You are on page 1of 17

Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

BAB I

Pendahuluan

Laring manusia melindungi jalan napas selama menelan, mengatur pernapasan dan
memfasilitasi fonasi, semua merupakan fungsi penting. Anatomi yang unik dan fisiologi
laring, ditambah dengan masukan kortikal kompleks dan refleks batang otak terorganisir
untuk melakukan ini (dan kadang-kadang bertentangan) berbagai tugas. Pada manusia,
posisi tinggi laring tidak hanya memfasilitasi fonasi tetapi juga membahayakan
perlindungan dan fungsi regulasi. Seperti organ lainya fungsi fisiologis laring diatur oleh
susunan saraf pusat, suatu kejadian abnormal di susunan saraf pusat tentunya dapat
mengganggu organ – organ tubuh termasuk laring. 1

Stroke merupakan suatu gangguan di sistem susunan saraf pusat, dimana angka mortalitas
dan morbiditasnya sangat dipengaruhi oleh sekuela dari penyakit ini terhadap organ
laring. Pada tahun 2004, diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari
jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional
berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur. Obstruksi jalan nafas,
aspirasi, dan pneumoni merupakan kondisi – kondisi yang dapat terjadi apabila sekuela
dari penyakit stroke terhadap organ laring tidak ditangani dengan baik.2

1
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

BAB II

ISI

2.1 ANATOMI

Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas. Struktur
utamanya adalah kartilago tiroid dan kartilago krikoid.3 ,4

Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal
kartilago krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid,
dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti huruf U, yang
permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan
otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik
ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan
membantu menggerakkan lidah. 3

2
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglottis, kartilago tiroid, kartilago
krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis dan kartilago
tritisea. 3

Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid.


Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran. 3

Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan belakang
laring, dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, disebut artikulasi krikoaritenoid. 3

Sepasang kartilago kornikulata (kiri dan kanan) melekat pada kartilago aritenoid di
daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago kuneiformis terdapat didalam lipatan
ariepiglotik, dan kartilago tritisea terletak didalam ligamentum hiotiroid lateral. 3

Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi
krikoaritenoid. 3

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum seratokrikoid (anterior,


lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial , ligamentum krikotiroid posterior,
ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum hiotiroid medial,
ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum vokale yang
menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid, dan ligamentum
tiroepiglotika. 3
3
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsic.
Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sedangkan otot-otot
intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring tertentu yang berhubungan dengan
gerakan pita suara. 3

Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak diatas tulang hyoid (suprahioid), dan ada
yang terletak dibawah tulang hyoid (infrahioid). Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid
adalah m. digastrikus, m. geniohioid, m. stilohioid, dan m. milohioid. Otot yang
infrahioid adalah m. sternohioid, m. omohioid dan m. tirohioid. 3

Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring ke bawah, sedangkan
yang infrahioid menarik laring ke atas. 3

Otot-otot intrinsik laring ialah m. krikoaritenoid lateral, m. tiroepiglotika, m. vokalis, m.


tiroaritenoid, m. ariepiglotika dan m. krikotiroid. Otot-otot ini terletak di bagian lateral
laring. 3

Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior, ialah m. aritenoid transversum,
m. aritenoid oblik dan m. krikoaritenoid posterior. 3

Sebagian besar otot-otot intrinsik adalah otot aduktor (kontraksinya akan mendekatkan
kedua pita suara ke tengah) kecuali m. kriko-aritenoid posterior yang merupakan otot
abductor (kontraksinya akan menjauhkan kedua pita suara ke lateral) 3

4
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Rongga Laring

Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas bawahnya ialah
bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan
belakang epiglottis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua
belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran
kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid,
sedangkan batas belakangnya adalah m. aritenoid transversus dan lamina kartilago
krikoid. 3

5
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare,
maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita suara palsu).

Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis, sedangkan antara kedua
plika ventrikularis, disebut rima vestibuli. 3,4

Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu
vestibulum laring, glotik dan subglotik. 3

Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat di atas plika ventrikularis. Daerah ini
disebut supraglotik. 3

Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring
Morgagni. 3

Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian interkartilago.
Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak di bagian
anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago aritenoid,
dan terletak di bagian posterior. 3

Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak dibawah plika vokalis. 3

2.1.1 Persarafan Laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n. laringis superior dan n.
laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. 3

Nervus laringis superior mempersarafi m. krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada


mukosa laring dibawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak di atas m. konstriktor
faring medial, disebelah medial a. karotis interna dan eksterna, kemudian menuju kornu
mayor tulang hioid, dan setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior,
membagi diri dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus. 3

6
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m. konstriktor faring inferior dan menuju
ke m. krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m. tirohioid terletak di sebelah
medial a. tiroid superior, menembus membran hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.
laringis superior menuju ke mukosa laring. 3

Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n. rekuren setelah saraf itu memberikan
cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren merupakan cabang dari n.
vagus. 3

Nervus rekuren kanan akan menyilang a. subklavia kanan dibawahnya, sedangkan n.


rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis inferior berjalan diantara
cabang-cabang a. tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid akan
sampai pada permukaan medial m. krikofaring. Disebelah posterior dari sendi
krikoaritenoid, saraf ini bercabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus
anterior akan mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian lateral, sedangkan ramus
posterior mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian superior dan mengadakan
anastomosis dengan n. laringis superior ramus internus. 3,4

2.1.2 Pendarahan

7
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang yaitu a. laringis superior dan a. laringis
inferior. 3

Arteri laringis superior merupakan cabang dari a. tiroid superior. Arteri laringis superior
berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran tirohioid bersama-sama
dengan cabang internus dari n. laringis superior kemudian menembus membran ini untuk
berjalan ke bawah di submukosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis,
untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot laring. 3

Arteri laringis inferior merupakan cabang dari a. tiroid inferior dan bersama-sama dengan
n. laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui daerah
pinggir bawah dari m. konstriktor faring inferior. Didalam laring arteri itu bercabang-
cabang, memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a. laringis superior.

Pada daerah setinggi membran krikotiroid a. tiroid superior juga memberikan cabang
yang berjalan mendatari sepanjang membran itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang
arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikotiroid untuk
mengadakan anastomosis dengan a. laringis superior. 3

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan a. laringis
superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior. 3

2.2 Fisiologi Laring

Laring biasanya dianggap sebagai organ penghasil suara, namun ternyata mempunyai tiga
fungsi utama – proteksi jalan nafas, respirasi dan fonasi. Kenyataannya, secara
filogenetik, laring mula-mula berkembang sebagai suatu sfingter yang melindungi saluran
pernapasan, sementara perkembangan suara merupakan peristiwa yang terjadi
belakangan. 2,3

Perlindungan jalan napas selama aksi menelan terjadi melalui berbagai mekanisme
berbeda. Aditus laringis sendiri tertutup oleh kerja sfingter dari otot tiroaritenoid dalam
plika ariepiglotika dan korda vokalis palsu, disamping aduksi korda vokalis sejati dan

8
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

aritenoid yang ditimbulkan oleh otot intrinsik laring lainnya. Elevasi laring dibawah
pangkal lidah melindungi laring lebih lanjut dengan mendorong epiglotis dan plika
ariepiglotika ke bawah menutup aditus. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral,
menjauhi aditus laringis dan masuk ke sinus piriformis, selanjutnya ke introitus esofagi.
Relaksasi otot krikofaringeus yang terjadi bersamaan mempermudah jalan makanan ke
dalam esofagus sehingga tidak masuk ke laring. Disamping itu, respirasi juga dihambat
selama proses menelan melalui suatu refleks yang diperantarai reseptor pada mukosa
daerah supraglotis. Hal ini mencegah inhalasi makanan atau saliva. 2,3

2.3 Stroke dan Laring

Stroke adalah penyebab utama ketiga kematian di negara maju, dengan prevalensi sekitar
5% di antara orang berusia 65 tahun atau lebih. Manifestasi stroke - laring memainkan
peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas stroke, melalui mekanisme langsung
dan tidak langsung. Spesialis telinga, hidung dan tenggorokan merupakan faktor penting
dari tim multidisiplin spesialis yang diperlukan dalam kesuksesan mengelola efek dari
stroke baik dalam langkah-langkah jangka pendek maupun jangka panjang pengobatan
rehabilitasi. 1

Langsung dan tidak langsung efek dari gejala stroke dan pengobatan penyakit laring

Table

Fungsi Deficit Direct Indirect


Proteksi Aspirasi Pneumonia Laryngopharyngeal reflux, sinusitis sekunder
nafas karena pemasangan tube
Respirasi Paralisis Gagal napas Komplikasi dari trakeostomi
vocal kord
Fonasi Paralisis Disfonia dan Deficit komunikasi
vocal kord afonia

9
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Disfungsi utama laring lebih sering disebabkan oleh inti ambigu dan nukleus soliter
Namun, beberapa penulis menggambarkan penyebab pada pernapasan subkortikal dan
kortikal menyebabkan hilangnya refleks batuk laring. Infark nucleus biasanya
berhubungan dengan oklusi dari arteri cerebellar posterior inferior (IPCA), yang
mengakibatkan infark meduler lateral (Sindroma Wallenberg). jalur motor Myocardial
kortikal dan subkortikal sensorik dan dapat menyebabkan ketiadaan koordinasi vokal
kord daripada paresis atau kelumpuhan. 1

Manifestasi laring defisit neuron motor adalah sebagai berikut:

 UMN
o Cerebrum
 Parese spastik
 Kemampuan menurun
o Basal ganglia
 Tremor
 Distonia
 Kekakuan
o Cerebellum
 Tremor intens
 Disdiadokinesis
 LMN
o Parese atau paralisis
o Atrofi

2.4 Sejarah

Menurut Komite Neurolaryngology American Academy of Oto-Rhino-Laryngology –


head and neck surgery untuk evaluasi pasien dengan gejala laring harus mencakup
sejarah, evaluasi suara, penilaian dan evaluasi strobe neurolaryngological. Rekomendasi
dalam bagian ini didasarkan pada laporan oleh Komite Neurolaryngology ODL-NHS. 1

o Onset gejala (tiba-tiba vs progresif)

10
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

o memberatkan atau meringankan faktor (misalnya, Berbicara, bernyanyi, stres,


fonasi berkepanjangan)
o asosiasi gejala (penyakit sistemik misalnya, Odynophonia, disfagia, gejala
neurologis lainnya, )
o kualitas karakter
o Kualitas suara (misalnya, raspiness, napas, strain)
o Aliran suara (misalnya untuk mendukung pengurangan bernapas, proyeksi
atau volume) kelelahan
o Kontrol suara (misalnya, penurunan kisaran, kontrol pitch istirahat atau suara)

2.5 Evaluasi Suara

Suara Pasien harus dievaluasi sementara ia menghitung dan membaca huruf vocal dan
konsonan, seperti "Rainbow Passage" (keseimbangan konsonan dan vokal) atau bagian
dari Marvin Williams ( mencakup semua suara). Perhatian harus ditujukan kepada
fluiditas suara), kualitas artikulasi (jelas atau tidak jelas) dan suara (normal atau kasar,
mendesah, hypernasal, hyponasal). Tergantung pada lokasi dan beratnya stroke, masing-
masing parameter karakteristik suara mungkin atau tidak mungkin akan terpengaruh. 1

2.6 Evaluasi Neurolaringeal

Laringoskop fleksibbel harus dilakukan saat pasien melakukan fonasi dan tidak.
Sebelumnya, untuk mengevaluasi laring, fungsi dari velofaringeal juga harus diobservasi
dengan menggunakan endoskopi. Perlu diperhatikan apakah penutupan dari dinding
posterior faring menutup secara simetris atau tidak. Saat pasien bernafas spontan, suara
saat istirahat (resting tone) dan posisi dari pita suara harus diperhatikan. Lesi pada
mukosa harus diperhatikan, dan perhatian khusus harus ditujukan pada adanya sekresi
atau makanan diantara faring karena tanda – tanda ini merupakan tanda penting pada
kelemahan faring dan resiko untuk disfagia. 1

Gerakan pita suara secara involunter, termasuk tremor, mioklonus, dan spasme perlu
diperhatikan. Tremor laring ditandai dengan gerakan involunter yang berirama saat
fonasi ataupun saat istirahat. 1

11
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Berbeda dengan tremor, mioklonus ditandai dengan suatu gerakan yang tiba – tiba, non-
ritme, meskipun gerakan lambat (4-6 Hz) juga perlu diobservasi. Mioklonus laring bisa
diikuti dengan mioklonus dari struktur lain pada leher, termasuk brankial dan
okulopalatal.. Patofisiologi dari gerakan ini merupakan proses lokal pada jalur dento-
olivary. 1

Laringoskopi dilakukan selama fonasi, memungkinkan evaluasi mobilitas laring. Fungsi


adduktor dan abduktor harus secara dievaluasi secara sistematis. Abduksi dapat
dievaluasi dengan menyuruh pasien mengulang gerakan menghirup melalui hidung, dan
aduksi dapat dievaluasi dengan menyuruh pasien berkata “ai”. Pita suara harus bergerak
secara simetris dan cepat. Kelemahan unilateral menggambarkan lesi pada lower motor
neuron, dimana kelemahan menyeluruh megindikasikan suatu disfungsi dari upper motor
neuron. Laringeal distonia juga perlu diperhatikan. 1

2.7 Identifikasi Letak Lesi

Lesi neurologi yang dapat mengganggu kemampuan menelan dan berbicara dapat berasal
dari banyak tempat. Penting bagi seorang ahli THT untuk dapat menentukan secara kasar
letak lesi berdasarkan dari gejala klinis pasien.5

2.7.1 Lesi Kortikal

Lesi kortikal yang berasal dari stroke, tumor, ataupun trauma dapat mengganggu ingatan,
perencanaan dan tindakan penderita. Lesi pada kortikal dapat menyebabkan pasien
mengalami aphasia dan apraxia. 5

2.7.2 Defek Sistem Extrapiramidal

Defek sistem extrapiramidal ditandai dengan kontrol motorik yang abnormal seperti
ketegangan otot yang berlebihan, tremor, dan peningkatan kekuatan kontraksi otot.
Dalam lingkup ilmu kedokteran THT, gejala klinis yang dapat dinilai pada lesi ini antara
lain berbicara keras/ memaksa (vocal strain), suara yang tertahan (voice arrests), suara
yang patah dan tidak stabil (pitch breaks and instability). 5

12
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

2.7.3 Lesi Batang Otak

Stroke yang terjadi pada batang otak berhubungan dengan paralysis dari struktur laringk,
faring, atau lidah, dan berhubungan dengan defisit sensoris. 5

2.8 Evaluasi Spesifik dari Sekuale Penyakit Stroke

2.8.1 Disfagia dan aspirasi

Disfagia dan aspirasi merupakan 2 faktor yang secara signifikan mempengaruhi


morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan dari pasien yang menderita stroke. Pasien
yang bermanifestasi pada laring biasa mengalami penurunan sensasi, gangguan pada
fungsi pergerakan, dan penurunan reflek batuk. Defisit fungsi pada lidah, faring, dan
esofagus bisa meningkatkan resiko aspirasi. 1

Evaluasi video floroskopi pada pasien dengan serangan stroke akut menunjukan aspirasi
pada 20-70% pasien. Disfagia, obat – obatan sedatif dan aspirasi merupakan faktor yang
berkaitan dengan terjadinya pneumonia. Aspirasi yang berlanjut pada pneumoni
mempunyai angka mortalitas 20-65%. Tatalaksana awal pada pasien dengan disfagia
adalah pendekatan multidisiplin termasuk latihan berbicara. 1

Perpindahan epigoltis secara posteroinferior, aduksi dari plika vokalis, dan aduksi dari
pita suara merupakan 3 sawar fungsional yang menghambat aspirasi dari benda padat
ataupun cairan. Malfungsi dari setiap komponen laring memungkinkan terjadinya
aspirasi. 1

Istilah penetrasi dan aspirasi digunakan untuk mendeskripsikan berbagai tingkat dari
masuknya suatu material yang abnormal pada laring dan komponen dibawahnya.
Peneterasi terjadi jika suatu material masuk laring sampai tingkat plika vokalis,
sedangkan aspirasi menunjukan adanya suatu benda asing yang masuk sampai tingkat
trakea. Saat benda asing memasuki laring, terjadi aktivasi dari kemoreseptor sipraglottic
yang menstimulasi reflek batuk melalu nervus laringeal superior. Reflek batuk
mempunyai sensitifitas 24-48% sebagai indilasi adanya aspirasi, yang harus ditegakan

13
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

dengan evaluasi menelan dengan videofloroskopi. Tapi pada faktanya, 2 – 25% aspirasi
terjadi tanpa diketahui (silent aspirasiton) pada pasien dengan stroke akut. 1,5

Clinical swallowing examination (CSE), fiberoptic endoscopic evaluation of swallowing


(FEES), videofluoroscopic swallow evaluation (VSE), dan tes reflek batuk merupakan
alat bantu diagnosis yang dapat mengevaluasi resiko dari aspirasi. 1,5

 CSE secara khusus mengidentifikasi faktor – faktor resiko untuk aspirasi (cth :
dysphonia, dysarthria, perubahan suara setelah menelan, batuk setelah menelan).
 FEES dan VSE terdiri dari pemeriksaan endoskopi dari laring dan faring saat
pemberian cairan, makanan padat dengan pewarnaan dengan zat makanan yang
memudahkan pencitraan.
 Tes reflek batuk menggunankan komponen aerosolize atau nebulized untuk
menstimulasi relfek batuk.

CSE merupakan alat yang kurang sensitif dan spesifik pada pasien dengan silent
aspiration. Bagaimanapun juga, CSE saat ini menjadi alat diagnosa yang paling handal,
cepat, dan murah sebagai alat bantu pemeriksaan. 5

2.8.2 Paresis dan paralisis plika vokalis

Pada kasus stroke, penggunaan intubasi dan trauma iatrogenik lain merupakan faktor
resiko terjadinya immobilitas plika vokalis. Kata paralisis merujuk pada non-mobile plika
vokalis dengan transmisisinyal neural yang sedikit sampai tidak ada. Kata paresis
merujuk pada mobilitas parsial dengan penurunan transmisi sinyal neural. Kejadian
cerebrovaskular merupakan faktor yang jarang menyebabkan paralisis plika vokalis. Pada
kasus ini, paralisi plika vokalis biasanya berhubungan dengan stroke batang otak, atau
sindroma lateral medullary, yang mempunyai gejala khas yaitu faringeal disfasia yang
parah, inkompetensi dari palatal, vertigo, nyeri fasial, dan sindroma horner. 5

Evaluasi dari plika vokalis terdiri dari flexible fibreoptic laryngoscopy dan CT- Scan atau
MRI. Temuan klinis yang biasa didapatkan pada paralisis plika vokalis adalah atrofi dari
plika vokalis itu sendiri dan perpindahan anteromedial dari kartilago aritenoid yang
mengalami gangguan dan diikuti dengan perpindahan posterior dari pita suara. 1,5

14
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

Penyembuhan dari inervasi motorik pada laring pada umumnya sama dengan defisit
neurologi lain. Semakin cepat proses pemulihan, semakin sempurna proses pemulihan. 1

2.8.3 Disfonia

Pengujian tambahan yang mungkin diperlukan pada pasien yang mengalami disfonia
signifikan sebagai sekuela dari penyakit stroke. Faktanya, karena lesi supranuclear bisa
berakibat pada disfonia tanpa paralisis plika vokalis, tes tambahan diperlukan untuk
diagnosis yang lebih benar. Disfonia merupakan salah satu faktor gangguan komunikasi
pada penderita stroke. 1

Videotroboscopy merupakan komponen penting dalam mengevaluasi pasien dengan


disfonia. Pemeriksaan ini termasuk visualisasi dari laring selama inhalasi, batuk,dan
berbicara dengan beberapa tingkat kekerasan. Struktur dan fungsi yang abnormal dapat
dievaluasi dengan pemeriksaan ini. 1

2.9 Tatalaksana

2.9.1 Disfagia dan aspirasi

Tatalaksana sangat bergantung pada derajat dari disfagia dan faktor – faktor komorbid.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jangka pendek dengan pasien dengan penurunan
status mental dan disfagia berat, nasogastric tube merupakan suatu prosedur yang
diindikasikan. Epistaksis dan peningkatan refluk gastroesofagus atau laringofaringeal
harus diwaspadai karena hal tersebut merupakan komplikasi dari penggunaan NGT.
Untuk jangka panjang, pelaksanaan gastrotomiperlu dipikirkan. 1

Pada pasien dengan status mental yang baik, terapi dari disfagia difokuskan untuk
meminimalkan aspirasi. Mengubah postur tubuh, mengubah cara pemberian makanan
(dengan sendok atau sedotan), mengubah konsistensi makanan merupakan komponen
dari terapi disfagia yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan resiko aspirasi.
Fisioterapi menelan, stimulasi dari otot- otot laringeal ekstrinsik juga dapat mengurangi

15
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

resiko aspirasi. ACE-inhibitor juga dapat mengurangi aspirasi dengan mekanisme


mediasi substans P. 1

Intervensi operatif seperti laringectomi total, parsial suprakrikoid laringektomi, mungkin


berguna pada sebagian kecil pasien dengan aspirasi yang sulit diatasi, meskipun prosedur
tersebut dapat berkomplikasi pada gangguan fonasi atau bahkan afonia. 1

2.9.2 Paresis dan paralisi plika vokalis

Pasien yang mengalami paresis vokalis yang unilateral bisa saja tidak menimbulkan
gejala (asimptomatik) apaila plika vokalis berada pada posisi median atau paramedian.
Paralisis dengan posis plika vokalis di lateral secara umum bermanifestasi pada aspirasi
dan disfonia. Posterior laser corodotomy, arytenoidectomy, dan suture lateralization of
the arytenoid cartilage merupakan 3 pilihan prosedur pada kasus ini. Prosedur tersebut
berguna untuk memberikan jalan nafas glotis posterior yang adekuat. 1,5

2.9.3 Disfonia

Pada pasien dengan disfonia yang signifikan 6-12 bulan setelah onset dari gejala,
prognosis dari penyembuhan yang spontan adalah buruk. Meskipun fungsi dari plika
vokalis yang paralisis dapat membaik, mobilitas dari plika vokalis jarang mengalami
penyembuhan yang sempurna. Meskipun laryngeal electromyography (LEMG)
merupakan alat terbaik untuk memprediksi kembalinya fungsi dari plika vokalis, prediksi
yang akurat hanya terjadi 13-80% kasus. 1,5

Pasien dengan paralisis plika vokalis kurang dari 6 bulan perlu dipikirkan vocal fold
injection thyroplasty.

16
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Referat THT MANIFESTASI LARING PADA PENYAKIT STROKE

DAFTAR PUSTAKA

1
Benson. BE. Laryngeal Manifestations of Stroke. Emedicine.2009. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/867575-overview
2
HIMAPID FKM UNHAS.Stroke Penyakit Pembunuh No. 3. Tersedia di :
http://himapid.blogspot.com/2007/12/stroke-penyakit-pembunuh-no3.html
3
Prof. Dr.Soepardi E.A Sp.THT, Prof.Dr.Iskandar N, Sp.THT, DR.Dr
Bashiruddin J, SpTHT, DR.Dr. Restuti R.D,Sp.THT, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 6, Jakarta:FKUI,2003

4
Byron. Head and Neck Surgery – Otolaryngology. vol. 1.3rd edition. Philadelphia:
Lipincot Williams and Wilkin; 2001. p 47
5
Cummings, Charles W. Et all. Otolaryingology – Head and Neck Surgery. 3rd edition.
St. Louis Missouri: Mosby; 1999.p 1950-1951

17
Kepanuteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT

You might also like