You are on page 1of 57

STATUTA ROMA

TENTANG
MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL

MUKADIMAH
(PEMBUKAAN)

Negara-Negara Peserta Statuta Ini:

Menyadari, bahwa seluruh umat manusiadipersatukan oleh ikatan yang sama dimana
kebudayaan mereka jalin menjalinsecara turun temurun, dan mengingat mosaik indah ini dapat
tercerai berai kapansaja,
Mengingat, bahwaselama abad ini berjuta-juta anak, wanita, dan laki-laki telah menjadi
korbandari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan yang sangat mengejutkan bagikesadaran
kemanusiaan,
Mengakui bahwakejahatan tersebut mengancam perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan
dunia,
Menegaskan bahwakejahatan yang paling serius menurut masyarakat internasional secara
keseluruhan harus tidak dapat dibiarkan tanpa ganjaran dan bahwa penuntutan yang efektifbagi
hal tersebut harus dijamin dengan pengambilan tindakan di tingkatnasional, melalui kerjasama
Internasional,
Menetapkan untukmengakhiri impunity bagi yang melakukan kejahatan tersebut
danmengupayakan pencegahan kejahatan sedemikian,
Mengingat kembalibahwa merupakan tugas tiap Negara untuk menyelenggarakan yurisdiksi
kriminalatas siapapun yang bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan internasional,
Menegaskan kembalibahwa Tujuan dan Prinsip dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan
secarakhusus bahwa setiap Negara harus menjauhkan diri dari ancaman atau pengunaanpasukan
melawan integritas teritorial atau ketergantungan politis Negaramanapun, atau dalam beberapa
hal tidak konsisten dengan tujuan dariPerserikatan Bangsa-Bangsa,
Menekankan dalamhubungan ini bahwa tak ada satu pun dalam Statuta ini dianggap
sebagaiotorisasi suatu Negara Peserta untuk ikut campur dalam konflik bersenjata
ataumencampuri urusan dalam negeri Negara Peserta lainnya,
Menetapkan untukkebaikan generasi saat ini maupun berikutnya, untuk mendirikan sebuah
Mahkamahpidana internasional yang permanen dan independen dalam kaitannya dengansistem
Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimana yurisdiksinya meliputi hampir semua kejahatan serius
dalam hal masyarakat internasional secara keseluruhan,
Menekankan bahwaICC yang didirikan di bawah Statuta ini harus menjadi pelengkap
dariyurisdiksi tindak pidana nasional,
Memutuskan untukmenjamin penghormatan abadi untuk penegakan keadilan internasional,
Menyetujui hal-halberikut ini:

BAGIAN1
PENDIRIAN MAHKAMAH
Pasal 1
Mahkamah

Dengan ini Mahkamah PidanaInternasional (disingkat “Mahkamah”) didirikan. Mahkamah


merupakan lembaga yangpermanen dan harus memiliki kekuatan untuk pelaksanaan
yurisdiksinya terhadaporang-orang untuk kejahatan internasional yang paling serius,
sebagaimanamenurut Statuta ini, dan harus menjadi pelengkap dari yurisdiksi tindak pidanadi
tingkat nasional. Yurisdiksi dan fungsi dari Mahkamah akan diatur olehketentuan-ketentuan
dalam klausula ini.
Pasal 2
Hubungan Mahkamah Dengan PerserikatanBangsa Bangsa
Mahkamah ini akan dibawa kedalamsuatu hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa
melalui dalam suatupersetujuan yang akan disetujui oleh dewan Negara Peserta Statuta ini dan
untukkemudian diputuskan oleh Ketua (Presiden) Mahkamah atas namanya.
Pasal 3
Kedudukan Mahkamah

1. Mahkamah akan didirikan di Den Haag, Belanda (“Negara tuan rumah”)


2. Mahkamah akan masuk kedalam sebuah persetujuan mengenai kantor pusat, dengan
Negara tuan rumah, untuk disetujui oleh Dewan Negara Peserta dan untuk kemudian
diputuskan oleh Ketua Mahkamah atas namanya.
3. Mahkamah dapat bertempat dimanapun, sepanjang diinginkan, sebagaimanaditentukan
oleh Statuta ini.
Pasal 4
Status Hukum dan Kekuasaan Mahkamah

1.Mahkamah harusmemiliki personalitas hukum internasional. Mahkamah juga harus


memilikikapasitas hukum demikian sepanjang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-
fungsiMahkamah, dan pencapaian tujuannya.
2.Mahkamah dapatmelaksanakan fungsidan kekuasaannya, sebagaimana diberikan dalam Statuta
ini,dalam daerah Negara Peserta manapun, dan melalui persetujuan khusus dalam wilayah
Negara lainnya.
BAGIAN 2
Yurisdiksi,Hal Yang Dapat Diizinkan, dan Hukum Yang Diberlakukan
Pasal 5
Kejahatan-kejahatandalam Yuridiksi Mahkamah

1.Yuridiksi dariMahkamah harus dibatasi hanya terhadap tindak pidana yang oleh
keseluruhanmasyarakat international dianggap paling serius. Mahkamah memiliki
yuridiksidalam kaitannya dengan Statuta ini dalam hal kejahatan sebagai berikut:
a.Tindak Pidana Genocide (pembunuhanmassal);
b.Kejahatan terhadap kemanusiaan;
c.Kejahatan Perang;
d.Kejahatan agresi
2.Mahkamah harus menyelenggarakanyurisdiksi atas kejahatan agresi ketika ketentuan-
ketentuan ini diadopsidalam kaitannya dengan Pasal 121 dan 123 menjelaskan kejahatan
danmengupayakan keadaan dimana Mahkamah harus mengurus yurisdiksinya
menyangkutkejahatan ini. Ketentuan seperti ini harus konsisten dengan ketentuan
dalamPiagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pasal 6
Pembunuhan Massal (Genocide)

Untuk kepentingan Statuta ini,"genocide" berarti beberapa perbuatan berikut ini yang
dilakukandengan niat untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, suatuNegara,
suku, ras atau kelompok keagamaan, seperti:
a.Membunuh Pesertakelompok
b.Menyebabkan lukabadan maupun mental Peserta kelompok
c.Dengan sengajamelukai kondisi kehidupan suatu kelompok, yang diperhitungkan, untuk
merusaksecara fisik baik keseluruhan ataupun sebagian;
d.Melakukanupaya-upaya pemaksaan yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak
dalamkelompok
e.Memindahkansecara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.
Pasal 7
Kejahatanterhadap kemanusiaan

Untuk kepentingan Statuta ini,"kejahatan terhadap kemanusiaan" (crimes against humanity),


berartibeberapa perbuatan di bawah ini jika dilakukan sebagai bagian dari sebuahpenyebarluasan
atau penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipilsecara sistematis, dengan
pengetahuan penyerangan:
a.Pembunuhan;
b.Pembasmian
c.Pembudakan
d.Deportasi atau pemindahan penduduksecara paksa
e.Pengurungan atau penghalangankemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturan-
aturan dasar hukuminternasional;
f.Penyiksaan
g.Pemerkosaan, perbudakan seksual,pelacuran secara paksa, kehamilan secara paksa,
pemandulan secara paksa, atauberbagai bentuk kekerasan seksual lainnya;
h.Penindasan terhadap suatu kelompokyang dikenal atau terhadap suatu kolektivitas
politik, ras, nasional, suku,kebudayaan, agama, gender, sebagaimana di jelaskan dalam
ayat 3, ataudasar-dasar lainnya yang mana secara universal tidak diizinkan di bawah
hukuminternasional, dalam kaitannya dengan berbagai perbuatan menurut ayat ini atas
suatu kejahatan dalam wilayah hukum Mahkamah.
i.Penghilangan orang secara paksa
j.Kejahatan rasial (apartheid)
k.Perbuatan tidak manusiawi lainnyayang memiliki karakter yang sama yang secara
internasional mengakibatkanpenderitaan yang besar, luka serius terhadap tubuh, atau
terhadap mental , ataukesehatan fisik seseorang.
2.Untuk kepentingan ayat 1:
a."Penyerangan . langsung yangditujukan terhadap penduduk sipil " artinya suatu perbuatan
yangmelibatkan berbagai banyak pihak sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1,
terhadappenduduk sipil, yang dijalankan untuk atau dibantu oleh Negara atau
kebijakanorganisasional untuk melakukan penyerangan sedemikian.
b.“Pembasmian” termasuk penganiayaanatau penyengsaraan yang disengaja terhadap
kondisi hidup, inter aliapenghalangan untuk mendapatkan (akses) makanan dan obat-
obatan, yang dilakukandengan perhitungan untuk merusak bagian dari populasi.
c.“Pembudakan” berarti melakukan sebagian atau seluruh kekuasaan/kekuatan yang
mengikat kepada hak ataskepemilikin terhadap seseorang, termasuk pula pelaksanaan
kekuasaan tersebutdalam upaya memperdagangkan seseorang, khususnya wanita dan
anak-anak.
d.“Deportasi atau pemindahan penduduksecara paksa”, berarti pemindahan tempat secara
paksa terhadap seseorang denganjalan pengusiran atau perbuatan paksa lainnya, dari
suatu tempat dimanaseseorang diperbolehkan oleh hukum untuk tinggal, tanpa dasar-
dasar yang diizinkanoleh hukum internasional.
e.“Penyiksaan” berarti penyengsaraanyang disengaja untuk menimbulkan penderitaan
ataupun sakit yang amat sangat,baik terhadap fisik maupun mental, yang dilakukan
terhadap seseorang yangberada dalam perlindungan atau yang sedang menjadi tertuduh;
penyiksaan itutidak termasuk penderitaan atau sakit yang ditimbulkan dari suatu
kejadianinsidentil atau merupakan suatu sanksi hukum.
f.“kehamilan secara paksa”, berarti pembatasan secara melawan hukum terhadap seorang
wanita untuk hamil secarapaksa, dengan maksud untuk membuat komposisi etnis dari
suatu populasi atau untuk melakukan pelanggaran hukum internasional lainnya. Definisi
ini tidakdapat diartikan sebagai upaya mempengaruhi hukum nasional berkaitan
dengankehamilan.
g.“Penindasan”, berartipenghalang-halangan secara keji terhadap hak-hak asasi yang
bertentangan denganhukum internasional dengan alasan yang berkaitan dengan identitas
suatukelompok atau golongan tersentu.
h.“Kejahatan apartheid” berartiperbuatan tidak manasiawi sebagaimana perbuatan-
perbuatan yang sama denganyang dimaksud dalam ayat 1, yang dilakukan dalam rangka
pelembagaan rezimpenindasan yang sistematis dan dominasi oleh sebuah kelompok ras
ataukelompok-kelompok ras dan dilakukan dengan niat untuk melanggengkan
rezimtersebut.
i.“Penghilangan orang secara paksa”,berati menangkap, menahan, menculik seseorang oleh
atau dengan kewenangan,dalam rangka mendukung atau memenuhi keinginan Negara
atau sebuah organisasipolitik, yang ditindak lanjuti dengan penolakan untuk mengakui
adanya pelanggaran terhadap kemerdekaan tersebut, atau untuk menolak
memberikaninformasi atas nasib maupun keadaan orang tersebut, dengan niat
untuk menjauhkan mereka dari perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu.
3.Dalam Statuta ini, dipahami bahwaterminologi “gender” adalah untuk dua jenis kelamin, laki-
laki dan perempuan,dalam konteks masyarakat. Kata “gender” tidak menunjukan arti selain
yang telahdisebut diatas.
Pasal 8
Kejahatan Perang

1. Mahkamah harus memiliki yurisdiksi (kewenangan) dalam hal kejahatan-kejahatanperang


khususnya jika kejahatan tersebut dilakukan sebagai bagian dari rencanaatau kebijakan atau
bagian dari skala besar perintah untuk melakukan kejahatantersebut.
2. Dalam Statuta ini, “kejahatanperang”, berarti:
(a) Merujuk kepada Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949, bahwa perbuatanmelawan
hak seseorang atau kepemilikan seseorang berikut ini dilindungidibawah ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam konvensi Jenewa, yaitu:
(i) pembunuhan sengaja;
(ii) penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, termasuk percobaan-percobaanbiologi;
(iii) Perbuatan yang dikendaki untuk menimbulkan penderitaan yang dalam, atau
lukabadan maupun kesehatan yang serius;
(iv) Perusakan secara luas dan perampasan terhadap milik seseorang, tidakberdasarkan
keperluan militer dan dilakukan secara melawan hukum danserampangan;
(v)Pemaksaanterhadap tawanan perang atau orang yang dilindungi lainnya untuk
melayani dalamancaman kekuasaan musuh;
(vi) Upaya untuk menghalang-halangi yang dilakukan dengan sengaja terhadap
tawananperang atau orang yang dilindungi yang mana mereka memiliki hak
untukmendapatkan Mahkamah secara adil dan sewajarnya;
(vii)Deportasi secara melawan hukum atau pemindahan atau penahanan secara
melawanhukum;
(viii)Penyanderaan
(b)Pelanggaran hukum yang serius lainnya dan kebiasaan yang dilakukan dalamkonflik
bersenjata international, dalam kerangka kerja hukum internasional,disebutkan dibawah
ini:
(i) Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil sebagaimana
atauterhadap individu sipil yang tidak secara langsung terlibat dalam pertempuran;
(ii) Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap sasaran sipil, yang mana
bukanmerupakan sasaran-sasaran militer;
(iii) Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap personel, instalasi-
instalasi,bangunan, unit-unit atau kendaraan yang terlibat dalam asistensi humaniter
danmisi penjagaan perdamaian sesuai piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,
sebagaimana mereka berhak untuk melindungi sipil atau obyek-obyek sipil
dibawah hukuminternasional mengenai konflik bersenjata;
(iv) Dengan sengaja melancarkan sebuah serangan yang diketahui bahwa
serangansedemikian akan menimbulkan korban jiwa secara atau cedera terhadap
penduduksipil, atau kerusakan terhadap tempat-tempat sipil, atau
penyebarluasan,kerusakan berat jangka panjang terhadap lingkungan alam yang
secara tegasmelampaui batas dalam kaitannya dengan upaya antisipasi keuntungan-
keuntunganmiliter;
(v) Penyerangan atau pembombardiran kota,desa-desa, tempat tinggal, gedung yang
tidak dilindungi dan bukan sasaranmiliter;
(vi) Membunuh atau melukai kombatan yang, sudah mengangkat tangan, atau sudah
tidaklagi melakukan perlawanan, sudah menyerah;
(vii)Melakukan penggunaan secara tidak semestinya terhadap bendera, bendera
gencatansenjata, tanda-tandi atau seragam militer musuh atau PerserikatanBangsa-
Bangsa, juga tanda-tanda yang berbeda sesuai dengan konvensi Jenewa,yang
mengakibatkan kematian atau luka berat;
(viii)Pemindahan, langsung maupun tidak langsung, oleh Kekuasaan
Pendudukan(Occupying Power) terhadap sebagian penduduk sipil si Kekuasaan
Pendudukan itusendiri kedalam wilayah yang diduduki, atau deportasi maupun
pemindahan seluruhpenduduk yang tinggal didaerah yang diduduki keluar daerah
mereka;
(ix)Secara sengaja melakukan penyerangan terhadap bangunan-bangunan
yangdiperuntukan untuk ibadah atau agama, pendidikan, kesenian, ilmu
pengetahuan,atau kepentingan-kepentingan derma, bangunan bersejarah, rumah
sakit, dantempat dimana orang-orang yang sakit dan terluka dikumpulkan, yang
mana merekabukan untuk keperluan militer;
(x) Mempengaruhi orang yang dalam kekuasaan pihak lawan untuk
pengudungan(mutilation) fisik, atau untuk pengobatan, atau untuk percobaan
keilmuan apapunyang tidak dengan dalih medis, pengobatan gigi, atau pengobatan
rumah sakitterhadap seseorang, yang dilakukan diluar kepentingan orang tersebut,
danmenyebabkan kematian atau bahaya serius terhadap kesehatan orang itu;
(xi) Membunuh, atau melukai individu dari Negara musuh yang atau tentara
yangbermusuhan;
(xii) Menyatakan bahwa tidak ada tempat tinggal yang akan diberikan.
(xiii)Menghancurkan dan menyita barang milik musuh kecuali pengrusakan
ataupenyitaan tersebut terpaksa dilakukan karena kepentingan atau keperluan
perang;
(xiv) Menyatakan penghapusan, penangguhan atau tidak dapat diterima dalam
suatuMahkamah hak-hak dan tindakan warga Negara dari pihak yang bermusuhan;
(xv) Memaksa penduduk pihak lawan untuk ambil bagian dalam operasi perang
yangditujukan untuk melawan Negaranya sendiri, bahkan jika mereka bertugas
dalamperang sebelum permulaan perang.
(xvi) Merampas sebuah rumah, atau tempat, bahkan ketika sedang diserang
(xvii) Menggunaan racun atau senjata beracun.
(xviii)Penggunaan asphyxiating, gas beracun atau gas-gas lainnya, dan semua
cairanseperti hal itu, bahan-bahan, atau peralatan-peralatan.
(xix)Menggunakan peluru yang dengan mudah masuk dan hancur dalam tubuh manusia,
sepertipeluru dengan selubung keras yang tidak seluruhnya menutupi ujung peluru
atauujung peluru tersebut ditoreh.
(xx) Menggunakan senjata, proyektil, atau bahan dan metode–metode peperangan
yangpada dasarnya dapat menyebabkan penderitaan atau sakit yang tidak perlu,
atausecara inheren dan tidak sistematis, dalam pelanggaran hukum
internasionalmengenai konflik bersenjata, yang mana senjata, proyektil peluru,
danbahan-bahan, dan metode tersebut merupakan sesuatu yang secara
komprehensifdilarang dan termasuk dalam lampiran Statuta ini, oleh suatu
amandemenberkaitan dengan pasal-pasal ketentuan yang diatur dalam pasal 121
dan 123.
(xxi) Melakukan penghinaan terhadap martabat seseorang, khususnya penghinaan
danperlakuan yang merendahkan; atau
(xxii)Melakukan pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa,
pemaksaankehamilan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, ayat ke 2 (f),
pemaksaankemandulan, atau bentuk-bentuk perbuatan pelanggaran seksual
lainnya, yangjuga diatur dalam Konvensi Jenewa;
(xxiii) Menggunakan penduduk sipil atau orang yang dilindungi untuk membuat agar
suatuarea militer atau pasukan militer terlindung dari operasi militer;
(xxiv)Secara sengaja melakukan serangan terhadap bangunan, bahan-bahan, unit-unitobat-
obatan dan alat transportasi obat-obatan, dan personelnya yang
sedangmenggunakan tanda pembeda sesuai konvensi Jenewa, sesuai dengan
hukuminternasional;
(xxv)Dengan sengaja memanfaatkan keadaan kelaparan yang dialami sipil
sebagaimetode peperangan, dengan membuat mereka sulit untuk mendapatkan
kebutuhan yangdibutuhkan mereka dalam upaya bertahan hidup (survival),
termasuk menghambatsuplai kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagaimana diatur
dalam Konvensi Jenewa;
(xxvi)Mempekerjakan atau melibatkan anak-anak dibawah umur lima belas tahun kedalam
tentara nasional atau menggunakanmereka untuk ikut serta secara aktif dalam
pertempuran.
(c)dalam hal konflik bersenjata yang terjadi tidak bersifat internasional,pelanggaran serius
terhadap pasal 3 sampai dengan pasal 4 Konvensi Jenewa 12Agustus 1949, dimana
disebutkan, beberapa perbuatan sebagai berikut yangdilakukan terhadap orang-orang
yang ikut serta secara aktif dalam pertempuran,termasuk didalamnya Peserta tentara
yang telah meletakkan senjatanya, dan mundur dari pertempuran karena sakit, terluka,
dan dihukum atau sebab-sebablainnya :
(i) Kekerasan terhadap jiwa dan orang, khususnya segala jenis pembunuhan
,perusakan, perlakuan yang kejam, dan penyiksaan;
(ii) Melakukan penghinaan Terhadap martabat seseorang, khususnya penghinaan
dan perlakuan yang merendahkan;
(iii) Menyandera;
(iv)Melaksanakan hukuman dan melaksanakan eksekusi tanpa keputusan sebelumnya
yangdisebutkan oleh Mahkamah (a regularly constitute court), menanggung
seluruh jaminanhukum yang secara umum dikenal sebagai suatu keharusan.
(d)Ayat 2 (c) ditujukan untuk konflik bersenjata bukan untuk suatu karakterinternasional
dan oleh karena itu tidak berlaku untuk situasi gangguan dantekanan internal, seperti
kerusuhan, isolasi dan penyebaran tindakan kekerasanatau tindakan-tindakan lain yang
sama sifatnya.
(e)Pelanggaran hukum serius lainnya dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalamkonflik
bersenjata bukan dari karakter internasional, dalam kerangka hukum internasional, yang
telah ada , yaitu tindakan-tindakan berikut ini:
(i) Secara sengaja melancarkan serangan melawan penduduk sipil misalnya
ataumelawan individu sipil tidak mengambil bagian langsung dalam bagian
peperangan;
(ii) Secara sengaja melancarkan serangan terhadap bangunan, material, unit-unit
dantransportasi kesehatan, dan penggunaan pribadi dari lambang Konvensi
Jenewayang selaras dengan hukum imternasional;
(iii) Secara sengaja melancarkan serangan terhadap orang, instalasi, material, unit-
unitatau kendaraan yang terkait dengan kegiatan kemanusiaan atau misi
perdamaianberdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, selama mereka
berhak atasperlindungan yang diberikan kepada penduduk sipil atau obyek
penduduk sipil dibawah hukum internasional dari konflik bersenjata;
(iv) Secara sengaja melancarkan serangan terhadap tempat ibadah, pendidikan,kesenian,
ilmu pengetahuan atau tujuan amal, monumen bersejarah, rumah sakitdan
tempat-tempat di mana orang-orang sakit dan terluka dikumpulkan,
disediakanbukan untuk tujuan militer;
(v) Penjarahan suatu Kota atau tempat, bahkan saat dikuasaidengan penyerangan;
(vi) Melakukan pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran/prostitusi,
kehamilansecara paksa, seperti yang disebutkan pada pasal 7, ayat 2 9f),
pemandulansecara paksa, dan bentuk kekerasan seksual lainnya juga melakukan
kekerasanserius dari pasal 3 umum bagi empat Konvensi Jenewa;
(vii) Melakukan tindakan wajib militer atau mendaftar anak-anak di bawah umur
15tahun ke dalam angkatan atau pasukan bersenjata atau mempergunakan
mereka untukberpastisipasi aktif dalam peperangan/pertempuran;
(viii) Memerintahkan pemindahan lokasi penduduk sipil untuk alasan-alasan
yangberkaitan dengan konflik, kecuali keamanan dari penduduk sipil
mengikutsertakanatau mengharuskan alasan-alasan militer sangat dibutuhkan
(ix) Membunuh atau melukaitentara lawan secara berbahaya/curang ;
(x) Menyatakan bahwa tidak akanada wilayah yang diberikan;
(xi) Mempengaruhi orang yang dalam kekuasaan pihak lawan untuk sasaran
pemotonganPeserta tubuh secara fisik, atau untuk pengobatan, atau untuk
percobaankeilmuan apapun yang tidak dengan dalih medis, pengobatan gigi,
atau pengobatanrumah sakit terhadap seseorang, yang dilakukan diluar
kepentingan orangtersebut, dan menyebabkan kematian terhadap atau bahaya
serius terhadapkesehatan orang itu.
(xii) Menghancurkan atau merampas milik pihak lawan kecuali tindakan-
tindakantersebut di minta secara imperatif karena kebutuhan dari konflik
tersebut;
(f) Ayat 2 (e) berlaku terhadap konflik bersenjata yang tidak bersifatinternasional dan tidak
berlaku dalam hal kerusuhan atau kekacauan internal,seperti kerusuhan, perbuatan
kekerasan pengisoliran dan sporadis yang terjadidalam wilayah suatu Negara ketika
terjadi konflik bersenjata berkepanjangan antara pemerintah yang berwenang dengan
kelompok bersenjata yang terorganisiratau antara kelompok-kelompok tersebut.
3. Ketentuan dalam ayat 2 (c) dan (e) mengakibatkan pemerintah harus bertanggungjawab
untuk memperbaiki hukum maupun kebijakan dalam Negara atau untukmempertahankan
kesatuan dan integritas wilayah Negara, dalam segala bentuk yangsah (perundang-
undangan)
Pasal 9
Unsur-unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana harus diinterprestasikan dan diaplikasikan di Mahkamah sesuai pasal
6, 7 dan 8. Unsur-unsur tersebut harus diadopsi oleh dua pertiga dari anggota Dewan Negara-
Negara Peserta.
1. Amandemen terhadap unsur-unsur pidana tersebut dapat diajukan oleh:
(a) Negara Peserta
(b) Hakim –hakim yang diberi mandatoleh suara terbanyak
(c) Penuntut umum….
Perubahansemacam itu harus diadopsi oleh dua per tiga suara Peserta dari
DewanNegara-Negara Peserta
3.Unsur dari tindak pidana dan perubahan harus konsisten dengan Statuta ini

Pasal 10
Tidak ada dalam bagian ini yangharus diartikan sebagai pembatasan atau pengurangan dengan
cara apapun yang adaatau peraturan yang berkembang dari Hukum Internasional untuk maksud
selaindari Statuta ini.

Pasal 11
Jurisdiction ration as is temporis

1. Mahkamah memilki yurisdiksi yang hanya berkenaan dengan tindak pidana yang
dilakukan setelah berlakunya Statuta ini.
2. Jika Negara menjadi Peserta setelah Statuta ini berlaku maka Mahkamah boleh
memberlakukan yurisdiksinya hanya berkenaan dengan tindak pidana yang dilakukan
setelah Statuta ini berlaku kecuali Negara itu telah melakukan deklarasi di bawah pasal
12 ayat 3.
Pasal 12
Persyaratan awal untuk memberlakukanyurisdiksi

1. Negara yang menjadi Peserta pada Statuta ini menerima yurisdiksi Mahkamah berkenaan
dengan tindak pidana yang disebutkan dalam pasal 5.
2. Dalam kasus seperti pasal 13 ayat (a) atau (c), Mahkamah boleh memberlakukan
yurisdiksinya bila satu atau lebih Negara menjadi Peserta dari Statuta ini atau telah
menerima yurisdiksi Mahkamah sesuai dengan ayat 3:
(a)Negara dalam wilayah di mana tindakan tersebut dilakukan atau jika tindakpidana
dilakukan di atas kapal laut atau pesawat terbang yang didaftarkan diNegara tersebut;
(b) Negara di mana seseorang dituduhmelakukan tindak pidana
3. Apabila penerimaan dari suatu Negara yang bukan merupakan Peserta dari Statuta ini
disyaratkan dalam ayat 2, bahwa Negara boleh, dengan deklarasi menundukkan diri
sama dengan pendaftar, menerima keberlakukan dari yurisdiksi Mahkamah berkenaan
dengan tindak pidana tersebut. Negara yang menerima harus bekerja sama dengan
Mahkamah tanpa ada penundaan atau pengecualian sesuai dengan bagian 9.
Pasal 13
Keberlakuan Yurisdiksi

Mahkamah memberlakukan yurisdiksinyaberkenaan dengan tindak pidana yang disebutkan


dalam pasal 5 sesuai denganketentuan dari Statuta ini jika:
a.Situasi di mana satu atau lebihtindak pidana telah dilakukan sebelumnya
diserahkan/diarahkan kepada penuntutoleh Negara Peserta sesuai dengan pasal 14;
b.Situasi di mana satu atau lebihtindak pidana telah dilakukan sebelumnya
diserahkan/diarahkan kepada penuntutoleh Dewan Keamanan yang bertindak berdasarkan
Bab VII dari Piagam PERSERIKATANBANGSA-BANGSA; atau
c.Penuntut berinisiatif melakukanpenyidikan berkenaan dengan tindak pidana berdasarkan
pasal 15
Pasal 14
oleh Negara Peserta

1. Negara Peserta dapat mengacu kepada penuntut situasi di mana satu atau lebih tindak
pidana dalam yurisdiksi Mahkamah telah dilakukan, meminta penuntut untuk melakukan
penyidikan terhadap situasi untuk tujuan menentukan satu atau lebih orang-orang tertentu
harus dituntut oleh komisi tindak pidana tersebut.
2. Sejauh mungkin suatu penyerahan harus menjelaskan keadaan yang bersangkutan dan
dilengkapi oleh dokumentasi yang mendukung yang tersedia bagi Negara berkaitan
dengan situasi tersebut.
Pasal 15
Penuntut

1. Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan proprio motu berdasarkan informasi


mengenai tindak pidana di bawah yurisdiksi Mahkamah.
2. Penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima. Untuk tujuan ini dia
dapat memeriksa informasi tambahan dari Negara, organ Perserikatan Bangsa-Bangsa,
organisasi antar-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, atau sumber lain yang
dapat dipercaya yang menurutnya penting, dan dapat menerima kesaksian lisan ataupun
tulisan di hadapan Mahkamah.
3.Jika Penuntut berkesimpulan bahwa ada dasar yang beralasan untuk melanjutkankepada
tahap penyidikan, dia harus meminta kepada komite pra-peradilan sebuahpermintaan
kewenangan untuk melakukan penyidikan, bersamaan denganmateri-materi mendukung
lainnya yang terkumpul. Korban dapat membuat perwakilankepada komite pra-peradilan,
berdasarkan peraturan-peraturan mengenai tata caradan pembuktian.
4.Jika Komite pra-peradilan, dalam melakukan pemeriksaan dari permintaanyang adadan
materi-materi yang mendukung, menganggap bahwa ada dasar yang beralasanuntuk
melanjutkan pada tahap penyidikan, dan kasus tersebut ada dalamyurisdiksi dari
Mahkamah tersebut, komite harus memberi wewenang untuk memulaipenyidikan, tanpa
mengurangi penentuan Mahkamah selanjutnya oleh Mahkamah yangberkaitan dengan
yurisdiksi dan persyaratan kasus yang dapat diterima.
5.Penolakan dari Komite Pra-Peradilan untuk memberi wewenang penyidikan tidakboleh
menghalangi presentasi dari permintaan selanjutnya yang diminta oleh olehpenuntut
berdasarkan fakta-fakta baru atau bukti-bukti baru berkaitan dengansituasi yang sama.
6.Jika setelah pemeriksaan awal sebagaimana yang disebut dalam ayat 1 dan 2,Penuntut
berkesimpulan bahwa informasi yang tersedia tidak menghasilkandasaryang beralasan
untuk sebuah penyidikan, dia harus memberitahu mereka yangmemberikan informasi.
Hal ini tidak boleh merugikan penuntut dalam menimbanginformasi lebih lanjut
informasi yang masuk kepadanya berkenaan dengan situasiyang sama dalam hal adanya
fakta-fakta baru atau bukti-bukti baru.
Pasal 16
Penundaan Penyidikan atau Penuntutan

Tidak ada penyidikan atau penuntutanyang dimulai atau dilaksanakan di bawah Statuta ini
dalam jangka waktu 12bulan setelah Dewan Keamanan, dalam resolusi yang diadopsi di bawah
Bab VIIdari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah meminta Mahkamah dalam hal
itu;permintaan dapat diperbaharui oleh Dewan dalam kondisi yang sama.

Pasal 17
Masalah Penerimaan

1. Berkaitan dengan ayat 10 dari pembukaan dan pasal 1, Mahkamah harus menentukan
bahwa kasus tidak dapat diterima jika:
(a)Kasus tersebut sedang diperiksa atau dituntut/didakwa oleh Negara yangmerupakan
yurisdiksi kasus tersebut, kecuali Negara tidak bersedia atau tidakmampu
melaksanakan penyidikan atau penuntutan;
(b)Kasus tersebut telah diselidiki oleh Negara yang memiliki yurisdiksi atas kasustersebut
dan Negara telah memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan terhadaporang
tersebut, kecuali keputusan tersebut dihasilkan dari ketidaksediaan
atauketidakmampuan dari Negara untuk melaksanakannya;
(c)Orang yang bersangkutan telah diadili untuk perbuatan yang menjadi dasartuntutan,
dan proses peradilan oleh Mahkamah itu tidak diperbolehkan menurutpasal 20, ayat
3;
(d)Kasus tersebut tidak cukup berat untuk mengesahkan/ membenarkan
tindakanMahkamah selanjutnya.
2. Untuk menentukan ketidaksediaan dalam kasus-kasus tertentu, berkaitan dengan prinsip-
prinsip dari proses yang dikenal dalam hukum Internasional, Mahkamah harus
mempertimbangkan apakah satu atau lebih dari prinsip-prinsip di bawah ini, seperti
dalam prakteknya, yaitu:
(a)Pelaksanaan telah atau sedang dilakukan atau keputusan nasional telah dibuatuntuk
tujuan perlindungan orang yang berkenaan dengan tanggung jawab kriminalyang
terdapat di dalam yurisdiksi dari Mahkamah mengacu pada pasal 5;
(b)Telah ada suatu penundaan yang tidak disahkan/dibenarkan dalam
pelaksanaannyayang di dalam situasinya adalah tidak konsisten dengan maksud
untuk membawa orang yang bersangkutan
(c) Pelaksanaan tidak telah atau tidak sedang dilaksanakan secara mandiri atau imparsial,
danhal ini telah atau dilaksanakan dalam keadaan yang tidak konsisten
dengantujuan/maksud untuk membawa orang yang bersangkutan.
3. Untuk menentukan ketidakmampuan dalam kasus-kasus tertentu, Mahkamah harus
mempertimbangkan apakah, karena kegagalan seluruh atau sebagian besar atau
ketidakmampuan dari sistem hukum nasionalnya, Negara tidak mampu untuk melakukan
tuduhan atau mendapatkan bukti-bukti yang diperlukan dan kesaksian atau sebaliknya
tidak mampu untuk melakukan pelaksanaannya.

Pasal 18
Peraturan awal berkenaan denganPenerimaan Kasus oleh Mahkamah

1. Ketika situasi telah mengacu pada Mahkamah berdasarkan pasal 13 (a) dan penuntut
telah menentukan bahwa akan ada dasar yang beralasan untuk memulai penyidikan, atau
penuntut mengadakan penyidikan berdarakan pasal 13 (c) dan 15, penuntut harus
memberi tahu seluruh Peserta (Negara-Negara) dan Negara-Negara yang meperhitungkan
informasi yang tersedia itu, Penuntut dapat memberitahu Negara-Negara seperti itu
dengan dasar kerahasiaan dan, dalam hal penuntut yakin perlunya untuk melindungi
orang-orang, mencegah kerusakan bukti-bukti atau mencegah
larinya/menghindarnya/bersembunyinya orang tersebut, dapat membatasi lingkup
informasi yang diberikan untuk Negara-negara.
2. Dalam jangka waktu satu bulan dari penerimaan pemberitahuan, suatu Negara dapat
menyampaikan pada Mahkamah bahwa hal tersebut sedang atau telah dilakukan
penyidikan nasionalnya atau yang lainnya dalam yurisdiksi yang bersangkutan dengan
tindakan-tindakan pidana yang dapat dikatakan sebagai tindak pidana yang terdapat pada
pasal 5 dan berkaitan dengan informasi yang diberikan dalam pemberitahuan kepada
Negara. Terhadap permintaan dari Negara tersebut, penuntut harus menunda penyidikan
Negara terhadap orang orang tersebut, kecuali Komite Pra-Peradilan, pada permohonan
penuntut, memutuskan untuk memberi wewenang untuk melakukan penyidikan.
3. Penundaan Penuntut terhadap penyidikan Negara harus terbuka untuk ditinjau ulang oleh
penuntut enam bulan setelah tanggal penundaan atau kapan saja ketika telah ada
perubahan yang signifikan dari keadaan berdasarkan ketidaksediaan atau
ketidakmampuan Negara untuk melakukan penyidikan.
4. Negara yang bersangkutan atau penuntut dapat mengajukan/naik banding kepada Komisi
Banding melawan peraturan Komisi pra-peradilan, berdasarkan pasal 82. Pernyataan
banding dapat didengar dalam dalam dasar yang dipercepat.
5. Saat penuntut telah menunda sebuah penyidikan berdasarkan ayat 2, penuntut dapat
meminta Negara yang bersangkutan secara berkala menyampaikan kepada penuntut
mengenai perkembangan dari penyidikan dan tuntutan selanjutnya. Para Peserta (Negara-
Negara) harus mematuhi permintaan tersebut tanpa adanya penundaan.
6. Menunda persidangan oleh Komisi pra-peradilan, atau pada saat penuntut melimpahkan
penyidikan dalam pasal ini, penuntut boleh, atas dasar pengecualian, mendapatkan kuasa
dari Komisi pra-peradilan untuk mengadakan langkah-langkah penyidikan yang
diperlukan untuk tujuan mendapatkan bukti dimana dalam hal ini adalah merupakan
kesempatan yang unik untuk mendapatkan bukti penting atau ada resiko dimana bukti
tersebut mungkin tidak tersedia.
7. Negara yang mengajukan keberatan terhadap putusan oleh Komisi pra-peradilan didalam
pasal ini boleh mengajukan keberatan suatu kasus dalam persidangan menurut pasal 19
dengan dasar ada fakta-fakta tambahan atau perubahan sesuai dengan keadaan.

Pasal 19
Pengajuan Keberatan terhadap yurisdiksi Mahkamah atau
penerimaan kasus oleh Mahkamah

1. Mahkamah harus menerima kasus yang berada di bawah yurisdiksinya. Mahkamah


boleh, dengan usul pembela kepada hakim, menentukan bahwa suatu kasus bisa diajukan
ke muka Mahkamah sesuai dengan pasal 17.
2. Pengajuan keberatan terhadap pengajuan suatu kasus di muka Mahkamah dengan dasar
sesuai dengan pasal 17 atau pengajuan keberatan terhadap yurisdiksi Mahkamah dapat
diajukan oleh :
(a)Seorang tertuduh atau seseorang yang jaminan atau panggilannya
menghadiripersidangan telah diatur pada pasal 58 ;
(b)Negara yang mempunyai yurisdiksi terhadap suatu kasus, yaitu yang
sedangmelakukan penyidikan atau penuntutan atau telah dilakukan penyidikan
ataumemutuskan suatu kasus; atau
(c) Negara dimana penerimaanyurisdiksi diperlukan berdasarkan pasal 12.
3. Penuntut dapat mencari sebuah putusan dari Mahkamah berkenaan dengan pertanyaan
mengenai yurisdiksi atau penerimaan kasus. Dalam pelaksanaan yang berkenaan dengan
yurisdiksi atau penerimaan kasus, mereka yang telah berada dalam keadaan yang terdapat
pada pasal 13, seperti halnya korban, dapat juga memasukkan pengamatannya pada
Mahkamah.
4. Penerimaan dari sebuah kasus atau yurisdiksi dari Mahkamah dapat dikeberatan hanya
sekali oleh siapa saja atau Negara yang disebutkan dalam ayat 2 . Keberatan harus
dilakukan sebelum atau pada awal persidangan. Dalam keadaan yang dikecualikan,
Mahkamah dapat membolehkan pengajuan keberatan lebih dari sekali atau pada waktu
setelah awal persidangan. Pengajuan keberatan terhadap suatu kasus pada awal
persidangan atau segera setelah pengadilan berjalan dapat berdasarkan pasal 17, ayat 1
(c).
5. Negara yang disebutkan dalam ayat 2 (b) dan (c) harus membuat keberatan pada
kesempatan pertama.
6. Sebelum konfirmasi dari dakwaan, keberatan terhadap penerimaan kasus atau keberatan
terhadap yurisdiksi Mahkamah harus ditujukan pada Komisi Peradilan Keputusan yang
berkenaan dengan yurisdiksi atau penerimaan kasus dapat diajukan banding kepada
Komisi Banding berdasarkan pasal 82.
7. Jika suatu keberatan dibuat oleh Negara yang disebutkan dalam ayat 2 (b) atau (c),
penuntut harus menunda penyidikan sampai saat Mahkamah membuat penentuan
berdasarkan pasal 17
8. Penundaan putusan/penilaian oleh Mahkamah, penuntut dapat mencari kewenangan dari
Mahkamah:
(a)Untuk mengejar langkah penyidikan yang disebutkan pada pasal 18, ayat 6,
yangdianggap perlu;
(b)Untuk mengambil suatu pernyataan atau kesaksian dari saksi atau melengkapikoleksi
dan pemeriksaan bukti yang telah dimulai sebelum pembuatan keberatan;dan
(c)Bekerja sama dengan Negara yang relevan, untuk mencegah
larinya/menghindarnyaorang yang bersangkutan, penuntut meminta jaminan
penangkapan di bawah pasal58.
9. Proses keberatan tidak akan mempengaruhi keabsahan dari segala tindakan yang
dilakukan oleh Jaksa Penuntut atau keputusan yang dikeluarkan/ditetapkan oleh
Mahkamah sebelum pengajuan keberatan.
10.Jika Mahkamah memutuskan bahwa suatu kasus dianggap tidak dapat diterimamenurut
pasal 17, Penuntut dapat mengajukan sebuah permintaan peninjauankembali atas
keputusan itu ketika dia sepenuhnya puas saat muncul bukti-buktibaru yang membatalkan
dasar-dasar kasus tersebut sebelumnya dianggap tidakdapat diterima menurut pasal 17.

11.Jika Jaksa Penuntut dengan menunjuk pada hal-hal dalam pasal 17, menunda
sebuahpenyelidikan, Jaksa Penuntut dapat memohon Negara yang bersangkutan
memberikankepada Jaksa Penuntut segala keterangan mengenai proses peradilan.
Keterangantersebut atas permohonan dari Negara yang bersangkutan akan bersifat
rahasia.Jika Jaksa Penuntut kemudian memutuskan untuk kemudian melanjutkan sebuah
penyelidikan,dia akan memberitahukan Negara tersebut bahwa penundaan dari proses
peradilantelah terjadi.
Pasal 20
Ne bis in idem

1. Terkecuali yang disebutkan di dalam Statuta ini, tidak ada seorangpun dapatdibawa ke
Mahkamah atas tindakannya yang menjadi dasar-dasar tindak pidana yangtelah didakwakan
kepadanya atau yang telah dibebaskan oleh Mahkamah.
2. Tidak ada seorangpun yang dapat diadili Oleh Mahkamah lain untuk suatu tindakpidana
yang disebutkan di dalam pasal 5 dimana orang tersebut telah dijatuhihukuman atau telah
dibebaskan oleh Mahkamah.
3. Tidak seorangpun yang telah diadili Oleh Mahkamah lain karena tindakannya yangjuga
disebutkan di dalam pasal 6,7 atau 8 akan dituntut oleh Mahkamah karenatindakannya
yang sama terkecuali jika proses peradilan di Mahkamah yang laintersebut:
(a)Bertujuan untuk melindungi orang yangdimaksud dari pertanggungjawaban pidana
atas tindak pidana di dalam wilayahyurisdiksi dari Mahkamah tersebut; atau
(b)Tidak dilakukan secara mandiri atautidak memihak dengan menunjuk pada norma-
norma dari peradilan yang diakui olehhukum internasional dan dilakukan dengan cara
yang tidak konsisten dengantujuan untuk mencapai keadilan.

Pasal21
Penerapan Hukum

1. Mahkamah akan menerapkan:


(a)Pada awalnya, Statuta ini,unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang prosedur
dan pembuktiannya;
(b)Kemudian, jika pantas,perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan, prinsip-prinsip
dan peraturandari hukum internasional, termasuk prinsip yang ada dari hukum
internasionaltentang konflik bersenjata.
(c)Gagalnya, prinsip-prinsip umum darihukum yang diambil oleh Mahkamah dari
hukum-hukum nasional dari system hukumdunia termasuk, jika pantas, hukum
nasional dari Negara-Negara yang padaumumnya akan menerapkan yurisdiksi
atas suatu tindak pidana, jikaprinsip-prinsip tersebut tidak konsisten dengan
Statuta dan hukum internasionaldan norma dan standar internasional yang diakui.
2. Mahkamah dapat menerapkan prinsip-prinsip dan peraturan hukum seperti yang
dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.
3. Penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus konsisten dengan hak asasi
internasional yang diakui, dan tidak mengandung hal-hal menentang yang menunjuk pada
jenis kelamin seperti yang dijelaskan di dalam pasal 7 ayat (3), umur, ras, warna kulit,
bahasa, agama atau kepercayaan, pendapat politis atau opini lainnya, etnik atau asal usul,
harta kekayaan, kelahiran atau status lainnya.

BAGIAN 3
PRINSIP-PRINSIPUMUM DI DALAM HUKUM PIDANA
Pasal 22
Nullum crimen sine lege

1. Seseorang tidak dapat bertanggungjawab secara pidana berdasarkan Statuta ini kecuali
jika tindakan tersebut pada waktu dilakukan merupakan suatu tindak pidana di dalam
yurisdiksi dari Mahkamah ini.
2. Definisi dari suatu tindak pindana atas diartikan dengan sempit dan tidak akan dijelaskan
lebih lanjut dengan analogy. Jika terjadi ketidakjelasan, definsi tersebut akan diartikan
dengan lebih menguntungkan orang yang sedang diselidiki, dituntut atau didakwa.
3. Pasal ini tidak mempengaruhi karakterisi dari tindakan yang dianggap tindak pidana oleh
hukum internasional di dalam Statuta ini.

Pasal 23
Nulla poena sine lege

Seseorang yang telah didakwa oleh Mahkamah hanya dapat dijatuhi hukuman sesuai dengan
Statuta ini.
Pasal 24
Non-retroactivity ratione personae

1. Tidak ada seorangpun bisa bertanggungjawab secara pidana berdasarkan Statuta ini untuk
suatu tindakan sebelum berlakunya Statuta ini.
2. Saat terjadinya perubahan pada hukum yang berlaku terhadap suatu kasus sebelum
keputusan akhir, hukum yang lebih menguntungkan orang yang sedang diselidiki,
dituntut atau didakwalah yang berlaku.

Pasal 25
Tanggung Jawab Pidana Secara Pribadi

1. Mahkamah mempunyai yuridiksi ataspribadi kodrati menurut Statuta ini.


2. Seseorang yang melakukan suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah akan
secara bertanggung jawabsecara pribadi dan dapat dihukum sesuai dengan Statuta ini.
3.Sesuai dengan Statuta ini, seseorangakan menjadi bertanggung jawab secara pidana dan
dapat dihukum untuk suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi dari Mahkamah dari
orang tersebut jika:
(a)Melakukan suatu kejahatan, apakah itusebagai individu, atau secara perbarengan atau
melalui orang lain, tanpamemandang apakah orang lain tersebut bertanggung jawab
secara pidana.
(b)Memerintahkan, mengusahakan, ataumempengaruhi dapat terjadinya suatu kejahatan
yang terjadi atau percobaanmelakukannya.
(c)Bertujuan memberikan fasilitas untukdapat terjadinya kejahatan tersebut, alat bantu
dan segala bentuk perbantuanagar dapat terjadinya atau percobaan melakukannya,
termasuk menyediakan carauntuk melakukannya.
(d)Dengan cara lain memperbantukanterjadinya atau percobaan terjadinya kejahatan
tersebut oleh suatu kelompokyang bertindak dengan tujuan yang sama. Perbantuan
semacam itu adalah dengansengaja dan antara lain:
(i) Dilakukan dengan tujuan melanjutkantindakan kejahatan atau tujuan kejahatan
dari kelompok tersebut, dimanaperbuatan atau tujuan tersebut melibatkan
terjadinya kejahatan tersebut didalam wilayah yurisdiksi Mahkamah; atau:
(ii) Dilakukan atas niatan dari kelompoktersebut untuk melakukan kejahatan
tersebut.
(e)Untuk kejahatan genocide yang secaralangsung dan terbuka mempengaruhi orang lain
untuk melakukan genocide.
(f)Percobaanmelakukan suatu kejahatan dengan cara mengambil tindakan yang
berakibatberlangsungnya kejahatan tersebut dengan langkah-langkah tertentu,
tetapikejahatan tersebut tidak terselesaikan karena hal-hal diluar kendali dari
niatorang tersebut. Namun, bendasiapa yang membatalkan niatnya untuk
melanjutkankejahatan tersebut atau mencegah terselesaikannya kejahatan tersebut
tidakdapat dihukum berdasarkan Statuta ini untuk percobaan kejahatan tersebut,
jikaorang tersebut secara penuh dan sukarela membatalkan kejahatan tersebut.
4. Tidak ada ketentuan di dalam Statuta ini yang berhubungan kepada tanggung jawab
pidana secara pribadi akan mempengaruhi tanggung jawab dari Negara-Negara Bagian
dalam hukum internasional.
Pasal 26
Perkecualian atas yurisdiksi untuk yang belum berumur 18 tahun

Mahkamah tidak mempunyai yurisdiksiuntuk orang yang belum berumur 18 tahun pada saat
terjadinya suatu kejahatanyang dimaksud.
Pasal 27
Tidak Relevannya Jabatan Resmi

1.Statuta ini akanberlaku kepada setiap orang tanpa melihat perbedaan berdasarkan
jabatannyadalam pemerintahan. Terutama kedudukan pemerintahan sebagai Kepala
NegaraBagian atau Pemerintahan, Peserta dari Pemerintahan atau Parlemen,
Perwakilanyang dipilih atau pejabat pemerintah tidak akan mengecualikan seseorang
daritanggung jawab pidana yang diatur dalam Statuta ini, atau akan memberikan
dasaruntuk pengurangan masa hukuman.
2.Kekebalan atauperaturan prosedural khusus yang melekat pada kapasitas jabatan
seseorang,dibawah hukum nasional atau internasional, tidak akan membatasi Mahkamah
dalammelakukan yurisdiksinya terhadap orang tersebut.

Pasal 28
Tanggungjawab dari komandan atau atasan lainnya

Selain dari dasar-dasar tanggungjawab pidana lainnya sebagaimana yang diatur di dalam Statuta
ini untukkejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah, maka:
(a)Seorang komandan militer atau orangyang bertindak sebagai komandan militer akan
menjadi bertanggung jawab secarapidana untuk kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi
Mahkamah yang dilakukan olehpasukan dibawah komando dan kewenangannya, atau
otoritas dan kewenangannyasebagai akibat dari kegagalannya dalam mengendalikan
pasukannya, dimana:
(i)Komandan militeratau orang tersebut mengetahui atau melihat keadaan pada waktu itu
seharusnyamengetahui bahwa pasukannya melakukan atau mencoba untuk
melakukan suatukejahatan; dan
(ii)Komandan militeratau orang tersebut gagal untuk melakukan segala tindakan yang
diperlukansesuai dengan kekuasaannya untuk mencegah terjadinya atau untuk
melaporkannyakepada pihak-pihak yang berwenang untuk diadakan penyelidikan
dan penuntutan.
(b)Dengan memperhatikan hubungan jenjangkepangkatan yang tidak disebutkan di dalam
ayat (a), seorang atasan akanbertanggung jawab secara pidana di dalam wilayah
yurisdiksi dari Mahkamah yangdilakukan oleh bawahannya dibawah otoritas dan
kewenangannya, sebagai akibatdari kegagalannya mengendalikan bawahannya, dimana:
(i)Atasan tersebutmengetahui atau secara sadar tidak menghiraukan informasi yang
dengan jelasmenyatakan bahwa bawahannya telah melaksanakan atau akan
melaksanakan suatukejahatan.
(ii)Kejahatan yangberhubungan dengan perbuatan yang dibawah tanggung jawab dan
kewenangan atasannnya;dan
(iii)Atasan tersebutgagal mengambil segala tindakan yang diangap perlu dibawah
kewenangannya untukmencegah terjadinya atau untuk melaporkannya kepada
pihak-pihak yang berwenganuntuk diadakan penyelidikan dan penuntutan.

Pasal 29
Tidak berlakunya pembatasan dalam Statuta

Kejahatan yang terjadi di dalamwilayah yurisdiksi Mahkamah tidak tunduk pada batasan-batasan
Statuta apapun.
Pasal 30
Unsur-unsur Kejiwaan

1.Jika disediakansebelumnya, sesorang akan bertanggung jawab secara pidana dan dapat
dihukumuntuk suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi suatu Mahkamah hanya
jikaelemen materi dilakukan dengan niatan dan pengetahuan.
2.Seseorangmempunyai niatan jika:
(a)Dalam hubungannya dengan perbuatan,orang tersebut bermaksud untuk melakukan
perbuatan.
(b)Dalam hubungannya dengan akibat,orang tersebut bermaksud untuk melakukan suatu
akibat atau sadar bahwa haltersebut akan terjadi dalam keadaan biasa.
3."Pengetahuan"berarti kesadaran bahwa suatu keadaan ada atau akibat akan terjadi
dalamkeadaan biasa. "Tahu" dan "Mengetahui" akan diartikandengan sesuai.

Pasal 31
Dasar-dasar pengecualian tanggung jawab pidana

1.Selain dari dasar-dasar tanggung jawab pidana lainnya yang mengecualikan tanggung jawab
pidana sebagaimana yang diatur di dalam Statuta ini, seseorang tidakbertanggung jawab
secara pidana jika, pada saat orang tersebut melakukan perbuatan:
(a)Orang tersebut menderita penyakitkejiwaan atau kecacatan yang menghancurkan
kemampuan seseorang untuk menyadaritindakan melawan hukum atau sifat dari
perbuatannya, atau kemampuan untukmenguasai perbuatannya untuk mematuhi
persyaratan hukum.
(b)Orang tersebut di dalam keadaan keracunan, yang menghancurkan kemampuan
seseorang untuk menyadari tindakanmelawan hukum atau sifat dari perbuatannya,
atau kemampuan untuk menguasaiperbuatannya untuk mematuhi persyaratan hukum,
kecuali jika orang tersebutdengan suka rela menjadi meracunkan di dalam keadaan
dimana orang tersebutmengetahui atau tidak menghiraukan akibat yang sebagai
akibat dari keracunantersebut sangat mungkin terlibat di dalam suatu perbuatan yang
berakibat suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah.
(c)Orang tersebut bertindak secara wajar untuk melindungi dirinya atau orang lain, atau
di dalam hal kejahatan perang,benda yang penting untuk bertahan hidup dari orang
tersebut atau orang lainatau benda yang penting untuk mencapai suatu misi militer,
terhadap suatuancaman dan pengadopsian paksaan (force) secara melawan hukum
dengan cara yang berbahaya terhadap orang tersebut atauorang lain atau benda yang
dilindungi. Bahwa orang tersebut terlibat di dalamoperasi pertahanan yang dilakukan
oleh pasukan?(forces) tidak memberikan dasar yang cukup unttk mengecualikan
tanggung jawab pidanadalam butir ini.
(d)Perbuatan yang dianggap sebagai suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi suatu
Mahkamah yang diakibatkan olehtekanan karena ancaman kematian atau
penganiyaan berat secara terus menerusatau seketika terhadap orang tersebut atau
orang lain, dan orang tersebutbertindak seperlunya dan sewajarnya untuk
menghindari ancaman ini, asalkanorang tersebut tidak berniat untuk mengakibatkan
bahaya melebihi yang perbuatanyang ingin dihindarinya. Ancaman tersebut dapat:
(i) Dibuat oleh pihak lain; atau
(ii) Dibuat oleh kejadian diluarkekuasaan orang tersebut.
2.Mahkamah akanmemastikan dasar-dasar penerapan pengecualian tanggung jawab pidana
sebagaimanayang diatur di dalam Statuta ini.
3.Saat persidangan, Mahkamah dapat mempertimbangkan dasar untuk mengecualikan
tanggung jawabpidana selain dari apa yang diatur di dalam ayat (1) dimana dasar
tersebutdiambil dari hukum yang berlaku sebagaimana yang diatur di dalam pasal
21.Prosedur yang berhubungan pertimbangan dasar tersebut diatur di dalam
PeraturanProsedural dan Bukti.
Pasal 32
Kesalahan fakta atau kesalahan hukum

1.Suatu kesalahanfakta akan menjadi dasar untuk mengecualikan tanggung jawab pidana
hanya jikabatalkan elemen kejiwaan yang dipersyaratkan untuk suatu kejahatan.
2.Suatu kesalahanhukum dimana suatu jenis tindakan adalah suatu kejahatan di dalam
wilayahyurisdiksi dari Mahkamah tidak akan menjadi dasar untuk mengecualikan
tanggungjawab pidana. Suatu kesalahan hukum namun dapat menjadi dasar
mengecualikantanggung jawab pidana jika membatalkan elemen kejiwaan yang
dipersyaratkan untusuatu kejahatan, atau sebagaimana yang diatur di dalam pasal 33.
Pasal 33
Perintah atasan dan petunjuk hukum
1.Bahwa suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah telah dilakukan oleh
seseorangyang menerima perintah dari Pemerintah atau seorang atasan, baik militer
maupunsipir, tidak membebaskan orang tersebut dari tanggung jawab pidana, kecuali:
(a)Orang tersebut sedang dibawahkewajiban hukum untuk mematuhi perintah dari
Pemerintah atau dari atasan yangdimaksud;
(b)Oranng tersebut tidak mengetahuibahwa perintah tersebut adalah melawan hukum; dan
(c)Perintah tersebut tidak secara jelasmelawan hukum.
2.Perintah untukgenocide atau kejahatan terhadap kemanusiaan dianggap jelas melawan
hukum.

BAGIAN 4
KOMPOSISI DAN ADMINISTRASI DARI MAHKAMAH
Pasal 34
Organ dariMahkamah

Mahkamah terdiri dari organ-organsebagai berikut:


(a)Kepresidenan;
(b)Divisi Banding; Divisi Peradilan danDivisi Pra-Peradilan;
(c)Kantor Penuntut Umum;
(d)Kepaniteraan
Pasal 35
Pelayanan Hakim

1.Semua hakim akandipilih sebagai Peserta tetap dari Mahkamah dan akan bertugas
sejakpengangkatan mereka.
2.Hakim yangmerupakan Peserta Kepresidenan akan bertugas secara penuh langung
setelahpengangkatan mereka.
3.Kepresidenandapat dengan dasar beban kerja Mahkamah dan dengan konsultasi para
Pesertanya,memutuskan sewaktu-waktu sejauh mana hakim yang ada diperlukan untuk
bertugassecara penuh. Pengaturan seperti itu adalah tanpa kecurigaan terhadap pasal 40.
4.Pengaturankeuangan untuk hakim-hakim yang tidak dipersyaratkan untuk penugasan
penuhdiatur di dalam pasal 49.
Pasal 36
Kualifikasi, nominasi dan pemilihan hakim

1.Sesuai denganketentuan pasal 2, akan terdapat 18 hakim Mahkamah.


2.(a) Kepresidenan,yang bertindak atas nama Mahkamah, dapat mengajukan permohonan
peningkatanjumlah hakim sebagaimana yang atur di dalam ayat (1), dengan
memberikanalasan-alasan mengapa hal tersebut dianggap diperlukan dan pantas.
KepalaPanitera akan menyebarkanluaskan proposal semacam itu ke semua Negara
Peserta.
(b)Proposal semacam itu akan kemudian dipertimbangakan pada pertemuan dari
NegaraPeserta yang akan buat sesuai dengan pasal 112. Proposal tersebut
akandipertimbangkan untuk digunakan jika disetujui oleh pertemuan dengan suara
duaper tiga dari Negara Peserta dan akan mempunyai kekuatan hukum pada saat
yangditentuakan oleh Negara Peserta.
(c) (i) Saat proposal untuk peningkatan jumlah hakim telah digunakan menurutbutir (b),
pemilihan hakim tambahan akan diselenggarakan pada sesi berikut dariNegara
Peserta sesuai dengan pasal 3-8, dan pasal 37 ayat 2;
(ii)Saat proposal untuk peningkatan jumlah hakim telah digunakan dan
mempunyaikekuatan hukum menurut butir (b) dan (c) (i), maka proposal itu
akan terbukabagi Kepresidenan pada waktu setelah itu, jika beban kerja
Mahkamahmengizinkan, untuk mengajukan permohonan pengurangan jumlah
Peserta hakim,asalkan jumlah hakim tidak kurang dari yang diatur dalam pasal
1. Proposaltersebut akan digunakan sesuai dengan prosedur yang diatur di dalam
ayat (a)dan (b). Dalam hal proposal tersebut digunakan, jumlah hakim akan
dikurangipada saat masa jabatan hakim tersebut berakhir, sampai jumlah yang
diperlukantelah dicapai.
3.(a) Hakim yangtelah dipilih dari orang-orang yang mempunyai karakter moral, rasa
keadilan,dan integritas yang tinggi yang memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan
dariNegara Bagian mereka untuk penunjukkan hingga jabatan yudikatif tertinggi.
(b) Setiap calon pemilihan untuk Mahkamah akan:
(i) Sudah mempunyai kemampuan dalamprosedur dan hukum pidana, dan
pengalaman cukup yang sesuai, baik sebagaiseorang hakim, penuntut umum,
advokat, atau di dalam kapasitas yang sejenisdalam persidangan pidana; atau
(ii) Sudah mempunyai kemampuan yangberhubungan dengan bidang-bidang hukum
internasional seperti hukum kemanusiaaninternasional dan hukum hak asasi
manusia, dan mempunyai pengalaman yang tinggisebagai seorang profesional di
bidang hukum yang berhubungan dengan pekerjaanyudikatif di Mahkamah.
(c)Setiap calon untuk Mahkamah mempunyai pengetahuan yang baik dan
dapat berbahasa lebih dari satu bahasa yang digunakan di Mahkamah.
4.(a) Nominasiuntuk calon pemilihan untuk Mahkamah dapat dibuat oleh Partai Negara
Bagianmanapun kepada Statuta ini, dan dapat dibuat baik dengan:
(i) Prosedur yang disediakan untuknominasi calon untuk penunjukkan ke jabatan
yudikatif tertinggi di NegaraBagian yang berkepentingan; atau
(ii) Prosedur yang disediakan untuknominasi calon untuk Mahkamah Pengadilan
Internasional dalam Statuta dariMahkamah tersebut. Nominasi akan
diikutsertakan dengan suatu pernyataan denganpenjelasan yang sesuai yang
menjelaskan bagaiman seorang calon dapat memenuhipersyaratan dari pasal 3.
(b) Setiap Partai Negara Bagian dapat mengajukan satu orang calon untuk
pemilihanmanapun yang tidak harus merupakan warga Negara dari Partai Negara
Bagiantersebut, tetapi harus merupakan warga Negara dari salah satu Partai
NegaraBagian.
(c) Dewan Partai Negara Bagian dapat memutuskan untuk membentuk, jika
diperlukansuatu Komite Penasehat untuk pencalonan. Dalam hal ini, komposisi dan
mandatdari Komisi tersebut akan dibentuk oleh Dewan Partai Negara Bagian.
5.Untuk tujuan dari pemilihan, akanterdapat dua daftar calon:
Daftar A berisi nama-namadari para calon dengan kualifikasi yang sebagaimana diatur di
dalam ayat (3)butir (b) (i); dan
Daftar B yang berisinama-nama kandidat dengan kualifikasi yang sebagaimana diatur di
dalam ayat (3)butir (b) (ii).
Seorang calon dengankualifikasi yang memadai untuk kedua daftar tersebut dapat
memilih daftar manayang digunakan. Pada pemilihan pertama Mahkamah, sedikitnya 9
(sembilan) hakimakan dipilih dari daftar A dan sedikitnya 5 hakim dari daftar B.
Pemilihansusulan akan diatur sedemikian rupa untuk menjaga proporsi sesuai dari
hakimMahkamah yang memenuhi syarat dari kedua daftar tersebut.
6.(a) Para hakim akan dipilih dengan suara rahasia pada suatu pertemuandari Dewan Partai
Negara bagian yang dikumpulkan untuk tujuan yang diatur dalampasal 112. Menurut
ayat (7), mereka yang dipilih keMahkamah akan terdiri dari18 (delapan belas) calon
yang telah mendapatkan jumlah suara terbanyak dan duaper tiga suara mayoritas dari
Partai Negara Bagian yang hadir dan memilih.
(b) Dalam kejadian bahwa jumlah hakim yang cukup tidak terpilih dalam penarikansuara
pertama kali, penarikan susulan akan diselenggarakan sesuai denganprosedur
sebagaimana disebutkan dalam butir (a) sampai jabatan yang kosongterpenuhi.
7.Tidak boleh ada beberapa hakim yangberasal dari Negara Bagian yang sama. Seorang yang
untuk tujuan kePesertaandari Mahkamah, dapat dianggap sebagai seorang warga Negara
dari lebih dari satuNegara Bagian, akan dianggap sebagai warga Negara dari Negara
Bagian dimanorang tersebut sehari-hari menggunakan hak sipil dan politiknya.
8.(a) PartaiNegara Bagian akan, dalam pemilihan hakim mempertimbangkan keperluan di
dalamkePesertaan Mahkamah untuk:
(i) Perwakilan prinsip dasar sistemhukum dunia
(ii) Perwakilan daerah yang adil; dan
(iii)Perwakilan yang adil antara hakim perempuan dan pria
(b) Partai Negara Bagian juga mempertimbangkan keperluanuntuk memasukkan hakim
dengan keahlian hukum untuk bidang-bidang tertentu,termasuk, tetapi tidak terbatas
pada, kekerasan terhadap perempuan atau anak.
9.(a) Tunduk padaayat butir (b), hakim akan memegang jabatan selama 9 tahun dan dan,
tunduk padabutir (c) dan pasal 37 ayat (2), tidak memenuhi persyaratan untuk
pemilihankembali.
(b) Pada pemilihan pertama, satu per tiga dari hakim yang terpilih akan dipilihdiundi
untuk menjabat selama 3 (tiga) tahun; satu per tiga hakim yang terpilihakan dipilih
dengan diundi untuk untuk menjabat selama 6 (enam) tahun; dansisanya akan
menjabat selama 9 (sembilan) tahun.
(c)Seorang hakim yang dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun menurut butir (b)
akanmemenuhi syarat untuk pemilihan kembali untuk masa jabatan penuh.
10.Selain ayat 9, seorang hakim yangditunjuk ke suatu Persidangan atau Kamar Banding
menurt pasal 39 akan terusmemegang jabatan untuk menyelesaikan persidangan atau
banding yang telahdilaksanakan sebelum dari Kamar.

Pasal 37
Lowongan Yudikatif

1. Dalam keadaan adanya lowongan, suatu pemilihan akan diadakan menurutpasal 36


untuk mengisi lowongan tersebut.
2. Seorang hakim yang dipilih untuk mengisi lowongan akan menjabat untuksisa masa
jabatan pendahulunya dan, jika masa tersebut 3 tahun atau kurang,akan memenuhi
persyaratan untuk pemilihan kembali untuk masa jabatan penuh menurutpasal 36.
Pasal 38
Kepresidenan

1. Presiden dan Wakil Presiden Pertama dan Kedua akan dipilih olehmayoritas absolut
hakim. Mereka akan memegang jabatan selama selama 3 tahunatau sampai berakhirnya
masa jabatan mereka sebagai hakim, mana yang datang lebihdulu. Mereka akan
memenuhi persyaratan untuk pemilihan kembali satu kali.
2. Wakil Presiden Pertama akan bertindak di tempat Presiden dalam kejadian Presiden tidak
berada di tempat atau dipecat. Wakil Presiden Kedua, akan bertindak di tempat Presiden
dalam keadaan kedua Presiden dan Wakil Presiden Pertama tidak ada ditempat atau
dipecat.
3. Presiden bersama dengan Wakil Presiden Pertama, akan membentuk Kepresidenan, yang
akan bertanggung jawab untuk:
(a)Administrasi sesuai untuk Mahkamah,dengan perkecualian Kantor Penuntut Umum;
dan
(b)Fungsi lainnya yang diberikankepadanya yang diatur di dalam Statuta ini.
4. Dalam membebaskan tanggung jawabnya menurut butir 3 (a), Kepresidenan akan
mengkoordinasikan dengan dan meminta persetujuan Penuntut Umum pada semua hal
yang berhubungan.

Pasal 39
Kamar-Kamar

1. Sesegera mungkin setelah pemilihan para hakim, Mahkamah akan mengaturdirinya


menjadi divisi-divisi yang diatur dalam pasal 34 ayat (b). Divisibanding akan terdiri dari
Presiden dan empat orang hakim lainnya, Divisi Peradilantidak kurang dari enam hakim
dan Divisi Pra-Peradilan tidak kurang dari enamhakim. Penunjukkan hakim kepada
divisi-divisi akan berdasarkan sifat darifungsi-fungsi yang akan dilaksanakan oleh setiap
divisi dan kualifikasi danpengalaman dari para hakim yang dipilih kepada Mahkamah,
dalam cara yang setiapdivisi akan berisi suatu kombinasi cocok dari keahilian dalam
bidang hukum danprosedur dan dalam hukum internasional. Divisi Peradilan dan Pra-
Peradilan akanterdiri dari mayoritas hakim dengan pengalaman persidangan pidana.
2. (a) Fungsi yudikatif dari Mahkamah akan diselenggarakan oleh setiapdivisi oleh Kamar.
(b) (i) KamarBanding akan terdiri dari semua hakim di Divisi Banding;
(ii) Fungsi dari Kamar Banding akan diselenggarakan oleh tiga hakim dari Divisi
Banding;
(iii) Fungsi dari Kamar Pra-Peradilan akan diselenggarakan baikoleh 3 (tiga) hakim
dari Divisi Pra-Peradilan atau oleh seorang hakim tunggaldari divisi tersebut
sesuai dengan Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti;
(c) Tidak ada di dalam ayat ini yang membatasi pembentukan berlanjut akanlebih dari
satu Kamar Peradilan atau Kamar Pra-Peradilan saat beban kerjaMahkamah akan
manajemen yang efisien mensyaratkan.
3. (a) Hakim yang ditunjuk untuk Divisi Peradilan dan Pra-Peradilan akanmemegang
jabatan di divisi-divisi tersebut selama 3 (tiga) tahun, dan kemudianhingga selesainya
kasus apapun yang sudah berlanjut di divisi yangberkepentingan.
(b) Hakim yang ditunjuk ke Divisi Banding akan memegang jabatan didivisi selama
masa jabatan mereka.
4. Hakim yang ditunjuk untuk Divisi Banding akan memegangjabatan hanya di divisi
tersebut. Tidak ada di dalam pasal ini yang membatasaipenugasan sementara hakim dari
Divisi Peradilan kepada Divisi Pra-Peradilanatau sebaliknya, jika Kepresidenan
mempertimbangkan bahwa managemen efisiendari beban kerja Mahkamah mengizinkan,
asalkan dibawah keadaan apapun tidakboleh seorang hakim yang berpartisipasi di dalam
fase pra-peradilan dari sebuahkasus memenuhi syarat untuk duduk di Kamar Peradilan
dari kasus tersebut.
Pasal 40
Kemandirian Hakim

1. Hakim akan mandiri dalam melakukan fungsinya.


2. Hakim tidak akan terlibat dalam suatu kegiatan yang dimungkinkan menghalangi fungsi
yudikatifnya atau mempengaruhi keyakinannya dalam kemandiriannya.
3. Hakim yang dipersyaratkan untuk memegang jabatan penuh di Mahkamah tidak akan
terlibat di dalam pekerjaan lain yang bersifat profesional.
4. Pertanyaan mengenai penerapan dari ayat (2) dan (3) akan diputuskan oleh mayoritas
absolut hakim. Pertanyaan yang melibatkan seorang hakim secara pribadi, hakim tersebut
tidak akan turut serta dalam pengambilan keputusannya.

Pasal 41
Pengunduran dan penarikan hakim

1. Kepresidenan dapat, atas permintaan hakim, menerima pengunduran diridari hakim


tersebut dalam melaksanakan fungsinya menurut Statuta ini, sesuaidengan Peraturan
Prosedural dan Bukti.
2.(a) Seorang hakim tidak akan ikutserta di dalam kasus apapun dimana obyetifitasnya
diragukan atas dasar apapun.Sorang hakim dapat ditarik dari suatu kasus sesuai
dengan ayat ini, jika interalia, hakim tersebut sebelumnya terlibat dalam kasus
tersebut dengankapasitas apapun di hadapan Mahkamah atau dalam kasus pidana
yang berhubunganpada tingkat nasional yang melibatkan orang yang sedang
diselidiki ataudituntut. Seorang hakim juga dapat ditarik dengan dasar yang telah
diatur dalamPeraturan Prosedural dan Bukti.
(b)Penuntut Umum atau orang yang sedang diselidiki atau dituntut dapat
mengajukanpermohonan untuk penarikan seorang haim menurut ayat ini.
(c)Pertanyaan mengenai penarikan seorang hakim akan diputuskan oleh mayoritasabsolut
hakim. Hakim yang berkepentingan akan berhak memberikan
pernyataannyamengenai masalah ini, tetapi tidak boleh ikut serta di dalam proses
pengambilankeputusan.

Pasal 42
KantorPenuntut Umum

1. Kantor Penuntut Umum akan bertindak secara mandiri sebagai organ yangterpisah dari
Mahkamah. Kantor Penuntut Umum akan bertanggung jawab dalammenerima
penunjukkan dan informasi penting lainnya pada kejahatan-kejahatan didalam wilayah
yurisdiksi Mahkamah, dalam memeriksanya dan dalam melakukanpenyelidikan dan
penuntutan di hadapan Mahkamah. Soerang Peserta Kantor tidak akanmencari atau
bertingdak atas informasi dari sumber luar.
2. Kantor tersebut akan dipimpin oleh Penuntut Umum. Penuntut Umum akan
mempunyaikewenangan penuh atas manajemen dan administrasi dari Kanotr, termasuk
pegawai,fasilitas dan sumber-sumber lainnya. Penuntut Umum akan dibantu oleh satau
ataulebih Wakil Penuntut Umum, yang akan berhak untuk menyelenggarakan
kegiatanapapun yang diperlukan oleh Penuntut Umum menurut Statuta ini. Penuntut
umumdan Wakil-wakil Penuntut Umum akan terdiri dari kewargaNegaraan yang
berbeda.Mereka akan memegang jabatan secara penuh.
3. Penuntut Umum dan Wakil-wakil Penuntut Umum adalah orang dengan karaktermoral
yang tinggi, sangat berkemampuan dalam dan mempunyai pengalaman praktekyang luas
dalam penuntutan atau persidangan kasus pidana. Mereka akanmempunyai pengetahuan
yang baik dan dapat berbahasa lebih dari satu bahasa yangdigunakan di Mahkamah
dengan baik.
4. Penuntut Umum akan dipilih dengan suara rahasi oleh suatu mayoritasabsoulut dari
Peserta Dewan Partai Negara Bagian. Wakil-wakil Penuntut Umum akandipilih dengan
cara yang sama dari suatu daftar calon yang disediakan olehPenuntut Umum. Penuntut
Umum akan mencalonkan tiga calon untuk setiap osisidari Wakil Penuntut Umum yang
akan diisi. Kecuali jika ada masa jabatan yanglebih pendek diputuskan pada saat
pemilihan mereka, Penuntut Umum danWakil-walik Penuntut Umum akan memegang
jabatan selama 9 (sembilan) tahun dantidak memenuhi persyaratan untuk dipilih kembali.
5. Baik Penuntut Umum atau Wakil-wakil Penuntut Umum tidak akan terlibat didalam
aktifitas apapun yang dimungkinkan menghalangi dingan fungsipenuntutannya atau
mempengaruhi keyakinannya dalam kemandiriannya. Mereka tidakakan terlibat di dalam
pekerjaan lain yang sifatnya profesional.
6. Kepresidenan dapat menerima pengunduran diri Penuntut Umum atau WakilPenuntut
Umum dari suatu kasus atas permintaan mereka sendiri.
7. Baik Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum tidak akan ikut serta didalam hal-hal
dimana obyektifitas mereka mungkin akan diragukan atas dasarapapun. Mereka dapat
ditarik dari suatu kasus sesuai dengan ayat ini jika, interalia, mereka sebelumnya terlibat
dalm kasus tersebut dalam kapasitas apapundi hadapan Mahkamah atau di dalam kasus
pidana yang berhubungan pada tingkatnasional yang melibatkan orang yang sedang
diselidiki atau dituntut.
8. Pertanyaan mengenai penarikan Penuntut Umum dan Wakil Penuntut Umum
akandiputuskan oleh Kamar banding.
(a) Orang yang sedang diselidiki atau dituntut dapat kapan saja memohonpenarikan
seorang Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum dengan dasar yangdiatur dalam
ayat ini;
(b) Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum, selayaknya, akan berhak
memberikanpernyataannya mengenai masalah tersebut;
9. Penuntut Umum akan menunjuk penasehat dengan keahlian hukum tentangbidang
khusus, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, kekerasan seksual danjender dan kekerasan
terhadap anak-anak.

Pasal 43
Panitera

1. Panitera akan bertanggung jawab untuk aspek non-yudikatif dari administrasi dan
pelayanan Mahkamah, tanpa mengabaikan fungsi dan kewenangan dari Penuntut Umum
menurut pasal 42.
2. Panitera akan dipimpin oleh Kepala Panitera, yang akan menjadi pejabat administrasi dari
Mahkamah. Kepala Panitera akan menggunakan fungsinya dibawah kewenangan dari
Presiden Mahkamah.
3. Kepada Panitera dan Wakil Panitera adalah orang yang mempunyai karakter moral yang
tinggi, berkemampuan tinggi dan mempunyai pengetahuan yang baik dan dapat
berbahasa lebih dari satu bahasa yang digunakan di Mahkamah dengan baik.
4. Hakim akan memilih Kepala oleh mayoritas absolut dengan suara rahasia, dengan
mempertimbangkan rekomendasi apapun yang disampaikan oleh Dewan Partai Negara
Bagian. Jika diperlukan dan atas rekomendasi dari Kepala Mahkamah, hakim dapat
memilih dengan cara yang serupa, Wakil Panitera.
5. Kepala Panitera akan memegang jabatan selama 5 (lima) tahun, dan akan memenuhi
syarat untuk pemilihan kembali satu kali dan akan memegang jabatan secara penuh.
Wakil Panitera akan memegang jabatan selama 5 (lima) tahun atau masa yang lebih
singkat yang dapat diputuskan oleh mayoritas absolut para hakim, dan dapat dipilih
dengan dasar bahwa Wakil Panitera dapat dipanggil untuk memegang jabatan jika
diperlukan.
6. Kepala Panitera akan membentuk Unit Korban dan Saksi di dalam Panitera. Unit ini akan
menyediakan, dalam konsultasi dengan Kanor Penuntut Umum, langkah-langkah
perlindungan dan pengaturan keamanan, jasa nasehat dan bantuan memadai lainnya
untuk para saksi, korban yang datang di hadapan Mahkamah, dan mereka yang teracam
karena pernyataan yang akan diberikan oleh saksi-saksi terseubt. Unit ini akan meliputi
pegawai dengan keahlian dalam bidang trauma, termasuk trauma yang berhubngan
dengan kejahatan kekerasan seksual.
Pasal 44
Pegawai

1. Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan menunjuk pegawai berkualifkasi yang
diperlukan untuk jabatan mereka. Dalam halnya Penuntut Umum, hal ini meliputi
penunjukkan penyelidik.
2. Dalam memperkerjakan pegawai, Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan memastikan
standar tertinggi atas efisiensi dan integritas, dan akan memperhatikan, mutatis mutandis,
kriteria yang diatur alam pasal 36 ayat (8).
3. Kepala Panitera dengan persetujuan dari Kepresidenan dan Penuntut Umum, akan
mengajukan Peraturan Kepegawaian yang meliputi persyaratan dimana pegawai dari
Mahkamah akan ditunjuk, digaji dan dipecat. Peraturan Kepegawaian akan disetujui oleh
Majelis Negara Peserta.
4. Mahkamah dapat, dalam keadaan tertentu memperkerjakan keahlian dari pegawai
sukarela yang ditawarkan oleh Negara Peserta, organisasi antar-pemerintah atau lembaga
swadaya masyarakat untuk membantu pekerjaan organ Mahkamah yang ada. Penuntut
Umum dapat menerima tawaran demikian atas nama Kantor Penuntut Umum. Pegawai
sukarela akan dipekerjakan menurut anggaran dasar yang dibentuk oleh Majelis Negara
Peserta.

Pasal 45
Sumpah jabatan

Sebelum memegang kewajiban merekamenurut Statuta ini, hakim, Penuntut Umum, Wakil-wakil
Penuntut Umum, KepalaPanitera, dan Wakil Panitera masing-masing akan melaksanakan
sumpah jabatandalam persidangan terbuka untuk menjalankan funsi mereka masing-masing

Pasal 46
Pemecatan dari jabatan

1. Seorang hakim, Penuntut Umum, Wakil Penuntut Umum, Kepala Panitera, danWakil
Panitera akan dipecat dari jabatannyajika terdapat suatu keputusan yangdibuat menurut
ayat (2), dalam kasus dimana orang tersebut:
(a) Diketahui telah melakukan kelalaian yang serius atau pelanggaran seriusatas
kewajibannya menurut Statuta ini, yang diatur di dalam PeraturanProsedural dan
Bukti; atau
(b) Tidak dapat melaksanakan fungsinya menurut Statuta ini.
2. Suatu keputusan mengenai pemecatan jabatan soerang hakim, Penuntut Umumatau
Wakil Penuntut Umum menurut ayat (1) akan dibuat oleh Dewan Partai NegaraBagian
dengan suara rahasia:
(a) Dalam halnya seorang hakim, dengan dua per tiga mayoritas dari PartaiNegara
Bagian atas rekomendasi yang digunakan oleh dua per tiga mayoritas hakimlain.
(b) Dalam halnya Penuntut Umum, dengan mayoritas absoulut dari Partai
NegaraBagian;
(c) Dalam halnya Wakil Penuntut Umum, dengan mayoritas absoulut dari
PartaiNegara Bagian dengan rekomendasi dari Penuntut Umum.
3. Seorang hakim, Penuntut Umum, Wakil Penuntut Umum,Kepala Panitera, dan Wakil
Panitera yang perbuatannya atau kemampuannya dalammelaksanakan fungsi jabatannya
yang dipersyaratkan menurut Statuta iniditantang menurut pasal ini akan mempunyai
kesempatan penuh untuk memberikandan menerima bukti-bukti dan membuat proposal
sesuai dengan PeraturanProsedural dan Bukti. Orang yang berkepentingan tersebut tidak
diikut sertakandi dalam proses pertimbangan materinya.
Pasal 47
Tindakan Disipliner

Seorang hakim, Penuntut Umum,Wakil Penuntut Umum atau Wakil Panitera yang melakukan
kelalaian yang bersifattidak serius dari yang diatur di dalam pasal 46 ayat (1) akan tunduk
padaketentuan disipliner, sebagaimana yang diatur dengan Peraturan Prosedural danPembuktian.

Pasal 48
Hak Istimewa dan kekebalan

1. Mahkamah akan menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan dalam wilayah yang
diberikan oleh setiap Negara Peserta yang diperlukan dalam memenuhi tujuannya.
2. Para hakim, Penuntut Umum, Wakil-wakil Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan,
saat terlibat atau berhubungan dengan kegiatan Mahkamah, menikmati keuntungan dan
kekebalan yang sama dengan kepala misi-misi diplomatik dan, setelah berakhirnya masa
jabatan mereka, berlanjut mempunyai kekebalan dari proses hukum segala bentuknya
baik secara lisan maupun tulisan dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mereka
dalam kapasitas jabatannya.
3. Wakil Panitera, pegawai dari Kantor Penuntut Umum dan pegawai dari Pantera akan
menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan dan fasilitas yang diperlukan dalam
melaksanakan fungsinya, sesuai dengan perjanjian terhadap hak-hak istimewa dan
kekebalan dari Mahkamah.
4. Dewan, ahli, saksi atau siapa saja yang diperlukan untuk dihadiri di Mahkamah akan
diberikan kelakuan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya Mahkamah, sesuai dengan
perjanjian terhadap hak-hak istimewa dan kekebalan dari Mahkamah.
5. Hak-hak Istimewa dan Kekebalan dari:
(a)Seorang hakim atau Penuntut Umum dapat dibebaskan oleh mayoritas absoulut hakim.
(b)Seorang Kepala Panitera dapat dibebaskan oleh Kepresidenan.
(c)Wakil-wakil Penuntut Umum dan pegawandari Kantor Penuntut Umum dapat
dibebaskan oleh Penuntut Umum.
(d)Wakil Panitera dan pegawai dariPanitera dapat dibebaskan oleh Kepala Panitera.

Pasal 49
Gaji, Tunjangan dan Biaya

Para hakim, Penuntut Umum,Wakil-wakil Penuntut Umum, Kepala Panitera, dan Wakil Panitera
akan menerimagaji, upah dan pengeluaran seperti yang ditentutkan oleh Dewan Partai
NegaraBagian. Gaji dan upah ini tidak akan dikurangi selama masa jabatan mereka.

Pasal 50
Bahasa resmi dan yang digunakan

1. Bahasa resmi dari Mahkamah adalah Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusiadan Spanyol.
Penilaian dari Mahkamah, baik keputusan lainnya meliputimasalah-masalah fundamental
dihadapan Mahkamah, akan diterbitkan dalambahasa-bahasa resmi tersebut.
Kepresidenan akan, sesuai dengan kriteria yangdibentuk oleh Peraturan Prosedural dan
Bukti, memastikan keputusan mana yangdapat dianggap sebagai mengatasi masalah
fundamental untuk tujuan dari ayatini.
2. Bahasa yang digunakan dari Mahkamah adalah bahasa Inggris dan Perancis. Peraturan
Prosedural dan Bukti akan menentukan halnya dimana bahasa resmi lainnya dapat
digunakan sebagai bahasa yang digunakan.
3. Atas permohonan oleh suatu pihak terhadap suatu persidangan atau suatu Negara Bagian
yang diperbolehkan untuk turut campur dalam suatu persidangan , Mahkamah akan
mengizinkan pengadopsian suatu bahasa selain Inggris atau Perancis untuk digunakan
oleh suatu pihak atau Negara Bagian, asalkan Mahkamah mempertimbangkan perizinan
tersebut cukup dibenarkan.
Pasal 51
Peraturan Prosedural dan Bukti

1. Peraturan Prosedural dan Bukti akan mempunyai kekuatan hkum saatpengadopsian oleh
dua per tiga mayoritas dari Peserta Dewan Partai NegaraBagian.
2. Amandemen terhadap Peraturan Prosedural dan Bukti dapat diajukan permohonan oleh:
(a)Negara Peserta;
(b)Hakim yangbertindak atas nama mayoritas absolut;
(c)Penuntut Umum.
Amandemen tersebut akan mempunyaikekuatan hukum saat pengadopsian oleh dua per
tiga mayoritas dari PesertaNegara Peserta.
3. Setelah pengadopsian Peraturan Prosedural dan Bukti, dalam kejadian-kejadian
mendesak diman Peraturan tidak mengatur untuk suatu kejadian tertentu dihadapan
Mahkamah, hakim dapat, oleh dua per tiga mayoritas, membuat Peraturan tambahan
untuk diterapkan hingga diadopsi, diamandemen atau ditolak pada rapat biasa rapat
khusus dari Dewan Partai Negara Bagian.
4. Peraturan Prosedural dan Bukti, amandemen dan Peraturan tambahan akan konsisten
dengan Statuta ini. Amandemen terhadap Peraturan Prosedural dan Bukti dan Peraturan
tambahan tidak akan diterapkan secara berlaku surut kepada orang yang sedang diselidiki
atau di tuntut atau orang yang telah didakwa.
5. Dalam halnya ada pertentangan antara Statuta dan Peraturan Prosedural dan Bukti, maka
Statuta yang dipakai.

Pasal 52
Regulasi Mahkamah

1. Hakim akan, menurut Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti, mengadiopsi
dengan mayoritas absolut, Regulasi dari Mahkamah yang diperlukan untuk fungsi sehari-
harinya.
2. Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan dikonsultasikan dalam penjabaran dari
Regulasi dan adanya bentuk amandemen.
3. Regulasi dan bentuk amandemen akan mempunyai kekuatan hukum saat pengadopsian
kecuali jika diputuskan lain oleh para hakim. Segera setelah pengadopsian, mereka akan
disebarluaskan kepada Partai Negara Bagian untuk dikomentari. Jika dalam 6 (enam)
bulan tidak ada keberatan dari mayoritas Partai Negara Bagian, mereka akan mempunyai
kekuatan tetap.

BAGIAN5
PENYELIDIKAN DANPENUNTUTAN
Pasal 53
Pelaksanaan suatupenyelidikan

1. Penuntut Umum akan, setelah memeriksa informasi yang disedikankepadanya,


mengadakan suatu penyelidikan kecuali dia memutuskan tidak adanyadasar yang
memadai untuk melanjutkannya menurut Statuta ini. Dalam memutuskanapakah perlu
diadakan suatu penyelidikan, Penuntut Umum akan mempertimbangkanapakah:
(a)Informasi yang tersedia untukPenuntut Umum menyediakan dasar yang memadai
untuk meyakini bahwa suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah telah
atau sedang terjadi.
(b)Kasus tersebut pasti atau mungkinditolak menurut pasal 17; dan
(c)Dengan melihat sifat darikejahatannya dan kepentingan dari para korban, tidak adanya
alasan substansifuntuk meyakini bahwa suatu penyelidikan tidak akan mencapai
kepentingankeadilan.
Jika Penuntut Umummenentukan bahwa tidak ada dasar yang memadai untuk
melanjutkan dan penentuanini hanya berdasarkan ayat (c) diatas, maka dia akan
memberitahukan KamarPra-Peradilan.
2.Jika, saat penyelidikan, PenuntutUmum berkesimpulan bahwa tidak ada dasar yang
memadai untuk suatu penuntutankarena:
(a)Tidak adanya dasar hukum atau faktayang memadai untuk mengeluarkan suatu
suratperintah atau surat panggilan menurut pasal 58;
(b)Kasus akan ditolak menurut pasal 17;atau
(c)Penuntutan tidak mempunyaikepentingan keadilan, setelah melihat semua
kemungkinan, termasuk sifat darikejahatannya, kepentingan dari para korban dan
umur dari terdakwa, dan perannyadalam kejahatan tersebut;
Penuntut Umum akanmemberitahu Kamar Pra-Peradilan dan Negara Bagian yang
menunjuk pada pasal 14atau kepada Dewan Keamanan dalam suatu kasus menurut pasal
13, ayat (b), darikesimpulannya dan alasan dari kesimpulannya.
3.(a) Atas permohonan Negara Bagianyang menunjuk pada pasal 14 atau Dewan Keamanan
pada pasal 13, ayat (b), KamarPra-Peradilan dapat meninjau kembali keputusan dari
Penuntut Umum menurut ayat(1) atau (2) untuk tidak melanjutkan dan dapat
meminta Penuntut Umum untukmempertimbankan kembali keputusannya.
(b) Selain itu, Kamar Pra-Peradilan dapat, atas inisiatifnyasendiri, meninjau kembali
suatu keputusan dari Penuntut Umum untuk tidakmelanjutkan jika hanya berdasarkan
ayat (1) butir (c) atau ayat (2) butir (c).Dalam halnya terseubt, keputusan dari
Penuntut Umum akan berlaku hanya jikadikonfirimasikan oleh Kamar Pra-Peradilan.
4.Penuntut Umum dapat, sewaktu-waktumempertimbangkan kembali suatu keputusan baik
untuk melakukan suatupenyelidikan atau penuntutan berdasarkan fakta baru atau
informasi.

Pasal 54
Tanggung jawabdan kekuasaan dari Penuntut Umum yang berhubungan
dengan penyelidikan

1. Penuntut umum akan:


(a)Agar dapatmembentuk kebenaran, meluaskan penyelidikan untuk meliputi semua fakta
danbukti yang berhubungan dengan suatu penilaian apkah terdapat tanggung
jawabpidana menurut Statuta ini, dan dalam melaksanakanna menyelidiki
kemungkinanyang memberatkan dan meringankan.
(b)Mengambil segalatindakan yang dianggap perlu untuk memastikan efektifnya
penyelidikan danpenuntutan dari kejahatan yang terjadi di dalam wilayah yurisdiksi
dariMahkamah, dalam dengan itu memperhatikan kemungkinan kepentingan dan
pribadidari koraban dan saksi, termasuk umur, gender seperti yang dijelaskan
dalampasal 7, ayat (3), kesehatan dan memperhatikan sifat dari kejahatan,
terutamyang melibatkan kejahatan seksual, kejahatan gender atau kejahatan
terhadapanak-anak; dan
(c)Menghormati hakdari orang-orang terlibat menurut Statuta ini.
2. Penuntut Umum dapat melakukan penyelidikan pada wilayah suatu Negara Peserta:
(a)Menurut ketentuanBab 9; atau
(b)Yang diwenangkanoleh Kamar Pra-Peradilan menurut pasal 57, ayat 3(d).
3. Penuntut Umum dapat:
(a)Mengumpulkan danmemeriksa bukti-bukti;
(b)Meminta kehadirandan menanyakan orang-orang yang diselidiki, korban dan saksi;
(c)Mencari kerjasama dengan suatu Negara Bagian atau BUMN atau pertemuan sesuai
dengankemampuannya atau mandatnya;
(d)Turut dalampertemuan atau persetujuan, yang tidak bertentangan dengan Statuta ini,
yangmungkin diperlukan untuk memfasilitasikan kerjasama dengan suatu Negara
Bagian,BUMN atau orang;
(e)Menyetujui untuktidak membuka, pada tingkat persidangan apapun, dokumen atau
infomrasi yangdidapat oleh Penuntut Umum mengenai kondisi kerahasiaan dan
hanya untuk tujuanmenghasilkan bukti baru, kecuali sang penyedia dari informasi
mengizinakn; dan
(f)Mengambil segalatindakan yang diperlukan atau meminta bahwa tindakan yang
diperlukan diambilatau memastikan bahwa kerahasiaan informasi, perlindungan
seseorang ataupelestarian bukti.

Pasal 55
Hak-hak dari orang-orang selama penyelidikan

1. Dengan memperhatikan penyelidikan menurut Statua ini, seseorang:


(a)Tidak akan terpaksa untuk memberatkandirinya atau mengakui kesalahan.
(b)Tidak akan tunduk pada bentuk-bentukpaksaan, tekanan atau ancaman, penganiyaan
atau bentuk kekejaman, tidakmanusiawi atau perlakuan merendahkan atau hukuman
lainnya;
(c)Akan, jika ditanya dalam bahasaselain bahasa yang dimengerti penuh dan dapat
diucapkan oleh orang tersebut,mempunyai dan bebas dari biaya bantuan dari
penterjemah yang kompeten danterjemahan tersebut diperlukan untuk memenuhi
persyaratan keadilan; dan
(d)Tidak akan tunduk pada penangkapanpaksa atau penahanan, dan tidak akan diambil
kebebasannya kecuali dengan dasardan menurut prosedur yang telah dibentuk di
dalam Statuta ini.
(e)Ketika adanya dasar yang diyakinibahwa sesorang telah melakukan suatu kejahatan di
dalam wilayah yurisdisi suatuMahkamah dan orang tersebut akan ditanyai baik oleh
Penuntut Umum atau olehpejabat nasional atas permohonan menurut Bab 9, orang
tersebut mempunyaihak-hak sebagai berikut yang akan diberitahukan sebelum
ditanyai:
(a)Diberitahu sebelum ditanyai bahwaterdapat dasar-dasar yang diyakini bahwa
dia telah melakukan suatu kejahtan didalam yurisdiksi suatu Mahkamah;
(b)Untuk diam, tanpa adanya keheningantersebut menjadi dasar pertimbangan
dalam menentukan bersalah atau tidak.
(c)Untuk mendapatkan bantuan hukum ataspilihannya, atau jika orang tersebut
tidak mempunyai bantuan hukum, untukmendapatkan bantuan hukum yang
ditunjuk untuknya, dimana untuk kepentingankeadilan mempersyaratkan, dan
tanpa biaya oleh orang tersebut jika orangtersebut tidak dapat membiayainya;
dan
(d)Untuk ditanyai dihadapan penasehatkecuali jika orang tersebut secara sukarela
mengabaikan haknya untukdinasehati.

Pasal 56
Peran dari kamarpra-peradilan dalam hubungannya dengan kesempatan
penyelidikan khusus

1. (a) Jika Penuntut Umum mempertimbangkan suatu penyelidikan untukmengajukan


suatu kesempatan langka untuk suatu pernyataan dari seorang saksiatau untuk
memeriksa, mengumpulkan atau mengkaji bukti, yang mungkin tidaktersedia
sebelumnya untuk tujuan dari persidangan , Penuntut Umum akanmemberitahukan
Kamar Pra-Peradilan.
(b) Dalam hal tersebut, maka Kamar Pra-Peradilan dapat ataspermohonan dari Penuntut
Umum, mengambil tindakan yang dianggap perlu untukmemastikan efisiensi dan
integritas dari persidangan dan khususnya melinduhihak dari pihak pembela.
(c)Jika tidak diperintah lain oleh KamarPra-Peradilan, Penuntut Umum akan menyedikan
informasi berhubungan terhadaporang yang ditangkap atau yang hadir karena
dipanggil dalam hubungannya denganpenyelidikan menurut ayat (a), agar di dapat
didengar pendapatnya.
2. Tindakan-tindakan yang disebutkan dalam ayat (1) butir (b) dapat termasuk:
(a)Membuat rekomendasi atau perintahmengenai prosedur yang harus diikuti;
(b)Mengarahkan bahwa suatu dokumentasipersidangan dibuat;
(c)Menunjuk seorang ahli untuk membantu;
(d)Mengizinkan penasehat untuk orangyang telah ditangkap atau yang hadir di hadapan
Mahkamah karena panggilan,untuk ikut serta, atau dimana belum adanya suatu
penangkapan atau kehadiranatau penasehat yang belum ditunjuk, penunjukkan
penasehat lain untuk menghadiridan mewakil kepentingan dari pihak pembela;
(e)Menyebukan salah satu Pesertanya jikadiperlukan, hakim lain yang tersedia dari Pra-
Peradilan atau Divisi Peradilanuntuk mengawasi dan memberikan rekomendasi atau
perintah menurut pengumpulandan pelestarian bukti dan pertanyaan dari orang-
orang;
(f)Mengambiltindakan lain yang mungkin diperlukan untuk mengumpulkan atau
melestarikanbukti.
3.(a) Dimana seorang Penuntut Umumtidak melakukan upaya menurut pasal ini tetapi
Kamar Pra-Peradilan menilaibahwa tindakan yang diperlukan untuk melestarikan
bukti yang dianggapnyapenting untuk pihak pembela di persidangan, ia akan
berkonsultasi denganPenuntut Umum untuk menentukan apakah adanya alasan yang
cukup dari kegagalanPenuntut Umum untuk memohon upaya-upaya tersebut. Jika
atas konsultasi KamarPra-Peradilan menyimpulkan bahwa kegagalan Penuntut
Umum untuk memohonupaya-upaya tersebut tidak dibenarkan, maka Kamar Pra-
Peradilan dapatmengambil upaya-upaya atas inisiatifnya sendiri.
(b) Diterimanya bukti yang dilestarikan atau dikumpulkan untuk persidangan
menurutpasal ini, akan dinilai pada persidangan menurut pasal 69 dan diberikan
bebanyang ditentukan oleh Kantor Peradilan.

Pasal 57
Fungsi dan kekuasaan dari kamar pra-peradilan

1. Kecuali jika disebutkan lain dalam Statuta ini, Kamar Pra-Peradilan akanmenggunakan
fungsinya menurut ketentuan dalam pasal ini.
2.(a) Perintah atau keputusan dariKamar Pra-Peradilan yang diterbitkan menurut pasal
15,18,19,54, ayat (2) (61),ayat (7), dan (72) harus disetujui oleh mayoritas hakimnya.
(b)Dalam kasus lainnya, seorang hakim tunggal dari Kamar Pra-Peradilan
dapatmenggunakan fungsinya yang diatur di dalam Statuta ini, kecuali jika diatur
didalam Peraturan Prosedural dan Bukti atau oleh mayoritas dari KamarPra-
Peradilan.
3. Selain dari fungsi lainnya menurut Statuta ini, Kamar Pra-Peradilandapat:
(a)Atas permohonan Penuntut Umum,menerbitkan perintah yang mungkin diperlukan
untuk tujuan suatu penyelidikan;
(b)Atas permohonan seseorang yang telahditangkap atau yang hadir karena pemanggilan
menurut pasal 58, atau untukmendapatkan kejasama menurut Bab 9 jika diperlukan
untuk membantu orang yangsedang menyiapkan pembelaannya.
(c)Jika diperulkan, menyediakan untukperlindungan dan kepribadian korban dan saksi,
pelestarian bukti, perlindunganorang-orang yang telah ditangkap atau muncul karena
pemanggilan, danperlindungan informasi keamanan nasional;
(d)Mengizinkan Penuntut Umum untukmengambil langkah-langkah penyelidikan khusus
di dalam wilayah suatu Partai NegaraBagian tanpa mengamankan kerja sama dari
Negara Bagian terseubt menurut Bab 9jika, jika mungkin dengan memperhatikan
pandangan dari Negara Bagian yangberkepentingan, Kamar Pra-Peradilan telah
memutuskan bahwa kasus yang olehNegara Bagian tersebut jelas tidak dapat
melaksanakan suatu permohonan kerjasama karena tidak tersedianya pejabat atau
komponen lainnya di dalam sistemyudikatifnya untuk melaksanakan permohonan
kerjasama tersebut menurut Bab 9.
(e)Dimana suatu surat penangkapan ataupemanggilan yang telah diterbikan menurut pasal
58, dan memperhatikan kekuatanbukti dan hak dari pihak-pihak yang
berkepentingan, yang diatur di dalamStatuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti,
mencari kerjasama dari NegaraBagian menurut pasal 93, pasal 1 butir (k), utnuk
mengambil tindakanperlindungan untuk fungsi pendendaan khususnya untuk
keuntungan dari korban.
Pasal 58
Penerbitansurat penangkapan atau surat panggilan

1. Sewaktu-waktu setelah dimulainya penyelidikan, Kamara Pra-Penuntutanakan, pada


saat penerapan dari Penuntut Umum, menerbitkan surat pengankapatdari seseorang jika,
setelah memeriksa aplikasi dan bukti atau informasilainnya yang diajukan oleh Penuntut
Umum memenuhi:
(a) Bahwa adanya dasar-dasar memadai untuk mempercayai bahwa seseorang
telahmelakukan suatu kejahatan di dalam yurisprudensi dari Mahkamah; dan
(b) Penangkapan dari orang yang perlu dihadirkan:
(i) Memastikan hadirnya orang tersebut di persidangan.
(ii) Memastikan bahwa orang tersebut tidak menghalangi ataumembahayakan
penyelidikan atau proses persidangan, atau
(iii) Jika dapat diterapkan untuk mencegah orang tersebutuntuk melanjutkan
terjadinya kejahatan atau kejahatan yang berhubungan yangberada di dalam
yurisprudensi dari Mahkamah dan yang muncul dari kemungkinanyang serupa.
2. Aplikasi dari Penuntut Umum akan berisi:
(a) Nama dari orang dan informasi lain yang dapat mengidentifikasikan.
(b) Referensi khusus terhadap kejahatan di dalam yurisdiksi dari Peradilandimana
orang tersebut dianggap melakukan;
(c) Pernyataan singkat atas fakta-fakta yang dianggap membuktikan kejahatantersebut.
(d) Suatu ringkasan bukti dan informasi lainnya untuk membentuk dasar yangmemadai
untuk meyakini bahwa orang tersebut melakukan kejahatan tersebut; dan
(e) Alasan mengapa Penuntut Umum menyakini bahwa penangkapan orang
tersebutdiperlukan.
3. Surat Penangkapan akan berisi:
(a) Nama dari orang dan informasi lain yang dapat mengidentifikasikan;
(b) Referensi khusus terhadap kejahatan di dalam yurisdiksi dari Peradilandimana
penangkapan orang tersebut diperlukan;
(c) Pernyataan singkat atas fakta-fakta yang dianggap membuktikan
kejahatantersebut.
4. Surat penangkapan akan mempunyai kekuatan tetap hingga diperintahkanlain oleh
Mahkamah.
5. Dengan dasar surat penangkapan, Mahkamah dapat memintah penangkapansementara
atau penangkapan dan penyerahan dari orang tersebut menurut Pasal 9.
6. Penuntut Umum dapat memohon Kamar Pra-Peradilan merubah suratpenangkapannya
dengan mengubah atau menambahkan kejahatan yang disebutkan didalamnya. Kamar
Pra-Peradilan akan merubah surat tersebut jika dianggap adanyadasar yang memadai
untuk meyakini bahwa orang tersebut melakukan kejahatan yangtelah dirubah atau
ditambah tersebut.
7. Sebagai alternatif dalam mencari surat penangkapan, Penuntut Umum dapatmengajukan
suatu aplikasi yang memohon bahwa Kamar Penuntut Umum menerbitkan suratpanggilan
untuk seseorang agar hadir. Jika Kamar Pra-Peradilan menganggap bahwaadanya dasar
yang memadai untuk meyakini bahwa orang yang melakukan kejahatantersebut dan suatu
pemanggilan dianggap memadai untuk memastikan kehadirannya,maka ia akan
menerbitkan surat pemanggilan, dengan atau tanpa persyaratan yangmembatasi
kebebasan (selain dari penahanan) jika diatur oleh hukum nasional,untuk orang tersebut
agar hadir. Surat pemanggilan tersebut akan berisi:
(a) Nama dari orang dan informasi lain yang dapat mengidentifikasikan;
(b) Tanggal tertentu dimana orang tersebut harus hadir;
(c) Referensi khusus terhadap kejahatan di dalam yurisdiksi dari Peradilandimana
orang tersebut dianggap melakukan; dan
(d) Pernyataan singkat atas fakta-fakta yang dianggap membuktikan
kejahatantersebut.
Pemanggilan akan berlaku untuk orang tersebut.
Pasal 59
Proses penangkapan dalam penahananNegara Bagian

1. Suatu Partai Negara Bagian yang telah menerima permohonan untukpenangkapan


sementara atau penangkapan dan penyerahan akan segera mengambillangkah-langkah
untuk menangkap orang yang dimaksud sesuai dengan hukumnya danketentuan dalam
Bab 9.
2. Suatu orang yang ditangkap akan dibawa langsung dihadapan pejabatyudikatif yang
berwenang di penahanan Negara Bagian yang akan menentukan,sesuai dengan hukum
dari Negara Bagian tersebut bahwa:
(a) Surat penangkapan tersebut berlaku untuk orang tersebut;
(b) Orangtersebut ditangkap menurut proses yang sesuai; dan
(c) Hak-hak dari orang tersebut dihormati.
3. Orang yang ditangkap akan mempunyai hak untuk mengajukan kepada pejabatyang
berwenang dari penahanan Negara Bagian pembebasan sementara selamapenyerahan.
4. Dalam mencapai suatu keputusan mengenai bentuk aplikasi tersebut,pejabat yang
berwenang dari penahanan Negara Bagian akan mempertimbangkanapakah, melihat sifat
dari kejahatan, adanya kemungkinan mendesak dan khususuntuk membenarkan
pembebasan sementara dan apakah diperlukan bentukperlindungan untuk memastikan
bahwa penahanan Negara Bagian dapat memenhikewajibannya untuk menyerahkan orang
tersebut ke Mahkamah. Tidak akan terbukabagi pejabat berwenang dari penahanan
Negara Bagian untuk mempertimbankanapakah surat penangkapan diterbitkan sesuai
dengan pasal 58 ayat (1) butir (a)dan (b).
5. Kamar Pra-Peradilan akan diberitahu mengenai permohonan pembebasansementara dan
akan memberikan rekomendasi kepada pejabat berwenang daripenahanan Negara Bagian.
Pejabat berwenang dari penahanan Negara Bagian akanmemberikan pertimbangan penuh
atas rekomendasi tersebut, termasuk rekomendasiatas langka-langkah untuk mencegah
pelarian dari penjara sebelum memenuhikeputusannya.

Pasal 60
Acara Pemeriksaan Pendahuluan di Depan Mahkamah

1. Saat penyerahan dari orang tersebut kepada Mahkamah atau hadirnya orangtersebut
dihadapan Mahkamah secara sukarela atau karena panggilan, Kamar PraPeradilan akan
menganggap bahwa orang tersebut telah diberitahu mengenaikejahatan yang dia dianggap
telah melakukan, dan adalah haknya menurut Statuaini, termasuk hak untuk mengajukan
pembebasan sementara hingga persidangan.
2. Seorang yang tunduk pada surat pengangkapan dapat mengajukan pembebasan sementara
hingga persidangan. Jika Kamar Pra-Peradilan menganggap bahwa kondisi yang diatur
dalam pasal 58 ayat (1) terpenuhi, orang tersebut akan terus ditahan. Jika tidak terpenuhi,
maka Kamar Pra-Peradilan akan membebaskan orang tersebut, dengan atau tanpa
persyaratan.
3. Kamar Pra-Peradilan akan secara berlanjut melihat kembali keputusannya mengenai
pembebasan atau penahanan sesorang, dan dapat pada waktu apapun atas permohonan
dari Penuntut Umum atau orang tersebut. Atas peninjauan kembali, ia dapat merubah
keputusannya mejadi penahanan, pembebasan atau persyaratan pembebasan, jika
diperlukan.
4. Kamar Pra-Peradilan akan memastikan bahwa seseorang tidak ditahan untuk masa waktu
yang tidak masuk akal sebelum persidangan karena alasan keterlambatan yang tidak
dapat diterima oleh Penuntut Umum. Jika keterlambatan terjadi, Pengdilan akan
mempertimbangkan membebaskan orang tersebut, dengan atau tanpa persyaratan.
5. Jika diperlukan Kamar Pra-Peradilan dapat menerbiktan suatu surat penahanan untuk
memastikan keberadaan orang tersebut yang telah dibebaskan.

Pasal 61
Pemastianpenuntutan dihadapan persidangan
1. Tunduk pada ketentuan dari ayat (2), dalam waktu yang memadai setelah penyerahan
orang tersebut atau hadirnya secara sukarea di hadapan Mahkamah, Kamar Pra-Peradilan
akan mengadakan suatu pemeriksaan untuk memastikan bahwa tuntutan yang diajukan
oleh Penuntut Umum untuk persidangan. Pemeriksaan tersebut akan diadakan dihadapan
Penuntut Umum dan orang yang dituntut, juga penasehatnya.
2. Kamar Pra-Peradilan dapat, atas permohonan dari Penuntut Umum atau atas mosinya
sendiri, mengadakan suatu pemeriksaan dalam ketidakhadirannya orang yang dituntut
untuk memastikan tuntutan yang akan digunakan oleh Penuntut Umum untuk
Persidangan saat orang tersebut telah:
(a)Mengabaikan haknya untuk hadir; atau
(b)Melarikan diri atau tidak dapatditemukan dan semua langkah yang memadai telah
dilaksanakan untuk menjaminkehadirannya dihadapan Mahkamah dan untuk
memberitahukan orang yang dituntutdan sebuah pemeriksaan untuk memastikan
bahwa tuntutan tersebut akan tetapberlaku.
Dalamhalnya itu terjadi, seseorang yang akan diwakilkan oleh penasehat dimana
KamarPra-Peradilan menentukan bahwa adalah untuk kepentingan keadilan.
3. Dalam waktu yang cukup sebelum pemeriksaan, orang tersebut:
(a)Diberi salinan dokumen yang berisituduhan-tuduhan di mana Jaksa Penuntut
bermaksud untuk membawa orang tersebutke depan Mahkamah; dan
(b)Mendapat informasi tentang buktidimana Jaksa Penuntut bermaksud untuk
menggunakannya dalam pemeriksaan
Kamar Pra-Peradilan dapatmengeluarkan perintah berkenaan dengan pengungkapan
informasi untuk keperluanpemeriksaan.
4. Sebelum pemeriksaan, Jaksa Penuntut dapat meneruskan penyelidikan dan dapat
merubah atau menarik suatu tuduhan. Orang tersebut harus diberi penjelasan yang masuk
akal sebelum pemeriksaan mengenai suatu amendemen atau penarikan tuduhan. Dalam
hal penarikan tuduhan, Jaksa Penuntut harus memberitahu Kamar Pra-Peradilan
mengenai alasan-alasan mengenai penarikan tersebut.
5. Dalam pemeriksaan, Jaksa Penuntut mendukung setiap tuduhan dengan bukti yang cukup
untuk menetapkan alasan yang kuat untuk percaya bahwa orang tersebut telah melakukan
kejahatan yang dituduhkan. Jaksa Penuntut dapat mengandalkan diri pada bukti
Dokumen atau ikhtisar dan tidak perlu memanggil para saksi yang diharapkan untuk
memberi kesaksian
6. Dalam pemeriksaan, orang tersebut dapat:
(a)Mengajukan Keberatan terhadaptuduhan:
(b)Menantang bukti yang dimukakan olehJaksa Penuntut; dan
(c)Menyampaikan Bukti.
7. Kamar Pra-Peradilan atas dasar pemeriksaan harus menentukan apakah bukti yang cukup
untuk menetapkan dasar yang kuat untuk percaya bahwa orang tersebut telah melakukan
setiap kejahatan yang dituduhkan. Berdasarkan ketentuannya, Kamar Pra-Peradilan
harus:
(a)Menegaskan tuduhan-tuduhan itu dalamkaitan mana pihaknya telah menentukan
bahwa ada bukti cukup, dan mengajukanorang tersebut ke Kamar Pengadilan
untuk diadili atas tuduhan sebagaimanaditegaskan;
(b)Menolak menegaskan tuduhan-tuduhandalam kaitan dimana pihaknya telah
menentukan bahwa tidak ada bukti yang cukup;
(c)Menunda pemeriksaan dan minta JaksaPenuntut untuk mempertimbangkan :
i)Diberikannyabukti lebih lanjut atau menegaskan penyelidikan lebih lanjut
berkenaan dengansuatu tuduhan tertentu; atau
ii)Merubah tuduhansebab bukti yang diajukan tampak menetapkan suatu
kejahatan lain dalamJurisdiksi Mahkamah.
8. Apabila Kamar Pra-Peradilan menolak untuk menegaskan suatu tuduhan, Jaksa Penuntut
ditidak dihalangi untuk kemudian meminta konfirmasi kalau permintaan itu didukung
oleh bukti tambahan.
9. Setelah tuduhan-tuduhan ditegaskan dan sebelum persidangan dimulai, Jaksa Penuntut,
dengan ijin Kamar Pra-Peradilan dan setelah memberitahu tertuduh, dapat merubah
tuduhan itu. Kalau Jaksa Penuntut berusaha menambahkan tutduhan tambahan atau
menggantinya dengan tuduhan yang lebih serius, suatu pemeriksaan berdasarkan pasal ini
untuk menegaskan tuduhan-tuduhan tersebut harus diadakan. Setelah dimulainya
persidangan, Jaksa Penuntut, dengan seijin Kamar Pengadilan, dapat menarik tuduhan.
10. Setiap surat penahanan yang dikeluarkan sebelumnya harus tidak berlaku lagi berkenan
dengan setiap tuduhan yang belum ditegaskan oleh kamar Pra Peradailan atau yang telah
ditarik oleh Jaksa Penuntut.
11. Setelah tuduhan ditegaskan sesuai dengan pasal ini, Kepresidenan akan mengangkat
suatu Kamar Pengadilan yang, tunduk pada ayat 8 dan pada pasal 64, ayat 4, harus
bertanggung jawab atas jalannya proses perkara selanjutnya dan dapat melaksanakan
fungsi dari Kamar Pra-Peradilan yang relevan dan mampu untuk menerapkannya dalam
proses perkara ini.

Pasal 62
Tempat Sidang Pengadilan

Jika tidak diatur sebelumnya, makatempat persidangan akan diselenggarkan di tempat


kedudukan Mahkamah.

Pasal 63
Persidangan Dengan Kehadiran Tertuduh

1. Tertuduh harus hadir selama persidangan Mahkamah.


2. Kalau tertuduh, yang hadir di depan Mahkamah, terus mengacaukan sidang, Kamar
Pengadilan dapatmemindahkan tertuduh dan membuat ketentuan bagi tertuduh untuk
mematuhi persidangan dan memberi instruksi kepada penasehat hukum dari luar ruang
pengadilan, lewat penggunaan teknologi komunikasi, kalau perlu. Tindakan tersebut
diambil hanya dalam keadaan-keadaan luar biasa setelah alternatif-alternatif yang masuk
akal lainnya terbukti tidak mencukupi, hanya untuk jangka waktu tertentu yang sangat
dibutuhkan.

Pasal 64
Fungsi dan kekatan dari kamar peradilan

1.Fungsi dankekuatan dari Kamar Peradilan yang diatur di dalam pasal ini akanditerapkan
sesuai dengan Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti.
2.Kamar Peradilanakan memastikan bahwa suatu persidangan berlangsung secara adil dan
cepatdan dilakukan dengan menghormati hak-hak dari terdakwa dan
melindungimemperhatikan perlindungan para korban dan para saksi.
3.Dalam halpenunjukkan atas kasus Mahkamah sesuai dengan pengaturan dalam Statuta
ini,Kamar Peradilan yang ditunjuk untuk menangani kasus tersebut akan:
(a)Berhubungan dengan pihak-pihak danmenggunakan langkah-langkah yang diperlukan
untuk memfasilitasi prosespersidangan yang adil dan cepat.
(b)Memastikan bahasa yang akan digunakandalam persidangan tersebut; dan
(c)Tunduk pada segala ketentuan yangberhubungan di dalam Statuta ini, memberikan
keterangan atas dokumen atauinformasi yang sebelumnya tidak terbuka untuk umum
jauh sebelum pelaksanaanpersidangan agar dapat mempersiapkan segala hal yang
diperlukan untuk keperluanpersidangan .
4.Kamar Peradilandapat, jika diperlukan untuk fungsinya agar dapat efektif dan
adil,memberikan petunjuk-petunjuk awal kepada Kamar Pra-Peradilan atau,
jikadiperlukan, hakim lain dari Divisi Pra-Peradilan.
5.Ataspemberitahuan kepada pihak-pihak, Kamar Peradilan dapat, jikadiperlukan,
penggabungan atau pemisahan dalam hal tuntutan terhadap lebih darisatu orang yang
didakwa.
6.Dalammelaksanakan fungsinya sebelum persidangan atau selama proses persidangan,
dapatjika diperlukan:
(a)Melakukan segala fungsinya dari KamarPra-Peradilan sesuai dengan yang diatur di
dalam pasal 61 ayat (11);
(b)Mendatangkan kehadiran dan pernyataandari para saksi dan produksi dokumen dan
segala bukti-bukti dengan cara, jikadiperlukan bantuan dari Negara-Neara Bagian
sebagaimana hal yang diatur didalam Statuta ini;
(c)Menyediakan perlindungan terhadapinformasi yang bersifat rahasia.
(d)Memerintahkan produksi bukti-buktiditambah dengan yang sudah dikumpulkan
sebelum persidangan atau yang digunakanselama persidangan oleh para pihak;
(e)Menyediakan perlindungan bagi paraterdakwa, para saksi, dan para korban; dan
(f)Memberikankeputusan mengenai hal-hal lain yang berhubungan.
7. Persidangan harus terbuka untuk umum. Namun demikian, majelis hakimdapat
menetukan keadaan-keadaan khusus yang menyebabkan persidangan-persidangantertentu
tertutup untuk umum dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan dalamPasal 68, atau
untuk menjaga kerahasiaan atau informasi sensitif yang diajukansebagai bukti.
8. (a) Pada permulaan persidangan, Majelis Hakim harus membacakan tuntutan-
tuntutan yangtelah dikonfirmasikan oleh Majelis PraMahkamah kepada terdakwa.
Majelis Hakimharus meyakinkan bahwa terdakwa memahami esensi dari tuntutan-
tuntutan yangdiajukan. Hal ini harus memberikan terdakwa kesempatan untuk
mengakuikesalahannya sesuai dengan Pasal 65 atau untuk menyatakan diri tidak
bersalah.
(b) Dalam persidangan, Hakim Ketua dapat memberikan rahan-arahan
terhadappelaksanaan persidangan, termasuk memastikan bahwa persidangan
tersebutdilaksanakan dengan cara-cara yang adil dan tidak memihak. Dalam hal
tiaparahan yang diberikan oleh Hakim Ketua, para pihak dapat menyerahkan
buktisesuai dengan ketentuan-ketentuan Statuta ini.
9. Majelis Hakim antara lain harus memiliki kekuasaan atas suatu permohonansari sesuatu
pihak atau atas mosinya sendiri untuk:
(a) Menentukanrelevansi atau dapat diterimanya bukti; dan
(b) Mengambilseluruh langkah yang diperlukan untuk memelihara ketertiban dalam
pelaksanaandengar pendapat.
10. Majelis Hakimharus memastikan dibuatnya suatu catatan yang lengkap mengenai
jalannyapersidangan, yang dengan tepat menggambarkan jalannya persidangan itu,
danbahwa catatan tersebut disimpan dan dijaga oleh Panitera.

Pasal65
Persidanganatas suatu pernyataan bersalah

1. Dalam hal terdakwa mengajukan pernyataan bersalah sebagaimana diaturdalam Pasal 64


ayat 8 (a), Majelis Hakim harus menentukan apakah:
(a) Terdakwamemahami esensi dan konsekuensi dari pernyataan bersalahnya;
(b) Pernyataantersebut diajukan secara sukarela oleh terdakwa setelah melakukan
konsultasisecukupnya dengan tim pembela; dan
(c) Pernyataanbersalah tersebut didukung oleh fakta-fakta dalam kasus
bersangkutan yangterdapat dalam:
(i) Tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh Penuntut dan diakui oleh
terdakwa;
(ii) Berbagai materi yang ditampilkan oleh Penuntut yang
melengkapituntutan-tuntutan bersangkutan yang telah diterima oleh
terdakwa; dan
(iii) Berbagai bukti lainnya, seperti pernyataan para saksi, yang
ditampilkanbaik oleh Penuntut maupun terdakwa.
2. Dalam hal Majelis Hakim berpendapat bahwa berbagai hal sebagaimanadiatur dalam
ayat 1 telah dipenuhi, maka Majelis hakim harus menentukan bahwapernyataan bersalah
tersebut, bersama-sama dengan berbagai bukti tambahan yangditampilkan, telah
memberikan semua fakta-fakta esensial yang diperlukan untukmembuktikan kejahatan
yang terkait dengan pernyataan bersalah itu, dan dapatmemutuskan bahwa terdakwa
bersalah atas kejahatan tersebut.
3. Dalam hal Majelis Hakim berpendapat bahwa berbagai hal sebagaimanadiatur dalam
ayat 1 belum dipenuhi, maka Majelis Hakim harus menentukan bahwapernyataan
bersalah tersebut belum diajukan, untuk kemudian memerintahkanpersidangan untuk
dilanjutkan melalui prosedur-prosedur persidangan biasa yangdiatur dalam Statuta ini dan
dapat melimpahkan perkara bersangkutan kepadaMajelis Hakim lainnya.
4. Dalam hal Majelis Hakim berpendapat bahwa presentasi fakta-fakta yanglebih lengkap
dari suatu perkara diperlukan untuk kepentingan keadilan,terutama untuk kepentingan-
kepentingan korban, Majelis Hakim dapat:
(a) MemintaPenuntut untuk menampilkan bukti tambahan, termasuk pernyataan
para saksi; atau
(b) Memerintahkanuntuk melanjutkan persidangan melalui prosedur-prosedur
persidangan biasa yangdiatur dalam Statuta ini, dalam mana Majelis hakim harus
memnentukan bahwapernyataan bersalah dianggap belum diajukan dan dapat
melimpahkan perkarabersangkutan kepada Majelis Hakim lainnya.
5. Semua diskusi antara Penuntut dengan pembela mengenai modifikasiterhadap tuntutan-
tuntutan, pernyataan bersalah atau pidana yang akan dikenakantidak boleh mengikat
Mahkamah.

Pasal66
PradugaTak Bersalah

1. Setiap orang dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah di depanMahkamah


sesuai dengan hukum yang berlaku.
2. Tanggung jawab berada di tangan Penuntut untuk membuktikan kesalahandari
terdakwa.
3. Untuk menjatuhkan pidana atas terdakwa, Mahkamah harus yakin mengenaikesalahan
terdakwa di atas keraguan yang masuk akal.

Pasal67
Hak-hakterdakwa

1. Dalam penentuan segala tuntutan, terdakwa berhak atas suatu dengarpendapat umum,
yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dalam Statuta ini,atas suatu dengar pendapat
yang adil dan dilaksanakan secara penuh, danjaminan-jaminan minimal berikut ini, dalam
kesamaan yang penuh:
(a) Untuk mendapatkan pemberitahuan sesegera mungkin secara
terperincimengenai esensi, sebab, dan isi tuntutan, dengan bahasa yang dipahami
dan dapatdipergunakan dengan baik oleh terdakwa;
(b) Untuk memiliki waktu dan fasilitas-fasilitas yang memadai bagi
penyiapanpembelaan dan untuk berkomunikasi secara bebas dengan penasihat
hukum yangdipilih sendiri dan dipercayai oleh terdakwa;
(c) Untuk disidangkan tanpa adanya penundaan yang tidak dapat dibenarkan;
(d) Terkait dengan Pasal 63 ayat 2, untuk tampil dalam persidangan,
untukmelakukan pembelaan sendiri atau dengan bantuan hukum yang dipilih
sendiri olehterdakwa, untuk diberitahu, apabila terdakwa tidak memiliki bantuan
hukum,mengenai hak ini dan mendapatkan bantuan hukum yang ditunjuk oleh
Mahkamahdalam tiap-tiap perkara di mana kepentingan keadilan sangat
diperlukan, dantanpa pembebanan biaya apabila terdakwa tidak memiliki sarana-
sarana yangmemadai untuk membayarnya;
(e) Untuk memeriksa, atau telah memeriksa, para saksi yang memberatkannyadan
untuk mendapatkan hadirin dan pemeriksaan para saksi yang
meringankannyadalam kondisi-kondisi yang sama sebagaimana para saksi yang
memberatkannya.Terdakwa juga berhak untuk mengajukan pembelaan-
pembelaan dan menampilkanbukti-bukti lain yang dapat diterima menurut Statuta
ini;
(f) Untuk mendapatkan, tanpa pembebanan biaya apapun, bantuan dari
seorangpenerjemah yang kompeten dan penerjemahan yang sedemikian yang
diperlukan untukmemenuhi persyaratan-persyaratan keadilan, apabila ada
persidangan-persidanganatau dokumen-dokumen yang ditampilkan kepada
Mahkamah yang tidak menggunakan bahasayang dapat dipahami dan
dipergunakan dengan baik oleh terdakwa;
(g) Untuk tidak dipaksa mengajukan kesaksian atau mengaku bersalah dan
untukdiam, yang mana tanpa berdiam itu dapat menjadi pertimbangan dalam
penentuanbersalah atau tidak bersalah;
(h) Untuk membuat pernyataan yang tidak berada di bawah sumpah baik
lisanmaupun tertulis dalam pembelaan-pembelaannya; dan
(i) Untuk tidak dibebankan atasnya pembalikan apapun dari beban pembuktianatau
tanggungjawab penyangkalan.
2. Sebagai tambahan terhadap tiap-tiap pengungkapan lainnya yangdimungkinkan oleh
Statuta ini, Penuntut harus sesegera mungkin mengungkapkankepada pembela bukti yang
dimilikinya atau berada dalam kekuasaannya yangdiyakininya menunjukkan atau
cenderung untuk menunjukkan tidak bersalahnyaterdakwa, atau mengurangi kesalahan
terdakwa, atau yang kemungkinan dapatmempengaruhi bukti penuntutan. Dalam hal
terjadi keraguan dalam penerapan ayatini, Mahkamah yang akan memutuskan.

Pasal68
Perlindunganpara korban dan para saksi dan
partisipasimereka dalam persidangan

1. Mahkamah harus mengambil tindakan-tindakan yang tepat untuk melindungikeamanan,


kesehatan fisik dan psikis, harkat dan martabat dan privasi parakorban dan para saksi.
Dalam melakukan hal ini, Mahkamah harus memperhatikanseluruh faktor yang relevan,
termasuk umur, jenis kelamin sebagaimanaditentukan dalam Pasal 7 ayat 3, dan
kesehatan, dan esensi dari kejahatan,terutama, akan tetapi tidak terbatas untuk, di mana
kejahatan tersebutmenyangkut masalah sekual atau kekerasan terhadap gender atau
kejahatanterhadap anak. Penuntut harus memberikan perlakuan yang khusus selama
prosespenyidikan dan penuntutan bagi kejahatan-kejahatan tersebut. Perlakuan
tersebuttidak boleh melanggar dan bertentangan dengan hak-hak terdakwa serta
asasperadilan yang adil.
2. Sebagai penyimpangan dari asas peradilan yang terbuka seperti yangdikemukakan pada
pasal 67, Kamar-kamar Mahkamah, guna melindungi korban sertapara saksi atau
terdakwa, melakukan proses sidang dengan bantuan kamera ataumemperlihatkan bukti-
bukti dengan menggunakan bantuan alat elektronik ataualat-alat khusus lainnya.
Khususnya, hal tersebut dapat diberlakukan padakorban kekerasan seksual atau pada
kasus dimana yang menjadi korban pada kasustersebut adalah anak dibawah umur
ataupun saksi, kecuali ditentukan lain olehMahkamah, dengan mempertimbangkan segala
aspek, khususnya sudut pandang darikorban maupun saksi.
3. Pada kasus di mana terdapat kepentingan dari korban yang terkait,Mahkamah harus
meminta pandangan serta pertimbangan mereka untuk dihadirkan dandi pertimbangkan
pada tahap proses persidangan Pandangan dan pertimbangan yangdimaksud dapat
diwakilkan oleh Kuasa Hukum dari korban apabila Mahkamahmemandang perlu, dengan
merujuk pada Aturan Prosedur dan Alat Bukti.
4. Unit Korban dan Saksi dapat memberikan saran kepada Penuntut Umum danMahkamah
pada perlindungan, keamanan, konsultasi dan asistensi seperti yangdisebutkan dalam
pasal 43 ayat 6.
5. Di mana pengungkapan alat bukti atau informasi sesuai dengan Statuta inidinilai dapat
membahayakan keselamatan saksi atau keluarganya, Penuntut Umumdapat, untuk
keperluan proses perkara yang dilakukan sebelum dimulainyapersidangan, dapat
menahan alat bukti atau informasi tersebut dan memasukkannyadalam bentuk
ringkasannya saja. Tindakan tersebut dilakukan dengan tidakmelanggar hak-hak
terdakwa untuk mendapatkan persidangan yang adil.
6. Negara dapat meminta tindakan-tindakan tertentu guna melindungialat-alat Negara
ataupun agen-agennya serta perlindungan terhadap informasirahasia maupun informasi
yang bersifat sensitif.
Pasal69
AlatBukti

1. Sebelum memberikan kesaksisan, tiap saksi harus, dengan merujuk padaAturan


mengenai Prosedur dan Alat Bukti, bersumpah untuk memberikankesaksiannya sejujur-
jujurnya.
2. Kesaksian dari seorang saksi dalam Mahkamah tidak dapat diwakilkan,kecuali dengan
pengecualian seperti yang disebutkan dalam pasal 68 atau dalamAturan mengenai
Prosedur dan Alat Bukti. Mahkamah juga dapat mengizinkankesaksian secara lisan atau
yang direkam dengan menggunakan teknologi audio atauvideo, maupun diajukan
dokumen atau transkripsi tertulis, dengan merujukpada peraturan yang ada dalam Statuta
ini serta pada Aturan mengenai Prosedurdan Alat Bukti. Tindakan ini tidak
menghilangkan hak-hak terdakwa serta hakuntuk mendapatkan persidangan yang adil.
3. Para pihak dapat mengajukan alat bukti yang relevan dengan kasusnya,sesuai dengan
pasal 64. Mahkamah memiliki wewenang untuk meminta semua alatbukti yang di ajukan
guna memastikan kebenaran.
4. Mahkamah dapat memutuskan bahwa suatu alat bukti dinilai memilikirelevansi atau
dapat diterima, dengan pertimbangan, inter alia, nilaiprobative dari alat bukti tersebut
serta segala pertimbangan lainnya bahwa alatbukti tersebut dapat mendukung
persidangan yang adil atau penilaian yang adilatas kesaksian seorang saksi, dengan
melihat Aturan mengenai Prosedur dan AlatBukti.
5. Mahkamah harus menghargai dan observe privilages atas kerahasiaanseperti yang diatur
dalam Aturan mengenai Prosedur dan Alat Bukti.
6. Mahkamah tidak harus membuktikan sesuatu yang telah dianggap umum akantetapi
dapat dicatat sebagai keterangan.
7. Alat bukti yang diperoleh dengan jalan melanggar aturan-aturan yang adadalam Statuta
ini atau hak asasi manusia yang telah diakui secara internasionaltidak dapat dipergunakan
jika:
a. Pelanggaran tersebut menimbulkan keraguan atas keabsahan dari alat
buktitersebut, atau
b. Kesaksian dari alat bukti tersebut dapat bertentangan dengan dan
merusakintegritas dari proses peradilan.
8. Pada saat memutus relevansi atau menerima suatu alat bukti yang diperoleholeh Negara,
Mahkamah dapat tidak melihat aturan-aturan dari hukum nasionalNegara tersebut.

Pasal70
Pelanggaranterhadap Administrasi Mahkamah

1. Mahkamah memiliki jurisdiksi atas pelanggaran-pelanggaran berikut initerhadap


Administrasi Mahkamah apabila dilakukan secara sengaja:
(a) Memberi kesaksian palsu ketika berada di bawah kewajiban sesuai denganpasal
69, ayat 1, untuk mengatakan yang sebenarnya;
(b) Mengajukan bukti yang diketahui oleh pihak tersebut sebagai palsu
ataudipalsukan;
(c) Secara merusak mempengaruhi seorang saksi, menghalangi atu
melakukancampur tangan terhadap hadirnya atau terhadap kesaksian seoarng
saksi,melakukan pembalasan kepada seorang saksi karena memberikan kesaksian
ataumenghancurkan, merusak atau melakukan campur tangan terhadap
pengumpulan bukti;
(d) Menghalangi, mengintimidasi atau secara merusak mempengaruhi
seorangpejabat Mahkamah dengan maksud memaksa atau membujuk pejabat
tersebut agartidak melaksanakan tugasnya, atau untuk melakukannya secara tidak
benar;
(e) Melakukan pembalasan terhadap seoarng pejabat Mahkamah berkenaan
dengantugas yang dilakukan oleh pejabat itu atau seoarng pejabat lain;
(f) Meminta atau menerima suap sebagai seoarng pejabt Mahkamah
dalamhubungannya dengan tugas resminya.
2. Prinsip dan prosedur yang mengatur pelaksanaan Jurisdiksi Mahkamah ataspelanggaran-
pelanggaran di bawah pasal ini haruslah merupakan prinsip danprosedur yang ditetapkan
dalam Hukum Acara dan Pembuktian. Kondisi untukmenetapkan kerjasama internasional
dengan Mahkamah berkenaan dengan prosespengadilan berdasarkan pasal ini diatur oleh
hukum domestik.
3. Dalam hal pemberian hukuman, maka Mahkamah memutuskan sanksi penjaramaksimal
lima tahun atau denda sesuai dengan Aturan mengenai Hukum acara danpembuktian, atau
keduanya.
4. (a) Setiap Negara Peserta harus memperluas hukum pidananya yang memberihukuman
kepada pelanggaran terhadap integritas proses penyelidikan atau prosesjudisialnya
sendiri pelanggaran atas administrasi pemerintah yang disebutkandalam pasal ini,
yang dilakukan di wilayahnya sendiri, atau oleh seorangwarganegaranya.
(b) AtasPermintaan Mahkamah, apabila dianggap tepat, Negara Peserta harus
mengajukankasus tersebut kepada pejabat yang berwenang untuk tujuan
dilakukannyapenuntutan. Pejabat tersebut harus memperlakukan kasus-kasus semacam
itu dengantekun dan memberikan sumber daya yang cukup untuk memungkinkan hal-hal
tersebutdilakukan secara efektif.

Pasal71
Sanksiatas perbuatan tercela sebelum persidangan

1. Mahkamah dapat memberikan sanksi kepada seseorang yang melakukanperbuatan


tercela yang dilakukan sebelum persidangan, termasukmengganggu proses pemeriksaan
atau bertujuan untuk menolak aturan-aturannya,dengan tindakan administratif bukan
pemenjaraan, sperti diusir secarasementara atau permanen dari ruang sidang, denda atau
tindakan lainnya yangsejenis yang terdapat dalam Aturan mengenai Hukum Acara dan
Pembuktian.
2. Prosedur pemberian sanksi yang dimaksud ayat 1 di atas diatur dalamAturan mengenai
Hukum Acara dan Pembuktian.

Pasal72
Perlindunganterhadap informasi keamanan nasional

1. Pasal ini berlaku bagi setiap kasus di mana pengungkapan atas suatuinformasi atau
dokumen dari suatu Negara dapat, menurut pendapat Negaratersebut, melanggar
kepentingan keamanan nasional Negara tersebut. Kasus-kasusyang dimaksud termasuk
dalam pasal 56, ayat 2, pasal 61 ayat 3, pasal 64 ayat3, pasal 67 ayat2, pasal 68 ayat 6,
pasal 87 ayat 6 dan pasal 93, sebagaimanakasus tersebut dapat muncul pada setiap
tahapan persidangan di manapengungkapan tersebut dapat merupakan isu utamanya.
2. pasal ini juga diberlakukan ketika seseorang yang telah diminta untukmemberikan
informasi atau alat bukti menulak untuk melakukan hal tersebut ataudengan
pertimbangan Negara dengan dasar bahwa pengungkapan tersebut dapatmengganggu
kepentingan keamanan nasional Negara tersebut dan Negara tersebutmenyatakan bahwa
pengungkapan tersebut dapat menggangu kepentingan kemanannasional Negaranya.
3. tidak ada aturan dalam pasal ini yang melanggar syarat-syaratkerahasiaan dalam pasal
54 ayat 3(e) dan (f) atau pasal 73.
4. jika suatu Negara sadar bahwa informasi atau data dari Negara tersebutsedang atau akan
diungkap pada tahap manapun dalam persidangan, dan menurutnyapengungkapan
tersebut melanggar kepentingan keamanan nasionalnya, Negaratersebut dapat
mengintervensi persidangan dengan tujuan untuk mendapatkanresolusi dari masalah
tersebut menurut pasal ini.
5. jika, menurut suatu Negara, pengungkapan atas suatu informasi dapatmelanggar
kepentingan keamanan nasionalnya, semua langkah yang rasioanal dapatdilakukan oleh
Negara tersebut, yang bertindak bersama-sama dengan JaksaPenuntut, Pembela atau
Kamar Pra-Peradilan, sesuai dengan kasusnya, untukmencari jalan keluar dengan
sekooperatif mungkin. Langkah-langkah tersebuttermasuk:
a. modifikasi atau klarifikasi dari permintaan;
b. Suatu ketetapan oleh Mahkamah mengenai relevansi informasi atau buktiyang
diupayakan, atau ketentuan mengenai apakah suatu bukti yang diupayakan,atau
ketentuan mengenai apakah suatu bukti, sekalipun relevan, dapat atau telahdiperoleh
dari suatu sumber selain Negara yang mengajukan permintaan;
c. Merubah informasi atau alat bukti dari sumber yang berbeda atau bentukyang
berbeda; atau
d. Kesepakatan untuk memberikan asistensi termasuk, diantara hal
lainnya,menyediakan ringkasan atau rekdaksi, pembatasan atas pengungkapan,
penggunaankamera atau ex parte persidangan, atau tindakan-tindakan protektif
lainnya yangdiizinkan oleh Statuta ini dan Aturan mengenai Prosedur dan Alat Bukti.
6. Apabila semua langkah yang rasional telah dilakukan untuk menyelesaikanmasalah
tersebut dengan cara kooperatif, dan jika Negara menimbang bahwapengungkapan atas
informasi atau dokumen tersebut tidak bisa tidak akanmengganggu kepentingan
keamanan nasionalnya, Negara tersebut harus memberikancatatan kepada penuntut
umum atau Mahkamah alasan-alasannya secara spesifikatas keputusannya tersebut,
kecuali deskripsi secara khusus tersebut atasalasan-alasannya itupun dapat menggangu
kepentingan keamanan nasionalnya juga.
7. Selanjutnya, jika Mahkamah melihat bahwa alat bukti tersebut relevan dansangat
penting untuk dapat memutuskan bersalah atau tidaknya terdaksa, Mahkamahdapat
mengambil langkah-langkah:
a. Dimana pengungkapan atas informasi atau dokumen yang diupayakan sesuai
denganpermintaan untuk bekerjasama berdasarkan Bagian 9 atau keadaan-keadaan
yangdigambarkan dalam ayat 2, dan Negara telah menggunakan alasan untuk
penolakanyang tercantum dalam pasal 93, ayat 4:
i) Mahkamah, sebelum membuat suatu keputusan yang disebutkan dalam sub-
ayat7 (a) (ii), dapat meminta konsultasi lebih lanjut dengan tujuan
untukmempertimbangkan perwakilan Negara, yang dapat mencakup, apabila
sesuai,pemeriksaan in camera dan ex parte;
ii) Kalau Mahkamah memutuskan bahwa, dengan menggunakan alasan
untukpenolakan berdasarkan pasal 93, ayat 4, dalam keadaan-keadaan kasus
tersebut,Negara yang mengajukan permintaan tidak bertindak sesuai dengan
kewajibannyaberdasarkan Statuta ini, Mahkamah dapat meneruskan masalahnya
sesuai denganpasal 87, ayat 7, yang merinci alasan untuk keputusannya; dan
iii) Mahkamah dapat melakukan campur tangan semacam itu dalam
persidanganterhadap tertuduh berkenaan dengan ada atau tidak adanya suatu fakta,
yangmungkin sesuai dalam keadaan itu; atau
b. Dalam semua keadaan lain:
i) Memerintahkan pengungkapan; atau
ii) Sejauh bahwa Mahkamah tidak memerintahkan pengungkapan, melakukan
campurtangan tersebut dalam persidangan tertuduh berkenaan dengan ada atau
tidaknyasuatu fakta, yang mungkin sesuai dalam keadaan-keadaan itu.

Pasal73
Informasiatau dokumen dari Pihak Ketiga

Jika suatu Negara Peserta telahdiminta oleh Mahkamah untuk menyediakan dokumen atau
informasi yang beradadalam penahanannya, kepemilikan atau pengendaliannya, yang mana
telahdiungkapkan kepadanya secara rahasia oleh suatu Negara, organisasi antarpemerintah atau
organisasi internasional, maka Negara tersebut harus berusahamendapat persetujuan dari pemilik
asal untuk mengungkap dokumen atau informasitersebut. Kalau pemilik asal itu adalah suatu
Negara Peserta, maka Negaratersebut harus menyetujui pengungkapan informasi atau dokumen
tersebut atauberusaha menyelesaikan masalah mengenai pengungkapan tersebut dengan
Mahkamah,tunduk pada ketentuan pasal 72. Kalau pemilik asal itu bukan suatu NegaraPeserta
dan menolak menyetujui untuk mengungkapkannya, maka Negara yang dimintaharus
memberitahu Mahkamah bahwa pihaknya tidak dapat memberikan dokumen atauinformasi
tersebut, yang disebabkan oleh adanya suatu kewajiban yang adasebelumnya mengenai
kerahasiaan terhadap pemilik asal.

Pasal74
Syarat-syaratPengambilan Keputusan

1. Semua hakim Kamar Pengadilan harus hadir pada setiap tahap pemeriksaandan pada
seluruh persidangannya. Kepresidenan, atas dasar kasus demi kasus,dapat menugaskan,
sesuai dengan keadaan, satu atau lebih hakim pengganti untukhadir pada setiap tahapan
persidangan dan menggantikan seorang anggota KamarPengadilan kalau anggota tersebut
tidak dapat terus hadir.
2. Keputusan Kamar Pengadilan harus didasarkan pada evaluasinya mengenaibukti dan
seluruh proses persidangan. Keputusan itu tidak boleh melebihi fakta-faktadan keadaan
yang digambarkan dalam tuduhan dan setiap amendemen terhadaptuduhan tersebut.
Mahkamah dapat mendasarkan keputusannya pda bukti yangdiajukan dan didiskusikan di
depan persidangan.
3. Para hakim harus berusaha untuk mencapai aklamasi dalam keputusannya,dan kalau
gagal mencapai aklamasi maka keputusan harus diambil oleh mayoritaspara hakim.
4. Persidangan Kamar Pengadilan harus tetap rahasia.
5. Keputusan harus dilakukan secara tertulis dan harus mengandung suatupernyataan yang
lengkap dan beralasan dari temuan-temuan Kamar Pengadilanmengenai bukti dan
kesimpulan. Kamar Pengadilan mengeluarkan satu keputusan.Apabila tidak tercapai
aklams, keputusan Kamar Pengadilan mengandung pandangandari mayoritas dan
minoritas. Keputusanatau ikhtisar dari padanya harusdisampaikan dalam sidng terbuka.

Pasal75
GantiRugi kepada Korban

1. Mahkamah harus menetapkan prinsip-prinsip yang berkenaan dengan gantirugi kepada,


atau berkenaan dengan, korban, termasuk restitusi, kompensasi danrehabilitasi. Atas
dasar ini, dalam keputusannya Mahkamah, atas permohonanataupun atas mosinya sendiri
dalam keadaan-keadaan luar biasa, dapat menentuanlingkup dan luasnya setiap
kerusakan, kerugian atau luka terhadap, atauberkenaan dengan, para korban akan
menyatakan prinsip-prinsip yang digunakanmahkamah untuk bertindak.
2. mahkamah dapat membuat perintah secara langsung kepada seorang yangdihukum
dengan memerinci ganti rugi yang layak terhadap kepada, atau berkenaandengan, para
korban, termasuk restitusi, kompensasi dan rehabilitasi. Apabilasesuai, Mahkamah dapat
memutuskan bahwa pemberian ganti rugi dilakukan lewat TrustFund yang ditetapkan
dalam pasal 79.
3. Sebelum mengambil keputusan berdasarkan pasal ini, Mahkamah dapatmengundang
dan harus mempertimbangkan perwakilan dari atau atas nama yangterhukum, korban,
orang-orang lain yang berminat atau Negara yang berminat.
4. Dalam melaksanakan kekuasaannya berdasarkan pasal ini Mahkamah, setelahseoarng
dihukum atas suatu kejahatan dalam Jurisdiksi Mahkamah, dapatmemutuskan apakah,
untuk memberi pengaruh kepada suatu keputusan yang mungkindiambilnya berdasarkan
pasal ini, Mahkamah perlu mengupayakn tindakanberdasarkan pasl 93, ayat 1.
5. Suatu Negara Peserta harus memberlakukan suatu keputusan berdasarkanpasal ini
seolah-olah ketentuan-ketentuan pasal 109 bias diterapkan kepadapasal ini.
6. Tiadak ada dalam pasal ini yang harus ditafsirkan sebagai merugikanhak-hak para
korban berdasarkan hukum nasional atau internasional.

Pasal76
Penjatuhanhukuman

1. Jika terbukti bersalah, majelis hakim menetapkan hukuman yang sesuaiuntuk dikenakan
dengan mempertimbangkan segala alat bukti yang telah dihadirkanselama persidangan.
2. Kecuali pada penerapan pasal 65 dan sebelum keputusan dari sidang,majelis hakim
dapat menurut kehendaknya sendiri dan harus, atas permintaanpenuntut umum atau
terdakwa, menunda kesaksian yang akan datang untuk melihatalat bukti tambahan yang
relevan dengan penghukuman, sesuai dengan Aturanmengenai Prosedur dan Alat bukti.
3. Apabila ayat 2 dilakukan, semua representation dalam pasal 75 harus didengar selama
kesaksian yang akan datang seperti yang dikatakan dalam pasal 2dan, jika perlu selama
kesaksian tambahan.
4. Hukuman harus diumumkan kepada publik dan, jika mungkin, dengan dihadirioleh
terdakwa.

BAGIAN7
HUKUMAN
Pasal77
JenisHukuman

1. Tunduk pada pasal 110, Mahkamah menjatuhkan salah satu darihukuman-hukuman di


bawah ini kepada terpidana dengan merujuk pada pasal 5Statuta ini:
a. Pidana penjara paling lama 30 tahun, atau
b. Penjara seumur hidup dengan melihat beratnya kejahatan sertakondisi-kondisi
personal dari terpidana,
2. Sebagai tambahan untuk pidana penjara, Mahkamah dapat memerintahkan :
a. Denda sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Aturan
mengenaiHukum Acara dan Pembuktian;
b. Penebusan hasil, kekayaan dan aset yang diperoleh secara langsung atautidak
langsung dari kejahatan yang dilakukannya, dengan tidak melanggar hak-
hakkhusus pihak ketiga.

Pasal78
Penentuanhukuman

1. Dalam menentukan hukuman, Mahkamah harus, merujuk pada Aturan


mengenaiProsedur dan Alat Bukti, mempertimbangkan faktor-faktor beratnya kejahatan
yangdilakukan serta kondisi terpidana.
2. Dalam menjatuhkan pidana penjara, Mahkamah harus mengurangi, jika ada,masa
hukuman dengan masa tahanan yang diperintahkan oleh Mahkamah. Mahkamah
dapatmengurangi waktu yang sebaiknya dilewatkan dalam penahanan dalam
hubungannyadengan perbuatan yang mendasari kejahatan itu
3. Ketika seseorang telah dinyatakan bersalah lebih dari satu kejahatan,Mahkamah harus
menyebutkan hukuman untuk masing-masing kejahatannya dan jumlahhukuman penjara
yang diterimanya. Masa total hukuman ini tidak boleh kurangdari ancaman hukuman
yang tertinggi dan tidak boleh melebihi 30 tahun atauhukuman penjara seumur hidup
sesuai pasal 77 ayat 2 (b).

Pasal79
BadanPenjamin

1. Uang jaminan dapat ditetapkan dengan keputusan Majelis Negara Pesertademi


kepentingan korban kejahatan dalam yurisdiksi Mahkamah, dankeluarga-keluarga korban
dari kejahatan yang sama.
2. Mahkamah dapat memerintahkan agar uang dan barang-barang lainnya
yangdikumpulkan dari denda atau penebusan untuk dikirimkan, berdasarkan
perintahMahkamah, ke Badan Penjamin.
3. Badan penjamin harus diatur berdasarkan kritera yang ditetapkan olehMajelis Negara
Peserta.
Pasal 80
Tidak Ada Prasangka Bagi Penerapan Domestik
dari hukuman dan hukum nasional

Tidak ada dalam Bagian Statutaini mempengaruhi penerapan oleh Negara terhadap hukuman
yang diterapkan olehhukum nasional mereka, maupun hukum Negara yang tidak memberikan
hukuman yangditetapkan dalam Bagian ini.

BAGIAN 8
PERMOHONAN BANDING
DAN PENINJAUAN KEMBALI

Pasal 81
Banding terhadap keputusan danpembebasan atau hukuman

1. Suatu keputusan berdasarkan pasal 74 dapat dimintakan banding sesuai dengan Hukum
Acara dan Pembuktian sebagai berikut:
(a)Jaksa Penuntut dapat memohon bandingatas dasar suatu alasan berikut:
i)KesalahanProsedur;
ii)Kesalahan fakta;atau
iii)Kesalahan hukum.
(b)Seseorang yang dihukum atau JaksaPenuntut atas nama orang tersebut dapat
mengajukan banding atas suatu dasarberikut ini:
i)Kesalahanprosedur;
ii)Kesalahan fakta;
iii)Kesalahan hukum;atau
iv)Setiap alasanlain yang mempengaruhi keadilan atau keterpercayaan proses
Mahkamah ataukeputusan ini.
2.(a) Suatu hukuman dapat dimintakanbanding, sesuai dengan Hukum Acara dan
Pembuktian, oleh Jaksa Penuntut atauorang yang dihukum atas dasar yag tidak
proporsional antara kejahatan danhukuman;
(b) Kalau atas permohonan banding terhadap hukuman Mahkamahberpendapat bahwa
alasan dimana itu mungkin dapat dikesampingkan, seluruhnyaatau untuk sebagian,
Mahkamah dapat mengundang Jaksa Penuntut dan orang yangdihukum untuk
mengajukan alasan berdasarkan pasal 81, ayat 1 (a) atau (b), dandapat mengubah
suatu keputusan mengenai hukuman sesuai dengan pasal 83;
(c) Prosedur yang berlaku apabila Mahkamah, berdasarkan suatupermohonan banding
terhadap hukuman saja, menganggap bahwa ada yang untukmengurangi hukuman
berdasarkan ayat 2 (a).
3.(a) Kecuali kalau Kamar Mahkamah memutuskan lain, seseorang yang dihukum harus
tetap ditahan sambil menunggusuatu putusan banding;
(b)Apabila masa penahanan seorang terhukum melebihi hukuman penjara yang
dijatuhkan, orang tersebut harusdilepaskan, kecuali kalau Jaksa Penuntut juga
mengajukan banding, pelepasan itudapat tunduk pada kondisi berdasarkan sub-ayat
(c) di bawah ini.
(c)Dalam halpembebasan, orang yang terhukum harus dibebaskan dengan segera, tunduk
pada halberikut ini:
i)Berdasarkan keadaan luar biasa, dandengan mengingat, antara lain, resiko kongkrit
bahwa orang itu melarikan diri,kegawatan pelanggaran yang dituduhkan dan
kemungkinan berhasil permohonanbanding, Kamar Mahkamah, atas permohonan
Jaksa Penuntut, dapat mempertahankanpenahanan orang tersebut sambil
menunggu keptusan banding;
ii)Suatu keputusan oleh Kamar Mahkamahberdasarkan sub-ayat [c] (i) dapat
dimintakan banding sesuai dengan Hukum Acaradan Pembuktian.
4. Tunduk pada ketentuan ayat 3 (a) dan (b), pelaksanaan keputusan atauhukuman harus
ditunda selama jangka waktu yang diperbolehkan untuk pengajuanbanding dan untuk
jangka waktu proses Mahkamah banding.
Pasal 82
PermohonanBanding Terhadap Keputusan Lain

1.Masing-masing pihak dapat mengajukanbanding terhadap setiap keputusan berikut ini


sesuai dengan Hukum Acara danPembuktian:
(a)Suatu keputusan berkenaan denganJurisdiksi atau dapat diterimanya suatu kasus;
(b)Suatu keputusan yang memberi ataumenolak pembebasan seseorang yang sedang
diselidiki atau dituntut;
(c)Suatu keputusan Kamar Pra-Peradilanuntuk bertindak atas prakarsanya sendiri
berdasarkan pasal 56, ayat 3;
(d)Suatu Keputusan yang mencakup suatumasalah yang kiranya sangat mempengaruhi
jalannya persidangan secara adil dancepat atau hasil dari persidangan, dan untuk itu,
dalam pandangan KamarPra-Peradilan atau Kamar Mahkamah, suatu keputusan
mendesak oleh kamar Bandingdapat mempercepat proses persidangan secara
materiil.
2.Suatu keputusan dari kamarPra-Peradilan berdasarkan pasal 57, ayat 3 (d), dapat
dimintakan banding olehNegara yang bersangkutan atau oleh Jaksa Penuntut, dengan ijin
KamarPra-Peradilan. Permohonan Banding harus diperiksa dengan segera.
3.Suatu permohonan banding dengansendirinya tidak mempunyai pengaruh menunda kecuali
kalau Kamar Bandingmemerintahkan demikian, atas permohonan, sesuai dengan Hukum
Acara danPembuktian.
4.Perwakilan hukum para korban, orangyang terhukum atau seorang pemilik bonafide dari
kekayaan yang salahterkena oleh suatu keputusan berdasarkan pasal 73 dapat memohon
bandingterhadap keputusan mengenai ganti rugi, sebagaimana ditetapkan dalam
HukumAcara dan Pembuktian.

Pasal 83
Acara Permohonan Banding

1. Untuk keperluan persidangan berdasarkan pasal 81 dan pasal ini, Kamar banding
mempunyai semua kekuasaan dari Kamar Mahkamah.
2. Kalau Kamar Banding berpendapat bahwa persidangan yang dimintakan banding itu
tidak adil dengan cara yang mempengaruhi keterpercayaan dari keputusan atau hukuman,
atau bahwa keputusan atu hukuman yang dimintakan itu secara materiil terpengaruh oleh
kesalahan fakta atau hukum atau kesalahan prosedural, maka Kamar banding dapat :
(a)Membalikkan atau merubah keputusanatau hukuman itu; atau
(b)Memerintahkan persidangan baru didepan suatu Kamar Mahkamah yang lain.
Untuk keperluan ini, Bamar Bandingdapat mengirim kembali masalah faktul kepada
Kamar Mahkamah semula untukmenetapkan masalah dan melaporkan kembali dengan
semestinya, atau dapatmendatangkan bukti sendiri untuk menentukan masalah itu.
Apabila keputusan atauhukuman telah dimintakan banding hanya oleh orang yang
terhukum, atau JaksaPenuntut atas nama orang tersebut, maka keputusan atau hukuamn
itu tidak dapatdiamendir atas kerugian orang tersebut.
3. Kalau dalam suatu permohonan banding terhadap hukuman Kamar Banding berpendapat
bahwa hukuman itu tidak proporsional dengan kejahatan yang dilakukan, Kamar Banding
dapat merubah hukuman itu sesuai dengan bagian 7.
4. Keptusan Kamar Banding diambil dengan mayoritas para hakim dan harus disampaikan
dalam sidang Mahkamah terbuka. Keputusan itu harus menyatakan alasan-alasan yang
digunakan sebagai dasar. Apabila tidak ada keputusan aklamasi, keputusan Kamar
banding berisi pandangan dari mayoritas dan minoritas, tetapi seorang hakim dapat
menyampaikan suatu pandangan tersendiri atau yang berbeda mengenai suatu persoalan
hukum.
5. Kamar Banding dapat menyampaikan keputusannya tanpa kehadiran orang yang
dibebaskan atau dihukum.
Pasal 84
Peninjauan Kembali mengenaipenghukuman atau hukuman

1. Orang yang terhukum atau, setelah kematiannya, pasangan, anak-anak, orang tua atau
seseorang yang hidup pada saat kematian tertuduh yang telah diberi instruksi tertulis yang
mendesak dari tertuduh untuk mengajukan klaim semacam itu, atau Jaksa Penuntut atas
nama orang tersebut, dapat mengajukan permohonan kepada Kamar Banding untuk
meninjau kembali putusan akhir dari penghukuman atau hukuman atas dasar bahwa:
(a)Bukti baru telah ditemukan yang:
i)Tidak tersedia pada saat sidangMahkamah, dan tidak tersedianya bukti tersebut
seluruhnya atau untuk sebagiantidak dapat dipersalahkan kepada pihak yang
mengajukan permohonan; dan
ii)Cukup penting bahwa kalau halitudibuktikan pada sidang Mahkamah mungkin
sekali menghasilkan suatau keputusanyang berbeda.
(b)Baru saja ditemukan bahwa yangmenentukan yang dipertimbangkan pada sidang
Mahkamah dan dimana hukuman itutergantung padanya, adalah palsu atau
dipalsukan.
(c)Satu atau lebih dari para hakim yangikut serta dalam penghukuman atau penegasan
dari tuduhan-tuduhan itu telahmelakukan, dalam kasus itu, suatu perbutan yang
sangat tidak senonoh ataupengingkaran serius terhadap tugas yang berat sehingga
membenarkandiberhentikannya hakim atau para hakim tersebut dari jabatan
berdasarkan pasal46.
2. Kamar banding harus menolak permohonan kalau berpendapat bahwapermohonan itu
tidak berdasar. Kalau Kamar Banding menentukan bahwa permohonanitu bermanfaat,
Kamar banding dapat, kalau sesuai:
(a)Menyelenggarakan kembali sidang KamarMahkamah semula;
(b)Membentuk Kamar Mahkamah baru; atau
(c)Mempertahankan Jurisdiksi atasmasalah itu,
dengan tujuan, setelah memeriksa parapihak dengan cara yang ditetapkan dalam Hukum
Acara dan Pembuktian, untuksampai kepada suatu ketentuan tentang apakah keputusan
itu harus ditinjaukembali.

Pasal 85
Kompensasi Terhadap Seseorang YangDitahan atau Dihukum

1. Seseorang yang telah menjadi korban dari penangkapan atau penahanan yang melawan
hukum mempunyai hak atas kompensasi yang bisa diberlakukan.
2. Apabila seseorang dengan suatu keputusan akhir telah dihukum atas suatu pelanggaran
pidana, dan apabila kemudian hukuman dibalikkan atas dasar bahwa suatu fakta baru atau
yang baru diketemukan menunjukkan secara meyakinkan bahwa telah terjadi salah
hukuman sebagai akibat penghukuman semacam itu harus diberi kompensasi menurut
hukum kecuali, kalau terbukti bahwa tidak diungkapkannya fakta yang tidak diketahui
pada waktu itu seluruhnya atau sebagian disebabkan olehnya.
3. Dalam keadaan luar biasa, dimana Mahkamah menemukan fakta menentukan yang
memperlihatkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam menerapkan keadilan yang berat
dan mencolok, Mahkamah dengan kebijaksanaannya dapat memberikan kompensasi,
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian, kepada
seseorang yang telah dibebaskan dari penahanan mengikuti suatu keputusan akhir
mengenai pembebasan atau dihentikannya proses Mahkamah karena alasan itu.

BAGIAN 9
KERJASAMA INTERNASIONAL DAN BANTUAN HUKUM
Pasal 86
Kewajibanumum untuk kerjasama
Negara Peserta, sesuai denganketentuan Statuta ini, bekerjasama sepenuhnya dengan Mahkamah
dalam melakukanpenyidikan dan penuntutan kejahatan yang termasuk dalam Jurisdiksi
Mahkamah.

Pasal 87
Permintaanunntuk bekerjasama: ketentuan umum

1.(a) Mahkamah mempunyai wewenang untukmengajukan permintaan kepada Negara


Peserta untuk bekerjasama. Permintaan itudisampaikan lewat saluran diplomatik atu
setiap saluran lain yang sesuai dengansebagaimana ditetapkan oleh setiap Negara
Peserta pada saat ratifikasi,penerimaan, pengesahan atau penambahan.
Perubahanyang kemudian diadakan padapenunjukan dilakukan oleh setiap Negara
Peserta sesuai dengan Hukum Acara danPembuktian.
(b)Apabila perlu, tanpa merugikanketentuan-ketentuan sub-ayat (a), permintaan dapat
juga disampaikan lewatOrganisasi Kepolisian Pidana Internasional atau suatu
organisasi regional yangsesuai.
2.Permintaan untuk bekerjasama dansetiap dokumen yang mendukung permintaan itu
haruslah dalam atau disertai olehterjemahan dalam suatu bahsa remi Negara yang
dimintai kerjasama atau dalamsalah satu bahasa kerja Mahkamah, sesuai dengan pilihan
yangdilakukan olehNegara tersebut pada saat ratifikasi, penerimaan, pengesahan, atau
penambahan.Perubahnyang kemudian diadakan pada pilihan ini dilaksanakan sesuai
denganHukum Acara dan Pembuktian.
3.Negara yang diminta kerjasamanyaharus merahasiakan permintaan kerjasama dan setiap
dokumen yang mendukungpermintaan tersebut, kecuali sejauh bahwa pengungkapan itu
perlu untukpelaksanaan permintaan tersebut.
4.Dalam hubungan dengan setiappermintaan untuk bantuan yang disampaikan berdasarkan
Bab 9, Mahkamah dapatmengambil tindakan semacam itu, termasuk tindakan yang
berkaitan denganperlindungan terhadap informasi, yang mungkin perlu untuk menjamin
keamananatau kesejahteraan fisik atau psikologis dari setiap korban, para saksi
potensialdan keluarga mereka. Mahkamah dapat mengajukan permintaan bahwa
setiapinformasi yang dibuat tersedia berdasarkan Bagaian 9 harus dibuat danditandatangi
dengan cara yang melindungi keamanan dan kesejahteraan fisik ataupsikologis dari setiap
korban, para saksi potensial dan keluarga mereka.
5.Mahkamah dapat mengundang setiapNegar yang bukan Peserta untuk memberi bantuan di
bawah Bagian ini atas dasarpengaturan ad hoc, suatu perjanjian dengan Negara semacam
itu atau atas suatudasar lain yang sesuai
Apabila suatu Negara yang bukanPeserta, yang telah mengadakan suatu pengaturan ad
hoc atu suatu perjanjiandengan Mahkamah, gagal untuk bekerjasama atas permintaan
sesuai denganpengaturan atau perjanjian tersebut, mahkamah dapat memberi informasi
mengenaihal tersebut kepada Majelis Negara Peserta atau Dewaen Keamanan, apabila
DewanKeamanan meneruskan masalah tersebut ke Mahkamah.
6.Mahkamah dapat meminta kepada suatuorganisasi antar pemerintah untuk memberi
informsi atau dokumen. Mahkamah jugadapat minta bentuk-bentuk kerjasama dan
bantuan lain yang mungkin disepakatidengan organisasi semacam itu dan yang sesuai
dengan kompetensi atau mandatnya.
7.Apabila suatu Negara Peserta gagalmematuhi suatu permintaan untuk bekerjasama oleh
Mahkamah yang berlawanandengan ketentuan Statuta ini, dan dengan demikian
mencegah Mahkamah untukmelaksanakan fungsi dan kekuasaannya berdasarkan Statuta
ini, Mahkamah dapatmelakukan suatu temuan mengenai hal itu dan mengajukan masalah
tersebut kepadaMajelis Negara. Peserta atau, apabila Dewan Keamanan meneruskan
masalahnyakepada Mahkamah, kepada Dewan keamanan.

Pasal 88
Tersedianya prosedur di bawah hukumnasional

Negara-Negara Peserta harusmemastikan bahwa ada prosedur yang tersedia dalam hukum
nasional bagi merekabagi semua bentuk kerjasama yang ditetapkan di bawah Bagian ini.
Pasal 89
Penyerahan orang kepada Mahkamah

1. Mahkamah dapat mengirimkan suatu permintaan untuk penangkapan dan penyerahan


seseorang, bersama-sama dengan bahan yang mendukung permintaan tersebut yang
diuraikan secara garis besar dalam pasal 91, kepada setiap Negara di wilayah orang
tersebut mungkin ditemukan dan minta kerjasama dari Negara tersebut untuk
penangkapan dan penyerahan orang tersebut. Negara Peserta, sesuai dengan ketentuan
Bagian ini dan prosedur di bawah hukum nasional mereka, harus mematuhi permintaan
untuk penagkapan dan penyerahan tersebut.
2. Apabila orang yang dicari untuk diserahkan itu membawa suatu tantangan di depan
Mahkamah nasional tentang dasar dari prinsip ne bis in idem sebagaimana ditetapkan
dalam pasal 20, Negara yang dimintai kerjasama harus menentukan apakah ada suatuu
keputusan yang relevan tentang biasa diterimanya kasus. Kalau kasus itu bisa
diterima,Negara yang dimintai kerjasama harus mengambil langkah lanjutan dengan
melaksanakan permintaan itu. Kalau keputusan tentang bisa diterimanya kasus tertunda,
Negara yang dimintai kerja sama dapat menunda pelasanaan permintaan untuk
menyerahkan orang tersebut sampai Mahkamah membuat suatu ketetapan mengenai bisa
diterimanya kasus.
3.(a) Suatu NegaraPeserta memberiwewenag, sesuai dengan hukumprosedur nasionalnya,
kepada pengangkutan lewatwilayahnya seseorang yng diserahkan kepada Mahkamah
oleh suatu Negara lain,kecuali apabila pengangkutan lewat Negara tersebut akan
menghalangi ataumenunda penyerahan tersebut.
(b) Suatu permintaan oleh Mahkamah untuk pengangkutanmelewati suatu Negara harus
disampaikan sesuai dengan pasal 87. Permintaanuntuk transik berisi:
i)gambaran mengenaiorang yang diangkut;
ii)Pernyataansingkat mengenai kenyataan dari kasus itu dan karasteristik hukumnya;
dan
iii)Surat perintah untuk penagkapan danpenyerahan.
(c) Seorang yang sedangdiangkut harus ditahan di bawah penjagaan selama transit;
(d)Tidak ada otorisasi yang diperlukankalau orang tersebut diangkut dengan pesawat dan
tidak ada pendaratan yangdijadwalkan dalamwilayah Negara yang dilalui;
(e)Kalau suatu pendaratan di luar jadwalterjadi dalam wilayah Negara yang dilalui,
Negara dapat mensyaratkan suatupermintaan untuk transit dari Mahkamah
sebagaimana ditetapkan dalam sub-ayat(b). Negara yang dilewati harus menahan
orang yang sedang diangkut itu sampaipermintaan untuk transit diterima dan transit
diberlakukan; dengan syarat bahwapenahanan untuk keperluan sub-ayat ini tidak
diperpanjang melampaui 96 jam daripendaratan yag tidak dijadwalkankecuali kalau
permintaan itu diterima dalamwaktu tersebut.
4. Kalau orang yang dicari itu sedang diajukan ke depan Mahkamah atau sedang menjalani
hukuman di Negara yang dimintai kerjasama untuk suatu kejahatanyang berbeda dari apa
yang diupayakan oleh penyerahan kepada Mahkamah, Negarayang dimintai kerjasama
setelah membuat keputusan untuk mengabulkan permintaantersebut, harus berkonsultasi
dengan Mahkamah.

Pasal 90
Permintaanyang bersaman *)

1. Suatu Negara Peserta yang menerima permintaan dari Mahkamah untuk menyerahkan
seseorang berdasarkan pasal 89, juga menerima permintan dari suatu Negara lain untuk
mengektradisi orang yang sama untuk perbuatn yang sama yang merupakan dasar dari
kejahatan diman Mahkamah berupaya agar orang tersebut diserahkan, harus memberi
tahu Mahkamah dan Negara yang mengajukan permintaan mengenai kenyataan itu.
2. Apabila Negara yag mengajukan permintaan itu suatu Negara Peserta, maka Negara yang
mendapat permintaan harus memberi prioritas kepada permintaan Mahkamah, kalau:
(a)Mahkamah sesuai dengan pasal 18 dan19, telah membuat ketetapan bahwa kasus
penyerahan itu diupayakan adalah bisaditerima dan bahwa ketentuan itu
memperhitungkan penyelidikan atau penuntutanyang dilakukan oleh Negara yang
mengajukan permintaan berkenaan denganpermintaannya untuk ekstradisi; atau
(b)Mahkamah membuat ketentuan yangdigambarkan dalam sub-ayat (a) sesuai
dengan pemberitahuan Negara yag mendapatpermintaan berdasarkan ayat 1.
3. Apabila suatu ketentuan berdasarkan ayat 2 (a) belum diambil, Negarayang meneriam
permintaan, atas kebijaksanaannya, sambil menunggu ketentuan dariMahkamah
berdasarkan ayat 2 (b), meneruskan untuk menangani permintaan itutetapi tidak akan
mengektradisi orang tersebut sampai Mahkamah menentukan bahwakasusnya tidak dapat
diterima. Keputusan Mahkamah diambil secara cepat.
4. Kalau Negara yang mengajukanpermintaan adalah suatu Negara yang bukan Peserta
kepada Statuta ini maka Negara yang mendapat permintaan, kalau tidak berada di bawah
kewajiban internasional untuk mengektradisi orang tersebut ke Negra yang mengajukan
permintaan, harus memberi prioritas kepada permintaan penyerahan dari Mahkamah,
kalau mahkamah telah menentukan bahwa kasus itu bisa diterima.
5. Apabila suatu kasus di bawajh ayat 4 belum ditetapkan untuk bisa diterima oleh
Mahkamah, Negara yang meneriam permintaan, atas kebijaksanaannya, melanjutkan
untuk menangani permintaan untuk ekstradisi dari Negara yang mengajukan permintaan.
6. Dalam kasus-kasus di mana ayat 4 berlaku, kecuali kalau Negara yang meneriam
permintaan berada dibawah kewajiban internasional yang ada untuk mengektradisi orang
tersebut ke suatu Negara yang mengajukan permintaan yang bukan Peserta kepada
Statuta ini, maka Negara yang mendapat permintaan harus menentukan apakah
menyerahkan orang tersebut kepada Mahkamah atau mengektradisi orang tersebut ke
Negara yang mengajukan permintaan. Dalam membuat keputusan itu, Negara yang
mendapat permintaan itu mempertimbangkan semua faktor terkait, termasuk tetapi tidak
terbatas pada:
(a)Tanggal masing-masing permintaantersebut;
(b)Kepentingan dari Negara yangmengajukan permintaan termasuk, apabila relevan,
apakah kejahatan itu dilakukandalam wilayahnya dan kebangsaan dari para
korban dan orang yang dicari; dan
(c)Kemungkinan mengenai penyerahan yangkemudian dilakukan antara Mahkamah
dan Negara yang mengajukan permintaan.
7. Apabila suatu Negara Peserta yang menerima permintaan dari Mahkamah untuk
menyerahkan seseorang juga menerima permintaan dari suatu Negara untuk
mengektradisi orang yang sama untuk perbuatan lain yang merupakan kejahatan di mana
Mahkamah mengupayakan penyerahan orang tersebut:
(a)Negara yang mendapat permintaan,kalau tidak berada di bawah kewajiban
internasional yang ada untukmengektradisi orang tersebut kepada Negara yang
mengajukan permintaan, harusmembereikan prioroitas kepada permintaan
Mahkamah;
(b)Negara yang menerima permintaan,kalau tidak berada di bawah kewajiban
internasional yang ada untukmengektradisi orang tersebut ke Negara yang
mengajukan permintaan, harusmenentukan apakah menyerahkan orang tersebut
ke Mahkamah atau mengektradisiorang tersebut ke Negara yang mengajukan
permintaan. Dalam membuatkeputusannya, Negara yang menerima permintaan
harus mempertimbangkan semuafaktor terkait, termasuk tetapi tidak terbatas pada
faktor-faktor yangditetapkan dalam ayat 6, tetapi memberi pertimbangan khusus
kepada sifatrelatif dan beratnya perbuatan yang dipersoalkan.
8. Apabila sesuai dengan pemberitahuan berdasarkan pasal ini, Mahkamah telah
menentukan suatu kasus sebagai dapat diterima, dan kemudian diektradisi ke Negara
yang mengajukan permintaan ditolak, Negara yang menerima permintaan harus
memberitahu Mahkamah mengenai keputusan ini.

Pasal 91
Isi dari permintaan untuk penahanandan penyerahan

1. Suatu permintaan untuk penahanan dan penyerahan harus dilakukan secara tertulis.
Dalam kasus-kasus mendesak, suatu permintaan dapat dilakukan lewat suatu medium
yang mampu menyampaikan catatan tertulis, dengan syarat bahwa permintaan itu harsu
ditegaskan lewat saluran yang ditetapkan dalam pasal 87, ayat 1 (a).
2. Dalam hal suatu permintaan untuk penahanan dan penyerahan seseorang untuk siapa
suatu suarat perintah penahanan telah dikeluarkan oleh Kamar Pra-Peradilan berdasarkan
pasar 58, permintaan itu berisi atau didukung oleh:
(a)Informasi yang menggambarkan orangyang dicari, yang cukup untuk
mengidentifikasikan orang tersebut, dan informasimengenai kemungkinan
keberadaan orang tersebut;
(b)Suatu salinan mengenai surat perintah penahanan; dan
(c)Dokumen, pernyataan atau informasiyang mungkin perlu untuk memenuhi
persyaratan untuk proses penyerahan di Negarayang meneima permintaan,
kecuali bahwa syarat-syarat tersebut haruslah tidaklebih memberatkn ketimbang
syarat-syarat yang bisa diterapkan pada permintaanuntuk ekstradisi sesuai dengan
perjanjian atau pengaturan antara Negara yangmendapat permintaan dan Negara-
Negara lain dan, kalau mungkin, seharusnyakurang memberatkan, dengan
mengingat sifat Mahkamah yang berbeda.
3. Dalam hal permintaan untuk penahanan dan penyerahan seseorang yang sudah dihukum,
maka permintaan itu harus mengandung atau didukung oleh:
(a)Satu salinan dari suatu surat perintah penagkapan untuk orang tersebut;
(b)Satu salinan dari keputusan mengenaipenghukuman;
(c)Informasi untuk memperlihatkan bahwaorang yang dicari itu adalah oarang
disebutkan dalamkeputusan mengenaipenghukuman; dan
(d)Kalau orang yang dicari itu sudahdihukum, asatu salinan dari hukuman yang
dijatuhkan dan, dalam hal satu hukumanpenjara, sutu pernyataan mengenai waktu
yang sudah dijalani dan waktu yangtersisa masih harus dijalani.
4. Atas permintaan Mahkamah, suatu Negara Peserta berkonsultasi dengan Mahkamah, baik
secara umum atau berkenaan dengan suatu hal khusus, mengenai setiap persyaratan
berdasarkan hukum nasionalnya yang mungkin berlaku berdasarkan ayat 2 [c]. Selama
konsultasi itu, Negara Peserta itu harus memberitahu mahkamah memgenai persyaratan-
persyaratan khusus dari hukum nasionalnya.

Pasal 92
Penahanan sementara

1. Dalam kasus-kasus mendesak, Mahkamah dapat minta dilakukan penahanan sementara


dari orang yang dicari, sambil menunggu disampaikannya permintaan untuk penyerahan
dan dokumen-dokumen yang mendukung permintaan itu seagaimana ditentukan dalam
pasal 91.
2. Permintaan untu penahanan sementara harus diajukan lewat suatu medium yang mampu
menyampaikan catatan tertulis dan mengandung:
(a)Cukup informasi yang mengambarkanorang yang dicari, yang cukup
mengidentifikasikan orang itu, dan informasitentang kemungkinan keberadaan
orang tersebut;
(b)Pernyataan ringkas mengenai kejahatanuntuk itu penahanan orang tersebut
diupayakan dan mengenai fakta yangdilaporkan mengenai kejahatan tersebut
termasuk, apabila mungkin, tanggal danlokasi kejahatan;
(c)Pernyataan mengenai adanya surat perintah penangkapan atau suatu keputusan
penghukumanterhadap orang yng dicari; dan
(d)Pernyataan suatu permintaan untukmenyerahkan orang yang dicari akan menyusul.
3. Seorang yang ditahan untuk sementara dapt dibebaskan dari penahanan kalau Negara
yang menerima permintaan belum menerima permintaan untuk penyerahan dan
dokumen-dokumen yag mendukung permintaan itu sebagaimana ditentukan dalam pasal
91 dalam batas waktu yang ditetapan dalam Aturan mengenai Prosedur dan Pembuktian.
Tetapi orang tersebut mungkin setuju untuk menyerahkan diri sebelum habisnya batas
waktu ini kalau diperbolehkanoleh hukum dari Negarayang menerima permintaan. Dalam
hal seperti itu, Negara yang mendapat permintaan harus melanjutkan menyerahkan orang
tersebut kepada Mahkamah secepat mungkin.
4. Kenyataan bahwa orang yang dicari telah dibebaskan dari penahanan sesuai dengan ayat
3 tidak boleh merugikan penahanan dan penyerahan berikutnya dari orang tersebut kalau
permintaan untuk penyerahan dan dokumen yang mendukung penyerahan itu
disampaikan pada suatu tanggal kemudian.

Pasal 93
Bentuk-bentuk kerjasama lainnya

1. Negara-Negara Peserta sesuai dengan ketentuan bagian ini dan berdasarkan prosedur
hukum nasional, harus mematuhi permintaan oleh Mahkamah untuk memberikan bantuan
berikut ini dalam kaitan dengan investasi atau penuntutan:
(a)Identifikasi dan keberadaanorang-orang atau lokasi hal-hal;
(b)Pengambilan bukti, termasuk kesaksiandi bawah sumpah, dan pengadaan bukti
termasuk pandangan ahli dan laporan yangperlu kepada Mahkamah;
(c)Menanyai setiap orang yang dalampenyelidikan atau dituntut;
(d)Penyerahan dokumen, termasuk dokumenjudisial;
(e)Memfasilitasi kemunculan sukareladari orang-orang sebagai saksi atau ahli di
depan Mahkamah;
(f)Pemindahan sementara orang-orangsebagaimana ditetapkan dalam ayat 7;
(g)Pemeriksaan tempat atau situs,termasuk penggalian dan pemeriksaan situs
kuburan;
(h)Pelaksanaan penggeledahan danpenyitaan;
(i)Penyediaan catatan dan dokumen,termasuk catatan dan dokumen resmi;
(j)Perlindungan para korban dan saksidan pemeliharan bukti;
(k)Identifikasi, penelusuran danpembekuan atau penyitaan hasil, kekayaan dan aset
serta alat-alat kejahatanuntuk keperluan penebusan akhir, tanpa merugikan hak-
hak dari pihakketiga yang bonafide;dan
(l)Setiap bentuk bantuan lain yang tidakdilarang oleh hukum dari Negara yang
mendapat permintaan, dengan tujuan untukmemfasilitasi investigasi dan
penuntutan kejahatan dalam Jurisdiksi Mahkamah.
2. Mahkamah mempunyai kewenangan untuk memberi jaminan kepada seorang saksi atau
seorang ahli yang menghadap di depan Mahkamah bahwa ia tidak akan dituntut, ditahan
atau dikenai suatu pembatasan atas kebebasan pribadinya oleh Mahkamah berkenaan
dengan setiap perbuatan atau penghapusan yang mendahului keberangkatan orang
tersebut dari Negara yang menerima permintaan.
3. Apabila pelaksanaan dari suatu tindakan bantuan tertentu yang dirinci dalam sutu
permintaan yang disampaikan berdasarkan ayat 1, dilarang di Negara yang mendapat
permintaan tas dasar suatu prinsip hukum mendasar dri penerapan umum, Negara yang
mendapat permintaan harus dengan segera berkonsultasi dengan Mahkamah untuk
mencoba menyelesaikan masalah itu. Dalam konsultasi-konsultasi itu, perimbangan
seharusnya diberikan kepada apakah bantuan itu dapat diberikan dalam suatu cara lain
atau tunduk pada kondisi. Kalau setelah konsultasi masalahnya tidak dapat diselesaikan,
Mahkamah harus memodifikasi permintaan itu seperlunya.
4. Sesuai dengan pasal 72, suatu Negara Peserta dapat menolak suatu permintaan bantuan,
seluruhnya atau untuk sebagian, hanya kalau permintaan itu berkenaan dengan
dikeluarkannya suatu dokumen atau diungkapkannya bukti yang berkaitan dengan
keaman nasionalnya.
5. Sebelum menolak suatu permintaan bantun berdasarkan ayat 1 (1), Negara yang
mendapat permintaan harus mempertimbangkan apakah bantuan itu dapat diberikan di
bawah kondisi-kondisi tertentu, atau apakah bantuan itu dapat diberikan pada waktu
belakangan atau dengan suatu cara alternatif, dengan syarat bahwa kalau Mahkamah atau
Jaksa Penuntut menerima bantuan itu di bawah kondisi tertentu, Mahkamah dan Jaksa
Penuntut harus pada syarat-syarat itu.
6. Kalau suatu permintaan bantuan ditolak, Negara Peserta yang mendapat permintaan harus
denga segera memberi tahu Mahkamah atau Jaksa Penuntut mengenai alasan-alasan
untuk penolakan tersebut.
7.(a) Mahkamah dapat mengajukanpermintaan pemindahan sementara dari seseorang dalam
tahanan untuk keperluanidentifiksi atau untuk mendapatkan kesaksian atau bantuan
lain. Orang tersebutdapat diserahkan kalau kondisi-kondisi berikut ini:
i) Orang itu secara bebas memberikanpersetujuannya yang diinformasikan kepada
penyerahan tersebut; dan
ii) Negara yang yang mendapat permintaansetuju untuk menyerahkan, tunduk pada
kondisi-kondisi sebagaimana disepakatioleh Negara dan Mahkamah tersebut.
(b) Orang yang diserahkan tersebut harus tetap dalam penahanan. Apabila
persyaratanpenyerahan itu telah terpenuhi, Mahkamah harus mengembalikan orang
tersebuttanpa ditunda-tunda lagi kepada Negara yang mendapat permintaan.
8.(a) Mahkamah harus memastikankerahasian dokumen dan informasi, kecuali yang
dibutuhkan untuk penyidikan danproses Mahkamah yang digambarkan dalam
permintaan itu.
(b)Negara yang menerima permintaan, apabila perlu, dapat mengirimkan dokumen
atauinformasi kepada jaksa Penuntut atas dasar kerahasiaan. Jaksa Penuntut
kemudianboleh menggunakannya semata-mata untuk keperluan menimbulkan bukti
baru;
(d)Negara yang menerima permintaan,dengan mosinya sendiri atau atas permintaan dari
Jaksa Penuntut, kemudian dapatmenyetujui diungkapkannya dokumen atau informasi
itu tersebut. Kemudian dokumenatau informasi itu dapat digunakan sebagai bukti
sesuai dengan ketentuan Bagian5 dan 6 dan sesuai dengan hukum dan Pembuktian.
9.(a) (i) Dalam hal suatu NegaraPeserta menerima beberapa permintaan yang bersaing,
selain penyerahan atauekstradisi, dari Mahkamah dan dari suatu Negara lain
sesuai dengan kewajibaninternasional, maka Negara Peserta itu harus berusaha,
setelah berkonsultasidengan Mahkamah dan Negara yang lain itu, untuk
mematuhi kedua permintaantersebut, kalau perlu dengan menunda atau
memberikan persyaratan kepada satupermintaan atau lainnya.
(ii) Kalau tidak demikian, permintaan-permintaanyang salaing bersaing itu harus
diselesaikan sesuai dengan prinsip-prinsip yangditetapkan dalam pasal 90.
(b)Tetapi, apabila permintaan dariMahkamah itu berkenaan dengan informasi, kekayaan
atau orang yang tunduk padapenguasaan suatu Negara ketiga atau suatu organisasi
internasional berkat suatuperjanjian internasional, Negara yang menerima permintaan
harus memberitahu Mahkamah sedemikian kepada Mahkamah dan mahkamah harus
meneruskan permintaannyakepada Negara ketiga atau organisasi internasional itu.
10.(a) Mahkamah,atas permintaan, dapat bekerjasama dengan dan memberikan bantuan kepada
suatuNegara Peserta yang melakukan penyelidikan atau persidangan berkenaan
denganperbuatan yang merupakan suatu kejhatan dlam Jurisdiksi Mahkamah atau
yangmerupakan suatu kejahatan serius di bawah hukum nasional dari Negara
yangmengajukan permintaan.
(b) (i) Bantuan yang diberikanberdasarkan sub-ayat (a) termasuk, antara lain:
(1)Pengiriman pernyataan, dokumen atau sejenis bukti lain yang didapat
selamasuatu investigasi atau sidang Mahkamah yang dilakukan oleh
Mahkamah; dan
(2) Menanyai setiap orangyang ditahan dengan perintah Mahkamah;
(ii) Dalam hal adanya bantuan berdasarkansub-ayat (b) (i) (ii):
(1)Kalau dokumen atau jenis-jeni buktilainnya telah diperoleh dengan bantuan
suatu Negara, pengiriman itu membutuhkanpersetujuan dari Negara tersebut;
(2)Kalau pernyataan, dokumen ataujenis-jenis bukti lain telah diberikan oleh
seorang saksi atau ahli, pengirimantersebut harus tunduk pada ketentuan pasal
68.
(c) Mahkamah, di bawah kondisi yang ditetapkan dalam ayatini, dapat mengabulkan
suatu permintaan untuk bantuan di bawah ini dari suatuNegara yang bukan Peserta
kepda Statuta ini
Pasal 94
Penangguhan Pelaksanaan PermintaanYang Berkenaan dengan
Penyelidikan atau Penuntutan yangsedang Berjalan

1.Kalau pelasanaan segera dari suatupermintaan akan mencampuri penyelidikan atau


penuntutan yang sedang berjalanterhadap suatu kasus lain dari yang berkaitan dengan
permintaan itu, Negarayang mendapat permintaan dapat menunda pelaksanaan
permintaan tersebut untukjangka waktu yang disepakati dengan Mahkamah. Tetapi,
penundaan ini tidak bolehlebih lama dari yang perlu untuk melengkapi penyelidikan
atu penuntutan terkaitdi Negara yang mendapat permintaan. Sebelum membuat
keputusan untuk menunda,Negara yang mendapat permintaan harus
mempertimbangkan apakah bantuan dapatdiberikan dengan segera yang tunduk pada
kondisi tertentu.
2.Kalau suatu putusan untuk menundadiambil sesuai dengan ayat 1, jaksa Penuntut
betapapun dapat mengupayakantindakan-tindakan untuk menjaga bukti, sesuai
dengan pasal 93, ayat 1 (j).

Pasal 95
Penangguhan Pelaksanaan PermintaanBerkenaan Dengan Keberatan
Mengenai Dapat Diterimanya SuatuPerkara

Tanpa merugikan pasal 53, ayat 2,dimana ada keberatan mengenai dapat diterimanya suatu
perkara yang beradadibawah pertimbangan mahkamah sesuai dengan pasal 18 dan 19, Negara
yangmendapat permintaan dapat menangguhkan pelaksanaan suatu permintaan di bawahBagian
ini sambil menunggu suatu ketetapan oleh Mahkamah, kecuali kalauMahkamah dapat
melanjutkan pengumpulan bukti tersebut sesuai dengan pasal 18atau 19.

Pasal 96
Isi Permintaan Untuk Bentuk-bentukbantuan lain
Berdasarkan Pasal 93

1.Suatu Permintaan untuk bentuk-bentukbantuan lain yang disebutkan dalam pasal 93


harus dibuat secara tertulis. Dalamkasus-kasus mendesak, suatu permintaan dapat
diajukan oleh suatu medium yangmampu mengirimkan catatan tertulis, dengan syarat
bahwa permintaan itu harusdikonfirmasikan lewat saluran yang ditetapkan dalam
pasal 87, ayat 1(a).
2.Permintaan itu, apabila dapatditerapkan, harus berisi atau didukung oleh hal-hal berikut
ini:
(a)suatu pernyataan singkat mengenaimaksud permintaan itu dan bantuan yang
diupayakan, termasuk dasar hukum danalasan dan permintaan tersebut;
(b)informasi sebanyak dan seterincimungkin tentang lokasi atau identifikasi orang
atau tempat yang harus ditemukanatau diidentifikasi agar bantuan yang
diupayakan dapat diberikan;
(c)suatu pernyataan ringkas mengenaifakta-fakta terpenting yang mendasari
permintaan itu;
(d)alasan untuk dan rincian dari suatuprosedur atau persyaratan yang hendak diikuti;
(e)informasi yang mungkin diisyaratkandi bawah hukum Negara yang mendapat
permintaan untuk melaksanakan permintaantersebut; dan
(f)setiap informasi lain yang relevanagar supaya bantuan yang diupayakan dapat
diberikan.
3.Atas permintaan Mahkamah, suatuNegara Peserta harus berkonsultasi dengan
Mahkamah, baik secara umum maupunberkenaan dengan suatu masalah tertentu,
mengenai suatu persyaratan di bawahhukum nasionalnya yang mungkin berlaku
dibawah ayat 2(e). Selama konsultasi,Negara Peserta harus memberi informasi kepada
Mahkamah mengenai persyaratankhusus dari hukum nasionalnya.
4.Ketentuan-ketentuan pasal ini,apabila diterapkan, juga berlaku berkenaan dengan suatu
permintaan untukbantuan yang ditujukan kepada Mahkamah.
Pasal 97
Konsultasi

Apabila suatu Negara Pesertamenerima suatu permintaan berdasarkan Bagian ini dimana Negara
tersebutmengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkim menghambat atau
menghalangipelaksanaan permintaan itu, Negara tersebut harus berkonsultsi dengan
mahkamahtanpa ditunda lagi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Masalah-masalah itudapat
mencakup, antara lain:
(a)Informasi yangtidak mencukupi untuk melaksanakan permintaan tersebut;
(b)Dalam hal suatupermintaan untuk penyerahan, kenyataan bahwa sekalipun telah dilakukan
usahasebaik mungkin, orang yang dicari tidak bisa ditemukan atau bahwa
penyelidikanyang dilakukan telah menentukan bahwa orang yang berada di Negara
tempatpenahanan jelang bukan orng yang disebut dalam suarat perintah penahanan; atau
(c)Kenyataan bahwapelaksanaan dari permintaan dalam bentuknya dewasa ini akan
mengharuskan Negarayang menerima permintaan melanggar suatu kewajiban terhadap
perjanjian yang sudahada sebelumnya yang dilakukan berkenaan dengan suatu Negara
lain.

Pasal 98
Kerjasama Berkenaan DenganDikesampingkannya Kekebalan dan
Persetujuan Untuk Penyerahan

1.Mahkamah tidak dapat melanjutkansuatu permintaan untuk penyerahan atau bantuan yang
kiranya mengharuskan Negarayang mendapat permintaan untuk bertindak tidak konsisten
dengankewajiban-kewajibannya di bawah hukum internasionl berkenaan dengan Negara
ataukekebalan diplomatik dari orang atau kekayaan dari suatu Negara ketiga,
kecualikalau mahkamah mula-mula dapat memperoleh kerjasama dari Negara ketiga
untukitu mengesampingkan kekebalan.
2.Mahkamah tidak dapat melanjutkansuatu permintaan untuk penyerahan yang kiranya akan
mengharuskan Negara yangmenerima permintaan untuk bertindak tidak konsisten dengan
kewajibannyaberdasarkan perjanjian internasional yang sesuai dengan itu persetujuan
dariNegara yang mengirim dibutuhkan untuk menyerahkan seseorang dari Negara itu
kemahkamah, kecuali kalau Mahkamah mula-mula dapat memperoleh kerjasama
dariNegara pengirim karena memberi persetujuan untuk penyerahan.

Pasal 99
Pelaksanaan dari PermintaanBerdasarkan Pasal 93 dan Pasal 96

1.Permintaan untuk bantuan harusdilaksanakan sesuai dengan proedur terkait berdasarkan


hukum dari Negara yangmenerima permintaan dan, kecuali kalau dilarang oleh hukum
tersebut, dengan carayang ditetapkan dalam permintaan itu, termasuk mengikuti setiap
prosedur yangdiuraikan secara garis besar dalam permintaan itu atau mengijinkanoarang-
oarang yang ditetapkan dalam Permintaan untuk hadir dan membantu dalampelaksanaan
proses tersebut.
2.dalam hal suatu permintaan mendesak,dokumen atau bukti yang dikemukakan untuk
menanggapi, ats permintaan mahkamah,harus dikirimkan dengan segera.
3.Jawaban dari Negara untuk menerimapermintaan harus dikirimkan dalam bhasa dn
bentuknya yang asli.
4.Tanpa merugikan pasal-pasal laindalam bagian ini, adlah perlu bagi keberhasilan
pelaksanaan atas suatu tindakpemaksaan, termasuk secara khusus wawancara atau
pengambilan bukti dariseseorang secara sukarela, termasuk berbuat demikian tanpa
kehadiran parapejabat dari Negara Peserta yang menerima permintaan, kalau hal itu
sangatperlu agar permintaan dilaksanakan, dan pemeriksaan tanpa modifikasi dari
suatusitus publik atau tempat publik lainnya, Jaksa Penuntut dapat
melaksanakanpermintaan semacam itu secara langsung dalam wilayah suatu Negara
sebagaiberikut:
(a)Apabila Negara Peserta yangmengajukan permintaan adalah suatu Negara yang di
wilayahnya telah dilakukankejahatan yang dilaporkan, dan sudah ada ketentuan
mengenai bisa diterimanyaksus sesuaidengan pasal 18 dan 19, Jaksa Penuntut
dapat secara langsungmelaksanakan permintaan tersebut setelah melakukan
semua konsultasi yangmungkin dengan Negara Peserta yang menerima
permintaan.
(b)Dalam kasus-kasus lain, JaksaPenuntut dapat melaksanakan permintaan semacam
itu setelah mengadakankonsultasi dengan Negara Peserta yang menerima
permintaan dan tunduk pada tiapkondisi yang masuk akal atau kekuatiran yang
ditimbulkan oleh Negara Pesertatersebut. Apabila Negara Peserta yang menerima
permintaan mengidentifikasikanmasalh dengan melaksanakan suatu permintaan
sesuai dengan sub-ayat ini, makaNegara Peserta, tanpa ditunda-tunda lagi, harus
berkonsultasi dengan Mahkamahuntuk menyelesaikan masalah tersebut.
5.Ketentuan-ketentuan yang memungkinkanseseorang didengar atau diperiksa
keterangannya oleh Mahkamah berdasarkan pasal72 untuk menggunakan pembatasan
yang dirancang untuk mencegah diungkapkannyainformasi rahasi yang berhubungan
dengan pertahanan atau keamanan nasional jugaberlaku bagi pelaksanaan dari
permintaan atas bantuan berdasarkan pasal ini.

Pasal 100
Biaya

1.Biaya-biaya rutin untuk pelaksanaanpermintan di wilayah Negar yang meneriam


permintaan harus ditanggung olehNegara tersebut, kecuali untuk hal-hal yang berikut
ini yang harus ditanggungoleh Mahkamah:
(a)Biaya yang berhubungan denganperjalanan dan keamanan para saksi dan ahli atau
penyerahan berdasarkan pasal93 dari orang yang ditahan;
(b)Biaya terjemahan, juru bahasa dantranskrip;
(c)Biaya perjalanan dan biaya hidupuntuk para hakim, Jaksa Penuntut, para wakil
Jaksa Penuntut, Panitera, WakilPanitera dan staff dari setiap organ Mahkamah;
(d)Biaya untuk setiap pandangan ahliatau laporan yang diminta oleh Mahkamah;
(e)Biaya yang berkaitan dengan pengangkutanseseorang yang diserahkan ke
Mahkamah oleh suatu Negara tempat penahanan; dan
(f)Setelahmengadakan konsultasi, setiap biaya lauar biasa yang mungkin timbul
daripelaksanaan suatu permintaan.
2.Ketentuan ayat 1, apabila sesuai,berlaku bagi permintaan-permintaan dari Negara
Peserta. Dalam hal itu, Mahkamahharus menanggung biaya pelaksanaan yang biasa.

Pasal 101
AturanMengenai Kekhususan

1.Seseorang yang diserahkan kepadaMahkmah berdasarkan Statuta ini tidak akan


diperkarakan, dihukum atau ditahansuatu perbutan yang dilakukan sebelum
penyerahan, selain perbuatan atau bagiandari perbuatan atau bagian dari perbuatan
yang merupakan dasar kejahatan yangkarena itu orang tersebut diserahkan.
2.Mahkamah dapat meminta surat perintahpelepasan tuntutan mengenai persyartan ayat 1
dari Negara yang mnyerahkan orangtersebut kepada Mahkamah dan, kalau perlu,
Mahkamah akan menyediakan informasitambahan sesuai dengan pasal 91. Negara
Peserta harus mempunyai kewenanganuntuk memberikan surat perintah pelepasan
tuntutan kepadaMahkamah dan harus berusaha melakukannya.

Pasal 102
Penggunaan Istilah

Untuk Keperluan Statuta ini:


a.“penyerahan” berarti diserahkannyaseseorang oleh suatu Negara kepada Mahkamah,
sesuai dengan Statuta ini.
b.“ekstradisi” berarti diserahkannyaseseorang oleh suatu Negara kepada Negara lain
sebagaimana ditetapkan olehperjanjian, konvensi atau perundang-undangan nasional.

Bagian 10
PELAKSANAAN
Pasal 103
Peranan Negara Dalam PelaksanaanHukuman Penjara

1.(a) Suatu hukuampenjara dijalani di suatu Negara yang ditetapkan oleh Mahkamah dari
DaftarNegara-Negara yang telah mengidentifikasikan kepada Mahkamah kesediaan
merekauntuk menerima orang yang dihukum.
(b) Pada saat menyatakan kesediaannya untuk meneriam orangyang dihukum, suatu
Negara dapat memberikan syarat penerimaannya sebagaimanadisetujui oleh
Mahkamah dan sesuai dengan Bagaian ini.
(c)Suatu Negara yang ditunjuk dalamsuatu kasus tertentu harus memberi tahu Mahkamah
dengan segera apakah Negaraitu menerima petunjuk Mahkamah.
2.(a) Negarapelaksana harus memberi tahu Mahkamah mengenai setiap keadaan yang
disepakatiberdasarkan ayat 1, yang secara materiil dapat mempengaruhi masa atau
lamanyapemenjaraan. Mahkamah harus diberitahu sekurang-kurangnya 45 haru
mengenaisuatu keadaan yang diketahui atau bisa diramalkan. Selama kurun waktu
ini,Negara pelaksana tidak boleh melakukan suatu kegiatan yang dapat
merugikankewajiban-kewajibannya berdasarkan pasal 110.
(b)Apabila Mahkamah tidak dapatmenyetujui keadaan-keadaan yang disebutkan dalam
sub-ayat (a), Mahkamah harusmemberitahu Negara yang menjadi tempat
pemberlakuan dan melanjutkan sesuaidengan pasal 104, ayat 1.
3. Dalam melaksanakan kebijaksanaannya untuk melakukan penunjukan berdasarkanyat 1,
Mahkamah harus memperhitungkan hal-hal berikut ini:
(a)Prinsip bahwa Negara Peserta harusberbagi tanggung jawab dalam pelaksanaan
hukuman penjara, sesuai dengan prinsippembagian yang adail, sebagaimana
ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian;
(b)Penerapan standar perjanjianinternasional yang diteriam secara luas yang mengatur
perlakuan terhadapnarapidana;
(c)Pandangan dari orang yang dihukum;dan
(d)Kebangsaan dariorang yang dihukum;
(e)Faktor-faktor lain tersebut mengenaikeadaan-keadaan kejahatan atau orang yang
dihukum, atau pelaksanaan efektifdari hukuman, yang mungkin sesuai dalam
menetapkan Negara Pelaksana.
4. Kalau tidak ada Negara yang ditunjuk berdasarkan ayat 1, hukuman penjara akan dijalani
di suatu fasilitas penjara yang disediakan oleh Negara tuan rumah, sesuai dengan kondisi
yang ditetapkan dalam persetujuan mengenai kantor pusat yang disebutkan dalam pasal 3,
ayat 2. Dalam hal itu, biaya-biaya yang timbul dari diberlakukannya suatu hukuman
penjara harus ditanggung oleh Mahkamah.

Pasal 104
Perubahan Dalam Penunjukan NegaraPelaksana

1. Mahkamah, pada setiap saat, dapat memutuskan untuk memindahkan seseoarang yang
dihukum ke suatu penjara di suatu Negara lain.
2. Seorang yang dihukum, setiap saat, dapat mengajukan permohonan kepada Mahkamah
untuk dipindahkandari Negara Pelaksana.

Pasal 105
Pelaksanaan Hukuman

1. Tunduk pada kondisi-kondisi yag mungkin dipunyai suatu Negara yang ditetapkan sesuai
dengan pasal 103, ayat 1 (b), hukuman penjara harus mengikat Negara Peserta, yang
dalam keadaan apapun tidak merubahnya.
2. Hanya Mahkamah saja yang mempunyai hak untuk memutuskan setiap permohonan
banding dan peninjauan kembali. Negara yang menjadi tempat pemberlakuan tidak boleh
menghalangi pembuatan permohonan semacam itu oleh seorang yang dihukum.

Pasal 106
Pengawasan Terhadap PelaksanaanHukuman
Dan Kondisi Hukuman Penjara

1. Diberlakukannya suatu hukuman penjara harus menjadi sasaran pengawasan oleh


Mahkamah dan harus sesuai dengan standar perjanjian internasional yang diteriam secara
luas yang mengatur perlakuan terhadap narpidana.
2. Kondisi mengenai hukuman penjara diatur oleh hukum Negara yang menjadi tempat
pemberlakuan dan harus sesuai denganstandar perjanjian internasional yang diterima
secara luas yang mengatur pemberlakuan terhadap narapidana, dalam keadaan apapun
kondisi-kondisi semacam itu tidak boleh lebih atau kurang menguntungkan ketimbang
kondisi-kondisi yang tersedia bagi para narapidana yang dihukum karena kesalahan
serupa di Negara yang menjadi tempat pemberlakuan.
3. Komunikasi antara seorang yang dihukum dan Mahkamah harus tidak dihambat dan
bersifat rahasia.

Pasal 107
Pemindahan Orang Setelah selesaiMenjalani Hukuman

1. Setelah selesai menjalani hukuman, orang yang bukan wargaNegara Negara yang
menjadi tempat pemberlakuan, sesuai dengan hukum dari Negara yang menjadi tempat
pemberlakuan, dapat dipindahkan ke suatu Negara yang berkewajiban untuk
menerimanya, atau ke suatu Negara yang setuju untuk menerimanya, dengan
memperhitungkan setiap keinginan dari orang yang hendak dipindahkan ke Negara
tersebut, kecuali kalau Negara yang menjadi tempat pemberlakuan memberi wewenang
kepada orang tersebut untuk tinggal di wilayahnya.
2. Kalau tidak ada Negara yang menanggung biaya yang timbul dari pemindahan orang
tersebut ke Negar lain sesuai dengan ayat 1, biaya tersebut harus ditanggung oleh
Mahkamah.
3. Tunduk pada ketentuan-ketentuan pasal 108, Negara Pelaksana, sesuai dengan hukum
nasionalnya, juga dapat mengektradisi atau sebaliknya menyerahkan orang tersebut
kepada yang telah meminta ekstradisi tersebut atau menyerahkan orang itu untuk
keperluan persidangan atau pelaksanaan suatu hukuman.

Pasal 108
Pembatasan Mengenai Penuntutan atauHukuman Atas
Pelanggaran-Pelanggaran lain

1. Seorang terhukum yang ditahandi Negara Pelaksana tidak akan menjadi sasaran
penuntutan atau hukuman atau ekstradisi ke Negara ketiga untuk setiap perbuatan yang
dilakukan sebelum orang tersebut diserahkan ke Negara Pelaksana, kecuali kalau
penuntutan, hukuman atau ekstradisi tersebut disetujui oleh Mahkamah atas permintaan
Negara Pelaksana.
2. Mahkamah harus memutuskan persoalan tersebut setelah mendengarkan pandangan-
pandangan dari orang yang dihukum.
3. Ayat 1 harus tidak berlaku lagi kalau orang yang dihukum itu secara sukarela tinggal
selama lebih dari 30 hari di wilayah Negara Pelaksana setelah menjalani hukuman
sepenuhnya yang dijatuhkan oleh Mahkamah, atau kembali ke wilayah Negara tersebut
setelah meninggalkannya.

Pasal 109
Diberlakukannya Denda dan TindakanPenebusan
1. Negara Peserta memberlakukan denda atau penebusan yang diperintahkan oleh
Mahkamah berdasarkan pasal 7, tanpa merugikan hak-hak pihak ketiga yang bonafide,
dan sesuai dengan prosedur hukum nasional mereka.
2. Kalau Negara Peserta tidak dapat memberlakukan perintah mengenai penebusan, Negara
tersebut harus mengambil tindakan untuk memperoleh kembali nilai dari hasil, kekayaan
atau aset yang diperintahkan oleh Mahkamah untuk ditebus, tanpa merugikan hak-hak
pihak ketiga yang bonafide.
3. Properti, atau hasil penjualan benda tak bergerak atau, dimana sesuai, penjualan kekayaan
lain, yang didapat oleh Negara Peserta sebagai akibat dari pemberlakuannya terhadap
keputusan Mahkamah harus ditransfer ke Mahkamah.

Pasal 110
Peninjauan oleh Mahkamah MengenaiPengurangan Hukuman

1. Negara Pelaksana tidak boleh membebaskan orng tersebut sebelum habisnya masa
hukuman yang dijatuhkan oleh Mahkamah.
2. Hanya Mahkamah saja yang mempunyai hak untuk memutuskan pengurangan hukuman,
dan akan memberi keputusan mengenai hal itu setelah memeriksa orang yang
bersangkutan.
3. Apabila seseorang telah menjalani dua pertiga dari hukumannnya, atau dua puluh lima
thun dalam hal hukuman seumur hidup, Mahkamah akan mengadakan peninjauan
terhadap hukuman untuk menentukan apakah hukuaman itu seharusnya dikurangi.
Peninjauan semacam itu tidak boleh dilakukan sebelum waktu tersebut.
4. Dalam peninjauannya berdasarkan ayat 3, Mahkamah dapat mengurangi hukuman kalau
Mahkamah berpendapat bahwa terdapat satu atau lebih faktor-faktor berikut ini:
(a)Kesediaan pada tahap awal danseterusnya dari orang tersebut untuk bekerjasama
dengan Mahkamah dalampenyelidikan dan penuntutannya;
(b)Bantuan sukarela dari orang tersebutuntuk memungkinkan diberlakukannya
keputusan dan perintah Mahkamah dalamkasus-kasu lain, dan secara khusus
dalam memberikan bantuan untuk mengetahuitempat aset yang menjadi sasaran
perintah denda, penebusan atau ganti rugi yangdapat digunakan untuk
kepentingan para korban; atau
(c)Faktor-faktor lain yang menetapkansuatu perubahan yang jelas dan penting
mengenai keadaan-keadaan yang cukupuntuk membenarkan pengurangan
hukuman, sebagaimana ditetapkan dalam Hukum Acaradan Pembuktian.
5. Kalau Mahkamah menentukan dalam peninjauan pendahuluannya berdasarkan ayat 3
bahwa tidak tepat untuk mengurangi hukuman, Mahkamah sesudah itu harus melakukan
peninjauan terhadap persoalan pengurangan hukuman pada jangka waktu sedemikian dan
menerapkan kriteria sebagaimana ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian

BAGIAN 11
MAJELIS NEGARA PESERTA
PASAL 112
Majelis Negara Peserta

1. Dengan ini ditetapkan Majelis Negara Peserta berdasarkan Statuta ini. Setiap Negara
Peserta mempunyai seorang wakil dalam Majelis yang dapat disertai oleh para pengganti
dan penasehat. Negara-Negara lain yang telah menanda-tangani Statuta ini atau Tindakan
Akhir dapat menjadi peninjau dalam Majelis.
2. Majelis akan:
(a)Mempertimbangkandan mengesahkan, apabila sesuai, rekomendasi-rekomendasi
dari Komisi Persiapan;
(b)Memberikanpandangan mengenai pengelolaan secara menyeluruh kepada
Kepresidenan, JaksaPenuntut dan Panitera mengenai administrasi Mahkamah;
(c)Mempertimbangkanlaporan-laporan dan kegiatan dari Biro yang didirikan
berdasarkan ayat 3 danmengambil tindakan yang perlu berkenaan dengan hal
itu.
BAGIAN 12
PENDANAAN
Pasal 113
Peraturan Keuangan

Kecuali kalau ditetapkan lainsecara khusus, semua masalah keuangan yag berkaitan dengan
Mahkamah darirapat-rapat Majelis Negara Peserta, termasuk Biro dan badan-badan
Bawahannya,akan diatur oleh Statuta ini dan Peraturan Keuangan serta Aturan-aturan
yangdisahkan oleh Majelis Negara Peserta.

Pasal114
PembayaranBiaya-biaya

Biaya-biaya Mahkamah dan MajelisNegara Peserta, termasuk Biro dan badan-badan


bawahannya, akan dibayar daridana-dana Mahkamah.

Pasal115
DanaMahkamah dan Dana Majelis Negara Peserta

Pengeluaran Mahkamah dan MajelisNegara Peserta, termasuk Biro dan badan-badan


bawahannya, sebagai ditetapkandalam anggaran yang diputuskan oleh Majelis Negara Peserta,
akan disediakanoleh sumber-sumber berikut ini:
(a) Kontribusiyang diperkirakan oleh Negara Peserta;
(b) Danayang disediakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, tunduk pada pengesahan
MajelisUmum, terutama dalam kaitan dengan pembiayaan yang timbul yang disebabkan
olehpenyerahan dari Dewan Keamanan.

Pasal116
SumbanganSukarela

Tanpa merugikan pasal 115,Mahkamah dapat menerima dan menggunakan, sebagai dana
tambahan, sumbangansukarela dari Pemerintah-pemerintah, organisasi internasional,
perorangan,perusahaan dan badan-badan lain, sesuai dengan kriteria terkait yang disahkanoleh
Majelis Negara-Negara Peserta.

Pasal117
PerkiraanSumbangan

Sumbangan Kontribusi dari NegaraPeserta akan diperkirakan sesuai dengan skala perkiraan yang
disetujui, yangdidasrkan pada skala yang diterima oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
untukanggaran tetapnya dan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip dimana skala
itudidasarkan.

Pasal118
AuditTahunan

Catatan-catatan, pembukuandanrekening dari Mahkamah, termasuk laporan keuangan


tahunannya, akan diaudit olehsuatu auditor independen.

BAGIAN13
KLAUSULPENUTUP
Pasal119
PenyelesaianPerselisihan

1. Setiap perselisihan mengenai fungsi judisial dari Mahkamah harusdiselesaikan dengan


keputusan Mahkamah.
2. Setiap perselisihan lain antara dua atau lebih Negara Peserta yangberkaitan dengan
penafsiran atau penerapan Statuta ini yang belum terselesaikanlewat perundingan dalam
waktu tiga bulan sejak dimulainya perundingan tersebutharus diteruskan kepada Majelis
Negara Peserta. Majelis itu sendiri dapatberusaha menyelesaikan perselisihan tersebut
atau membuat rekomendasi tentangsarana-sarana lebih lanjut mengenai penyelesaian
perselisihan, termasukdiserahkannya masalah tersebut kepada Mahkamah Internasional
sesuai denganStatuta Mahkamah tersebut.

Pasal120
Reservasi

Tidak ada reservasi yang dapatdiajukan kepada Statuta ini.

Pasal121
Amendemen

1. Setelah berakhirnya masa tujuh tahun sejak berlakunya Statuta ini,setiap Negara Peserta
dapat mengusulkan amendemen terhadapnya. Naskah setiapaendemen yang diusulkan
harus diajukan kepada Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa, yang akan
mengedarkannya dengan segera kepada semua NegaraPeserta.
2. Tidak lebih cepat dari waktu tiga bulan dari tnggal pemberitahuan,Majelis Negara
Peserta berikutnya, dengan suatu mayoritas dari yang hadir danmemberi suara, akan
memutuskan apakah kehendak menyetujui usulan tersebut.Majelis dapat menangani usul
tersebut secara langsung atau menyelenggarakansuatu Konprensi Peninjauan kalau
masalah yang bersangkutan mengharuskandemikian.
3. Pengesahan suatu amendemen pada suatu sidang Majelis Negara Peserta ataupada suatu
Konprensi Peninjauan dimana konsensus tidak dapat dicapaimensyaratkan mayoritas dua
pertiga dari Negara Peserta.
4. Kecuali sebagaimana ditetapkan dalam ayat 5, suatu amendemen akanberlaku bagi
semua Negara Peserta satu tahun setelah instrumen ratifikasi ataupenerimaan telah dikirm
kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsauntuk disimpan oleh tujuh
perdelapan daripadanya.
5. Setiap amendemen terhadap pasal 5 Statuta ini berlaku bagi NegaraPeserta yang telah
menerima amendemen itu satu tahun setelah pengirimaninstrumen mengenai ratifikasi
atau penerimaan. Berkenaan dengan Negara Pesertayang belum menerima amendemen
tersebut, Mahkamah tidak melaksanakanjurisdiksinya mengenai suatu kejahatan yang
dicakup oleh amendemen apabiladilakukan oleh wargaNegara Negara Peserta tersebut
atau yang dilakukan diwilayahnya.
6. Kalau suatu amendemen telah diteriama oleh tujuh-perdelapan dari NegaraPeserta
sesuai dengan ayat 4, setiap Negara Peserta yang belum menerimaamendemen itu dapat
menarik diri Statuta ini yang berlaku dengan segera, tanpamemandang ayat 1 pasal 127,
tetapi tunduk kepada ayat 2 pasal 127, dengan mengirimkanpemberitahuan tidak lebih
lambat dari satu tahun setelah diberlakukannyaamendemen tersebut.
7. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus mengedarkan kepadasemua
Negara Peserta setiap amendemen yang disahkan pada suatu sidang MajelisNegara
Peserta atau pada suatu Konperensi Peninjauan.

Pasal122
EmendemenTerhadap Ketentuan Yang Bersifat Kelembagaan

1. Amendemen terhadap ketentuan Statuta yang sama sekali bersifatkelembagaan, yaitu


pasal 35, pasal 36, ayat 8 dan 9, pasal 37, pasal 38, ayat 1(dua kalimat pertama), 2 dan 4,
pasal 42, ayat 4 sampai 9, pasal 43, ayat 2 dan3, dan pasal 44, 46, 47 dan 49, dapat
diusulkan setiap saat, tanpa memandangpasal 121, ayat 1, oleh setiap Negara Peserta.
Naskah dari suatu amendemen yangdiusulkan harus diajukan kepada Sekretaris Jenderal
Perserikatan Bangsa-Bangsaatau orang lain yang ditunjuk oleh Majelis Negara Peserta
yang harusmengedarkannya dengan segera kepada Negara Peserta dan kepada para
pesertalainnya dalam Majelis.
2. Amendemen berdasarkan pasal ini di mana konsensus tidak dapat dicapaiharus disahkan
oleh Majelis Negara-Negara Peserta atau oleh suatu KonperensiPeninjauan, dengan
mayoritas dua pertiga dari Negara Peserta. Amendementersebut akan berlaku bagi semua
Negara Peserta enam bulan setelah pengesahanamendemen tersebut oleh Majelis atau,
sebagaimana mungkin kasusnya, olehKonperensi.

Pasal123
PeninjauanTerhadap Statuta

1. Tujuh tahun setelah berlakunya Statuta ini Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-


Bangsa menyelenggarakan satu Konperensi Peninjauan untukmembahas setiap
amendemen kepada Statuta ini. Peninjauan tersebut dapatmencakup, tetapi tidak terbatas
pada, daftar kejahatan yang terkandung dalampasal 5. Konperensi itu terbuka bagi
mereka yang berpartisipasi dalam dalamMajelis Negara Peserta dan atas kondisi yang
sama.
2. Pada setiap saat sesudah itu, atas permintaan suatu Negara Peserta danuntuk tujuan yang
ditetapkan dalam ayat 1, Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa, atas persetujuan
oleh mayoritas Negara Peserta, akanmenyelenggarakan suatu Konperensi Peninjauan.
3. Ketentuan pasal 121, ayat 3 sampai 7, berlaku bagi pengesahan danberlaku suatu
amendemen terhadap Statuta yang dipertimbangkan dalam suatuKonperensi Peninjauan.

Pasal124
KetentuanPeralihan

Tanpa memandang pasal 12 ayat 1,suatu Negara, setelah menjadi peserta terhadap Statuta ini,
dapat menyatakanbahwa, untuk kurun waktu tujuh tahun setelah diberlakukannya Statuta ini
bagiNegara yang bersangkutan, Negara tersebut tidak menerima Jurisdiksi Mahkamah
berkenaandengan kategori kejahatan yang diacu dalam pasal 8 ketika suatu kejahatandilaporkan
telah dilakukan oleh wargaNegaranya atau di wilayahnya. Suatudeklarasi berdasarkan pasal ini
dapat ditarik setiap waktu. Ketentuan pasal iniakan ditinjau kembali pada Konperensi
Peninjauan yang diselenggarakan sesuai dengan pasal 123, ayat 1.

Pasal125
Tandatangan,ratifikasi, Penerimaan, Pengesahan atau Penambahan

1. Statuta ini terbuka untuk ditandatangani oleh semua Negara di Roma, di kantorpusat
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa,pada tanggal
17 Juli 1998. Setelah itu, Statuta ini masih tetap terbuka untuktandatangan di Roma di
Kementerian Luar Negeri Italia sampai 17 Oktober 1998.Setelah tanggal itu, Statuta
masih tetap terbuka untuk tanda–tangan di New York,Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-
Bangsa, sampai tanggal 31 Desember 2000.
2. Statuta ini harus diratifikasi, diterima atau disahkan olehNegara-Negara penandatangan.
Instrumen ratifikasi, penerimaan atau pengesahanharus dikirim untuk disimpan pada
Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa.
3. Statuta ini akan tetap terbuka untuk penambahan oleh semua Negara.Instrumen
penambahan harus dikirim untuk disimpan pada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-
Bangsa.

Pasal126
Pemberlakuan

1. Statuta ini berlaku pada hari pertama dari bulan setelah harike-enampuluh setelah
tanggal diterimanya penyimpanan instrumen ratifikasi,penerimaan, pengesahan atau
tambahan yang ke-enampuluh pada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa.
2. Bagi setiap Negara yang meratifikasi, menerima, mengesahkan ataumenambah pada
Statuta itu setelah pengiriman untuk disimpan instrumenratifikasi, penerimaan,
pengesahan atau penambahan yang ke-enampuluh, Statutaini akan berlaku pada hari
pertama dari bulan setelah hari ke-enampuluhditerimanya untuk disimpan instrumen
ratifikasi, penerimaan, pengesahan ataupenambahan oleh Negara tersebut.

Pasal127
PenarikanDiri

1. Suatu Negara Peserta, dengan pemberitahuan tertulis yang dialamatkankepada


Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, dapat menarik diri dariStatuta ini.
Penarikan diri itu mulai berlaku satu tahun setelah tanggalditerimanya pemberitahuan
tersebut, kecuali kalau pemberitahuan itu menetapkansuatu tanggal yang lebih kemudian.
2. Suatu Negara tidak akan dikeluarkan, dengan alasan penarikan dirinya,dari kewajiban
yang timbul dari Statuta ini ketika Negara itu masih menjadiPeserta pada Statuta ini,
termasuk setiap kewajiban keuangan yang mungkinterkumpul. Penarikan dirinya tidak
mempengaruhi setiap kerjasama denganMahkamah dalam hubungan dengan investigasi
dan penuntutan pidana yang mengenaihal itu. Negara yang menarik diri sebelumnya
mempunyai kewajiban untukbekerjasama dan yang dimulai sebelum tanggal dimana
penarikan diri itu menjadiefektif, ataupun hal itu tidak akan merugikan dengan cara
apapun pertimbanganyang berkelanjutan mengenai setiap hal yang sudah
dipertimbangkan oleh Mahkamahsebelum tanggal dimana penarikan itu menjadi efektif.

Pasal128
NaskahOtentik

Naskah asli dari Statuta ini,dimana naskah dalam bahasa Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia dan
Spanyolsama otentiknya, harus disimpan pada Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa,
yang akan mengirimkan salinan-salinan daripadanya kepada semua Negara.

DENGAN KESAKSIAN INI,para penandatangan, yang diberi wewenang dengan semestinya


untuk hal ituoleh masing-masing Pemerintah, telah menandatangani Statuta ini.

Dilakukandi Roma, hari ke-17 bulan Juli 1998

You might also like