You are on page 1of 4

PEMANFAATAN POMPA IRIGASI

SEDERHANA
 
 
Pendahuluan
Sumatera Barat sebagai salah satu lumbung beras di Sumatera, namun beberapa daerah irigasi
atau pertaniannya masih mengandalkan sumber air dari tadah hujan, walaupun jumlah
ketersediaan air  di sumatera barat sendiri sangatlah besar pada tahun 2009 sebesar + 64.700
juta m3.
Maka untuk  tetap memenuhi swasembada pangan daerah perlu ditingkatkan, agar hasil yang
dicapai dapat lebih ditingkatkan, salah satunya dengan penyediaan dan pemanfaatan air secara
tepat guna untuk  meningkatkan produksi padi bagi lahan irigasi tadah hujan yang memiliki
potensi air dapat menggunakan pompa irigasi sederhana.
 
Pompa Irigasi digunakan bila Muka Air berada jauh dari lahan pertanian yang diusahakan.
Menaikan Muka air selain dengan membangun konstruksi bagunan bendung dan
mengalirkannya melalui saluran memang sangat tepat namun pembiayaan pembangunan juga
sangat tinggi. Penggunaan pompa-pompa irigasi dapat mengatasi hal tersebut. Namun
peyediaan dan pengoperasian pompa mekanis berbahan bakar minyak juga memerlukan Biaya
Operasi dan Pemeliharaan yang tinggi pula dan mereka belum tahu bagaimana menggunakan
mesin-mesin penggerak untuk pompa-pompa irigasi dengan baik, apalagi memelihara mesin-
mesin itu supaya tetap dapat terawat dengan baik. Maka penggunaan pompa irigasi sederhana
tanpa menggunakan BBM dapat menjadi alternatifnya.
 
Persyaratan sistem pompa irigasi sederhana:
1. Konstruksi pompa sederhana,
2. Tidak diperlukan perawatan setidaknya murah,
3. Dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekita-rnya dan berharga murah,
4. Tenaga penggeraknya cukup dengan tenaga manusia atau hewan.
 
Penggunaan jenis pompa dengan kriteria di atas ditujukan untuk kapasitas 1 – 2 liter per detik
atau 60 – 120 liter per menit dengan ketinggia-n/perbedaan tinggi head + 1 m.
 
Mengingat tenaga yang digunakan adalah manusia/hewan, maka pengairan lebih efisien jika
tidak menerus. Irigasi sederhana ini hanya bekerja pada saat pengisian pertama dan pada
periode sesudahnya hanya melakukan supply (tambahan) dari air yang hilang saja (penguapan,
perembesan dan sebagainya), sehingga dengan demikian pompa hanya bekerja secara berkala
(intermittent) saja.
 
Jenis – jenis Pompa Sederhana

Pompa Ulir

 
 
 
 
 
 
 
 
Pompa ulir adalah pompa untuk pengisapan air dengan menggunakan sistem kotrek atau ulir
sekrup.
Pada prinsipnya, pompa ulir terdiri dari satu batang tabung (pipa) luarnya dipasang plat ulir dari
ujung ke ujung. Selanjutnya ditutup dengan tabung luar sehingga ketiga komponen tersebut
merupakan saluran berputar dalam tabung. Apabila tabung diputar maka air dalam sumber air,
seperti sungai, akan didorong sesuai dengan jalannya ulir sesuai hukum kotrek.
 
Debit yang dihasilkan tergantung pada:
1. Volume antara as dan tabung luar,
2. Sudut antara as dan permukaan tanah datar makin kecil sudutnya makin besar debit yang
dihasilkan,
3. Kecepatan putaran pompa ulir tersebut,
4. Panjang pipa ulir.
 
Sudut yang paling baik untuk mendapatkan debit yang maksimum adalah di sekitar 30
derajatsedangkan putaran yang paling baik di antara 60 – 100 rpm. Konstruksi pompa ini terdiri
dari 3 bagian utama, yaitu:
1. Poros yang dapat berputar,
2. Pipa yang berfungsi sebagai talang pembungkus,
3. Kepingan-kepingan yang dililitkan pada poros yang berbentuk spiral berfungsi sebagai
pendorong air.
 
Bagian-bagian lainnya adalah penumpu poros tersebut supaya dapat berputar dengan bebas
dan konstruksi untuk memutar poros tersebut yang dapat diputar mudah dengan kerangka
sepeda yang digerakan oleh tenaga manusia.
Timba Irigas
Penggunaan pompa jenis ini telah
banyak dipakai di negeri Belanda
dengan menggunakan tenaga
angin/kincir angin.
Akan tetapi untuk Indonesia
sangatlah kecil kekuatan anginnya
sehingga kemungkinan kecil sekali
untuk menggunakannya sebagai
tenaga
 
penggerak, sebagai gantinya digunakan tenaga manusia maupun hewan/binatang.
 
Konstruksi yang sederhana adalah terdiri dari sebuah roda dari kayu yang sekeliling roda itu
dipasangkan timba-timba untuk menciduk air dari bawah dan ditumpahkan di atas yang
selanjutnya diterima oleh talang penyalur air ke sawah. As penumpu roda yang berputar
ditumpu oleh penahan as/bearing yang ditempatkan dalam sponning dari kayu atau pasangan
batu. As ini dihubungkan dengan rantai atau tali penggerak/belt.
 
Perhitungan kapasitas ditentukan oleh:
1.       Volume tiap-tiap timba,
2.       Banyaknya timba yang ada di keliling roda,
3.       Banyaknya putaran tiap detiknya.
 
Jadi kalau dirumuskan:
Q = V x B x n liter/detik
 
dimana:
Q  = Debit yang dihasilkan per detik
V  = Volume tiap timba
B  =  Banyaknya timba pada keliling lingkaran roda
n  = Banyaknya putaran perdetiknya

Tinggi angkat air tergantung dari diameter lingkaran roda atau kira-kira setinggi jari-jari
lingkaran itu.
 
Timba irigasi ini dapat dibuat lokal seperti roda pedati. Penggerak timba irigasi dengan tenaga
manusia dengan jalan menempatkan kerangka sepeda lengkap dengan pedal (sebagai alat
penggerak) dan sadel dudukan.
 
Eboran
 
 Dengan menggunakan fasilitas kayu sebagai
tongkat panjang [1] dan ember karet/daun
lontar sebagai gayung[2]nya, eboran dapat
menjadi alternatif metode pengambilan air
dari sungai yang terletak lebih rendah
dibandingkan lahan yang akan diairi. Tumpuan
[3] ditambahkan agar tenaga manusia yang
mengambil air merasa terbantu. Air akan
dimasukan ke dalam lubang [4] yang
selanjutnya akan dialirkan melalui saluran
menuju ke sawah (tanah yang akan diairi).
 
Metode pengambilan air secara eboran ternyata paling sederhana jika dibandingkan dengan
kedua metode lainnya. Banyaknya air yang dipindahkan tergantung pada besar-kecilnya ember
(gayung) yang digunakan. Namun jika arealnya relatih luas, sebaiknya digunakan double
eboran/eboran kembar dengan kombinasi.
 
Demikian beberapa altenatif pembuatan pompa untuk air irigasi yang dapat dibuat sendiri oleh
petani ataupun kelompok petani dengan biaya murah dan bahan yang relatif mudah
didapatkan.

Contoh Gambar Pompa Irigasi:

You might also like