Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Netwin Lukas Lethulur
No.Mhs : 06042311p
Program Studi : Teknik Elektronika
Jurusan : Teknik Elektro
Jenjang : S‐1
Fakultas : Teknologi Industri
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
April 2009
SKRIPSI
i
SISTEM PEMANTAU GETARAN GEMPA
DENGAN APLIKASI DATALOGGER
BERBASIS BORLAND DELPHIE
EARTHQUAKE SCANNER WITH DATALOGGER APPLICATIONS
BASE ON BORLAND DELPHIE
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Akhir Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program S-1 Pada Program Studi Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Diajukan Oleh :
Netwin Lukas Lethulur
No.Mhs : 06042311p
Program Studi : Teknik Elektronika
Jurusan : Teknik Elektro
Jenjang : S‐1
Fakultas : Teknologi Industri
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
April 2009
HALAMAN PENGESAHAN
ii
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Telah diujikan didepan Dewan Penguji pada tanggal: 08 April 2009 dan dinyatakan
telah lulus memenuhi syarat.
Tandatangan
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
( Ir Gatot Santoso MT )
iii
Motto :
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Setiap jalanku
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
1. Bapak Ir. Sudarsono, M.T. Selaku Rektor Institut Sains & Teknologi Akprind
Yogyakarta.
3. Bapak Ir. Gatot Santoso, M.T. Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Institut
6. Bapak Ir. Gatot Santoso., MT. Selaku Dosen Penguji pada ujian pertanggung
jawaban Skripsi.
8. Kepada Bapa dan Mama serta Kakak tercinta Helen yang selalu memberikan
Doa, dorongan dan motifasi dari awal pembuatan skripsi sampai terselesainya
skripsi ini.
vi
9. Kepada Bu Boy, Usi Nona, Adit, dan Eno terima kasih atas dukungan serta
10. Kepada Bapak Agus Daryanto. Yang telah membantu penulis dalam
11. Kepada Kekasih Tercinta, Nita Funay yang selalu senantiasa menemani dan
12. Kepada Ponaanku Tersayang DEDY S, yang setia meminjamkan uang pada
13. Kepada Om Buce Luturmas, terima kasih atas bantuan, masukan dan
14. Buat Teman-teman Komunity Anak Timur: Andre Koten, Samuel, Rian Seran
Ari, Lerry, Ricmon, Tedi, Robert dan Yono beserta teman-teman lain yang tak
sempat penulis tuliskan satu persatu. Terima kasih atas dukungan serta
Doanya.
15. Buat anak-anak Blok O, Om Boss dan Kak’s Bocha, Terima kasi atas
16. Anak-anak SLA_Q Crew dan Seluruh pihak yang telah membantu penulis
17. Buata teman-teman PS Crew. Habislah gelap terbiltlah terang. Sekali PS tetap
PS.
vii
18. Kepada teman-temen Elektro terutama Om Joao Bosco De Jesus, dan teman-
teman lain yang tidak sempat penulis ucapkan satu persatu, trimakasih atas
19. Kepada anak-anak PMK Galilea, Terima Kasih atas Doa dan dukungannya ya.
pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan skripsi ini. Akhir kata, semoga
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB II LANDASAN TEORI
x
2.7.3 Instruksi Aritmatic ................................................... 35
xi
3.4 Cara Kerja Alat .................................................................... 60
xii
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN ................................................................................................... 86
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.12 Peta Memori RAM Dan Special Fungsi register ....................... 25
Gambar 3.2 Skematik Bagian Vbration Sensor Dan Signal Amplifier .......... 52
xiv
Gambar 3.3 Skematik Bagian Conditioner .................................................... 53
Gambar 4.1 Tes Point Bagian Vibration Sensor Dan Signal Amplifier ........ 71
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Rate ............................................................................................... 33
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Bagian Vibration Sensor Dan Signal Amplifier . 72
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Microcontroler (Saluran Xtal 1dan Xtal2) ......... 77
xvi
Intisari
Sistem merupakan bentuk aplikasi pendeteksi getaran gempa yang
dikendalikan menggunakan sistem kontrol adaptif berbasis mikrokontroler dengan
datalogger berbasis PC.
Secara prinsip sistem akan membaca sinyal getaran gempa melalui sensor
piezoelectric dan menguatkan level sinyalnya agar dapat diolah menggunakan
rangkaian analog to digital converter dan mikrokontroler. Pada saat program PC
mengirimkan perintah pengambilan data sinyal getaran ke bagian mikrokontroler,
bagian ini akan merespon perintah tersebut dengan mengirimkan data hasil
konversi analog to digital converter ke PC melalui saluran serial. Proses ini akan
terus dijalankan oleh program PC dan data report dari mikrokontroler inilah yang
diproses ulang kedalam bentuk grafik sinyal getaran gempa (yang terdeteksi
secara realtime).
xvii
Abstract
System is form of the application of earthquake jitter detector controlled
applies control systems adaptif to base on mikrokontroler with datalogger to base
on PC.
In system principle will read earthquake jitter signal through censor piezoelectric
and strengthens level its(the signal that be changeable applies digital to analog
circuit of converter and mikrokontroler. At the time of program PC sends
retrieval comand of jitter signal data to part of mikrokontroler, part of this the
comand response will by sending data result of digital to analogue conversion of
converter to PC through serial passage. This process would continuously be
implemented by program PC and data report from this mikrokontroler
reprocessed kedalam form of earthquake jitter signal graph ( what detected in
realtime).
xviii
xix
BAB I
PENDAHULUAN
getaran secara khusus. Desain fisik sensor getaran dapat berupa mekanis penuh,
mekanis dan fluida, maupun gabungan dari desain mekanis dan rangkaian
elektronik.
konstruksi bangunan yang didesain secara khusus dan hanya efektif dipasang di
area pegunungan atau daerah dengan kepadatan lalu lintas kendaraan yang
terpenting dari suatu sistem peringatan dini karena sangat menentukan faktor
gempa bumi sebaiknya dapat diketahui sedini mungkin dan seharusnya piranti
gelombang vertikal.
1
2
gempa tersebut?
datalogger agar dapat ditampilkan dalam bentuk grafik dan data report?.
penelitian agar tidak menyimpang dari apa yang diteliti. Batasan-batasan disini
antara lain:
Delphie.
3
Dengan dibuatnya sistem alat dan skripsi ini diharapkan bermafaat bagi:
1. Pembangunan Negara
3. Mahasiswa
lain yang penulis jadikan acuan dan perbandingan terhadap alat yang
dapat teratasi.
persembahan, halaman motto, kata pengantar, abstraksi, daftar isi, daftar tabel,
dan daftar gambar. Sedangkan untuk bagian isi laporan terdiri dari :
BAB I Pendahuluan
Bab ini memuat teori-teori yang berhubungan dengan dan juga berisikan
Bab membahas tentang hasil pengujian sistem yang telah dibuat serta
BAB V Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran dari proses perancangan, dan
LANDASAN TEORI
PT Elek Media Computindo. Dalam buku ini disebutkan bahwa Borland Delphie
memerlukan add-on komponen khusus agar dapat mengakses port serial maupun
Dalam buku ini disebutkan bahwa pegas dapat digunakan sebagai bagian dari
sensor getaran yang cukup akurat selama bagian penguat sinyalnya memiliki
faktor penguatan yang cukup dan harus mampu mereduksi sinyal secara interaktif
(Benedictus B.S,2005).
Dalam skripsi ini disebutkan bahwa sistem interface RS232 yang handal memiliki
kecepatan transfer data yang cukup tinggi dan dapat disetting ulang secara mudah.
(F. Romanson,2006)
acuan desain sistem sensor getaran (2003, Budi Susanto) yang dipublikasikan
6
7
sensor getaran ini disebutkan bahwa bentuk fisik piezoelectric harus dimodifikasi
ulang agar dapat digunakan sebagai sensor getaran karena kontruksi plat dan
2.2 Gempa
bumi. Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang
seismik4. Gelombang ini menjalar menjauhi fokus gempa ke segala arah di dalam
bumi. Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya bisa merusak
atau tidak tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus, disamping itu juga
Gempa terjadi di lapisan litosfir bumi karena lapisan ini terdiri atas lempeng-
lempeng tektonik yang kaku dan terapung di atas batuan yang relatif tidak kaku.
Daerah pertemuan dua lempeng atau lebih kita sebut sebagai plate margin atau
batas lempeng, disebut juga sesar. Gempa dapat terjadi dimanapun di bumi ini,
8
tetapi umumnya gempa terjadi di sekitar batas lempeng dan banyak didapat sesar
aktif disekitar batas lempeng. Titik tertentu di sepanjang sesar tempat dimulainya
gempa disebut fokus atau hyposenter dan titik di permukaan bumi yang tepat di
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir merupakan batuan yang relatif dingin dan
bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini
terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini
dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai
aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan
terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya.Ada tiga kemungkinan
9
pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling
berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur
sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling
pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan
gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai
gempa bumi.
seperti pada batas Plat Pasifik. Tempat ini dikenal dengan Lingkaran Api karena
seismik, atau getaran, yang terjadi selama gempa tergambar sebagai garis
jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai
rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100
gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala
maksimum yang terekam oleh seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu
tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara
milimeter dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka
kanan maka garis tersebut akan memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi
Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan
magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik
pemberitaan di media tentang magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai
kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara
13
instansi yang satu dengan instansi yang lainnya mengeluarkan besar magnitudo
Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama
Giuseppe Mercalli pada tahun 1902. Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan
berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan
14
juga dengan melihat dan membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi
tersebut. Oleh karena itu skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat
dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Pada saat ini
penggunaan skala Richter lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan
gempa bumi. Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli
seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama
melalui tahap kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi itu. Satuan ukuran
1. Tidak terasa
4. Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding rumah,
7. Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat berjalan/berdiri.
Skala kekuatan moment diperkenalkan pada 1979 oleh Tom Hanks dan
Hiroo Kanamori sebagai pengganti skala Richter dan digunakan oleh seismologis
untuk membandingkan energi yang dilepas oleh sebuah gempa bumi. Kekuatan
berikut:
2⎛ M0 ⎞ 2⎛ M0 ⎞
MW = ⎜ log10 − 9.1⎟ = ⎜⎜ log10 − 16.1⎟⎟ ..................................... (2.1)
3⎝ N .m ⎠ 3⎝ dyn.cm ⎠
moment).
Sebuah peningkatan satu tahap dalam skala logaritmik ini berarti sebuah
peningkatan 101,5 = 31,6 kali dari jumlah energi yang dilepas, dan sebuah
peningkatan 2 tahap berarti sebuah peningkatan 103 = 1000 kali kekuatan awal.
2.4 Piezoelectric
suatu efek yang reversible, dimana terdapat efek piezoelektrik langsung (direct
akibat pemberian tegangan listrik, contohnya adalah kristal lead zirconate titanate
yang akan mengalami perubahan dimensi sampai maksimal 0.1 % jika diberi
tegangan listrik.
Pada sebuah kristal piezoelektrik, muatan listrik positif dan muatan listrik
suatu tekanan mekanik diterima oleh kristal piezoelektrik, bentuk simetris dari
tiap-tiap muatan listrik tersebut berubah menjadi tidak simetris dan akan
sebesar 12500 Volt. Bentuk fisik piezoelectric secara umum dapat dilihat pada
gambar 2.8
17
sifat elektris bahan yaitu Fluks listrik, Permitivitas listrik, Medan listrik dan
jenis tekanan dalam bentuk suara (bentuk dasar dari aplikasi sensor) misalnya,
pickup yang digunakan pada Gitar Listrik. Piezo sensor yang diletakan pada
tinggi pada Ultrasonic tranducer pencitraan medis dan juga pada test industri
bertindak murni sebagai sensor dan juga sebagai aktuator, oleh karena itu
seringkali istilah transducer lebih disukai ketika alat itu memiliki dua
gelombang sonar.
frekuensi clock 640 kHz dan kompatibel dengan segala jenis mikroprosesor atau
19
mikrokontroler. Bentuk fisik dan diskripsi pin ADC 0804 dapat dilihat pada
Jangkauan tegangan input dari ADC0804 mulai dari 0 Volt sampai dengan 5V
atau setara dengan 00H sampai 0FFH. Aplikasi umum penggunaan ADC0804
dilengkapi sebuah CPU 8 bit, Memori (RAM dan ROM), 32 saluaran I/O dan
mempunyai 4Kb Flash PEROM. Dengan kata lain mikrokontroler dapat disebut
sebagai suatu mikrokomputer yang dapat bekerja hanya menggunakan single chip
keperluan port paralel 8 bit. Satu port paralel terdiri dari 8 pin, dengan demikian
32 pin tersebut membentuk 4 port paralel. port paralel tersebut dikenal dengan
Port 0, Port 1, Port 2, dan Port 3. Nomor dari masing-masing pin mulai dari 0
sampai 7. Sebagai contoh pin pertama Port 0 disebut P0.0. dan pin terakhir untuk
Pin 1 sampai 8 (Port 1) merupakan Port I/O dua arah (bidirectional) yang
dilengkapi dengan pull up internal terletak pada alamat 90H. Penyangga keluaran
Port 1 mampu memberikan atau menyerap arus empat masukan TTL (sekitar 1,6
mA). Jika nilai logika ‘1’ dituliskan ke pin Port 1, maka masing-masing pin akan
di- pulled high dengan pull up internal sehingga dapat digunakan sebagai
masukan. Jika pin Port 1 dihubungkan ke ground (di-pulled low), maka masing-
masing pin akan memberikan arus (source) karena di-pulled high secara internal.
Port 1 juga menerima alamat bagian rendah (low byte) selama pemrograman dan
verifikasi flash.
Pin 9 Reset (RST). Akses terhadap pin Reset dapat dilakukan secara
manual maupun otomatis saat power diaktifkan. Reset terjadi dengan adanya
22
logika 1 selama minimal 2 cycle. Setelah kondisi pin RST kembali Low,
dengan dilengkapi pull-up internal terletak pada alamat B0H. Penyangga keluaran
Port 3 mampu memberikan atau menyerap arus senilai empat masukan TTL
(sekitar 1,6 mA). Jika logika ‘1’dituliskan ke pin Port 3, maka masing-masing pin
akan di- pulled high dengan resistor pull-up internal sehingga dapat digunakan
sebagai masukan. Hal penting yang harus diperhatikan adalah pada saat pin Port 3
memberikan arus (source) karena di-pulled high secara internal. Port 3 juga
memiliki fungsi khusus selain I/O, yaitu sebagai port fungsi alternatif seperti
ditunjukan pada tabel 2.3, diantaranya menerima sinyal-sinyal kontrol (P3.6 dan
P3.7), bersama-sama dengan Port 2 (P2.6 dan P2.7) selama pemrograman dan
(port 2) merupakan port I/O dua arah (bidirectional) dengan dilengkapi pull up
memberikan atau menyerap arus empat masukan TTL (sekitar 1,6 mA). Jika
logika “1”dituliskan ke pin Port 2, maka masing-masing pin akan di- pulled high
masukan, jika pin Port 2 dihubungkan ke ground (pulled low), maka masing-
masing pin akan memberikan arus (source) karena di-pulled high secara internal.
Port 2 akan memberikan byte alamat bagian tinggi (high byte) selama
memori data eksternal yang menggunakan perintah dengan alamat 16-bit. Port 2
juga menerima alamat bagian tinggi selama pemrograman dan verifikasi flash.
memori eksternal, PSEN akan diaktifkan dua kali persiklus mesin, kecuali dua
menghasilkan pulsa-pulsa untuk mengunci byte rendah (low byte) alamat selama
mengakses eksternal memori. Pin ini juga berfungsi untuk masukan program (the
program pulse input) atau PROG selama pemrograman flash. Pada operasi normal
ALE akan berpulsa dengan laju 1/6 dari frekuensi kristal dan dapat digunakan
sebagai pewaktuan atau clock rangkaian eksternal. Jika dikehendaki operasi ALE
dapat dimatikan dengan cara mengatur bit 0 dari SFR pada lokasi 8Eh. Jika isinya
24
logika “1”, ALE hanya akan aktif selama dijumpai instruksi MOVX atau MOVC.
Selain proses tersebut diatas, Pin ALE akan di pulled high sehingga tidak akan
ground, jika mikrokontroler ingin mengeksekusi program dari luar. Selain dari itu
flash. Pada kondisi low maka pin ini akan berfungsi sebagai EA (External Acces
Enable), yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori
eksternal setelah system direset. Apabila berkondisi high maka pin ini akan
Pin 32 sampai 39 (port 0) dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order
multiplex addres/data ataupun menerima kode byte pada saat flash programming.
Sebagai fungsi I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah
TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port
tersebut. Pada saat flash programming dan verifikasi program, saluran ini
menyimpan data atau program. RAM adalah memori yang dapat dibaca atau
25
ditulis umumnya beralamat 30H hingga 7FH. Data dalam RAM akan terhapus
(bersifat volatile) bila catu daya dihilangkan. Karena sifat RAM yang volatile ini,
untuk menyimpan data sementara, yaitu data yang tidak begitu vital bila hilang
akibat aliran daya terputus. RAM pada IC ini mempunyai kapasitas sebesar 128
byte x 8 bit.
Dari gambar peta SFR terlihat bahwa address (alamat) memori yang dapat diisi
adalah alamat yang tidak berisi register (kolom yang kosong). Pemisahan memori
26
program dan data, memperbolehkan memori data untuk diakses oleh alamat 8 bit.
Sekalipun demikian alamat data memori 16 bit dapat dihasilkan melalui register
RAM internal 128 byte mempunyai alamat yang sama dengan 128 byte
sinyal Program Strobe Enable (PSEN). Memori data menempati suatu ruang
alamat yang terpisah dari memori program sehingga memori eksternal dapat
diakses secara langsung hingga 64 Kbyte dalam ruang memori data eksternal.
Untuk mengakses hal tersebut, bagian CPU akan memberikan sinyal baca dan
dengan cara menggabungkan sinyal, RD dan PSEN melalui gerbang AND dan
Pada gambar peta memori ditunjukkan bagaimana bagian RAM 128 byte
bawah dipetakan. 32 byte bawah dikelompokan menjasi 4 bank dan 8 register (R0
hingga R7). Dua bit pada PSW (Program Status World) digunakan untuk memilih
register membentuk suatu blok ruang memori yang bisa teralamati per-bit (bit
27
addressable). Alamat-alamat bit ini adalah 00h hingga 7Fh. Semua byte yang
berada didalam 128 bagian bawah dapat diakses baik secara langsung maupun tak
langsung. Bagian 128 atas dari RAM hanya ada didalam piranti yang memiliki
mikrokontroler, dan menempati alamat 80H hingga FFH. Misalnya register P0,
P1, P2, dan P3 digunakan sebagai register untuk menampung data input-uotput.
Selain itu, beberapa dari register ini mampu dialamati dengan pengalamatan bit,
Pada SFR terdapat beberapa alamat yang bisa dialamati secara bit dan ada
yang tidak bisa dialamati secara bit. Pada SFR yang bisa dialamati secara bit,
adalah alamat yang pada digit keduanya adalah digit 0 atau 8, missal 80H,
88H,90H,98H, dan F8H. Special Fungsi Register Akumulator adalah yang sering
dipakai untuk dialamati secara bit dan mempunyai alamat E0H, misalnya A.0,
A.1, A.2, A.3, A.4, A.5, A.6, dan A.7. Berikut adalah penjelasan secara singkat
akumulator sebagai operand sumber atau operand tujuan pengiriman data dari dan
ke port I/0.
pembagian 8 bit dan dapat juga digunakan sebagai register operand sumber atau
operand tujuan.
Stack Pointer (SP) merupakan register 8 bit yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan alamat data saat terjadi interrupt dan terletak di alamat 81H.
Register data pointer atau DPTR merupakan register 16 bit yang terdiri
dari Data Pointer High byte (DPH) dan Data Pointer Low byte (DPL) yang
Serial data Buffer terletak pada lokasi 99H yang dibagi menjadi dua
register yang terpisah, yaitu register penyangga penggirim (transmit buffer) dan
penyangga penerima (receive buffer). Pada saat data di salin ke SBUF, maka data
data serial. Dan sedangkan saat data disalin dari SBUF, maka sebenarnya data
2.6.4 Timer/counter
terdapat dua buah timer/counter 16 bit (timer/counter 0 dan timer/counter 1), yang
29
dapat diatur melalui perangkat lunak. Timer 0 dibentuk oleh register TH0 dan
TH1 pada alamat 8AH dan 8CH. Timer 1 dibentuk oleh register TH1 dan TL1
pada alamat 8Bh dan 8DH. Apabila timer/counter diaktifkan pada frekuensi kerja
setiap 1 mikro detik secara independen. Bila dimisalkan suatu urutan instruksi
telah selesai dilaksanakan dalam waktu 5 mikro detik, pada saat itu pula timer/
counter telah menunjukkan perioda waktu 5 mikro detik. Apabila perioda waktu
2.6.5 Interupsi
dijalankan pada saat melayani interupsi disebut Interrupt Service Routin (Rutin
eksternal interupsi (INT0 dan INT1), interupsi port serial, interupsi T0 dan
interupsi T1. Dalam suatu kondisi dapat juga dibutuhkan suatu program yang
iterrupt yang masing-masing dapat ditetapkan enable atau disable satu persatu.
jika bit ini di clear. Jika bit ini clear maka apapun kondisi bit
port serial dapat menerima dan mengirim data secara bersamaan. Selain itu juga
memiliki penyenggara penerima, artinya port serial mulai bias menerima byte
yang kedua sebelum byte yang pertama dibaca oleh register penerima (jika sampai
byte yang kedua selesai diterima sedangkan byte pertama belum juga dibaca,
maka salah satu byte akan hilang). Penerimaan dan pengiriman data port serial
SBUF yang memangkan terpisah secara fisik (secara perangkat lunak namanya
menjadi satu yaitu SBUF). Bit SM0 dan SM1 (bit 8 dan 7 pada register SCON)
dipakai untuk menentukan mode kerja port serial. Setelah reset kedua bit ini
bernilai ‘0’ dan penentuan mode kerja port serial mengikuti Tabel 2.3.
kristal/12 dan tidak dapat diubah (bersifat tetap). Persamaan untuk mode 0 adalah
sebagai berikut :
FrekuensiKristal
Baudrate = ............................................................. (2.4)
12
32
Baud rate untuk mode 2 bergantung pada nilai bit SMOD pada register PCOM
jika SMOD = 0, baud rute-nya 1/64 frekuensi kristal, jika SMOD=1 maka baud
rate-nya 1/32 frekuensi kristal atau baud rate mode 2 ini mengikuti persamaan :
2 s mod × FrekuensiKristal
Baudrate = ................................................. (2.5)
64
baudrate yang dihasilkan dapat diklasifikasikan sesuai tabel 2.4 dibawah ini
Timer 1 Nilai
Baud Rate Kristal SMOD C/~T
Mode isi-ulang
Mode 0 Max: 1Mhz 12Mhz X X X X
Mode 2 Max: 375K 12Mhz 1 X X X
Mode 1 & 3: 62,5K 12Mhz 1 0 2 FFH
192000 11,059Mhz 1 0 2 FDH
9600 11,059Mhz 0 0 2 FDH
4800 11,059Mhz 0 0 2 FAH
2400 11,059Mhz 0 0 2 F4H
1200 11,059Mhz 0 0 2 E8H
137,5 11,059Mhz 0 0 2 1DH
110 6 Mhz 0 0 2 72H
110 12Mhz 0 0 1 FEEBH
menjalankan proses mulai dari awal register 00h. Konfigurasi standar rangkaian
kemampuan power on reset yaitu reset yang terjadi pada saat sistem dinyalakan
untuk pertama kalinya. Reset juga dapat dilakukan secara manual dengan
menyediakan tombol reset yang berupa switch dan dipasang dalam posisi bypass
yaitu sebesar 3,5 volt. Perancangan rangkaian reset dalam hal ini terdiri atas
34
diatas dapat dilihat bahwa sistem reset yang dibentuk pada dasarnya memanfatkan
yang disebut dengan bahasa mesin yang dapat dimengerti oleh mikrokontroler.
antara operand sumber dengan operand tujuan. Operandnya dapat berupa register,
memori atau lokasi suatu memori. Instruksi transfer data terbagi menjadi dua
kelas operasi yaitu transfer data utama (General Purpose Trasfer) dan transfer
tujuan.
operand sumber
ALU adalah suatu unit yang melaksanakan proses aritmatika dan logika
pembagian dimiliki oleh AT89C51 dengan mnemonic : INC, ADD, ADDC, DA,
SUBB, DEC, MUL, dan DIV. Deskripsi operasi mnemonic tersebut dijelaskan
sebagai berikut.:
tersebut
36
tersebut
operasi logika byte. Operasi logika dibagi atas dua bagian yaitu ;
Opersi logika operand tunggal, yang terdiri dari CLR, SETR, CPL, RL,
carry flag
carry flag
pertama
pertama
pertama
Instruksi trasfer kendali terdiri dari tiga kelas operasi, yaitu lompatan tidak
jarak antara intruksi tidak lebih dari 127 byte atau berada
JNB Percabangan jika bit tidak diset (Jump On Not Bit Set ),
yang ditunjuk dan jika data bit brnilai 1maka program akan
(Jump if Zero).
data RAM internal (0 – 127) SFR pada 128 – 255 (I/O port,
enable control inputs. Bentuk fisik dan persamaan rangkaian internalnya dapat
Saluran keluaran + 10V (V+) dan - 10V (V-) dapat digunakan untuk
MAX247, karena pin ini tidak tersedia. Saluran V+ dan V- tidak diatur secara
besaran arus beban. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengunaan saluran
ini adalah pengguna tidak boleh memberikan beban terhadap saluran V+ dan V-
ini disebabkan karena pada saat komponen ini shutdown, saluran tegangan V-
sebagai berikut : kapasitor C1 tidak boleh dipasang dan pin SHDN harus
42
terpakai dapat dibiarkan tanpa koneksi dan terlepas satu dengan yang lainnya
karena sudah dilengkapi dengan resistor pull-up sebesar 400 KΩ ke VCC (kecuali
pengarah yang tidak terpakai ke logika rendah karena semua pengarah merupakan
secara khas akan memberikan arus sumber sebesar 12 µA, kecuali dalam mode
µA. Kondisi ini juga terjadi pada saat mode shutdown digunakan, dalam mode
ditetapkan pada 0,8V dan 2,4V, dengan demikian bagian penerima akan bereaksi
(penerima dimungkinkan untuk melanjut fungsi pada data dengan nilai yang lebih
44
dan resistor dalam bentuk satu chip IC. Op Amp merupakan komponen aktif
penguatan lintasan terbuka (Open Gain) yang sangat besar dan dapat dipakai
Bentuk fisik dan diskripsi pin LM393 dapat dilihat pada gambar 2.16
pemakaian daya yang lebih rendah, kemampuan penggunaan saluran input yang
45
mode catudaya tunggal maupun catudaya ganda. Spesifikasi teknik dan fungsional
secara otomatis akan menghasilkan penguatan tegangan tak terhingga atau Open
Loop Gain (AOL). Op-Amp memiliki lebar pita tak terhingga untuk semua
frekuensi. Suatu Op-Amp ideal seharusnya memiliki respon yang sama untuk
semua frekuensi masukan. Tetapi secara praktis hal; ini tidak akan terjadi dalam
praktek karena Op-Amp hanya akan merespon hingga batas frekuensi tertentu
saja. Op-Amp memiliki fasilitas pengaturan Input Offset Voltage. Pengaturan ini
perlu dilakukan jika dalam aplikasi tertentu saluran keluaran Op-Amp dituntut
harus mampu menghasilkan nilai tegangan keluaran 0 Vdc pada saat nilai
Karakteristik internal hanya akan berubah jika suhu ruangan melampaui batas
46
toleransi kemasan atau pada saat Op-Amp mengalami over gain akibat pemakaian
Perolehan daya (power gain) dalam suatu rangkaian penguat secara umum
didefinisikan sebagai :
dayakeluaran
Gain = .......................................................................... (2.7)
dayamasukan
Gain adalah suatu faktor yang tidak memiliki satuan, namun gain diukur dalam
suatu unit logaritmis yang tidak memiliki dimensi (bells). Gain dalam bells adalah
dayakeluaran
Gain(bells) = log10 ....................................................... (2.8)
dayamasukan
pada penggunaan praktis, decibel dianggap terlalu besar sehingga yang umum
digunakan adalah satuan 0,1bells atau desibel (dB), atau dinyatakan sebagai :
dayakeluaran
Gain(dB ) = 10 × log10 ................................................... (2.9)
dayamasukan
Daya sebanding dengan V2 atau I2, sehingga persamaan diatas dapat juga
dituliskan sebagai :
dayakeluaran
Gain(dB ) = 20 × log10 ..................................................(2.10)
dayamasukan
atau:
aruskeluaran
Gain(dB) = 20 × log10 .................................................. (2.11)
arusmasukan
jika dalam suatu sistem terdiri dari beberapa penguat, maka perolehan dalam
eksternal berupa dua buah resistor yang dihubungkan seperti pada gambar 2.17
dibawah ini:
Pada operasinya, saat sinyal masukan berubah menjadi positif nilainya, maka
saluran keluaran akan menjadi negatif dan sebaliknya. Selain itu jumlah
tegangan masukan dengan nilai perbandingan yang ditentukan oleh nilai resistor
Vo R R
= − A dengan nilai A (penguatan) = A …………………....... (2.13)
Vi RB RB
eksternal berupa dua buah resistor yang dihubungkan seperti pada gambar 2.18
dibawah ini:
48
menjadi lebih besar karena masukannya akan mengikuti sinyal yang diberikan dan
tidak dijaga untuk tetap konstan oleh arus umpan balik (feedback). Kondisi ini
menyebabkan pada saat sinyal dimasukan mulai bergerak, secara otomatis sinyal
dikeluaran akan mengikuti fasenya sehingga masukan inverting akan dijaga nilai
tegangannya pada taraf yang sama. Gain atau perolehan tegangan pada model ini
akan selalu lebih dari 1, dengan demikian nilai penguatan dari model amplifier
diatas adalah:
Vo R
= 1 + A dengan nilai A (penguatan) >1 ...................................... (2.14)
Vi RB
disaluran keluaran dan inverting juga akan berubah dengan nilai yang sama.
PERANCANGAN ALAT
3.1 Perencanaan
pemasangan tata letak komponen yang telah dirangkai pada kotak praktis.
awal akan sangat menentukan hasil akhir dari suat proses pembuatan alat. Apabila
kesalahan, sehingga selain ketelitian dan kejelian juga diperlukan ketepatan dalam
50
51
ADC
Control
Vref ADC
Adjustment Analog to Digital Data
Converter Comm
ADC0804 Data
Level TTL
Adjustable amplified RS232 Interface
vibration signal MAX232
Gain
Adjustment Signal
Microcontroller
Conditioner Comm
AT89C51
LM393 Data
Level RS232
Medium vibration
level signal
Signal Amplifier
BC547
Low vibration
level signal
Dalam diagram perancangan alat di atas dapat dilihat bahwa desain alat
terdiri dari vibration sensor, signal amplifier, signal conditioner, analog to digital
Bagian ini secara spesifik berfungsi menerima sinyal getaran gempa dan
yang sangat rendah. Skematik vibration sensor dan signal amplifier dapat dilihat
Dalam gambar 3.2 dapat dilihat bahwa sinyal keluaran PZ1 yang disalurkan
melalui C9 cenderung memiliki level sinyal AC yang sangat rendah dan tidak
itu, sinyal tersebut harus dikuatkan terlebih dahulu menggunakan rangkaian signal
harus diberi tegangan bias melalui R7 dan R6. Dengan pengaturan ini, sinyal
masukan di saluran basis Q1 akan dikuatkan level sinyal AC-nya dan disalurkan
kolektor.
digital converter. Skematik bagian signal conditiner dapat dilihat pada gambar 3.3
53
Dalam gambar 3.3 dapat dilihat bahwa sinyal AC yang dikirimkan oleh signal
amplifier disalurkan ke pin 3 (non-inverting U4A) melalui C12 dan variabel resistor
tegangan referensi yang diatur melalui R10. Proses pengaturan tersebut akan
tertentu dan siap untuk disearahkan menjadi sinyal dengan level tegangan DC
C8. Bagian ini berfungsi mengkonversi sinyal getaran dalam level tegangan DC
menjadi data getaran dengan format digital 8 bit biner. Untuk bekerja secara
referensi (Vref Adj) yang dibentuk menggunakan R2 dan R3, serta rangkaian R4
sebagai berikut:
1
f CLK ≅
1.1RC
1
f CLK ≅
1.1(10 KΩ × 150 pF )
1
≅
f CLK
(( ) ( ))
1.1 10 × 10 × 150 × 10 −12
3
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemakaian rangkaian ini terletak pada
ketepatan nilai Vref yang ditentukan oleh R2 dan R3, karena jika nilainya tidak
Pada saat ADC dijalankan dalam mode skala penuh dengan Vcc = 5V dan Vref =
5V, maka nilai keluaran data untuk 1 LSB (step size) akan setara dengan:
Jika ADC dijalankan dalam mode skala penuh dengan Vcc = 5V dan Vref = 2,5V,
maka nilai keluaran data untuk 1 LSB (step size) akan setara dengan:
55
conditioner dan Vref ADC ke ½ Vcc=2,5V, maka pada saat saluran keluaran
N = 35,84
Karena node N diambil posisi center atau ½ Vcc, maka transisinya adalah:
Dengan demikian nilai data Dout dari ADC merupakan hasil konversi nilai data N
Hasil konversi menunjukkan nilai 32+2+1 =35 karena nilai dibelakang tanda
AT89C51 dan dicatu menggunakan tegangan VCC +5V. Bagian ini berfungsi
mengatur proses kerja alat berdasar data acuan dari ADC dan PC. Skematik
dihubungkan secara langsung dengan VCC +5V. Hal ini berarti rangkaian
frekuensi clock yang dibentuk menggunakan kristal Y1, kapasitor C6 dan C7.
57
karena semua data input dan output harus diproses dan dikontrol melalui U2.
Dalam gambar 3.5 dapat dilihat bahwa, tidak semua kaki pada U2 AT89C51 ini
digunakan untuk proses data dan hanya pin-pin tertentu saja yang dipergunakan
dalam taraf logika TTL ke RS232 dan sebaliknya. Untuk PC atau laptop, data
taraf logika high akan setara dengan +10 sampai +12V, sedangkan data taraf
logika low akan setara dengan -10 sampai -12V (level RS232). Untuk
mikrokontroler U2, data taraf logika high akan setara dengan +5V, sedangkan data
taraf logika low akan setara dengan 0V (level TTL). Bentuk skematik bagian
yang harus dipasang dengan polaritas yang benar sesuai gambar 3.6.
8 R2IN U1 akan berfungsi sebagai saluran penerima data dari PC, sedangkan pin 9
dijalankan, pin 10 T2IN U1 akan berfungsi sebagai saluran penerima data dari
bersamaan menggunakan baudrate yang sama karena saluran RS232 data serial
format data 8 bit, tanpa parity, 1 stop bit dengan flowcontrol hardware (setting
D4, regulator +5V U5 tipe 78HT05 serta kondensator C14, dan C15. Skematik
Dalam awal uraian telah disebutkan bahwa rangkaian alat secara spesifik hanya
menggunakan tegangan catuan sebesar +5Vdc dan +12Vdc. Untuk mencapai hal
menjadi tegangan DC kasar (VSS) yang difilter menggunakan C14. Tegangan VSS
inilah yang digunakan sebagai tegangan sumber rangkaian driver motor dan
regulator U5 pin 1.
untuk menjaga agar tegangan keluaran regulator U5 tetap stabil pada saat
Secara prinsip sistem akan membaca sinyal getaran gempa melalui sensor
melalui saluran serial. Proses ini akan terus dijalankan oleh program PC dan data
report dari mikrokontroler inilah yang diproses ulang kedalam bentuk grafik
papan rangkaian tercetak. Semua komponen dipasang pada papan ini kecuali
Metode pembuatan jalur PCB terdapat berbagai macam cara, salah satunya
dengan menggunakan program komputer PCB Designer Ver 1.0. Adapun langkah
jalur standart, 0,8mm untuk pointer drill dan blok screen untuk bottom
2. Siapkan peralatan sablon dan cetak gambar plotting PCB di screen sablon.
3. Setelah gambar tercetak di screen sablon dan sudah kering, bersihkan sisa
5. Tunggu sampai cat sablon kering dan PCB siap untuk dilarutkan
4. Jika proses pelarutan sudah selesai, angkat PCB sudah terbentuk jalur-jalur
rangkaiannya.
5. Cuci PCB dengan air sabun dan amplas permukaan yang tertutup gambar
dengan serabut baja sehingga tinggal jalur-jalur logam sesuai gambar jalur
rangkaian.
harus dilakukan dengan hati–hati agar tidak merusak jalur pada rangkaian
2. Kemudian lakukan dengan pengeboran pada titik yang telah ada dengan
komponen
Dalam cara kerja alat telah dijelaskan bahwa sistem yang dirancang
aplikasi mikrokontroler ini kemudian disimpan dengan ekstensi *.asm dan di-
akan menghasilkan file baru dengan ekstensi “*.lst” dan “*.hex”. File berekstensi
file berekstensi “*.hex” merupakan file yang akan ditransfer ke dalam memori
dengan PC. Adapun proses pengisian program ke dalam Flash PEROM AT89C51
halaman lampiran.
berdasarkan inisialisasi data kontrol. Diagram alir program earth.asm dapat dilihat
Mulai
Inisialisasi prot
dan register
Inisialisasi interupt
serial
Jalankan kontrol
ADC
Jalankan reset
data parameter
tidak
Ada interupsi?
ya
ya Konversi data di
Simpan data serial
Acc=”a”? Aktifkan ADC acc ke huruf ASCII
ke akumulator
besar
tidak
tidak
tidak
tidak
Kirim kembali ke
PC
Selesai
mikrokontroler
68
ke langkah 6
Step 7. Acc = ”a”? Jika tidak lanjutkan ke langkah 10. Jika ya lanjutkan ke
langkah 8
Step 10. Acc = ”b”? Jika tidak lanjutkan ke langkah 14. Jika ya lanjutkan ke
langkah 11
Step 14. Acc = ”c”? Jika tidak lanjutkan ke langkah 18. Jika ya lanjutkan ke
langkah 15
Step 18. Acc = ”d”? Jika tidak lanjutkan ke langkah 24. Jika ya lanjutkan ke
langkah 19
Step 21. Tambah data dengan 30h untuk konversi bilangan ASCII
rangkaian dan kondisi komponen yang akan diuji. Pengujian yang dilakukan
meliputi pengujian perbagian sesuai blok diagram dan pengujian kinerja dari
terdapat pada tiap-tiap bagian rangkaian dapat diketahui lebih pasti. Sedangkan
perhitungan dan hasil pengukuran dengan standar kerja komponen yang terdapat
pada datasheet.
besaran listrik.
bentuk gelombang.
70
71
AT89C51 tujuan.
pengecekan, kalibrasi dan analisa sistem rangkaian alat dapat dilakukan secara
lebih cermat.
kerja dan bentuk sinyal hasil pengolahan penguat transistor Q1. Hasil pengujian
bagian ini ditabulasikan dalam tabel 4.1 dengan titik ukur dicantumkan dalam
gambar 4.1.
Gambar 4.1 Test Point Bagian Vibration Sensor Dan Signal Amplifier
72
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Bagian Vibration Sensor Dan Signal Amplifier
No Test Point Tegangan Keterangan
(V)
1 Basis Q1 0,7 CRO probe 1
2 Kolektor Q1 3 CRO probe 2
Untuk menunjukkan penguatan sinyal pada bagian ini, pembangkitan sinyal uji
dan dibandingkan dengan sinyal yang telah diperkuat. Hasil pengujian bagian ini
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa sinyal getaran yang diterima oleh PZ1
level sebesar 3Vpp/div. Dengan hasil ini dapat diambil kesimpulan bahwa sinyal
dari PZ1 akan dikuatkan sekitar 2,4x dari sinyal aslinya dan mengalami
R8 dan R10 yang paling tepat agar U4A dapat menghasilkan sinyal dengan level
tegangan AC yang dapat disearahkan oleh D1-D2. Hasil pengujian bagian ini
ditabulasikan dalam tabel 4.2 dengan titik ukur dicantumkan dalam gambar 4.3
Dari hasil pengujian tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pengaturan R8 secara tidak
kinerja bagian ini pada saat digunakan untuk mendeteksi level tegangan DC
dalam tabel 4.3 dengan titik ukur dicantumkan dalam gambar 4.5
Tegangan
No Test Point Keterangan
(V)
1 Pin 6 U3 0–5 Tegangan analog
2 Pin 4 U3 L= 0,8 – H= 2,4 Frekuensi clock rangkaian ADC
3 Pin 9 U3 ± 2,5 Vref Adj
4 Pin 1-3, 5 U3 L= 0,8 – H= 2,4 Pulsa ADC start
5 Pin 18-11 U3 L= 0,8 – H= 2,4 Data ADC out DB0-DB7
Berdasar hasil pengujian diatas dapat diketahui bahwa frekuensi clock ADC
dasar pengisian dan pengosongan kondensator. Dengan pengertian ini titik ukur
tidak dapat dibebani secara langsung menggunakan multimeter analog dan hanya
75
menggunakan osiloskop.
tegangan R2 dan R3. Nilai tegangan ini sangat penting karena menentukan
menggunakan nilai setting standar 2,5 volt, maka ketepatan nilai konversi ADC
rangkaian ADC. Karena pin ini dikendalikan secara langsung menggunakan P2.0-
P2.3 U2, maka peraturan standar logikanya harus mengikuti aturan mikrokontroler
U2. Dengan pengertian ini, proses komunikasi data yang terjadi berupa transfer
data dari U3 ke U2 dan kontrol data dari U2 ke U3 dengan standarisasi VOL dan
Pin 18-11 U3 berfungsi sebagai pin pengatur data keluaran ADC dalam
format 8 bit (4 bit MSB, 4 bit LSB). Karena pin ini secara langsung dihubungkan
dengan P0.0 – P03.7 U2, maka peraturan standar logikanya juga mengikuti aturan
U2. Dengan menggunakan pengertian ini, proses komunikasi data yang terjadi dari
dibagian osilator dan tegangan saluran reset. Hasil pengujian bagian ini
ditabulasikan dalam tabel 4.4 dengan titik ukur dicantumkan dalam gambar 4.7
Berdasar hasil pengujian diatas diketahui bahwa tegangan standar logika input
port U2 memiliki aturan VIL dan VIH, sedangkan tegangan output port U2 memiliki
VOL dan VOH. Ketentuan ini hanya berlaku untuk saluran XTAL1, dan 32 bit
saluran I/O (port 0 sampai dengan port 3). Sedangkan untuk saluran reset dan
menggunakan nilai komponen pada gambar pengujian 4.7, nilai waktu transisi
Vc = Vcc(1 − e − t / RC )
+3
×10 −6
3,5 = 5(1 − e − t / 8, 2 )
3,5 = 5 − 5e −0,082t
5e −0,082t = 1,5
e −0,082t = 0,3
− 0,082t = ln 0,3
− 0,082t = −1,20397
t = 14,68ms
78
jawab dalam proses pembentukan sinyal clock acuan proses kerja U2. Sedangkan
saluran XTAL2 merupakan output penguat operasi internal. Dengan pengertian ini
sistem pewaktuan dengan nilai frekuensi yang sama. Nilai frekuensi terukur pada
pin-pin ini harus sama dengan nilai frekuensi kristal yang digunakan dan tidak
boleh cacat sinyal. Bentuk gelombang pada pin XTAL1 dan XTAL2 dapat dilihat
proses konversi level sinyal data serial dari DB9 PC dapat disetarakan dengan
level sinyal saluran dalam rangkaian alat. Hasil pengujian bagian ini ditabulasikan
dalam tabel 4.5 dengan titik ukur dicantumkan dalam gambar 4.10
Dalam pengujian ini, tegangan V= dan V- yang diukur (terletak di pin 2 dan pin 6)
merupakan keluaran dari bagian rangkaian internal voltage doubler +5V to +10V
dan rangkaian internal voltage inverter +10V to -10V. Hasil pengujian bagian ini
Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat bahwa rangkaian internal voltage doubler
+5V to +10V dan rangkaian internal voltage inverter +10V to -10V terbukti dapat
menghasilkan tegangan V= dan V- yang stabil pada saat U1 berada dalam kondisi
tegangan dan arus keluarannya pada saat rangkaian tanpa beban maupun pada saat
beban aktif. Titik pengujian bagian catudaya dapat dilihat pada gambar 4.11
diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple tidak lebih dari 0,75
Ukuran kapasitor yang sebesar tersebut diatasi cenderung mahal dan sulit
ditemukan dipasaran. Oleh karena itu penulis hanya menggunakan ukuran 2200uF
(C14) dengan resiko faktor ripple dari rangkaian akan naik menjadi:
C = I.T/Vr ⇒ Vr = I.T/C
Vr = (1) (0,01) / 2200uF = 4,54V
Dengan tegangan ripple yang cukup tinggi tersebut, tegangan dan arus keluaran
Vdc = VM + Vr/2
Vdc = 12 + (4,54/2)
Vdc = 14,27V
Vdc = VM - Vr/2
Vdc = 12 – (4,54/2)
Vdc = 9,73 V
catudaya berubah seperti ditunjukkan dalam tabel 4.1. Untuk mencegah fluktuatif
menambahkan regulator 7805 U5 dan C15 sebagai penstabil tegangan catuan VCC
alat. Hasil pengujian pada bagian regulator dapat dilihat dalam tabel 4.6
sebagai bagian dari sistem. Dalam pengujian ini, bagian sensor PZ1 akan diketuk
secara perlahan dan berulang-ulang agar dapat menghasilkan sinyal seperti halnya
pada saat terjadi gempa. Hasil capture grafik pengujian ini dicantumkan dalam
gambar 4.12
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
digunakan dan hasil pengujian sistem secara parsial maupun pengujian secara
tersebut kemudian dipasang ke dalam pipa besi dengan panjang 1 meter dan
meliputi kemampuan getar dari per halus di bagian piezoelectric, nilai setting gain
adjusment, ketepatan nilai Vref ADC dan waktu proses yang diperlukan oleh
kabel DB9
bit, tanpa parity, 1 stop bit dengan flowcontrol hardware dan setting nilai
83
84
5.2 Saran
Penambahan jumlah sensor harus diikuti dengan penggantian jenis ADC dari 1
PC
DAFTAR PUSTAKA
Brink, O.G and Flink, R.J. 1983. Dasar-dasar Instrumentasi. Jakarta : Binacipta
Benedictus B.S,2005.”Design Alarm Berbasis Sensor Getaran”.
Budi Susanto 2003. “piezoelectric “http:///www.ilkom.edu/vibration_sensor/
http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Piezoelectric&redirect=no
1. Help
Digunakan untuk menampilkan menu help dalam format html.
Dalam menu ini dijelaskan tujuan pembuatan program, limitasi
penggunaan aplikasi dan fungsi dari tombol-tombol yang terdapat
didalam program aplikasi PC
2. About
Digunakan untuk menampilkan menu about dalam format html.
Dalam menu ini diinformasikan judul perangkat asli dan identitas
dari penulis
3. Exit
Digunakan untuk keluar dari program aplikasi
4. Passcode
Digunakan untuk mengaktifkan menu inisialisasi hardware code
Yang berfungsi sebagai menu entry passcode
5. Com
Digunakan untuk memilih nomor kode dari saluran komunikasi
yang akan digunakan oleh PC dalam berkomunikasi dengan alat
6. Baudrate
Digunakan untuk memilih kecepatan data transfer dari PC ke alat
dan sebaliknya. Setting terpilih harus disesuaikan dengan setting
program dalam mikrokontroler
7. Databit
Digunakan untuk mengatur format data bit
8. Stopbit
Digunakan untuk mengatur format stop bit
9. Parity
Digunakan untk mengatur format parity bit
10. Reload Com Parameter
Digunakan untuk memanggil kembali setting com, baudrate, databit,
stopbit dan paritybit sebelum port yang digunakan dibuka untuk proses
komunikasi data dari PC ke alat maupun sebaliknya
11. DTR
Digunakan untuk mengatur spesifikasi flow control data transmit ready
12. RTS
Digunakan untuk mengatur spesifikasi flow control ring terminal
13. XON
Digunakan untuk mengatur spesifikasi flow control hardware XON/XOFF
14. Break
Digunakan untuk mengatur spesifikasi flow control break point
15. Add Automatic Linefeed
Digunakan untuk mengatur spesifikasi flow control automatic line feed
16. Open Port
Digunakan untuk mengatur eksekusi buka port komunikasi
17. Close Port
Digunakan untuk mengatur eksekusi tutup port komunikasi
18. Clear
Digunakan untuk menghapus semua tampilan data text
19. Transmit
Digunakan untuk mengatur proses transmit data dari PC ke alat secara
manual. Data yang akan di transmisikan di entry melalui kolom data
transmit, sedangkan reportnya akan ditampilkan melalui kolom data
receive.
20. COM Event
Digunakan untuk mencatat semua transmisi data yang melalui saluran
serial RS232, termasuk pengaturan program dan alat
21. Data Transmited
Digunakan untuk menampilkan string yang akan dikirim dari PC ke alat
22. Data Received
Digunakan untuk menampilkan string yang diterima dari alat ke PC
23. Data Exported
Digunakan untuk mengkonversi data string ke data numerik agar dapat
dimasukkan dalam grafik dan log
24. Turn On
Digunakan untuk mengatur proses penyalaan sistem hardware
25. Turn Off
Digunakan untuk mengatur proses mematikan sistem hardware
26. Start Capture
Digunakan untuk mengambil data dari alat dan menampilkannya
ke grafik dengan jangkah pengambilan data per 500mS
27. Stop Capture
Digunakan untuk menghentikan proses pengambilan data dari alat
dan melakukan proses penyimpanan gambar grafik dalam format bmp
unit Main;
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, StdCtrls, XPMan, ExtCtrls, ComCtrls, About, Help, Control;
type
TForm1 = class(TForm)
GroupBox1: TGroupBox;
ExitBtn: TButton;
HelpBtn: TButton;
AboutBtn: TButton;
Panel1: TPanel;
InitBtn: TButton;
XPManifest1: TXPManifest;
InitBox: TGroupBox;
ProgressBar1: TProgressBar;
PrgTimer: TTimer;
Image1: TImage;
Bevel1: TBevel;
MsgProg: TEdit;
Label1: TLabel;
HwrdData: TEdit;
procedure AboutBtnClick(Sender: TObject);
procedure ExitBtnClick(Sender: TObject);
procedure FormCreate(Sender: TObject);
procedure HelpBtnClick(Sender: TObject);
procedure InitBtnClick(Sender: TObject);
procedure PrgTimerTimer(Sender: TObject);
procedure HwrdDataKeyPress(Sender: TObject; var Key: Char);
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;
var
Form1: TForm1;
i : integer;
implementation
{$R *.dfm}
begin
Flags := 0;
URLnya := ExtractFilePath(Application.ExeName)+ 'about\about.html';
AboutFrm.WebBrowser1.Navigate(WideString(URLnya), Flags, Flags, Flags,
Flags);
AboutFrm.Visible :=true;
end;
begin
Flags := 0;
URLnya := ExtractFilePath(Application.ExeName)+ 'help\help.html';
HelpFrm.WebBrowser1.Navigate(WideString(URLnya), Flags, Flags, Flags,
Flags);
HelpFrm.Visible :=true;
end;
unit About;
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, XPMan, StdCtrls, ExtCtrls, OleCtrls, SHDocVw;
type
TAboutFrm = class(TForm)
WebBrowser1: TWebBrowser;
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;
var
AboutFrm: TAboutFrm;
implementation
{$R *.dfm}
end.
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, OleCtrls, SHDocVw;
type
THelpFrm = class(TForm)
WebBrowser1: TWebBrowser;
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;
var
HelpFrm: THelpFrm;
implementation
{$R *.dfm}
end.
unit Control;
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, StdCtrls, VaClasses, VaComm, ComCtrls, ExtCtrls, TeEngine,
TeeFunci, Series, TeeProcs, Chart, jpeg;
type
TControlFrm = class(TForm)
StatusBox: TGroupBox;
OpenBtn: TButton;
CloseBtn: TButton;
ResetBtn: TButton;
TransBtn: TButton;
RptBtn: TButton;
VaComm1: TVaComm;
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;
var
ControlFrm: TControlFrm;
i: integer;
z: integer;
RdADC: Byte;
RdADC2: integer;
S: string;
Ok: Boolean;
OKvbr: Boolean;
OKCap: Boolean;
OkOn: Boolean;
OkOff: Boolean;
implementation
{$R *.dfm}
//ComboBaudrate.ItemIndex + 1
//Make sure we skip the brUser flag in TVaBaudRate
VaComm1.BaudRate := TVaBaudrate(ComboBaudrate.ItemIndex+1);
VaComm1.Databits := TVaDataBits(ComboDatabits.ItemIndex);
VaComm1.Parity := TVaParity(ComboParity.ItemIndex);
VaComm1.StopBits := TVaStopBits(ComboStopbits.ItemIndex);
//All Read command disable
OKvbr:=false;
TChart.Visible :=false;
ParameterBox.Visible :=true;
FlowBox.Visible :=true;
EventBox.Visible :=true;
StatusBox.Visible :=true;
ApplicationBox.Visible :=true;
EventBox.Visible :=true;
TrnasBox.Visible :=true;
RcvrBox.Visible :=true;
ExportBox.Visible :=true;
EventBox.Enabled :=false;
StatusBox.Enabled :=false;
ApplicationBox.Enabled :=false;
EventBox.Enabled :=false;
TrnasBox.Enabled :=false;
RcvrBox.Enabled :=false;
ExportBox.Enabled :=false;
FlowBox.Enabled :=false;
CloseBtn.Enabled :=false;
ExitBtn.Enabled :=false;
TSGraphBtn.Enabled :=false;
end;
end.