data bahwa umur yang

terbanyak pada kategori 20-34 tahun yaitu 80,00% (28 orang) dan kelompok

umur terkecil adalah umur < 20 tahun yaitu 5,71% (2 orang) . Umur 20-34 tahun

merupakan umur yang sehat untuk reproduksi. Hasil ini sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter kota Bandung tahun

2006 dari 63 responden 9,52% (6 orang) umur < 20 tahun, 71,43% (45 orang)

umur 20-34 tahun dan 19,05% (12 orang) umur ≥35 tahun.

Umur 20-35 tahun merupakan umur yang sehat untuk reproduksi. Kematangan

organ reproduksi dan siap untuk mengalami kehamilan yaitu pada usia 20-35

tahun. Pada umur ≥35 tahun organ reproduksi sudah mengalami penurunan yang

berakibat pada komplikasi kehamilan dan persalinan.

Pada umur <20 tahun organ reproduksi belum matang dan belum siap

mengalami kehamilan. Baik secara fisik maupun mental, emosional, dan psikologi

umur < 20 tahun belum siap untuk mengalami kehamilan serta pada umur <20

tahun merupakan salah satu faktor risiko tinggi kehamilan.

4.2.2 Paritas

Berdasarkan pada tabel 4.2 paritas yang terbesar yaitu paritas 2-3 yaitu 54,29%

(19 orang) dan paritas terkecil adalah paritas ≥ 4 yaitu 8,57% (3 orang). Hasil ini

sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter
42

kota Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu 25,40% (16 orang) paritas 1,

55,56% (35 orang) paritas 2-3, dan 19,04% (12 orang) paritas ≥4.

Bagi ibu yang mempunyai anak lebih sari satu, pengalaman menyusui

memegang peranan penting bagi ibu untuk menyusui kembali, sehingga sifatnya

meneruskan dari pengalaman pertama. Namun semuanya tergantung dari

pengalaman ibu sendiri untuk memberikan ASI eksklusif.

Dari hasil penelitian dengan wawancara kebanyakan ibu yang sudah

mempunyai anak lebih dari satu tidak memberikan ASI eksklusif karena pada

anak yang sebelumnya juga ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Ibu merasa anak

yang sebelumnya juga tidak diberi ASI eksklusif tidak terjadi apa-apa pada

anaknya, bahkan sampai sekarang anaknya sehat tanpa diberi ASI eksklusif.

Berbeda pada ibu yang baru mempunyai satu anak, biasanya ibu belum

mepunyai pengalaman untuk merawat dan menyusui bayinya. Pada ibu paritas 1

ini biasanya lebih semangat dan banyak bertanya bagaimana merawat bayi serta

memberikan ASI, semua itu harus ada dukungan informasi yang baik dan benar

dari tenaga kesehatan atau dari suami/keluarga/teman.

Pada ibu paritas 1 ini baik dukungan informasi atau dukungan suami/keluarga

pada saat menyusui sangat dibutuhkan sekali,dari hasil wawancara kebanyakan

suami/keluarga memberikan informasi yang salah kepada ibu.

4.2.3 Pendidikan

Sebagian besar ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di desa Cisaga

menempuh lama pendidikan 0-6 tahun yaitu 40% (14 orang) dan lama pendidikan
43

yang terkecil adalah ≥ 12 tahun yaitu 8,57% (3 orang). Hal ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter kota

Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu 12,70% (8 orang) menempuh lama

pendidikan <6 tahun, 22,22% (14 orang) menempuh lama pendidikan 7-9 tahun,

44,44% (28 orang) menempuh lama pendidikan 10-12 tahun, dan 20,64% (13

orang) menempuh lama pendidikan ≥13 tahun.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan

sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan

non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek

positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif

terhadap obyek tersebut .24


44

4.2.4 Pekerjaan

Pekerjaan pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 88,57% (31

orang) ibu tidak bekerja dan 11,43% (4 orang) bekerja. Hal ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter kota

Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu 36,51% (23 orang) responden yang

bekerja dan 63,49% (40 orang) responden yang tidak bekerja.

Dilihat dari hasil penelitian kebanyakan ibu yang tidak memberikan ASI

eksklusif adalah ibu yang tidak bekerja, pada ibu yang tidak bekerja lebih

diharapkan agar memberikan ASI eksklusif karena dengan ibu tidak bekerja ibu

lebih fokus untuk merawat bayinya. Pada ibu yang bekerja dari hasil wawancara

kebanyakan ibu tidak mengetahui cara penyimpanan ASI dan dengan ibu bekerja

produksi ASI menjadi berkurang, ibu harus memeras sebelum bekerja yang

dianggap merepotkan bagi ibu. Padahal ibu yang bekerja masih bisa memberikan

ASI eksklusif dengan cara menyusui bayi sebelum dan sesudah ibu bekerja,

meninggalkan ASI perah sebelum bekerja yang disimpan di lemari pendingin,

perbanyak menyusui pada malam hari, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi

untuk menambah produksi ASI.

4.2.5 Penghasilan keluarga

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.5 ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif mempunyai penghasilan < Rp 746.400 yaitu 68,57%

(24 orang) dan 31,43% (11 orang) yang mempunyai penghasilan ≥ Rp 746.400.
45

Dengan penghasilan yang memadai diharapkan orang tua bisa memenuhi

kebutuhan anak dan menunjang tumbuh kembang anak. Tetapi tetap dengan

memperhatikan usia atau nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi. Dalam arti walaupun

keluarga yang mampu secara ekonomi dapat memberikan makananan pendamping

ASI, bukan berarti dapat memberi makanan pendamping ASI yang memang

mampu mereka beli tanpa memperhatikan usia anak.

Rata-rata dengan penghasilan <746.400 ibu/keluarga memberikan makanan

lain seperti pisang dan nasi tim karena rata-rata pekerjaan keluarga adalah petani

dan memiliki kebun yang luas.

4.2.6 Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif

Berdasarkan pada tabel 4.6 terlihat bahwa pengetahuan ibu yang tidak

memberikan ASI pada kategori cukup yaitu 45,71% (16 orang) dan yang terkecil

adalah kurang yaitu 14,29% (5 orang). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sudah cukup.Hal ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter kota

Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu 36,51% (23 orang) berpengetahuan

baik, 50,79% (32 orang) berpengetahuan cukup, dan 12,70% (8 orang)

berpengetahuan kurang.

Pengetahuan memegang peranan penting dalam pemberian ASI eksklusif.

Namun responden dengan pengetahuan baik dalam pemberian ASI eksklusif tidak

jauh berbeda dengan ibu-ibu yang berpengetahuan cukup tentang ASI eksklusif

artinya pengetahuan responden yang baik belum tentu memberikan ASI eksklusif.
46

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior), bahwa perubahan perilaku tidak

selalu melewati 5 tahapan awarnest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus),

evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus), trial

(mencoba), dan adoption (subjek telah berperilaku baru). Apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya

apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama.16

Dilihat dari tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif ada enam

tingkatan yang pertama tahu (know) pada tahap ini adalah tahap mengingat materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu (know) merupakan tahap yang paling

rendah, tahap selanjutnya adalah memahami lalu setelah itu adalah tahap aplikasi.

Pada ibu-ibu dengan pengetahuan baik atau cukup tingkatan domain kognitif

hanya sampai dengan tingkatan tahu, tetapi tidak sampai ketingkatan memahami

dan aplikasi.

4.2.7 Dukungan Suami/Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada saat ibu menyusui, suami

dan keluarga tidak memberikan dukungan yaitu 80% (28 orang) dan

suami/keluarga yang mendukung ASI eksklusif yaitu 25,71% (9 orang).

Dukungan keluarga bisa dalam beberapa bentuk baik dukungan informasi,

dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Dukungan


47

informasi yaitu keluarga memberikan informasi yang baik dan benar mengenai

ASI kepada ibu. Tenaga kesehatan harus lebih sering dalam memberikan

informasi tentang pengetahuan ASI eksklusif yang melibatkan seluruh anggota

keluarga dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh ibu dan

keluarganya sehingga peningkatan pengetahuan tentang ASI eksklusif yang

diberikan petugas kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik. Namun pada ibu

yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi yang diberikan tetapi

belum tentu menyadari pentingnya ASI eksklusif bagi bayinya serta mampu

memberikan ASI eksklusif dalam penerapannya.

Dukungan penilaian yang diberikan keluarga yaitu keluarga memberikan

pemecahan masalah yang baik dan benar kepada ibu apabila mendapatkan

masalah saat memberikan ASI eksklusif, memberikan pujian kepada ibu apabila

ibu sedang memberikan ASI, dan memberikan perhatian kepada ibu atau dengan

cara mengingatkan ibu apabila ibu lupa untuk menyusui. Dukungan instrumental

yaitu keluarga menggantikan ibu untuk merawat bayinya apabila ibu sedang

kelelahan dan membantu ibu pada saat ibu mengalami kesulitan dalam menyusui,

menyediakan makanan dan minuman yang bergizi untuk menambah produksi

ASI. Dukungan emosional dapat diberikan oleh keluarga dengan cara

mendengarkan apa yang dirasakan ibu dan memberikan perhatian yang lebih

kepada ibu.

Dilihat dari hasil penelitian dukungan yang diberikan oleh keluarga pada ibu

menyusui kurang. Keluarga tidak mengetahui keuntungan ASI dan ASI eksklusif,

bahkan keluarga ikut membelikan dot dan susu formula serta membantu ibu
48

memberikan makanan tambahan kepada bayi < 6 bulan, salah satu alasan keluarga

mendukung untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena bayi menangis terus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas

sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan

atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah,

suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam

keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu

orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan

keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.17

4.2.8 Alasan Ibu tidak Memberikan ASI eksklusif

Dari tabel diatas terlihat bahwa alasan terbanyak ibu tidak memberikan ASI

eksklusif adalah bayi menangis terus yaitu 45,71% (16 orang), alasan yang

terkecil adalah lain-lain yaitu 14,29% (5 orang) dan pengaruh keluarga/teman dan

ASI sedikit 20% (7 orang). Penelitian yang dilakukan Rohani di Puskesmas Teluk

Kecamatan Langkat menunjukkan sebanyak 55 orang (67,9%) menyatakan tidak

memberi ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, yaitu : ASI tidak

keluar selama 3 hari jadi bayi diberikan susu formula, sibuk bekerja, tidak

mengerti kenapa bayi menangis terus jadi diberi makanan tambahan, ASI hanya

sedikit jadi tidak bisa selama 6 bulan dan memang tidak mau sama sekali.25

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vida Wira Utami di Puskesmas Puter

kota Bandung tahun 2006 dari 63 responden yaitu sebanyak 55,56% (35 orang)

disebabkan kosmetik atau takut payudaranya menjadi kendur serta perubahan


49

pada berat badan. 28,57% (18 orang) dengan lasan bekerja, 15.87% (10 orang)

dengan alasan ASI kurang.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa alasan yang terbanyak ibu tidak

memberikan ASI eksklusif yaitu ibu khawatir karena bayi menangis terus, dan ibu

berpikiran bahwa bayi menangis terus karena bayi menginginkan makan ditambah

lagi oleh pengaruh keluarga/teman yang menyarankan memberikan makanan

selain ASI. Padahal banyak sekali penyebab yang membuat bayi menangis

misalnya bayi mengompol, ingin menyusu, ada yang membuat bayi tidak nyaman,

bayi membutuhkan belaian ibu atau bayi merasa sakit.

Alasan lain yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI yaitu ASI ibu

sedikit sehingga ibu khawatir bayi tidak mendapatkan asupan yang mencukupi.

Alasan lain yaitu pengaruh keluarga atau teman, pada saat ibu melahirkan banyak

saudara atau teman yang menjenguk dan membantu ibu untuk merawat bayinya

sehingga pada saat bayi sering menangis dan rewel banyak keluarga atau teman

yang menyarankan ibu untuk memberikan makan kepada bayi karena keluarga

atau teman beranggapan bahwa bayi rewel karena ingin makan atau memberikan

ASI saja tidak akan mencukupi nutrisi bayi. Bekerja juga merupakan salah satu

alasan ibu tidak memberikan ASI karena ibu tidak mengetahui cara menyimpan

ASI yang benar sehingga ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI

pada saat ibu bekerja. Kekhawatiran terhadap berat badan bayi merupakan salah

satu alasan ibu tidak memberikan ASI karena setiap penimbangan setiap bulan BB

bayi tidak ada peningkatan bahkan menurun, sehingga ibu memberikan makanan

tambahan agar BB bayi bertambah.


50

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebagian besar berumur

20-34 tahun yaitu 80% (28 orang), paritas yang terbanyak 2-3 yaitu 54,29% (19

orang), lama pendidikan yang terbanyak 0-6 tahun yaitu 40% (14 rang),

pekerjaan yang terbanyak ibu yang tidak bekerja 88,57% (31 orang), dan

penghasilan yang terbanyak keluarga yang berpenghasilan < Rp 746.400.

2. Pengetahuan ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yang paling banyak

memiliki pengetahuan yang cukup mengenai ASI eksklusif yaitu sebanyak

45,17% (16 orang).

3. Dukungan suami/keluarga pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif

terbanyak ibu tidak mendapat dukungan dari suami/keluarga yaitu 74,29% (26

orang).

4. Alasan yang paling banyak menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif

yaitu bayi menangis terus yaitu 45,71% (16 orang).


51

5.2 Saran

Tenaga kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu yang menyusui

dan penyuluhan tidak hanya difokuskan kepada ibu-ibunya saja tetapi penuyuhan

kepada kader, suami dan keluarga. Peran tenaga kesehatan sangat penting untuk

memberikan pengetahuan yang baik dan benar kepada ibu, suami ataupun

keluarga. Dengan penyuluhan kepada ibu, suami dan keluarga diharapkan

pemberian ASI eksklusif meningkat.


52

DAFTAR PUSTAKA

1. Muaris, hindah. Bubur susu. Jakarta: Gramedia pustaka utama. 2005. 21-2

2. Direktorat kesehatan dan gizi masyarakat, badan perencanaan pembangunan

nasional. Pengembangan database pembangunan bidang kesehatan dan gizi

masyarakat. Jakarta. 2009

3. Prasetyono, dwi sunar. Buku pintar ASI eksklusif pengenalan, praktik, dan

kemanfaatan-kemanfaatannya. Yogyakarta: DIVA. 2005. 21-47

4. Depkes. Menkes mengajak seluruh fasilitas kesehatan terapkan 10 langkah

menuju keberhasilan menyusui in www.depkes.go.id.Diakses tanggal 28 Juli

2010.

5. Profil kesehatan jawa barat. 2007-2008

6. Kesehatan ibu dan anak puskesmas Cibogo. 2009

7. Briawan, Dodik. Pengaruh promosi susu formula terhadap pergeseran

penggunaan ASI. Bandung .2004


53

8. Wahyuningrum, Novi. Survey pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan

pemberian ASI eksklusif pada bayi di desa sadang kecamatan jekulo

kabupaten kudus. Semarang. 2007

9. Musbikin I. Panduan bagi ibu hamil dan melahirkan. Yogyakarta:Mitra

Pustaka,2005.hal.224-235.

10. Desmita. Psikologi perkembangan. Bandung : Remaja Rodakarya.2006.

hal.234-241.

11. Laporan tugas akhir. Hubungan karakteristik ibu menyusui dengan

pengetahuan tentang ASi eksklusif di Puskesmas Pahandut Kota

Palangkaraya. Ketut resmaniasih.UNPAD 2007.

12. Himpunan peraturan perundang-undangan tentang sietem pendidikan nasional.

Bandung : Fokusmedia. 2006. Hal.2-13

13. Syah M. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung : remaja

rosdakarya. 2006. Hal 10-155

14. Kamus istilah bidang pekerjaan umum in www.pdftop.com. Diakses tanggal

05 September 2010.

15. Notoatmodjo, S. Pendidikan perilaku kesehatan cetakan I. Yogyakarta : Andi

offset.

16. Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi cetakan I. Jakarta :

Rineka Cipta. 2003.


54

17. Dukungan keluarga in www.rajawana.com. Diakses tanggal 08 September

2010.

18. Novianti, Ratih. Cara dahsyat memberikan ASI untuk bayi sehat dan cerdas.

Yogyakarta: Octopus. 2009.hal.

19. Departemen kesehatan RI. Manajemen laktasi. Jakarta:Direktorat jenderal

bina kesehatan masyarakat direktorat gizi masyarakat. 2005. Hal.1-27

20. Roesli,Utami. Mengenal ASI eksklusif seri I.Jakarta:2004.

21. 10 langkah menuju keberhasilan menyusui.www.depkes.go.id.Diakses tanggal

08 September 2010.

22. Arikunto, suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. 2006. 32-4.42-3

23. Laporan tugas akhir. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

eksklusif dan non eksklusif di puskesmas Puter Kota Bandung periode 16

januari – 11 februari 2006. Vida wira utami. UNPAD 2006.

24. Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

25. Rohani.Pengaruh karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian asi eksklusif

di wilayah kerja puskesmas teluk kecamatan secanggang kabupaten langkat

tahun 2007.universitas sumatera utara.

You might also like