You are on page 1of 2

CONTOH KASUS PECANDU NARKOBA

Tahun 1999—tepatnya bulan Juni—saya baru menemukan kehidupan. Padahal, saya


hidup sudah sejak 1979. Lalu, ke mana saja selama 20 tahun? Sejak saya SMP kelas 2,
ada perubahan besar yang terjadi dalam keluarga. Sejak itu ayah saya menjadi tokoh
religius Kristen—sebutannya pendeta. Sejak ayah jadi pendeta, tuntutan mengalir deras
setiap hari. Sebagai seorang anak pendeta, saya dibatasi dengan aturan-aturan yang tidak
siap diterima oleh seorang remaja. Misalnya, tidak boleh bergaul dengan teman-teman
yang brutal, tidak boleh ke bioskop, tidak boleh mendengar lagu dunia—hanya boleh
dengar lagu rohani atau lagu gereja. Lama-kelamaan tuntutan itu membuat saya stres, dan
saya merasa kebebasan hidup saya terancam.

Narkoba segera menjadi pilihan saya saat itu. Teman-teman bilang itu enak, maka saya
mencobanya. Buta terhadap akibatnya, saya menikmati benda terlarang itu. Lama-lama
jadi ketagihan. Asyik juga bisa bebas masalah, yah walaupun hanya sesaat. Daripada
setiap hari puas dengan omelan ayah di rumah, mendingan saya pesta narkoba dengan
teman-teman. Selama tujuh tahun saya asyik dengan dunia baru—surga di dunia—yaitu
narkoba.

Badan kurus kering, mata cekung ke dalam, tak satu pun orang akan percaya bahwa anak
ini bisa punya masa depan cemerlang. Semua orang meramal saya ”anak tanpa masa
depan.” Belum lagi badan kuning semua akibat tertular penyakit hepatitis dari teman,
karena kegiatan pinjam meminjam insulin, solidaritas yang tak bertanggung jawab.

Orang memandang dengan pesimis akan hidup saya. Kalau tiga kakak saya dibanggakan
karena hidupnya lurus, saya jadi bahan cemoohan orang, setiap hari. Guru saya bilang,
“Tidak ada hubungannya masa depan dengan pecandu narkoba. Relon pasti madesu, alias
masa depan suram.” Ups! Nyaris saja itu terjadi. Kalau tidak ada anugerah pada malam 3
Juni 1999, tulisan-tulisan saya tidak akan pernah muncul di www.andaluarbiasa.com.

Malam itu, sebenarnya sederhana saja yang terjadi. Saya dan teman-teman sedang
berpesta narkoba di Sentul. Lima hari di Sentul, cukup membuat kami puas dan bahagia.
Pulangnya saya memeriksa mobil, supaya jangan sampai ada barang bukti yang tertinggal
di mobil. Ternyata, ada ecstasy setengah butir yang tertinggal. Saya menelannya tanpa
ada perasaan apa pun mengenai ngerinya kematian. Setengah butir ecstasy itu membuat
tubuh saya tak karuan. Mata mendelik-delik, lama-lama tinggal putihnya saja yang
kelihatan. Sempat paranoid, mulut penuh busa, tinggal sedikit lagi menuju KEMATIAN!

Ternyata, antara hidup dan mati itu bedanya hanya sedikit! Makanya, kalau orang tak
menghargai kehidupan, lebih baik….?!? Bukan saya yang menjawab, tetapi Anda lho!

Saya lanjutkan. Malam itu, saya mendapat perpanjangan waktu hidup di dunia. Intinya,
peristiwa ini memang supranatural. Saya diberikan kemurahan oleh yang MAHAKUASA
untuk melanjutkan kehidupan. Untuk apa? Untuk memperingatkan yang lainnya, sudah
siapkah kita menghadap DIA?
Kisah ini telah menginspirasi banyak orang. Maka, muncullah keinginan menuangkannya
dalam sebuah tulisan. Lebih lengkapnya Anda dapat membaca Run or Die (Metanoia,
2008). By the way, apa yang mau saya sampaikan? Kalau saya tidak nyaris mati saat itu,
mungkin saya masih berkutat dengan hidup tanpa masa depan. Tetapi, karena sudah
nyaris mati—malah seharusnya sudah mati—maka sekarang saya lebih menghargai
KEHIDUPAN, dengan menginspirasi banyak orang. Caranya bisa lewat banyak hal,
salah satunya melalui tulisan.

Peristiwa diluputkan dari kematian ini yang membuat saya tidak tahan kalau ada orang
yang coba-coba pakai narkoba dan merusak hidup mereka. Maka dari itu, saya ikut
berpartisipasi memerangi narkoba di muka bumi Indonesia ini. Karena ternyata, saya
menemukan banyak sekali orang berpotensi yang gagal menemukan potensinya, lalu lari
ke narkoba. Sayang sekali, bukan? Apalagi narkoba identik dengan anak muda.
Bagaimana dengan nasib bangsa 10-20 tahun ke depan kalau narkoba lebih berhasil
memasarkan kenikmatannya ketimbang kita-kita ini, yang hidupnya sudah sukses? Mau
tidak mau, kalau kita ingin memberantas narkoba dari bumi Indonesia, Anda yang tidak
terjamah oleh narkoba pun, mari melihat sekitar Anda, dan berikanlah kontribusi Anda
pada mereka.

Maukah Anda bergabung bersama saya, menginspirasi orang lain melalui hidup Anda?
Mulailah dari lingkaran terdekat Anda. Kalau Anda rela, jamah juga orang di lingkaran
luar Anda. Salam inspirasi![rs]

Kisah ini diambil dari kisah nyata Relon Star di http://www.andaluarbiasa.com

You might also like