You are on page 1of 4

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

(PKH)

Program Keluarga Harapan PKH, yang merupakan program hasil reduksi dari
Conditional Cash Transfers (CCT) dan telah berjalan di beberapa Negara seperti
Chile, Brazil, Columbia, Turki, Meksiko dll. adalah sebuah langkah kebijakan
yang diambil pemerintah untuk membantu keluarga miskin yang tergolong dalam
Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM. Program ini bertujuan untuk membantu
penduduk atau keluarga miskin kluster terbawah berupa bantuan bersyarat agar
mereka bisa lebih mandiri, maju dan dapat menikmati resource pendidikan,
kesehatan dan sebagainya serta dapat memanfaatkan pelayanan sosial dasar
seperti bantuan pangan dan gizi juga termasuk menghilangkan kesenjangan
sosial, ketidakberdayaan dan keterasingan sosial (social exclusion) yang selama
ini melekat pada diri warga miskin.
PKH sudah dimulai sejak tahun 2007 lalu dan program ini bukan lanjutan dari
program bantuan langsung tunai BLT yang pernah dilakukan pemerintah
melainkan program baru yang bersifat mengikutsertakan peran masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya agar masyarakat lebih mandiri,
aktif dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya (supply and
demand side).
Seperti yang sudah diprediksi oleh pengambil kebijakan, program ini diharapkan
memiliki efek positif bagi msyarakat penerima bantuan PKH yang biasa dikenal
dengan Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM. Untuk jangka pendek, program ini
akan memberikan income effect kepada RTSM melalui pengurangan beban
pengeluaran rumah tangga. Sedangkan untuk jangka panjang program ini dapat
memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas
kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak dimasa depan
(price effect anak keluarga miskin); serta memberikan kepastian kepada si anak
akan masa depannya (insurance effect).
Berhubung program ini bersyarat, maka penerima bantuan ini tidak boleh
sembarangan keluarga, mereka harus benar-benar berada di kluster terbawah,
yakni keluarga yang sangat miskin. Miskin saja tidak cukup, ia harus benar-
benar dari golongan paling miskin. Walaupun perdebatan tentang kemiskinan
masih terus berlanjut serta indikator kemiskinan masih juga diperdebatkan,
namun untuk mengelompokkan sebuah keluarga ke dalam kelompok Rumah
Tangga Sangat Miskin RTSM mungkin tidak terlalu sulit, karena terlalu banyak
keluarga-keluarga di Indonesia yang tergolong ke dalam kelompok tersebut.
Secara faktual tingkat kemiskinan sebuah rumah tangga secara umum terkait
dengan tingkat kesehatan dan pendidikan rumah tangga tersebut. Rendahnya
penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan keluarga tersebut tidak
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan, Rendahnya kondisi
kesehatan keluarga sangat miskin juga berdampak pada tidak optimalnya
proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun. Pada tahun 2003
misalnya, angka kematian balita pada kelompok penduduk berpendapatan
terendah adalah 77 persen per 1000 kelahiran hidup, sementara pada kelompok
penduduk berpendapatan tertinggi hanya 22 persen per 1000 kelahiran hidup
(SDKI, 2003).
Fenomena demikian terjadi karena dua hal pertama dari sisi RTSM sendiri
(demand side) dimana mereka tidak bisa menikmati resource pendidikan, akses
kesehatan yang kurang serta pemanfaatan pelayanan sosial dasar yang tidak
optimal, dan tidak jarang ada yang merasa cukup dengan tingkat pendidikan
tertentu dsb. Kedua dari sisi pelayanan (supply side). Belum tersedianya
pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau oleh RTSM. Biaya
pelayanan yang tidak terjangkau oleh RTSM serta jarak antara tempat tinggal
dan lokasi pelayanan yang relatif jauh merupakan kendala utama bagi penyedia
pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Agar lebih mudah memahami program keluarga harapan simak penjelasan di
bawah ini :
Pengertian PKH
Program Keluarga Harapan adalah program yang memberikan bantuan tunai
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai imbalannya RTSM
diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.
UPPKH adalah unit pengelola PKH yang dibentuk baik di pusat dan daerah. Di
Pusat adalah UPPKH Pusat dan di Daerah adalah UPPKH Kabupaten / Kota.
Peserta PKH adalah RTSM yang memenuhi satu atau beberapa kriteria yaitu
memiliki Ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk
pendidikan SD, anak usia SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan dasar.
Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH melalui
proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan RTSM
penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH.
Penyelenggaraan PKH bersifat multisektor baik di Pusat maupun di Daerah yang
melibatkan instansi pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota,
Kecamatan hingga Desa serta masyarakat.
Tujuan
Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai
kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah
perilaku RTSM yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan.
Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target
Millennium Development Goals (MDGs).
Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:
Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM;
Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan
anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari RTSM;
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
khususnya bagi anak-anak RTSM.
Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa PKH merupakan cara
pemerintah melakukan pendekatan dengan kebijakan populis guna
memberdayakan masyarakat dan membentuk mental masyarakat agar mereka
terus dapat menikmati segala fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Selain
itu, pendekatan dengan cara seperti ini merupakan modal sosial yang sangat
berharga di masyarakat dan masa depan anak bangsa terjamin. Dengan
melakukan kegiatan seperti ini, pemerintah telah berinvestasi untuk bangsanya
dalam bentuk investasi sosial.
Namun demikian, program ini tetap saja memiliki kelemahan dan tantangan
yang harus segera diatsi. Tingginya biaya tidak langsung (opportunity cost) yaitu
anak bekerja lebih “menguntungkan” daripada bersekolah dan munculnya biaya
pakaian seragam dan transport yang dikeluarkan RTSM apabila anaknya
bersekolah. Ketidakmampuan membayar sekolah bukan menjadi persoalan
mendasar bagi anak dari RTSM untuk tidak bersekolah. Namun persoalannya
kalau anak pergi ke sekolah, maka keluarga akan kehilangan pendapatan yang
dihasilkan anak tersebut sehingga PKH dapat mengurangi pekerja anak yang
pada tahun 2006 berjumlah 2.684.792 jiwa (BPS & Depsos, 2006).
Inpres No 3 Tahun 2010
Pada Program Keluarga Harapan kaitannya dengan Inpres No 3 Tahun 2010
tentang pembangunan yang berkeadilan. Inpres No 3 ini memfokuskan
pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan dan berkesinambungan serta
percepatan pelaksanaan prioritas pembangungan nasional 2010 yang meliputi
program-program sebagai berikut:
Pro rakyat
Keadilan untuk semua (justice fo all)
Pencapaian tujuan pembangunan milenium (Millennium Development goals-
MDGs).
Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam
diktum pertama, (program pro-rakyat) pemerintah memfokuskan pada tiga
program turunannya ini:
Program penganggulangan kemiskinan berbasis keluarga.
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro
kecil dan menengah.
Pada kesempatan ini, saya mengambil tema yang pertama tadi yaitu Program
Pro-rakyat dengan sub tema Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis
Keluarga. Sehubungan dengan program yang sudah berjalan sejak tahun 2007
lalu, instruksi presiden tantang program ini adalah bersifat evaluatif artinya
presiden mengimbau kepada para menteri dan lembaga yang terkait agar
bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan program sebagaimana telah
dijelaskan dalam inpres No 3 tahun 2010 tersebut sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing.
Yang dimaksud dengan Instansi Penanggung Jawab Adalah Kementerian Sosial
Sebagai Koordinator Program Mengkoordinir Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Kementerian
PPN/Bappenas. Selaian itu, koordinasi dengan pemerintah daerah, (Gubernur,
bupati/wali kota) harus koordinatif.
Tindakan yang harus dilakukan dari program ini (program penanggulangan
kemiskinan berbasis keluarga) berdasarkan Inpres No 3 tahun 2010 tersebut
meliputi :
Memperbaiki Prosedur Verifikasi.
Mempercepat Proses Pembayaran.
Memperbaiki Koordinasi Antar Kementerian dan Pemerintah Daerah.
Seperti yang saya kutip dari Websitenya Kementerian Sosial. PKH bukan hanya
milik Kementerian Sosial RI tetapi lintas sektoral seperti yang sudah dijelaskan
di atas tadi, kementerian sosial sebagai koordinator program, mengkoordinir
beberapa kementerian dan instansi terkait untuk mengimplementasikan program
ini.
“PKH meningkatkan jumlah ibu hamil mengunjungi posyandu dan meningkatkan
kehadiran anak di sekolah, demikian disampaikan oleh Dr.Pungki Sumadi,
Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat, Bappenas saat
menyampaikan hasil evaluasi PKH tahun 2009 pada pertemuan Tim Pelaksana
PKH dan instansi terkait, Senin 14 Juni 2010 di Ruang Rapat Lt.1 Kementerian
Sosial RI. Pertemuan ini dihadiri oleh pejabat di lingkungan Kementerian Sosial
RI, Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, BPS,
PT Pos dan PT BRI. Selain itu, dalam pertemuan disampaikan bahwa PKH
dinilai telah membantu pencapaian tujuan pembangunan bidang pendidikan dan
kesehatan. Oleh karena itu, PKH bukanlah program yang hanya dimiliki
Kementerian Sosial, melainkan juga Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pendidikan Nasional serta instansi terkait lainnya”.
Hasil evaluasi pada tahun 2009 menyatakan verifikasi baru mencapai 40%. Hal
ini menuntut keterlibatan penyedia layanan kesehatan dan pendidikan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya, demikian diungkapkan oleh Drs. Toto Utomo
BS selaku Dirjen Banjamsos pada pertemuan tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan perhatian yang serius dari instansi terkait agar verifikasi dapat
berjalan dengan baik sampai tingkat daerah.
Jika pada tahun 2009 verifikasi baru mencapai 40% maka sesuai dengan Inpres
No 3 tahun 2010, maka pada tahun 2010 dan 2011 verifikasi sudah harus 100%
begitu pula dengan proses pembayaran serta koordinasi antar kementerian,
target penyelesaiannya pada tahun 2010 dan 2011 rata-rata harus 100%.

You might also like