Professional Documents
Culture Documents
Kekerasan Verbal
BERSIKAP TIDAK ADIL • Melabel anak
• Pilih kasih • Melecehkan kemampuan anak
• Membanding-bandingkan anak • Memarahi anak di depan orang lain
• Tidak memberi kesempatan berbicara • Membentak anak
• Memilih dan memutuskan untuk anak • Selalu mengkritik anak
• Tidak menghargai privasi anak
• Tidak boleh mengkritik orangtua
• Memaksa anak mengaku salah
• Pelit pujian
Kekerasan Fisik • Menjadikan televisi sebagai teman anak
• Menyakiti anak secara fisik (memukul, • Mengajarkan pembalasan kekerasan
menyabet, mencubit) • Menyerahkan anak kepada pramusiwi
• Mengurung anak di kamar mandi • Tidak mau mengaku salah dan minta maaf
• Mengunci pintu rumah sehingga anak tidak pada anak
dapat masuk • Menjaga jarak dan membentuk kesan
• Menyetrap dengan berdiri satu kaki menakutkan
• Menjelek-jelekkan pasangan
HAL LAIN • Bertengkar hebat di depan anak
• Mengiming-imingi sesuatu
Dari berbagai hal yang telah dikemukakan di atas, aspek penting yang kiranya diingat untuk diterapkan
adalah :
• Pembinaan karakter berawal dari keluarga.
• Pembinaan karakter yang utama adalah rumah yaitu orangtua, dan hal ini tidak dapat digantikan oleh
sosok siapa pun.
”Sebuah keluarga, adalah tempat di mana pikiran-pikiran bergabung, dan bersentuhan satu sama lain.
Apabila pikiran-pikiran itu saling mencintai rumah itu akan seindah taman bunga yang asri. Sebaliknya
apabila pikiran-pikiran itu tidak harmonis, maka keadaannya akan bagaikan topan badai, yang dapat
memporakporandakan taman itu.”
(Anguttara Nikaya III, 31).
• Pembentukan karakter yang baik diawali dari orangtua yang memberikan contoh karakter yang baik
pula.
”Ayah dan Ibu disebut ”Brahma / Guru Awal” dan mereka pantas dipuja!”
(Itivuttaka ”Dengan Brahma”)
• Pembentukan atau pembinaan karakter dimulai dari usia dini, disesuaikan dengan tahapan usia anak.
• Pembinaan dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten.
”Anak yang mendapatkan pendidikan yang baik, ia akan menunjang orangtuanya dan akan berbakti. Ia akan
memelihara kehormatan keluarga, menghormati leluhur / sanak keluarga yang telah tiada. Juga dapat
menjaga warisan keluarga dengan baik.”
(Digha Nikaya 31)