Professional Documents
Culture Documents
Nama
No Definisi Pilih
Penyakit
Dementia prasenil karena atrofia difus kulit otak besar yang
sering kali terjadi pada seluruh lobus frontal dan lobus
1 Alzheimer temporal, disertai dengan degenerasi serabut-serabut Lihat
syaraf; kelainan-kelainan juga terdapat pada ganglion-
ganglion basal
Paralisis/paresis perifer syaraf otak ke-7 (nervus fasialis)
Nerve Bell tanpa sebab yang jelas, seringkali berkaitan dengan pajanan
2 Lihat
Palsy terhadap dingin, karena infeksi virus, kerusakan syaraf otak
ke-7 atau pusatnya.
3 Kanker Otak Pembengkakan sel neoplasma ganas yang terjadi di otak. Lihat
Pembengkakan sel neoplasma yang terjadi di otak yang
4 Tumor Otak Lihat
bersifat jinak atau tidak ganas
Gangguan pada sistem syaraf pusat yang terjadi karena
5 Epilepsi Lihat
letusan pelepasan muatan listrik sel syaraf secara berulang.
Radang pada selaput otak atau pada selaput sumsum tulang
6 Meningitis Lihat
belakang
7 Encephalitis Radang yang terjadi di otak Lihat
8 sdasda dasdasda Lihat
Gejala Umum
Gejala umum dan gejala pada organ tertentu. Gejala umum yang sering ditemukan di
antaranya, penderita sering merasa lemah, kelelahan berlebihan, demam, dan pegal-pegal.
Gejala ini muncul ketika lupus sedang aktif dan menghilang ketika tidak aktif.
Pengobatan
Dalam pengobatan lupus, ada dua kategori obat yang digunakan, yakni golongan
kortikosteroid dan golongan selain kortikosteroid.
Herves Simplex
Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada
kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab
dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan
Penyebab
Penyebab utama herpes simpleks genitalis adalah virus herpes simpleks tipe II (HSV-II),
meskipun ada yang menyatakan bahwa herpes simpleks tipe I (HSV-I) sebanyak kurang
lebih 16,1% juga dapat menyebabkan herpes simpleks genitalis akibat hubungan kelamin
secara orogenital atau penularan melalui tangan. HSV-II termasuk dalam DNA virus.
Pengobatan
Obat-obatan topikal sering dipakai seperti: povidon iodine, idoksuridin (IDU), sitosin
arabinosa atau sitarabin, adenine arabinosa atau vidarabin. Pelarut organik: alkohol 70%,
eter, timol 40%, dan klorofom. Obat-obatan antivirus seperti Acyclovir diindikasikan
dalam manajemen infeksi HSV primer dan pada pasien dengan imunosupresif.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk
ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis).
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Etimologi
2 Sejarah
3 Virus polio
4 Jenis Polio
o 4.1 Polio non-paralisis
o 4.2 Polio paralisis spinal
o 4.3 Polio bulbar
5 Anak-anak dan polio
6 Vaksin efektif pertama
7 Usaha pemberantasan polio
8 Pranala luar
[sunting] Etimologi
Kata polio berasal dari [bahasa Yunani] atau bentuknya yang lebih mutakhir, dari "abu-
abu" dan "bercak".
[sunting] Sejarah
Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno
menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat.
Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang
seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan
permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat
menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa
seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena
menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Di sana para orang
tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam
renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio
menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena
sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak
tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut
ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah
seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan
saat itulah dapat terjadi penularan virus.
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi
kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun
strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200
penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi
pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembulu darah
kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf
tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah
muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau
belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang
belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar
sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf
pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki
kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi
terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada
toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf
kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata;
saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi,
dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang
membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan
rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan
yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga
sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot
pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi
kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat
'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-
paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan
'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara
menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara
ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan
mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang
jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga
saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru
besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan
merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen.
Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.
Pada tahun 1955, Presiden Dwight Eisenhower mengumumkan bahwa Amerika akan
mengajarkan kepada negara-negara lain cara membuat vaksin polio. Informasi ini
diberikan secara gratis, kepada 75 negara, termasuk Uni Soviet.
Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mensahkan resolusi untuk
menghapus polio sebelum tahun 2000. Pada saat itu masih terdapat sekitar 350 ribu kasus
polio di seluruh dunia. Meskipun pada tahun 2000, polio belum terbasmi, tetapi jumlah
kasusnya telah berkurang hingga di bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur,
Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa, tetapi masih terdapat di Nigeria, dan sejumlah
kecil di India dan Pakistan. India telah melakukan usaha pemberantasan polio yang cukup
sukses. Sedangkan di Nigeria, penyakit ini masih terus berjangkit karena pemerintah
yang berkuasa mencurigai vaksin polio yang diberikan dapat mengurangi fertilitas dan
menyebarkan HIV. Tahun 2004, pemerintah Nigeria meminta WHO untuk melakukan
vaksinasi lagi setelah penyakit polio kembali menyebar ke seluruh Nigeria dan 10 negara
tetangganya. Konflik internal dan perang saudara di Sudan dan Pantai Gading juga
mempersulit pemberian vaksin polio.
Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka infeksi polio meningkat
menjadi 1.185 di 17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun 2003. Sebagian penderita
berada di Asia dan 1.037 ada di Afrika. Nigeria memiliki 763 penderita, India 129, dan
Sudan 112.
Pada 5 Mei 2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di Sukabumi akibat strain virus
yang menyebabkan wabah di Nigeria. Virus ini diperkirakan terbawa dari Nigeria ke
Arab dan sampai ke Indonesia melalui tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab atau
orang yang bepergian ke Arab untuk haji atau hal lainnya.
System pernapasan
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher
bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada
orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat,
pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.
Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah
mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan
hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2
tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti
bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan
memiliki kekebalan seumur hidupnya.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18
hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa
tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu
badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan,
nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku
rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar
mengalami pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Pemeriksaan Laboratorium
Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar
amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian
menjadi normal kembali dalam dua minggu.
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda
dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa.
Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti
serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik
mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor
antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini :
1. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
sehingga terjadi kemandulan.
2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut
yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa
sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita
mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000
penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau
saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.
Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci
pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya
agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah
belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk
membantu proses kesembuhan.
Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis)
Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-
kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi
pada usia 15 bulan.
Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum
menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala
lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat
mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.
Saraf
Penyakit Menular
Pertanyaan yang sering ditanyakan antara lain: ‘Anjing saya tiba-tiba menggigit, apakah
sudah terinfeksi rabies?’ Apa gejala-gejala anjing sakit rabies? Pertanyaan lainnya: Apa
itu penyakit distemper, parvo, leptospirosis dan bagaimana gejala-gejalanya?
Rabies
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sangat berbahaya dan mematikan, menyerang
sistem syaraf pusat pada semua hewan berdarah panas termasuk manusia. Penyakit ini
sangat berbahaya karena bersifat zoonosis. Cara penularan melalui air liur/gigitan dari
hewan yang terinfeksi rabies. Masa inkubasi (dari masuknya bibit penyakit sampai
timbulnya gejala) bervariasi antara 15-50 hari. Masa inkubasi bisa panjang bila tempat
luka/gigitan jauh dari otak.
Gejala-gejala anjing yang terkena penyakit rabies adalah Encephalitis (radang otak) :
Ada perubahan perilaku, anjing yang semula bersahabat/pemalu menjadi agresif dan
menyerang siapa saja yang lewat, tidak mau dipegang.
Suka memojok bersembunyi ditempat gelap, menghindari sinar (photophobia) karena
matanya sakit.
Kemungkinan tidak bisa menahan air liurnya sehingga senantiasa menetes keluar dan
sulit untuk menelan.
Paralisis (lumpuh), otot muka lumpuh sehingga mulut terbuka, lidah menjulur keluar,
berliur, batuk, makin lama anjing tidak bisa mengontrol gerakan, jatuh dan tidak bisa
bangun.
Distemper
Penyakit distemper tersebar luas di dunia, disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
anjing dan sangat menular. Penyakit ini menyerang sel-sel epithel permukaan tubuh
(kulit), selaput lendir/mukosa, mukosa mata, mukosa saluran pernafasan, mukosa saluran
pencernaan dan sistem saraf pusat/otak. Karena penyakit ini terutama menyerang saluran
pernafasan maka cara penularan adalah airbone dan aerosol droplet dengan terhirupnya
udara yang tercemar oleh virus ini. Penyakit bisa menyebar dengan cepat.
Gejala-gejala distemper : penyakit bisa berlangsung dari beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
Dimulai dengan demam tinggi temperatur 39,5 C - 41C selama 1-3 hari, namun
demam bisa terus berlangsung selama 1-2 minggu, meski tidak setinggi permulaan.
Mata berair dan pilek, dalam beberapa cairan berubah menjadi kental, kuning dan
lengket, dibarengi dengan batuk kering.
Gejala dalam tahap ini bisa up dan down dalam arti kata, satu atau dua hari terlihat
kondisi anjing membaik tetapi hari selanjutnya bisa memburuk lagi.
Kulit pada telapak kaki dan hidung menebal/mengeras karena penyakit ini menyerang
sel epithel.
Dalam perjalanannya, virus menyerang juga otak sehingga sering terlihat kepala
digoyang-goyangkan, mulut seperti mengunyah sesuatu, jalan sempoyongan,
selanjutnya kejang. Pada malam hari anjing suka menangis/memeking.
Hepatitis
Penyakit virus menular ini hanya menyerang anjing jadi tidak ada hubungannya
dengan hepatitis pada manusia. Penyakit ini terutama menyerang liver/hati, ginjal dan
dinding pembuluh darah. Cara penularan lewat urine/air kencing, feces/kotoran dan air
liur. Anjing yang telah sembuh menjdi carrier dan kadang-kadang sampai berbulan-bulan
urinenya masih mengandung virus.
Demam
Tidak nafsu makan, pada yang akut bisa berak darah, muntah darah bahkan
mendadak mati.
Bagian perut melengkung keatas karena pembengkakkan liver dan sakit bila bergerak.
Setelah gejala mereda, 25 % dari anjing yang sakit pada cornea salah satu atau kedua
mata tampak abu-abu . Gejala ini hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari, dan
apabila belum hilang bisa minta pertolongan dokter hewan.
Leptospirosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri sangat menular dan zoomosis, menyerang hewan
dan manusia. Penyakit ini mempunyai banyak sinonim (nama) yaitu : Weil’s disease,
mud fever, trench fever, swineherd’s disease, rice-field fever,cane cutter’s fever,
peapickers’ fever, swamp fever, spirochaetal jaundice, Japanese autumnal fever,
Japanese seven-day fever, Canicola fever dan flood fever. Penyakit ini menyerang liver
dan ginjal. Cara penularan melalui kontak luka dikulit atau selaput mukosa dengan air
kencing yang mengandung leptospira atau air yang tercemar leprospira. Karena itu
penyakit ini digolongkan water-borne disease. Tikus adalah reservoir utama dari penyakit
ini. Anjing yang sembuh menjadi carrier dan mengeluarkan bakteri di urinenya sampai 1
tahun.
Gejala penyakit :
Masa inkubasi 5 – 15 hari, pada kasus yang parah bisa mendadak mati.
Muntah dan diare adalah gejala yang selalu ada. Muntah dan diare bisa sampai
berdarah.
Sulit menelan, karena pada mulut dan lidah ada sariawan yang tebal dengan mukosa
kental dan coklat.
Perut melengkung keatas akibat sakit karena ginjal dan liver terserang.
Bola mata dan kulit anjing tampak kuning karena livernya kena.
Parvovirus
Penyakit virus ini sangat menular dan tersebar diseluruh dunia. Virus ini sangat bandel
dan bisa hidup diluar tubuh anjing sampai tahunan. Anak anjing sangat peka terhadap
virus ini. Kematian sangat tinggi pada anak anjing berumur dibawah 5 bulan. Masa
inkubasi 3 – 8 hari. Anjing yang terserang mengeluarkan virus didalam kotorannya lebih
kurang selama 2 minggu. Cara penularan bisa dari droplet/percikan ludah, feces, rambut,
kaki, kandang, sepatu dan semua peralatan yang tercemar virus ini.
Ada 2 gejala penyakit ini yaitu diare (enteritis/radang usus) dan gejala jantung
(myocarditis).
Muntah-muntah dan diare hebat sampai berdarah dan dehidrasi berat.
Radang otot jantung (myocarditis) biasanya menyerang anak anjing dibawah 3 bulan,
anak anjing berhenti menyusu, menangis dan megap-megap nafasnya. Anak anjing
yang sembuh bisa menderita cacat fungsi jantung dan mati dalam hitungan minggu
atau bulan.
Coronavirus
Penyakit virus ini sangat menular, terutama menyerang saluran pencernaan dan
menyebabkan enteristis hebat. Menyerang anjing semua umur, pada anak anjing penyakit
timbul akibat stress dari lingkungan. Umumnya terjadi pada kennel, sering infeksi virus
ini berbarengan dengan infeksi virus parvo.
Diare sedang sampai berat, feces cair, bau busuk, warna kuning orange, kadang-
kadang berdarah.
Coronavirus baru ini telah berhasil lolos dari pengamatan para ahli entah selama
berapa lama dan ketika sistim tameng mereka yang seperti mahkota (crown-corona) itu
tumbuh, mereka menyebabkan epidemik global yang hampir saja tidak bisa dikontrol.
(Sumber : National Microbiology Laboratory, Canada, University of California at San
Francisco, Erasmus University, Rotterdam dan Bernhard-Nocht Institute, Hamburg ).
Bordetella
Penyakit bakteri ini biasanya menyerang anjing-anjing kennel, semua umur dan
terutama menyerang saluran pernafasan trachea dan bronchi. Bila berlanjut bisa
menyebabkan radang paru-paru dan mnyebabkan kematian pada anak anjing. Penularan
sangat cepat karena mnyebar melalui aerosol/pernafasan anjing yang sakit. Bersama
dengan infeksi Parainfluenza biasa disebut “Kennel Cough Syndrome”.
Gejala penyakit :
Masa inkubasi 5 – 10 hari dengan gejala batuk yang kering sampai bersuara ngorok.
Biasanya setelah 5 hari bisa sembuh sendiri, namun bila masih ada gejala batuk-batuk
yang lama sampai 10 – 20 hari, kemungkinan karena adanya infeksi bakteri lain yang
nimbrung.
Parainfluenza
Penyakit virus pernafasan ini menjadi penting karena penularannya yang sangat cepat
seperti halnya dengan penyakit menular lewat pernafasan yang lain. Pada umumnya bila
infeksi murni oleh virus parainfluenza saja gejalanya biasanya ringan atau subklinis.
Bersama dengan Bordetella infeksi disebut : ”Kennel Cough Syndrome”.
Gejala penyakit:
Seperti umumnya infeksi oleh virus Parainfluenza menyebabkan batuk dan pilek
(rhinitis dan bronchitis).
Gejala penyakit akan menjadi parah bila ada infeksi bakteri yang nimbrung.
Tentu saja, bila ada gejala-gejala lain yang tidak dimengerti dan amat mengkhawatirkan,
tindakan terbaik adalah membawa anjing anda ke dokter hewan sesegera mungkin karena
beberapa penyakit mengakibatkan akibat fatal bila terlambat ditangani. (Drh. Rini S.
Dharsana, MSc. PhD).
Penyakit hati
Penyakit Hepatitis
Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang
menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia.
Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan
G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak
mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. namun disini kita akan membahas pada
fokus artikel penyakit Hepatitis A,B dan C.
Penyakit Hepatitis A
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali
menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya
melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang
terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan
atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi,
barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit
Hepatitis A.
1. Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning,
keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang
berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak
seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan adalah dengan
mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang
berada disekitar penderita.
Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia,
Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua
penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan
Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang
yang terinfeksi Hepatitis B.
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi
saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan
alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat
menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan
lebih beresiko terkena penyakit ini.
1. Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit
perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita
hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan
kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
Penyakit Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC).
Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi),
serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita
Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita
Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai
kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan
secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.
1. Gejala Hepatitis C
Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan
gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala
yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi
gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Pada
beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine,
namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi
bahkan normal.
Pernapasan
PNEUMONIA
Pengertian Pnemonia
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada
bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan
napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang
dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5
tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.
Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas,
napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest
indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini
dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai
gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan,
pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau
lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan
agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan
penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia.
Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia)
Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan
Bukan Pnemonia )
Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya
penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini
antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis.
Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program
ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi,
tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-
negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per
tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan
kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau
mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah
streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus
misalnya virus influensa.
Mengobati Pneumonia
Anda mengalami tanda-tanda penumonia ?, Jangan khawatir, kesempatan sembuh masih
amat besar dengan syarat-syarat berikut ini; usia masih muda, dideteksi sejak dini, sistem
kekebalan tubuh bekerja dengan baik, infeksi belum menyebar, dan tidak ada infeksi lain.
Pengobatan awal biasanya adalah antibiotik, yang cukup manjur mengatasi penumonia
oleh bakteri, mikoplasma dan beberapa kasus rickettsia.
Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski beberapa
obat antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa diobati dirumah. Biasanya
dokter yang menangani peneumonia akan memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-
masing, setelah suhu pasien kembali normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan
lanjutan untuk mencegah kekambuhan. Soalnya, seranganberikutnya bisa lebih berat
dibanding yang pertama. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat pengobatan
tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah
oksigen dalam darah.
Pada pasien yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk
mengembvalikan kondisi tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari dari pneumonia
mikoplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang. Secara rutin, pasien yang sudah
sembuh dari pneumonia jangan dilarang kembali melakukan aktifitasnya. Namun mereka
perlu diingatkan untuk tidak langsung melakukan yang berat-berat. Soalnya, istirahat
cukup merupakan kunci untuk kembali sehat.
Untuk menangani pernapasan akut parah ( Severe Acute Respiratory Syndrom/SARS)
yang masih misterius, organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan para petugas
kesehatan untuk menerapkan Universal Precautions. Artinya, mereka harus mengenakan
sarung tangan, masker, sepatu boot dan jas yang melindungi seluruh tubuh dari kontak
langsung dengan penderita. Buat penderitanya juga dianjurkan untuk mengenakan masker
dan pelindung lain sampai SARS-nya ditanggulangi. Pasien yang dicurigai atau
kemungkinan besar terkena SARS harus diisolasi. Ruang perawatannya harus bertekanan
rendah dengan pintu tertutup rapat, tidak sharing dengan pasien lain ( termasuk dengan
pasien sindrom serupa ) dan punya fasilitas kamar mandi dan kloset sendiri.
Semua peralatan yang digunakan sebaiknya sekali pakai dan ruangan dibersihkan dengan
menggunakan desinfektans yang mengandung antibakteri, antivirus dan antijamur. Pasien
sebaiknya dijaga tidak banyak bergerak. Pasien maupun para petugas kesehatan yang
menangani dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun untuk menghindari
penyebaran. Karena antibiotika berspekturm luas tidak menunjukkan efektifitas
menangani SARS, WHO lebih menganjurkan untuk memanfaatkan suntikan intravena
ribavirin dan steroid untuk menstabilkan kondisi pasien yang sudah kritis.
Kenali Pneumonia biar tak Terlambat
PNEUMONIA sebenarnya bukan peyakit baru. American Lung Association misalnya,
menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di
Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun
kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali merajalela
dan menjadi penyebab kematian ketujuh di negara itu.
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru ? paru meradang. Kantung-kantung
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Gara ? gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
pneumonia bisa meninggal. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun
partikel.
Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus
yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical
Penumonia ).
Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi dalam perang dnia II. Mikoplasma adalah
agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak
bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik
keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma
menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda.
Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan
menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa
lemah baru hilang dalam waktu lama.
Penyakit pernapasan
Cacar (kulit0
Wilujeng Sumping
HomeNotesBlogPhotosVideoMusicCalendarReviewsMarketRecipesLinks
Untungnya, penyakit ini sudah tidak ada lagi dunia. Di abad 19, seluruh
dunia berupaya memberantas penyakit ini dengan imunisasi. Di wilayah
Indonesia, imunisasi cacar telah dilakukan sejak tahun 1856, oleh
Pemerintahan Hindia - Belanda. Setelah proses yang panjang dan penuh
kerja keras, akhirnya penyakit ini tidak ditemukan lagi di Indonesia
sejak tahun
Seiring dengan musnahnya penyakit cacar ini, akhirnya sejak saat itu
tidak lagi diperlukan vaksinasi cacar. Berita dan pembahasannya pun
makin lama makin menghilang. Tak heran, akhirnya ada juga sebagian
orang
awam yang tidak pernah mendengar dan asing dengan penyakit cacar ini.
Cacar Air
Serupa dengan cacar, gejala yang muncul sama-sama ada demam. Akan
tetapi
perbedaan terdapat pada gelembung yang muncul kecil-kecil dan tidak
serentak, yang dimulai dari bagian tubuh penderita lalu menjalah ke
anggota tubuh lainnya. Secara umum, penyakit cacar air ini jauh lebih
ringan dan tidak seberbahaya penyakit cacar.
Cacar Ular
Walaupun namanya cacar ular, penyakit ini tidak disebabkan oleh ular.
Cacar ular adalah nama awam untuk penyakit Herpes Zoster. Penyakit
ini
merupakan bentuk reaktivasi penyakit cacar air (varisela) yang pernah
diderita seseorang sebelumnya.
Gejala yang terjadi pada penyakit ini awalnya hampir sama dengan cacar
air, yaitu terjadi demam dan badan terasa pegal-pegal. Selanjutnya
sedikit berbeda dengan penyakit cacar air, walaupun virus penyebabnya
sama. Pada Herpes Zoster, gelembung muncul dalam suatu kelompok
yang
menyerupai garis lebar dengan dasar kulit kemerahan, yang muncul dari
bagian belakang tubuh dan menjalar ke arah depan pada salah satu sisi
tubuh. Mungkin karena gambaran kelainan yang seperti gambar ular ini,
maka ada yang menemakannya cacar ular. Sebenarnya gelembung ini
bisa
muncul di bagian tubuh mana saja, termasuk wajah, namun yang paling
sering adalah dari punggung ke bagian dada.
Ada mitos yang mengatakan, bila deretan gelembung muncul dari kedua
sisi
tubuh, dan kedua ujungnya bertemu, maka akan fatal akibatnya. Mitos
ini
tidaklah tepat, namun ada unsur benarnya juga. Yang jelas, deretan
gelembung memang umumnya muncul hanya di salah satu sisi saja. Bila
sampai muncul di kedua sisi, berarti infeksi yang terjadi sangat berat,
dan daya tahan tubuh penderita dalam keadaan sangat lemah dan buruk.
Tentunya kondisi fisik yang demikian ini memang memiliki risiko yang
bisa berakibat fatal. Walaupun jarang, kasus seperti ini dapat dijumpai
pada penderita yang mendapat terapi imunosupresan (penekanan sistem
kekebalan tubuh) dosis tinggi dalam jangka panjang atau pada penderita
HIV / AIDS.
Cacar Monyet
Ada yang mengatakan, penyakit ini disebut cacar monyet, sebab kelainan
yang tampak di kulit memang bagi orang awam sedikit banyak mirip
dengan
penyakit cacar. Sedangkan asal usul dikaitkan dengan monyet, konon
karena umumnya kulit terasa gatal sekali dan kerap menyebabkan
penderitanya menggaruk-garuk tubuhnya terus menerus... seperti
monyet.
Sponsored Links
0 out of 5 stars
Pernapasan
Macam-Macam Gangguan pada Sistem Pernapasan
Manusia
Follow any responses to this article
Subscribe to entry RSS 2.0
Subscribe to entry RSS 0.92
Subscribe to responses RSS
Pilih Bahasa
FB Sang Penulis...
Ardianz CaezZarranda
Labels
2012 (4)
Astronomi (5)
Biologi (Animalia) (5)
Biologi (Bakteri) (8)
Biologi (Fungi) (5)
Biologi (Kingdom Plantae) (7)
Biologi (Peredaran Darah) (3)
Biologi (Protista) (9)
Biologi (Sel) (15)
Biologi (Sistem Gerak) (2)
Biologi (Virus) (5)
English (Narative text) (11)
English (Procedure Text) (1)
English (Recount text) (3)
English (Report text) (5)
English (Spoof text) (5)
English Learn (6)
Fisika (4)
Freestyle (2)
GameOnline (5)
Geografi (3)
Kegiatan Sekolah (1)
Kimia (6)
Kontes (7)
News Item (5)
Pengetahuan Umum (12)
Sejarah (11)
Teknologi Update (7)
AIDS