Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL
MUKADIMAH
(PEMBUKAAN)
Menyadari, bahwa seluruh umat manusiadipersatukan oleh ikatan yang sama dimana
kebudayaan mereka jalin menjalinsecara turun temurun, dan mengingat mosaik indah ini dapat
tercerai berai kapansaja,
Mengingat, bahwaselama abad ini berjuta-juta anak, wanita, dan laki-laki telah menjadi
korbandari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan yang sangat mengejutkan bagikesadaran
kemanusiaan,
Mengakui bahwakejahatan tersebut mengancam perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan
dunia,
Menegaskan bahwakejahatan yang paling serius menurut masyarakat internasional secara
keseluruhan harus tidak dapat dibiarkan tanpa ganjaran dan bahwa penuntutan yang efektifbagi
hal tersebut harus dijamin dengan pengambilan tindakan di tingkatnasional, melalui kerjasama
Internasional,
Menetapkan untukmengakhiri impunity bagi yang melakukan kejahatan tersebut
danmengupayakan pencegahan kejahatan sedemikian,
Mengingat kembalibahwa merupakan tugas tiap Negara untuk menyelenggarakan yurisdiksi
kriminalatas siapapun yang bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan internasional,
Menegaskan kembalibahwa Tujuan dan Prinsip dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan
secarakhusus bahwa setiap Negara harus menjauhkan diri dari ancaman atau pengunaanpasukan
melawan integritas teritorial atau ketergantungan politis Negaramanapun, atau dalam beberapa
hal tidak konsisten dengan tujuan dariPerserikatan Bangsa-Bangsa,
Menekankan dalamhubungan ini bahwa tak ada satu pun dalam Statuta ini dianggap
sebagaiotorisasi suatu Negara Peserta untuk ikut campur dalam konflik bersenjata
ataumencampuri urusan dalam negeri Negara Peserta lainnya,
Menetapkan untukkebaikan generasi saat ini maupun berikutnya, untuk mendirikan sebuah
Mahkamahpidana internasional yang permanen dan independen dalam kaitannya dengansistem
Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimana yurisdiksinya meliputi hampir semua kejahatan serius
dalam hal masyarakat internasional secara keseluruhan,
Menekankan bahwaICC yang didirikan di bawah Statuta ini harus menjadi pelengkap
dariyurisdiksi tindak pidana nasional,
Memutuskan untukmenjamin penghormatan abadi untuk penegakan keadilan internasional,
Menyetujui hal-halberikut ini:
BAGIAN1
PENDIRIAN MAHKAMAH
Pasal 1
Mahkamah
1.Yuridiksi dariMahkamah harus dibatasi hanya terhadap tindak pidana yang oleh
keseluruhanmasyarakat international dianggap paling serius. Mahkamah memiliki
yuridiksidalam kaitannya dengan Statuta ini dalam hal kejahatan sebagai berikut:
a.Tindak Pidana Genocide (pembunuhanmassal);
b.Kejahatan terhadap kemanusiaan;
c.Kejahatan Perang;
d.Kejahatan agresi
2.Mahkamah harus menyelenggarakanyurisdiksi atas kejahatan agresi ketika ketentuan-
ketentuan ini diadopsidalam kaitannya dengan Pasal 121 dan 123 menjelaskan kejahatan
danmengupayakan keadaan dimana Mahkamah harus mengurus yurisdiksinya
menyangkutkejahatan ini. Ketentuan seperti ini harus konsisten dengan ketentuan
dalamPiagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pasal 6
Pembunuhan Massal (Genocide)
Untuk kepentingan Statuta ini,"genocide" berarti beberapa perbuatan berikut ini yang
dilakukandengan niat untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, suatuNegara,
suku, ras atau kelompok keagamaan, seperti:
a.Membunuh Pesertakelompok
b.Menyebabkan lukabadan maupun mental Peserta kelompok
c.Dengan sengajamelukai kondisi kehidupan suatu kelompok, yang diperhitungkan, untuk
merusaksecara fisik baik keseluruhan ataupun sebagian;
d.Melakukanupaya-upaya pemaksaan yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak
dalamkelompok
e.Memindahkansecara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.
Pasal 7
Kejahatanterhadap kemanusiaan
Unsur-unsur tindak pidana harus diinterprestasikan dan diaplikasikan di Mahkamah sesuai pasal
6, 7 dan 8. Unsur-unsur tersebut harus diadopsi oleh dua pertiga dari anggota Dewan Negara-
Negara Peserta.
1. Amandemen terhadap unsur-unsur pidana tersebut dapat diajukan oleh:
(a) Negara Peserta
(b) Hakim –hakim yang diberi mandatoleh suara terbanyak
(c) Penuntut umum….
Perubahansemacam itu harus diadopsi oleh dua per tiga suara Peserta dari
DewanNegara-Negara Peserta
3.Unsur dari tindak pidana dan perubahan harus konsisten dengan Statuta ini
Pasal 10
Tidak ada dalam bagian ini yangharus diartikan sebagai pembatasan atau pengurangan dengan
cara apapun yang adaatau peraturan yang berkembang dari Hukum Internasional untuk maksud
selaindari Statuta ini.
Pasal 11
Jurisdiction ration as is temporis
1. Mahkamah memilki yurisdiksi yang hanya berkenaan dengan tindak pidana yang
dilakukan setelah berlakunya Statuta ini.
2. Jika Negara menjadi Peserta setelah Statuta ini berlaku maka Mahkamah boleh
memberlakukan yurisdiksinya hanya berkenaan dengan tindak pidana yang dilakukan
setelah Statuta ini berlaku kecuali Negara itu telah melakukan deklarasi di bawah pasal
12 ayat 3.
Pasal 12
Persyaratan awal untuk memberlakukanyurisdiksi
1. Negara yang menjadi Peserta pada Statuta ini menerima yurisdiksi Mahkamah berkenaan
dengan tindak pidana yang disebutkan dalam pasal 5.
2. Dalam kasus seperti pasal 13 ayat (a) atau (c), Mahkamah boleh memberlakukan
yurisdiksinya bila satu atau lebih Negara menjadi Peserta dari Statuta ini atau telah
menerima yurisdiksi Mahkamah sesuai dengan ayat 3:
(a)Negara dalam wilayah di mana tindakan tersebut dilakukan atau jika tindakpidana
dilakukan di atas kapal laut atau pesawat terbang yang didaftarkan diNegara tersebut;
(b) Negara di mana seseorang dituduhmelakukan tindak pidana
3. Apabila penerimaan dari suatu Negara yang bukan merupakan Peserta dari Statuta ini
disyaratkan dalam ayat 2, bahwa Negara boleh, dengan deklarasi menundukkan diri
sama dengan pendaftar, menerima keberlakukan dari yurisdiksi Mahkamah berkenaan
dengan tindak pidana tersebut. Negara yang menerima harus bekerja sama dengan
Mahkamah tanpa ada penundaan atau pengecualian sesuai dengan bagian 9.
Pasal 13
Keberlakuan Yurisdiksi
1. Negara Peserta dapat mengacu kepada penuntut situasi di mana satu atau lebih tindak
pidana dalam yurisdiksi Mahkamah telah dilakukan, meminta penuntut untuk melakukan
penyidikan terhadap situasi untuk tujuan menentukan satu atau lebih orang-orang tertentu
harus dituntut oleh komisi tindak pidana tersebut.
2. Sejauh mungkin suatu penyerahan harus menjelaskan keadaan yang bersangkutan dan
dilengkapi oleh dokumentasi yang mendukung yang tersedia bagi Negara berkaitan
dengan situasi tersebut.
Pasal 15
Penuntut
Tidak ada penyidikan atau penuntutanyang dimulai atau dilaksanakan di bawah Statuta ini
dalam jangka waktu 12bulan setelah Dewan Keamanan, dalam resolusi yang diadopsi di bawah
Bab VIIdari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah meminta Mahkamah dalam hal
itu;permintaan dapat diperbaharui oleh Dewan dalam kondisi yang sama.
Pasal 17
Masalah Penerimaan
1. Berkaitan dengan ayat 10 dari pembukaan dan pasal 1, Mahkamah harus menentukan
bahwa kasus tidak dapat diterima jika:
(a)Kasus tersebut sedang diperiksa atau dituntut/didakwa oleh Negara yangmerupakan
yurisdiksi kasus tersebut, kecuali Negara tidak bersedia atau tidakmampu
melaksanakan penyidikan atau penuntutan;
(b)Kasus tersebut telah diselidiki oleh Negara yang memiliki yurisdiksi atas kasustersebut
dan Negara telah memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan terhadaporang
tersebut, kecuali keputusan tersebut dihasilkan dari ketidaksediaan
atauketidakmampuan dari Negara untuk melaksanakannya;
(c)Orang yang bersangkutan telah diadili untuk perbuatan yang menjadi dasartuntutan,
dan proses peradilan oleh Mahkamah itu tidak diperbolehkan menurutpasal 20, ayat
3;
(d)Kasus tersebut tidak cukup berat untuk mengesahkan/ membenarkan
tindakanMahkamah selanjutnya.
2. Untuk menentukan ketidaksediaan dalam kasus-kasus tertentu, berkaitan dengan prinsip-
prinsip dari proses yang dikenal dalam hukum Internasional, Mahkamah harus
mempertimbangkan apakah satu atau lebih dari prinsip-prinsip di bawah ini, seperti
dalam prakteknya, yaitu:
(a)Pelaksanaan telah atau sedang dilakukan atau keputusan nasional telah dibuatuntuk
tujuan perlindungan orang yang berkenaan dengan tanggung jawab kriminalyang
terdapat di dalam yurisdiksi dari Mahkamah mengacu pada pasal 5;
(b)Telah ada suatu penundaan yang tidak disahkan/dibenarkan dalam
pelaksanaannyayang di dalam situasinya adalah tidak konsisten dengan maksud
untuk membawa orang yang bersangkutan
(c) Pelaksanaan tidak telah atau tidak sedang dilaksanakan secara mandiri atau imparsial,
danhal ini telah atau dilaksanakan dalam keadaan yang tidak konsisten
dengantujuan/maksud untuk membawa orang yang bersangkutan.
3. Untuk menentukan ketidakmampuan dalam kasus-kasus tertentu, Mahkamah harus
mempertimbangkan apakah, karena kegagalan seluruh atau sebagian besar atau
ketidakmampuan dari sistem hukum nasionalnya, Negara tidak mampu untuk melakukan
tuduhan atau mendapatkan bukti-bukti yang diperlukan dan kesaksian atau sebaliknya
tidak mampu untuk melakukan pelaksanaannya.
Pasal 18
Peraturan awal berkenaan denganPenerimaan Kasus oleh Mahkamah
1. Ketika situasi telah mengacu pada Mahkamah berdasarkan pasal 13 (a) dan penuntut
telah menentukan bahwa akan ada dasar yang beralasan untuk memulai penyidikan, atau
penuntut mengadakan penyidikan berdarakan pasal 13 (c) dan 15, penuntut harus
memberi tahu seluruh Peserta (Negara-Negara) dan Negara-Negara yang meperhitungkan
informasi yang tersedia itu, Penuntut dapat memberitahu Negara-Negara seperti itu
dengan dasar kerahasiaan dan, dalam hal penuntut yakin perlunya untuk melindungi
orang-orang, mencegah kerusakan bukti-bukti atau mencegah
larinya/menghindarnya/bersembunyinya orang tersebut, dapat membatasi lingkup
informasi yang diberikan untuk Negara-negara.
2. Dalam jangka waktu satu bulan dari penerimaan pemberitahuan, suatu Negara dapat
menyampaikan pada Mahkamah bahwa hal tersebut sedang atau telah dilakukan
penyidikan nasionalnya atau yang lainnya dalam yurisdiksi yang bersangkutan dengan
tindakan-tindakan pidana yang dapat dikatakan sebagai tindak pidana yang terdapat pada
pasal 5 dan berkaitan dengan informasi yang diberikan dalam pemberitahuan kepada
Negara. Terhadap permintaan dari Negara tersebut, penuntut harus menunda penyidikan
Negara terhadap orang orang tersebut, kecuali Komite Pra-Peradilan, pada permohonan
penuntut, memutuskan untuk memberi wewenang untuk melakukan penyidikan.
3. Penundaan Penuntut terhadap penyidikan Negara harus terbuka untuk ditinjau ulang oleh
penuntut enam bulan setelah tanggal penundaan atau kapan saja ketika telah ada
perubahan yang signifikan dari keadaan berdasarkan ketidaksediaan atau
ketidakmampuan Negara untuk melakukan penyidikan.
4. Negara yang bersangkutan atau penuntut dapat mengajukan/naik banding kepada Komisi
Banding melawan peraturan Komisi pra-peradilan, berdasarkan pasal 82. Pernyataan
banding dapat didengar dalam dalam dasar yang dipercepat.
5. Saat penuntut telah menunda sebuah penyidikan berdasarkan ayat 2, penuntut dapat
meminta Negara yang bersangkutan secara berkala menyampaikan kepada penuntut
mengenai perkembangan dari penyidikan dan tuntutan selanjutnya. Para Peserta (Negara-
Negara) harus mematuhi permintaan tersebut tanpa adanya penundaan.
6. Menunda persidangan oleh Komisi pra-peradilan, atau pada saat penuntut melimpahkan
penyidikan dalam pasal ini, penuntut boleh, atas dasar pengecualian, mendapatkan kuasa
dari Komisi pra-peradilan untuk mengadakan langkah-langkah penyidikan yang
diperlukan untuk tujuan mendapatkan bukti dimana dalam hal ini adalah merupakan
kesempatan yang unik untuk mendapatkan bukti penting atau ada resiko dimana bukti
tersebut mungkin tidak tersedia.
7. Negara yang mengajukan keberatan terhadap putusan oleh Komisi pra-peradilan didalam
pasal ini boleh mengajukan keberatan suatu kasus dalam persidangan menurut pasal 19
dengan dasar ada fakta-fakta tambahan atau perubahan sesuai dengan keadaan.
Pasal 19
Pengajuan Keberatan terhadap yurisdiksi Mahkamah atau
penerimaan kasus oleh Mahkamah
11.Jika Jaksa Penuntut dengan menunjuk pada hal-hal dalam pasal 17, menunda
sebuahpenyelidikan, Jaksa Penuntut dapat memohon Negara yang bersangkutan
memberikankepada Jaksa Penuntut segala keterangan mengenai proses peradilan.
Keterangantersebut atas permohonan dari Negara yang bersangkutan akan bersifat
rahasia.Jika Jaksa Penuntut kemudian memutuskan untuk kemudian melanjutkan sebuah
penyelidikan,dia akan memberitahukan Negara tersebut bahwa penundaan dari proses
peradilantelah terjadi.
Pasal 20
Ne bis in idem
1. Terkecuali yang disebutkan di dalam Statuta ini, tidak ada seorangpun dapatdibawa ke
Mahkamah atas tindakannya yang menjadi dasar-dasar tindak pidana yangtelah didakwakan
kepadanya atau yang telah dibebaskan oleh Mahkamah.
2. Tidak ada seorangpun yang dapat diadili Oleh Mahkamah lain untuk suatu tindakpidana
yang disebutkan di dalam pasal 5 dimana orang tersebut telah dijatuhihukuman atau telah
dibebaskan oleh Mahkamah.
3. Tidak seorangpun yang telah diadili Oleh Mahkamah lain karena tindakannya yangjuga
disebutkan di dalam pasal 6,7 atau 8 akan dituntut oleh Mahkamah karenatindakannya
yang sama terkecuali jika proses peradilan di Mahkamah yang laintersebut:
(a)Bertujuan untuk melindungi orang yangdimaksud dari pertanggungjawaban pidana
atas tindak pidana di dalam wilayahyurisdiksi dari Mahkamah tersebut; atau
(b)Tidak dilakukan secara mandiri atautidak memihak dengan menunjuk pada norma-
norma dari peradilan yang diakui olehhukum internasional dan dilakukan dengan cara
yang tidak konsisten dengantujuan untuk mencapai keadilan.
Pasal21
Penerapan Hukum
BAGIAN 3
PRINSIP-PRINSIPUMUM DI DALAM HUKUM PIDANA
Pasal 22
Nullum crimen sine lege
1. Seseorang tidak dapat bertanggungjawab secara pidana berdasarkan Statuta ini kecuali
jika tindakan tersebut pada waktu dilakukan merupakan suatu tindak pidana di dalam
yurisdiksi dari Mahkamah ini.
2. Definisi dari suatu tindak pindana atas diartikan dengan sempit dan tidak akan dijelaskan
lebih lanjut dengan analogy. Jika terjadi ketidakjelasan, definsi tersebut akan diartikan
dengan lebih menguntungkan orang yang sedang diselidiki, dituntut atau didakwa.
3. Pasal ini tidak mempengaruhi karakterisi dari tindakan yang dianggap tindak pidana oleh
hukum internasional di dalam Statuta ini.
Pasal 23
Nulla poena sine lege
Seseorang yang telah didakwa oleh Mahkamah hanya dapat dijatuhi hukuman sesuai dengan
Statuta ini.
Pasal 24
Non-retroactivity ratione personae
1. Tidak ada seorangpun bisa bertanggungjawab secara pidana berdasarkan Statuta ini untuk
suatu tindakan sebelum berlakunya Statuta ini.
2. Saat terjadinya perubahan pada hukum yang berlaku terhadap suatu kasus sebelum
keputusan akhir, hukum yang lebih menguntungkan orang yang sedang diselidiki,
dituntut atau didakwalah yang berlaku.
Pasal 25
Tanggung Jawab Pidana Secara Pribadi
Mahkamah tidak mempunyai yurisdiksiuntuk orang yang belum berumur 18 tahun pada saat
terjadinya suatu kejahatanyang dimaksud.
Pasal 27
Tidak Relevannya Jabatan Resmi
1.Statuta ini akanberlaku kepada setiap orang tanpa melihat perbedaan berdasarkan
jabatannyadalam pemerintahan. Terutama kedudukan pemerintahan sebagai Kepala
NegaraBagian atau Pemerintahan, Peserta dari Pemerintahan atau Parlemen,
Perwakilanyang dipilih atau pejabat pemerintah tidak akan mengecualikan seseorang
daritanggung jawab pidana yang diatur dalam Statuta ini, atau akan memberikan
dasaruntuk pengurangan masa hukuman.
2.Kekebalan atauperaturan prosedural khusus yang melekat pada kapasitas jabatan
seseorang,dibawah hukum nasional atau internasional, tidak akan membatasi Mahkamah
dalammelakukan yurisdiksinya terhadap orang tersebut.
Pasal 28
Tanggungjawab dari komandan atau atasan lainnya
Selain dari dasar-dasar tanggungjawab pidana lainnya sebagaimana yang diatur di dalam Statuta
ini untukkejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah, maka:
(a)Seorang komandan militer atau orangyang bertindak sebagai komandan militer akan
menjadi bertanggung jawab secarapidana untuk kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi
Mahkamah yang dilakukan olehpasukan dibawah komando dan kewenangannya, atau
otoritas dan kewenangannyasebagai akibat dari kegagalannya dalam mengendalikan
pasukannya, dimana:
(i)Komandan militeratau orang tersebut mengetahui atau melihat keadaan pada waktu itu
seharusnyamengetahui bahwa pasukannya melakukan atau mencoba untuk
melakukan suatukejahatan; dan
(ii)Komandan militeratau orang tersebut gagal untuk melakukan segala tindakan yang
diperlukansesuai dengan kekuasaannya untuk mencegah terjadinya atau untuk
melaporkannyakepada pihak-pihak yang berwenang untuk diadakan penyelidikan
dan penuntutan.
(b)Dengan memperhatikan hubungan jenjangkepangkatan yang tidak disebutkan di dalam
ayat (a), seorang atasan akanbertanggung jawab secara pidana di dalam wilayah
yurisdiksi dari Mahkamah yangdilakukan oleh bawahannya dibawah otoritas dan
kewenangannya, sebagai akibatdari kegagalannya mengendalikan bawahannya, dimana:
(i)Atasan tersebutmengetahui atau secara sadar tidak menghiraukan informasi yang
dengan jelasmenyatakan bahwa bawahannya telah melaksanakan atau akan
melaksanakan suatukejahatan.
(ii)Kejahatan yangberhubungan dengan perbuatan yang dibawah tanggung jawab dan
kewenangan atasannnya;dan
(iii)Atasan tersebutgagal mengambil segala tindakan yang diangap perlu dibawah
kewenangannya untukmencegah terjadinya atau untuk melaporkannya kepada
pihak-pihak yang berwenganuntuk diadakan penyelidikan dan penuntutan.
Pasal 29
Tidak berlakunya pembatasan dalam Statuta
Kejahatan yang terjadi di dalamwilayah yurisdiksi Mahkamah tidak tunduk pada batasan-batasan
Statuta apapun.
Pasal 30
Unsur-unsur Kejiwaan
1.Jika disediakansebelumnya, sesorang akan bertanggung jawab secara pidana dan dapat
dihukumuntuk suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi suatu Mahkamah hanya
jikaelemen materi dilakukan dengan niatan dan pengetahuan.
2.Seseorangmempunyai niatan jika:
(a)Dalam hubungannya dengan perbuatan,orang tersebut bermaksud untuk melakukan
perbuatan.
(b)Dalam hubungannya dengan akibat,orang tersebut bermaksud untuk melakukan suatu
akibat atau sadar bahwa haltersebut akan terjadi dalam keadaan biasa.
3."Pengetahuan"berarti kesadaran bahwa suatu keadaan ada atau akibat akan terjadi
dalamkeadaan biasa. "Tahu" dan "Mengetahui" akan diartikandengan sesuai.
Pasal 31
Dasar-dasar pengecualian tanggung jawab pidana
1.Selain dari dasar-dasar tanggung jawab pidana lainnya yang mengecualikan tanggung jawab
pidana sebagaimana yang diatur di dalam Statuta ini, seseorang tidakbertanggung jawab
secara pidana jika, pada saat orang tersebut melakukan perbuatan:
(a)Orang tersebut menderita penyakitkejiwaan atau kecacatan yang menghancurkan
kemampuan seseorang untuk menyadaritindakan melawan hukum atau sifat dari
perbuatannya, atau kemampuan untukmenguasai perbuatannya untuk mematuhi
persyaratan hukum.
(b)Orang tersebut di dalam keadaan keracunan, yang menghancurkan kemampuan
seseorang untuk menyadari tindakanmelawan hukum atau sifat dari perbuatannya,
atau kemampuan untuk menguasaiperbuatannya untuk mematuhi persyaratan hukum,
kecuali jika orang tersebutdengan suka rela menjadi meracunkan di dalam keadaan
dimana orang tersebutmengetahui atau tidak menghiraukan akibat yang sebagai
akibat dari keracunantersebut sangat mungkin terlibat di dalam suatu perbuatan yang
berakibat suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah.
(c)Orang tersebut bertindak secara wajar untuk melindungi dirinya atau orang lain, atau
di dalam hal kejahatan perang,benda yang penting untuk bertahan hidup dari orang
tersebut atau orang lainatau benda yang penting untuk mencapai suatu misi militer,
terhadap suatuancaman dan pengadopsian paksaan (force) secara melawan hukum
dengan cara yang berbahaya terhadap orang tersebut atauorang lain atau benda yang
dilindungi. Bahwa orang tersebut terlibat di dalamoperasi pertahanan yang dilakukan
oleh pasukan?(forces) tidak memberikan dasar yang cukup unttk mengecualikan
tanggung jawab pidanadalam butir ini.
(d)Perbuatan yang dianggap sebagai suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi suatu
Mahkamah yang diakibatkan olehtekanan karena ancaman kematian atau
penganiyaan berat secara terus menerusatau seketika terhadap orang tersebut atau
orang lain, dan orang tersebutbertindak seperlunya dan sewajarnya untuk
menghindari ancaman ini, asalkanorang tersebut tidak berniat untuk mengakibatkan
bahaya melebihi yang perbuatanyang ingin dihindarinya. Ancaman tersebut dapat:
(i) Dibuat oleh pihak lain; atau
(ii) Dibuat oleh kejadian diluarkekuasaan orang tersebut.
2.Mahkamah akanmemastikan dasar-dasar penerapan pengecualian tanggung jawab pidana
sebagaimanayang diatur di dalam Statuta ini.
3.Saat persidangan, Mahkamah dapat mempertimbangkan dasar untuk mengecualikan
tanggung jawabpidana selain dari apa yang diatur di dalam ayat (1) dimana dasar
tersebutdiambil dari hukum yang berlaku sebagaimana yang diatur di dalam pasal
21.Prosedur yang berhubungan pertimbangan dasar tersebut diatur di dalam
PeraturanProsedural dan Bukti.
Pasal 32
Kesalahan fakta atau kesalahan hukum
1.Suatu kesalahanfakta akan menjadi dasar untuk mengecualikan tanggung jawab pidana
hanya jikabatalkan elemen kejiwaan yang dipersyaratkan untuk suatu kejahatan.
2.Suatu kesalahanhukum dimana suatu jenis tindakan adalah suatu kejahatan di dalam
wilayahyurisdiksi dari Mahkamah tidak akan menjadi dasar untuk mengecualikan
tanggungjawab pidana. Suatu kesalahan hukum namun dapat menjadi dasar
mengecualikantanggung jawab pidana jika membatalkan elemen kejiwaan yang
dipersyaratkan untusuatu kejahatan, atau sebagaimana yang diatur di dalam pasal 33.
Pasal 33
Perintah atasan dan petunjuk hukum
1.Bahwa suatukejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah telah dilakukan oleh
seseorangyang menerima perintah dari Pemerintah atau seorang atasan, baik militer
maupunsipir, tidak membebaskan orang tersebut dari tanggung jawab pidana, kecuali:
(a)Orang tersebut sedang dibawahkewajiban hukum untuk mematuhi perintah dari
Pemerintah atau dari atasan yangdimaksud;
(b)Oranng tersebut tidak mengetahuibahwa perintah tersebut adalah melawan hukum; dan
(c)Perintah tersebut tidak secara jelasmelawan hukum.
2.Perintah untukgenocide atau kejahatan terhadap kemanusiaan dianggap jelas melawan
hukum.
BAGIAN 4
KOMPOSISI DAN ADMINISTRASI DARI MAHKAMAH
Pasal 34
Organ dariMahkamah
1.Semua hakim akandipilih sebagai Peserta tetap dari Mahkamah dan akan bertugas
sejakpengangkatan mereka.
2.Hakim yangmerupakan Peserta Kepresidenan akan bertugas secara penuh langung
setelahpengangkatan mereka.
3.Kepresidenandapat dengan dasar beban kerja Mahkamah dan dengan konsultasi para
Pesertanya,memutuskan sewaktu-waktu sejauh mana hakim yang ada diperlukan untuk
bertugassecara penuh. Pengaturan seperti itu adalah tanpa kecurigaan terhadap pasal 40.
4.Pengaturankeuangan untuk hakim-hakim yang tidak dipersyaratkan untuk penugasan
penuhdiatur di dalam pasal 49.
Pasal 36
Kualifikasi, nominasi dan pemilihan hakim
Pasal 37
Lowongan Yudikatif
1. Presiden dan Wakil Presiden Pertama dan Kedua akan dipilih olehmayoritas absolut
hakim. Mereka akan memegang jabatan selama selama 3 tahunatau sampai berakhirnya
masa jabatan mereka sebagai hakim, mana yang datang lebihdulu. Mereka akan
memenuhi persyaratan untuk pemilihan kembali satu kali.
2. Wakil Presiden Pertama akan bertindak di tempat Presiden dalam kejadian Presiden tidak
berada di tempat atau dipecat. Wakil Presiden Kedua, akan bertindak di tempat Presiden
dalam keadaan kedua Presiden dan Wakil Presiden Pertama tidak ada ditempat atau
dipecat.
3. Presiden bersama dengan Wakil Presiden Pertama, akan membentuk Kepresidenan, yang
akan bertanggung jawab untuk:
(a)Administrasi sesuai untuk Mahkamah,dengan perkecualian Kantor Penuntut Umum;
dan
(b)Fungsi lainnya yang diberikankepadanya yang diatur di dalam Statuta ini.
4. Dalam membebaskan tanggung jawabnya menurut butir 3 (a), Kepresidenan akan
mengkoordinasikan dengan dan meminta persetujuan Penuntut Umum pada semua hal
yang berhubungan.
Pasal 39
Kamar-Kamar
Pasal 41
Pengunduran dan penarikan hakim
Pasal 42
KantorPenuntut Umum
1. Kantor Penuntut Umum akan bertindak secara mandiri sebagai organ yangterpisah dari
Mahkamah. Kantor Penuntut Umum akan bertanggung jawab dalammenerima
penunjukkan dan informasi penting lainnya pada kejahatan-kejahatan didalam wilayah
yurisdiksi Mahkamah, dalam memeriksanya dan dalam melakukanpenyelidikan dan
penuntutan di hadapan Mahkamah. Soerang Peserta Kantor tidak akanmencari atau
bertingdak atas informasi dari sumber luar.
2. Kantor tersebut akan dipimpin oleh Penuntut Umum. Penuntut Umum akan
mempunyaikewenangan penuh atas manajemen dan administrasi dari Kanotr, termasuk
pegawai,fasilitas dan sumber-sumber lainnya. Penuntut Umum akan dibantu oleh satau
ataulebih Wakil Penuntut Umum, yang akan berhak untuk menyelenggarakan
kegiatanapapun yang diperlukan oleh Penuntut Umum menurut Statuta ini. Penuntut
umumdan Wakil-wakil Penuntut Umum akan terdiri dari kewargaNegaraan yang
berbeda.Mereka akan memegang jabatan secara penuh.
3. Penuntut Umum dan Wakil-wakil Penuntut Umum adalah orang dengan karaktermoral
yang tinggi, sangat berkemampuan dalam dan mempunyai pengalaman praktekyang luas
dalam penuntutan atau persidangan kasus pidana. Mereka akanmempunyai pengetahuan
yang baik dan dapat berbahasa lebih dari satu bahasa yangdigunakan di Mahkamah
dengan baik.
4. Penuntut Umum akan dipilih dengan suara rahasi oleh suatu mayoritasabsoulut dari
Peserta Dewan Partai Negara Bagian. Wakil-wakil Penuntut Umum akandipilih dengan
cara yang sama dari suatu daftar calon yang disediakan olehPenuntut Umum. Penuntut
Umum akan mencalonkan tiga calon untuk setiap osisidari Wakil Penuntut Umum yang
akan diisi. Kecuali jika ada masa jabatan yanglebih pendek diputuskan pada saat
pemilihan mereka, Penuntut Umum danWakil-walik Penuntut Umum akan memegang
jabatan selama 9 (sembilan) tahun dantidak memenuhi persyaratan untuk dipilih kembali.
5. Baik Penuntut Umum atau Wakil-wakil Penuntut Umum tidak akan terlibat didalam
aktifitas apapun yang dimungkinkan menghalangi dingan fungsipenuntutannya atau
mempengaruhi keyakinannya dalam kemandiriannya. Mereka tidakakan terlibat di dalam
pekerjaan lain yang sifatnya profesional.
6. Kepresidenan dapat menerima pengunduran diri Penuntut Umum atau WakilPenuntut
Umum dari suatu kasus atas permintaan mereka sendiri.
7. Baik Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum tidak akan ikut serta didalam hal-hal
dimana obyektifitas mereka mungkin akan diragukan atas dasarapapun. Mereka dapat
ditarik dari suatu kasus sesuai dengan ayat ini jika, interalia, mereka sebelumnya terlibat
dalm kasus tersebut dalam kapasitas apapundi hadapan Mahkamah atau di dalam kasus
pidana yang berhubungan pada tingkatnasional yang melibatkan orang yang sedang
diselidiki atau dituntut.
8. Pertanyaan mengenai penarikan Penuntut Umum dan Wakil Penuntut Umum
akandiputuskan oleh Kamar banding.
(a) Orang yang sedang diselidiki atau dituntut dapat kapan saja memohonpenarikan
seorang Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum dengan dasar yangdiatur dalam
ayat ini;
(b) Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum, selayaknya, akan berhak
memberikanpernyataannya mengenai masalah tersebut;
9. Penuntut Umum akan menunjuk penasehat dengan keahlian hukum tentangbidang
khusus, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, kekerasan seksual danjender dan kekerasan
terhadap anak-anak.
Pasal 43
Panitera
1. Panitera akan bertanggung jawab untuk aspek non-yudikatif dari administrasi dan
pelayanan Mahkamah, tanpa mengabaikan fungsi dan kewenangan dari Penuntut Umum
menurut pasal 42.
2. Panitera akan dipimpin oleh Kepala Panitera, yang akan menjadi pejabat administrasi dari
Mahkamah. Kepala Panitera akan menggunakan fungsinya dibawah kewenangan dari
Presiden Mahkamah.
3. Kepada Panitera dan Wakil Panitera adalah orang yang mempunyai karakter moral yang
tinggi, berkemampuan tinggi dan mempunyai pengetahuan yang baik dan dapat
berbahasa lebih dari satu bahasa yang digunakan di Mahkamah dengan baik.
4. Hakim akan memilih Kepala oleh mayoritas absolut dengan suara rahasia, dengan
mempertimbangkan rekomendasi apapun yang disampaikan oleh Dewan Partai Negara
Bagian. Jika diperlukan dan atas rekomendasi dari Kepala Mahkamah, hakim dapat
memilih dengan cara yang serupa, Wakil Panitera.
5. Kepala Panitera akan memegang jabatan selama 5 (lima) tahun, dan akan memenuhi
syarat untuk pemilihan kembali satu kali dan akan memegang jabatan secara penuh.
Wakil Panitera akan memegang jabatan selama 5 (lima) tahun atau masa yang lebih
singkat yang dapat diputuskan oleh mayoritas absolut para hakim, dan dapat dipilih
dengan dasar bahwa Wakil Panitera dapat dipanggil untuk memegang jabatan jika
diperlukan.
6. Kepala Panitera akan membentuk Unit Korban dan Saksi di dalam Panitera. Unit ini akan
menyediakan, dalam konsultasi dengan Kanor Penuntut Umum, langkah-langkah
perlindungan dan pengaturan keamanan, jasa nasehat dan bantuan memadai lainnya
untuk para saksi, korban yang datang di hadapan Mahkamah, dan mereka yang teracam
karena pernyataan yang akan diberikan oleh saksi-saksi terseubt. Unit ini akan meliputi
pegawai dengan keahlian dalam bidang trauma, termasuk trauma yang berhubngan
dengan kejahatan kekerasan seksual.
Pasal 44
Pegawai
1. Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan menunjuk pegawai berkualifkasi yang
diperlukan untuk jabatan mereka. Dalam halnya Penuntut Umum, hal ini meliputi
penunjukkan penyelidik.
2. Dalam memperkerjakan pegawai, Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan memastikan
standar tertinggi atas efisiensi dan integritas, dan akan memperhatikan, mutatis mutandis,
kriteria yang diatur alam pasal 36 ayat (8).
3. Kepala Panitera dengan persetujuan dari Kepresidenan dan Penuntut Umum, akan
mengajukan Peraturan Kepegawaian yang meliputi persyaratan dimana pegawai dari
Mahkamah akan ditunjuk, digaji dan dipecat. Peraturan Kepegawaian akan disetujui oleh
Majelis Negara Peserta.
4. Mahkamah dapat, dalam keadaan tertentu memperkerjakan keahlian dari pegawai
sukarela yang ditawarkan oleh Negara Peserta, organisasi antar-pemerintah atau lembaga
swadaya masyarakat untuk membantu pekerjaan organ Mahkamah yang ada. Penuntut
Umum dapat menerima tawaran demikian atas nama Kantor Penuntut Umum. Pegawai
sukarela akan dipekerjakan menurut anggaran dasar yang dibentuk oleh Majelis Negara
Peserta.
Pasal 45
Sumpah jabatan
Sebelum memegang kewajiban merekamenurut Statuta ini, hakim, Penuntut Umum, Wakil-wakil
Penuntut Umum, KepalaPanitera, dan Wakil Panitera masing-masing akan melaksanakan
sumpah jabatandalam persidangan terbuka untuk menjalankan funsi mereka masing-masing
Pasal 46
Pemecatan dari jabatan
1. Seorang hakim, Penuntut Umum, Wakil Penuntut Umum, Kepala Panitera, danWakil
Panitera akan dipecat dari jabatannyajika terdapat suatu keputusan yangdibuat menurut
ayat (2), dalam kasus dimana orang tersebut:
(a) Diketahui telah melakukan kelalaian yang serius atau pelanggaran seriusatas
kewajibannya menurut Statuta ini, yang diatur di dalam PeraturanProsedural dan
Bukti; atau
(b) Tidak dapat melaksanakan fungsinya menurut Statuta ini.
2. Suatu keputusan mengenai pemecatan jabatan soerang hakim, Penuntut Umumatau
Wakil Penuntut Umum menurut ayat (1) akan dibuat oleh Dewan Partai NegaraBagian
dengan suara rahasia:
(a) Dalam halnya seorang hakim, dengan dua per tiga mayoritas dari PartaiNegara
Bagian atas rekomendasi yang digunakan oleh dua per tiga mayoritas hakimlain.
(b) Dalam halnya Penuntut Umum, dengan mayoritas absoulut dari Partai
NegaraBagian;
(c) Dalam halnya Wakil Penuntut Umum, dengan mayoritas absoulut dari
PartaiNegara Bagian dengan rekomendasi dari Penuntut Umum.
3. Seorang hakim, Penuntut Umum, Wakil Penuntut Umum,Kepala Panitera, dan Wakil
Panitera yang perbuatannya atau kemampuannya dalammelaksanakan fungsi jabatannya
yang dipersyaratkan menurut Statuta iniditantang menurut pasal ini akan mempunyai
kesempatan penuh untuk memberikandan menerima bukti-bukti dan membuat proposal
sesuai dengan PeraturanProsedural dan Bukti. Orang yang berkepentingan tersebut tidak
diikut sertakandi dalam proses pertimbangan materinya.
Pasal 47
Tindakan Disipliner
Seorang hakim, Penuntut Umum,Wakil Penuntut Umum atau Wakil Panitera yang melakukan
kelalaian yang bersifattidak serius dari yang diatur di dalam pasal 46 ayat (1) akan tunduk
padaketentuan disipliner, sebagaimana yang diatur dengan Peraturan Prosedural danPembuktian.
Pasal 48
Hak Istimewa dan kekebalan
1. Mahkamah akan menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan dalam wilayah yang
diberikan oleh setiap Negara Peserta yang diperlukan dalam memenuhi tujuannya.
2. Para hakim, Penuntut Umum, Wakil-wakil Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan,
saat terlibat atau berhubungan dengan kegiatan Mahkamah, menikmati keuntungan dan
kekebalan yang sama dengan kepala misi-misi diplomatik dan, setelah berakhirnya masa
jabatan mereka, berlanjut mempunyai kekebalan dari proses hukum segala bentuknya
baik secara lisan maupun tulisan dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mereka
dalam kapasitas jabatannya.
3. Wakil Panitera, pegawai dari Kantor Penuntut Umum dan pegawai dari Pantera akan
menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan dan fasilitas yang diperlukan dalam
melaksanakan fungsinya, sesuai dengan perjanjian terhadap hak-hak istimewa dan
kekebalan dari Mahkamah.
4. Dewan, ahli, saksi atau siapa saja yang diperlukan untuk dihadiri di Mahkamah akan
diberikan kelakuan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya Mahkamah, sesuai dengan
perjanjian terhadap hak-hak istimewa dan kekebalan dari Mahkamah.
5. Hak-hak Istimewa dan Kekebalan dari:
(a)Seorang hakim atau Penuntut Umum dapat dibebaskan oleh mayoritas absoulut hakim.
(b)Seorang Kepala Panitera dapat dibebaskan oleh Kepresidenan.
(c)Wakil-wakil Penuntut Umum dan pegawandari Kantor Penuntut Umum dapat
dibebaskan oleh Penuntut Umum.
(d)Wakil Panitera dan pegawai dariPanitera dapat dibebaskan oleh Kepala Panitera.
Pasal 49
Gaji, Tunjangan dan Biaya
Para hakim, Penuntut Umum,Wakil-wakil Penuntut Umum, Kepala Panitera, dan Wakil Panitera
akan menerimagaji, upah dan pengeluaran seperti yang ditentutkan oleh Dewan Partai
NegaraBagian. Gaji dan upah ini tidak akan dikurangi selama masa jabatan mereka.
Pasal 50
Bahasa resmi dan yang digunakan
1. Bahasa resmi dari Mahkamah adalah Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusiadan Spanyol.
Penilaian dari Mahkamah, baik keputusan lainnya meliputimasalah-masalah fundamental
dihadapan Mahkamah, akan diterbitkan dalambahasa-bahasa resmi tersebut.
Kepresidenan akan, sesuai dengan kriteria yangdibentuk oleh Peraturan Prosedural dan
Bukti, memastikan keputusan mana yangdapat dianggap sebagai mengatasi masalah
fundamental untuk tujuan dari ayatini.
2. Bahasa yang digunakan dari Mahkamah adalah bahasa Inggris dan Perancis. Peraturan
Prosedural dan Bukti akan menentukan halnya dimana bahasa resmi lainnya dapat
digunakan sebagai bahasa yang digunakan.
3. Atas permohonan oleh suatu pihak terhadap suatu persidangan atau suatu Negara Bagian
yang diperbolehkan untuk turut campur dalam suatu persidangan , Mahkamah akan
mengizinkan pengadopsian suatu bahasa selain Inggris atau Perancis untuk digunakan
oleh suatu pihak atau Negara Bagian, asalkan Mahkamah mempertimbangkan perizinan
tersebut cukup dibenarkan.
Pasal 51
Peraturan Prosedural dan Bukti
1. Peraturan Prosedural dan Bukti akan mempunyai kekuatan hkum saatpengadopsian oleh
dua per tiga mayoritas dari Peserta Dewan Partai NegaraBagian.
2. Amandemen terhadap Peraturan Prosedural dan Bukti dapat diajukan permohonan oleh:
(a)Negara Peserta;
(b)Hakim yangbertindak atas nama mayoritas absolut;
(c)Penuntut Umum.
Amandemen tersebut akan mempunyaikekuatan hukum saat pengadopsian oleh dua per
tiga mayoritas dari PesertaNegara Peserta.
3. Setelah pengadopsian Peraturan Prosedural dan Bukti, dalam kejadian-kejadian
mendesak diman Peraturan tidak mengatur untuk suatu kejadian tertentu dihadapan
Mahkamah, hakim dapat, oleh dua per tiga mayoritas, membuat Peraturan tambahan
untuk diterapkan hingga diadopsi, diamandemen atau ditolak pada rapat biasa rapat
khusus dari Dewan Partai Negara Bagian.
4. Peraturan Prosedural dan Bukti, amandemen dan Peraturan tambahan akan konsisten
dengan Statuta ini. Amandemen terhadap Peraturan Prosedural dan Bukti dan Peraturan
tambahan tidak akan diterapkan secara berlaku surut kepada orang yang sedang diselidiki
atau di tuntut atau orang yang telah didakwa.
5. Dalam halnya ada pertentangan antara Statuta dan Peraturan Prosedural dan Bukti, maka
Statuta yang dipakai.
Pasal 52
Regulasi Mahkamah
1. Hakim akan, menurut Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti, mengadiopsi
dengan mayoritas absolut, Regulasi dari Mahkamah yang diperlukan untuk fungsi sehari-
harinya.
2. Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan dikonsultasikan dalam penjabaran dari
Regulasi dan adanya bentuk amandemen.
3. Regulasi dan bentuk amandemen akan mempunyai kekuatan hukum saat pengadopsian
kecuali jika diputuskan lain oleh para hakim. Segera setelah pengadopsian, mereka akan
disebarluaskan kepada Partai Negara Bagian untuk dikomentari. Jika dalam 6 (enam)
bulan tidak ada keberatan dari mayoritas Partai Negara Bagian, mereka akan mempunyai
kekuatan tetap.
BAGIAN5
PENYELIDIKAN DANPENUNTUTAN
Pasal 53
Pelaksanaan suatupenyelidikan
Pasal 54
Tanggung jawabdan kekuasaan dari Penuntut Umum yang berhubungan
dengan penyelidikan
Pasal 55
Hak-hak dari orang-orang selama penyelidikan
Pasal 56
Peran dari kamarpra-peradilan dalam hubungannya dengan kesempatan
penyelidikan khusus
Pasal 57
Fungsi dan kekuasaan dari kamar pra-peradilan
1. Kecuali jika disebutkan lain dalam Statuta ini, Kamar Pra-Peradilan akanmenggunakan
fungsinya menurut ketentuan dalam pasal ini.
2.(a) Perintah atau keputusan dariKamar Pra-Peradilan yang diterbitkan menurut pasal
15,18,19,54, ayat (2) (61),ayat (7), dan (72) harus disetujui oleh mayoritas hakimnya.
(b)Dalam kasus lainnya, seorang hakim tunggal dari Kamar Pra-Peradilan
dapatmenggunakan fungsinya yang diatur di dalam Statuta ini, kecuali jika diatur
didalam Peraturan Prosedural dan Bukti atau oleh mayoritas dari KamarPra-
Peradilan.
3. Selain dari fungsi lainnya menurut Statuta ini, Kamar Pra-Peradilandapat:
(a)Atas permohonan Penuntut Umum,menerbitkan perintah yang mungkin diperlukan
untuk tujuan suatu penyelidikan;
(b)Atas permohonan seseorang yang telahditangkap atau yang hadir karena pemanggilan
menurut pasal 58, atau untukmendapatkan kejasama menurut Bab 9 jika diperlukan
untuk membantu orang yangsedang menyiapkan pembelaannya.
(c)Jika diperulkan, menyediakan untukperlindungan dan kepribadian korban dan saksi,
pelestarian bukti, perlindunganorang-orang yang telah ditangkap atau muncul karena
pemanggilan, danperlindungan informasi keamanan nasional;
(d)Mengizinkan Penuntut Umum untukmengambil langkah-langkah penyelidikan khusus
di dalam wilayah suatu Partai NegaraBagian tanpa mengamankan kerja sama dari
Negara Bagian terseubt menurut Bab 9jika, jika mungkin dengan memperhatikan
pandangan dari Negara Bagian yangberkepentingan, Kamar Pra-Peradilan telah
memutuskan bahwa kasus yang olehNegara Bagian tersebut jelas tidak dapat
melaksanakan suatu permohonan kerjasama karena tidak tersedianya pejabat atau
komponen lainnya di dalam sistemyudikatifnya untuk melaksanakan permohonan
kerjasama tersebut menurut Bab 9.
(e)Dimana suatu surat penangkapan ataupemanggilan yang telah diterbikan menurut pasal
58, dan memperhatikan kekuatanbukti dan hak dari pihak-pihak yang
berkepentingan, yang diatur di dalamStatuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti,
mencari kerjasama dari NegaraBagian menurut pasal 93, pasal 1 butir (k), utnuk
mengambil tindakanperlindungan untuk fungsi pendendaan khususnya untuk
keuntungan dari korban.
Pasal 58
Penerbitansurat penangkapan atau surat panggilan
Pasal 60
Acara Pemeriksaan Pendahuluan di Depan Mahkamah
1. Saat penyerahan dari orang tersebut kepada Mahkamah atau hadirnya orangtersebut
dihadapan Mahkamah secara sukarela atau karena panggilan, Kamar PraPeradilan akan
menganggap bahwa orang tersebut telah diberitahu mengenaikejahatan yang dia dianggap
telah melakukan, dan adalah haknya menurut Statuaini, termasuk hak untuk mengajukan
pembebasan sementara hingga persidangan.
2. Seorang yang tunduk pada surat pengangkapan dapat mengajukan pembebasan sementara
hingga persidangan. Jika Kamar Pra-Peradilan menganggap bahwa kondisi yang diatur
dalam pasal 58 ayat (1) terpenuhi, orang tersebut akan terus ditahan. Jika tidak terpenuhi,
maka Kamar Pra-Peradilan akan membebaskan orang tersebut, dengan atau tanpa
persyaratan.
3. Kamar Pra-Peradilan akan secara berlanjut melihat kembali keputusannya mengenai
pembebasan atau penahanan sesorang, dan dapat pada waktu apapun atas permohonan
dari Penuntut Umum atau orang tersebut. Atas peninjauan kembali, ia dapat merubah
keputusannya mejadi penahanan, pembebasan atau persyaratan pembebasan, jika
diperlukan.
4. Kamar Pra-Peradilan akan memastikan bahwa seseorang tidak ditahan untuk masa waktu
yang tidak masuk akal sebelum persidangan karena alasan keterlambatan yang tidak
dapat diterima oleh Penuntut Umum. Jika keterlambatan terjadi, Pengdilan akan
mempertimbangkan membebaskan orang tersebut, dengan atau tanpa persyaratan.
5. Jika diperlukan Kamar Pra-Peradilan dapat menerbiktan suatu surat penahanan untuk
memastikan keberadaan orang tersebut yang telah dibebaskan.
Pasal 61
Pemastianpenuntutan dihadapan persidangan
1. Tunduk pada ketentuan dari ayat (2), dalam waktu yang memadai setelah penyerahan
orang tersebut atau hadirnya secara sukarea di hadapan Mahkamah, Kamar Pra-Peradilan
akan mengadakan suatu pemeriksaan untuk memastikan bahwa tuntutan yang diajukan
oleh Penuntut Umum untuk persidangan. Pemeriksaan tersebut akan diadakan dihadapan
Penuntut Umum dan orang yang dituntut, juga penasehatnya.
2. Kamar Pra-Peradilan dapat, atas permohonan dari Penuntut Umum atau atas mosinya
sendiri, mengadakan suatu pemeriksaan dalam ketidakhadirannya orang yang dituntut
untuk memastikan tuntutan yang akan digunakan oleh Penuntut Umum untuk
Persidangan saat orang tersebut telah:
(a)Mengabaikan haknya untuk hadir; atau
(b)Melarikan diri atau tidak dapatditemukan dan semua langkah yang memadai telah
dilaksanakan untuk menjaminkehadirannya dihadapan Mahkamah dan untuk
memberitahukan orang yang dituntutdan sebuah pemeriksaan untuk memastikan
bahwa tuntutan tersebut akan tetapberlaku.
Dalamhalnya itu terjadi, seseorang yang akan diwakilkan oleh penasehat dimana
KamarPra-Peradilan menentukan bahwa adalah untuk kepentingan keadilan.
3. Dalam waktu yang cukup sebelum pemeriksaan, orang tersebut:
(a)Diberi salinan dokumen yang berisituduhan-tuduhan di mana Jaksa Penuntut
bermaksud untuk membawa orang tersebutke depan Mahkamah; dan
(b)Mendapat informasi tentang buktidimana Jaksa Penuntut bermaksud untuk
menggunakannya dalam pemeriksaan
Kamar Pra-Peradilan dapatmengeluarkan perintah berkenaan dengan pengungkapan
informasi untuk keperluanpemeriksaan.
4. Sebelum pemeriksaan, Jaksa Penuntut dapat meneruskan penyelidikan dan dapat
merubah atau menarik suatu tuduhan. Orang tersebut harus diberi penjelasan yang masuk
akal sebelum pemeriksaan mengenai suatu amendemen atau penarikan tuduhan. Dalam
hal penarikan tuduhan, Jaksa Penuntut harus memberitahu Kamar Pra-Peradilan
mengenai alasan-alasan mengenai penarikan tersebut.
5. Dalam pemeriksaan, Jaksa Penuntut mendukung setiap tuduhan dengan bukti yang cukup
untuk menetapkan alasan yang kuat untuk percaya bahwa orang tersebut telah melakukan
kejahatan yang dituduhkan. Jaksa Penuntut dapat mengandalkan diri pada bukti
Dokumen atau ikhtisar dan tidak perlu memanggil para saksi yang diharapkan untuk
memberi kesaksian
6. Dalam pemeriksaan, orang tersebut dapat:
(a)Mengajukan Keberatan terhadaptuduhan:
(b)Menantang bukti yang dimukakan olehJaksa Penuntut; dan
(c)Menyampaikan Bukti.
7. Kamar Pra-Peradilan atas dasar pemeriksaan harus menentukan apakah bukti yang cukup
untuk menetapkan dasar yang kuat untuk percaya bahwa orang tersebut telah melakukan
setiap kejahatan yang dituduhkan. Berdasarkan ketentuannya, Kamar Pra-Peradilan
harus:
(a)Menegaskan tuduhan-tuduhan itu dalamkaitan mana pihaknya telah menentukan
bahwa ada bukti cukup, dan mengajukanorang tersebut ke Kamar Pengadilan
untuk diadili atas tuduhan sebagaimanaditegaskan;
(b)Menolak menegaskan tuduhan-tuduhandalam kaitan dimana pihaknya telah
menentukan bahwa tidak ada bukti yang cukup;
(c)Menunda pemeriksaan dan minta JaksaPenuntut untuk mempertimbangkan :
i)Diberikannyabukti lebih lanjut atau menegaskan penyelidikan lebih lanjut
berkenaan dengansuatu tuduhan tertentu; atau
ii)Merubah tuduhansebab bukti yang diajukan tampak menetapkan suatu
kejahatan lain dalamJurisdiksi Mahkamah.
8. Apabila Kamar Pra-Peradilan menolak untuk menegaskan suatu tuduhan, Jaksa Penuntut
ditidak dihalangi untuk kemudian meminta konfirmasi kalau permintaan itu didukung
oleh bukti tambahan.
9. Setelah tuduhan-tuduhan ditegaskan dan sebelum persidangan dimulai, Jaksa Penuntut,
dengan ijin Kamar Pra-Peradilan dan setelah memberitahu tertuduh, dapat merubah
tuduhan itu. Kalau Jaksa Penuntut berusaha menambahkan tutduhan tambahan atau
menggantinya dengan tuduhan yang lebih serius, suatu pemeriksaan berdasarkan pasal ini
untuk menegaskan tuduhan-tuduhan tersebut harus diadakan. Setelah dimulainya
persidangan, Jaksa Penuntut, dengan seijin Kamar Pengadilan, dapat menarik tuduhan.
10. Setiap surat penahanan yang dikeluarkan sebelumnya harus tidak berlaku lagi berkenan
dengan setiap tuduhan yang belum ditegaskan oleh kamar Pra Peradailan atau yang telah
ditarik oleh Jaksa Penuntut.
11. Setelah tuduhan ditegaskan sesuai dengan pasal ini, Kepresidenan akan mengangkat
suatu Kamar Pengadilan yang, tunduk pada ayat 8 dan pada pasal 64, ayat 4, harus
bertanggung jawab atas jalannya proses perkara selanjutnya dan dapat melaksanakan
fungsi dari Kamar Pra-Peradilan yang relevan dan mampu untuk menerapkannya dalam
proses perkara ini.
Pasal 62
Tempat Sidang Pengadilan
Pasal 63
Persidangan Dengan Kehadiran Tertuduh
Pasal 64
Fungsi dan kekatan dari kamar peradilan
1.Fungsi dankekuatan dari Kamar Peradilan yang diatur di dalam pasal ini akanditerapkan
sesuai dengan Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti.
2.Kamar Peradilanakan memastikan bahwa suatu persidangan berlangsung secara adil dan
cepatdan dilakukan dengan menghormati hak-hak dari terdakwa dan
melindungimemperhatikan perlindungan para korban dan para saksi.
3.Dalam halpenunjukkan atas kasus Mahkamah sesuai dengan pengaturan dalam Statuta
ini,Kamar Peradilan yang ditunjuk untuk menangani kasus tersebut akan:
(a)Berhubungan dengan pihak-pihak danmenggunakan langkah-langkah yang diperlukan
untuk memfasilitasi prosespersidangan yang adil dan cepat.
(b)Memastikan bahasa yang akan digunakandalam persidangan tersebut; dan
(c)Tunduk pada segala ketentuan yangberhubungan di dalam Statuta ini, memberikan
keterangan atas dokumen atauinformasi yang sebelumnya tidak terbuka untuk umum
jauh sebelum pelaksanaanpersidangan agar dapat mempersiapkan segala hal yang
diperlukan untuk keperluanpersidangan .
4.Kamar Peradilandapat, jika diperlukan untuk fungsinya agar dapat efektif dan
adil,memberikan petunjuk-petunjuk awal kepada Kamar Pra-Peradilan atau,
jikadiperlukan, hakim lain dari Divisi Pra-Peradilan.
5.Ataspemberitahuan kepada pihak-pihak, Kamar Peradilan dapat, jikadiperlukan,
penggabungan atau pemisahan dalam hal tuntutan terhadap lebih darisatu orang yang
didakwa.
6.Dalammelaksanakan fungsinya sebelum persidangan atau selama proses persidangan,
dapatjika diperlukan:
(a)Melakukan segala fungsinya dari KamarPra-Peradilan sesuai dengan yang diatur di
dalam pasal 61 ayat (11);
(b)Mendatangkan kehadiran dan pernyataandari para saksi dan produksi dokumen dan
segala bukti-bukti dengan cara, jikadiperlukan bantuan dari Negara-Neara Bagian
sebagaimana hal yang diatur didalam Statuta ini;
(c)Menyediakan perlindungan terhadapinformasi yang bersifat rahasia.
(d)Memerintahkan produksi bukti-buktiditambah dengan yang sudah dikumpulkan
sebelum persidangan atau yang digunakanselama persidangan oleh para pihak;
(e)Menyediakan perlindungan bagi paraterdakwa, para saksi, dan para korban; dan
(f)Memberikankeputusan mengenai hal-hal lain yang berhubungan.
7. Persidangan harus terbuka untuk umum. Namun demikian, majelis hakimdapat
menetukan keadaan-keadaan khusus yang menyebabkan persidangan-persidangantertentu
tertutup untuk umum dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan dalamPasal 68, atau
untuk menjaga kerahasiaan atau informasi sensitif yang diajukansebagai bukti.
8. (a) Pada permulaan persidangan, Majelis Hakim harus membacakan tuntutan-
tuntutan yangtelah dikonfirmasikan oleh Majelis PraMahkamah kepada terdakwa.
Majelis Hakimharus meyakinkan bahwa terdakwa memahami esensi dari tuntutan-
tuntutan yangdiajukan. Hal ini harus memberikan terdakwa kesempatan untuk
mengakuikesalahannya sesuai dengan Pasal 65 atau untuk menyatakan diri tidak
bersalah.
(b) Dalam persidangan, Hakim Ketua dapat memberikan rahan-arahan
terhadappelaksanaan persidangan, termasuk memastikan bahwa persidangan
tersebutdilaksanakan dengan cara-cara yang adil dan tidak memihak. Dalam hal
tiaparahan yang diberikan oleh Hakim Ketua, para pihak dapat menyerahkan
buktisesuai dengan ketentuan-ketentuan Statuta ini.
9. Majelis Hakim antara lain harus memiliki kekuasaan atas suatu permohonansari sesuatu
pihak atau atas mosinya sendiri untuk:
(a) Menentukanrelevansi atau dapat diterimanya bukti; dan
(b) Mengambilseluruh langkah yang diperlukan untuk memelihara ketertiban dalam
pelaksanaandengar pendapat.
10. Majelis Hakimharus memastikan dibuatnya suatu catatan yang lengkap mengenai
jalannyapersidangan, yang dengan tepat menggambarkan jalannya persidangan itu,
danbahwa catatan tersebut disimpan dan dijaga oleh Panitera.
Pasal65
Persidanganatas suatu pernyataan bersalah
Pasal66
PradugaTak Bersalah
Pasal67
Hak-hakterdakwa
1. Dalam penentuan segala tuntutan, terdakwa berhak atas suatu dengarpendapat umum,
yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dalam Statuta ini,atas suatu dengar pendapat
yang adil dan dilaksanakan secara penuh, danjaminan-jaminan minimal berikut ini, dalam
kesamaan yang penuh:
(a) Untuk mendapatkan pemberitahuan sesegera mungkin secara
terperincimengenai esensi, sebab, dan isi tuntutan, dengan bahasa yang dipahami
dan dapatdipergunakan dengan baik oleh terdakwa;
(b) Untuk memiliki waktu dan fasilitas-fasilitas yang memadai bagi
penyiapanpembelaan dan untuk berkomunikasi secara bebas dengan penasihat
hukum yangdipilih sendiri dan dipercayai oleh terdakwa;
(c) Untuk disidangkan tanpa adanya penundaan yang tidak dapat dibenarkan;
(d) Terkait dengan Pasal 63 ayat 2, untuk tampil dalam persidangan,
untukmelakukan pembelaan sendiri atau dengan bantuan hukum yang dipilih
sendiri olehterdakwa, untuk diberitahu, apabila terdakwa tidak memiliki bantuan
hukum,mengenai hak ini dan mendapatkan bantuan hukum yang ditunjuk oleh
Mahkamahdalam tiap-tiap perkara di mana kepentingan keadilan sangat
diperlukan, dantanpa pembebanan biaya apabila terdakwa tidak memiliki sarana-
sarana yangmemadai untuk membayarnya;
(e) Untuk memeriksa, atau telah memeriksa, para saksi yang memberatkannyadan
untuk mendapatkan hadirin dan pemeriksaan para saksi yang
meringankannyadalam kondisi-kondisi yang sama sebagaimana para saksi yang
memberatkannya.Terdakwa juga berhak untuk mengajukan pembelaan-
pembelaan dan menampilkanbukti-bukti lain yang dapat diterima menurut Statuta
ini;
(f) Untuk mendapatkan, tanpa pembebanan biaya apapun, bantuan dari
seorangpenerjemah yang kompeten dan penerjemahan yang sedemikian yang
diperlukan untukmemenuhi persyaratan-persyaratan keadilan, apabila ada
persidangan-persidanganatau dokumen-dokumen yang ditampilkan kepada
Mahkamah yang tidak menggunakan bahasayang dapat dipahami dan
dipergunakan dengan baik oleh terdakwa;
(g) Untuk tidak dipaksa mengajukan kesaksian atau mengaku bersalah dan
untukdiam, yang mana tanpa berdiam itu dapat menjadi pertimbangan dalam
penentuanbersalah atau tidak bersalah;
(h) Untuk membuat pernyataan yang tidak berada di bawah sumpah baik
lisanmaupun tertulis dalam pembelaan-pembelaannya; dan
(i) Untuk tidak dibebankan atasnya pembalikan apapun dari beban pembuktianatau
tanggungjawab penyangkalan.
2. Sebagai tambahan terhadap tiap-tiap pengungkapan lainnya yangdimungkinkan oleh
Statuta ini, Penuntut harus sesegera mungkin mengungkapkankepada pembela bukti yang
dimilikinya atau berada dalam kekuasaannya yangdiyakininya menunjukkan atau
cenderung untuk menunjukkan tidak bersalahnyaterdakwa, atau mengurangi kesalahan
terdakwa, atau yang kemungkinan dapatmempengaruhi bukti penuntutan. Dalam hal
terjadi keraguan dalam penerapan ayatini, Mahkamah yang akan memutuskan.
Pasal68
Perlindunganpara korban dan para saksi dan
partisipasimereka dalam persidangan
Pasal70
Pelanggaranterhadap Administrasi Mahkamah
Pasal71
Sanksiatas perbuatan tercela sebelum persidangan
Pasal72
Perlindunganterhadap informasi keamanan nasional
1. Pasal ini berlaku bagi setiap kasus di mana pengungkapan atas suatuinformasi atau
dokumen dari suatu Negara dapat, menurut pendapat Negaratersebut, melanggar
kepentingan keamanan nasional Negara tersebut. Kasus-kasusyang dimaksud termasuk
dalam pasal 56, ayat 2, pasal 61 ayat 3, pasal 64 ayat3, pasal 67 ayat2, pasal 68 ayat 6,
pasal 87 ayat 6 dan pasal 93, sebagaimanakasus tersebut dapat muncul pada setiap
tahapan persidangan di manapengungkapan tersebut dapat merupakan isu utamanya.
2. pasal ini juga diberlakukan ketika seseorang yang telah diminta untukmemberikan
informasi atau alat bukti menulak untuk melakukan hal tersebut ataudengan
pertimbangan Negara dengan dasar bahwa pengungkapan tersebut dapatmengganggu
kepentingan keamanan nasional Negara tersebut dan Negara tersebutmenyatakan bahwa
pengungkapan tersebut dapat menggangu kepentingan kemanannasional Negaranya.
3. tidak ada aturan dalam pasal ini yang melanggar syarat-syaratkerahasiaan dalam pasal
54 ayat 3(e) dan (f) atau pasal 73.
4. jika suatu Negara sadar bahwa informasi atau data dari Negara tersebutsedang atau akan
diungkap pada tahap manapun dalam persidangan, dan menurutnyapengungkapan
tersebut melanggar kepentingan keamanan nasionalnya, Negaratersebut dapat
mengintervensi persidangan dengan tujuan untuk mendapatkanresolusi dari masalah
tersebut menurut pasal ini.
5. jika, menurut suatu Negara, pengungkapan atas suatu informasi dapatmelanggar
kepentingan keamanan nasionalnya, semua langkah yang rasioanal dapatdilakukan oleh
Negara tersebut, yang bertindak bersama-sama dengan JaksaPenuntut, Pembela atau
Kamar Pra-Peradilan, sesuai dengan kasusnya, untukmencari jalan keluar dengan
sekooperatif mungkin. Langkah-langkah tersebuttermasuk:
a. modifikasi atau klarifikasi dari permintaan;
b. Suatu ketetapan oleh Mahkamah mengenai relevansi informasi atau buktiyang
diupayakan, atau ketentuan mengenai apakah suatu bukti yang diupayakan,atau
ketentuan mengenai apakah suatu bukti, sekalipun relevan, dapat atau telahdiperoleh
dari suatu sumber selain Negara yang mengajukan permintaan;
c. Merubah informasi atau alat bukti dari sumber yang berbeda atau bentukyang
berbeda; atau
d. Kesepakatan untuk memberikan asistensi termasuk, diantara hal
lainnya,menyediakan ringkasan atau rekdaksi, pembatasan atas pengungkapan,
penggunaankamera atau ex parte persidangan, atau tindakan-tindakan protektif
lainnya yangdiizinkan oleh Statuta ini dan Aturan mengenai Prosedur dan Alat Bukti.
6. Apabila semua langkah yang rasional telah dilakukan untuk menyelesaikanmasalah
tersebut dengan cara kooperatif, dan jika Negara menimbang bahwapengungkapan atas
informasi atau dokumen tersebut tidak bisa tidak akanmengganggu kepentingan
keamanan nasionalnya, Negara tersebut harus memberikancatatan kepada penuntut
umum atau Mahkamah alasan-alasannya secara spesifikatas keputusannya tersebut,
kecuali deskripsi secara khusus tersebut atasalasan-alasannya itupun dapat menggangu
kepentingan keamanan nasionalnya juga.
7. Selanjutnya, jika Mahkamah melihat bahwa alat bukti tersebut relevan dansangat
penting untuk dapat memutuskan bersalah atau tidaknya terdaksa, Mahkamahdapat
mengambil langkah-langkah:
a. Dimana pengungkapan atas informasi atau dokumen yang diupayakan sesuai
denganpermintaan untuk bekerjasama berdasarkan Bagian 9 atau keadaan-keadaan
yangdigambarkan dalam ayat 2, dan Negara telah menggunakan alasan untuk
penolakanyang tercantum dalam pasal 93, ayat 4:
i) Mahkamah, sebelum membuat suatu keputusan yang disebutkan dalam sub-
ayat7 (a) (ii), dapat meminta konsultasi lebih lanjut dengan tujuan
untukmempertimbangkan perwakilan Negara, yang dapat mencakup, apabila
sesuai,pemeriksaan in camera dan ex parte;
ii) Kalau Mahkamah memutuskan bahwa, dengan menggunakan alasan
untukpenolakan berdasarkan pasal 93, ayat 4, dalam keadaan-keadaan kasus
tersebut,Negara yang mengajukan permintaan tidak bertindak sesuai dengan
kewajibannyaberdasarkan Statuta ini, Mahkamah dapat meneruskan masalahnya
sesuai denganpasal 87, ayat 7, yang merinci alasan untuk keputusannya; dan
iii) Mahkamah dapat melakukan campur tangan semacam itu dalam
persidanganterhadap tertuduh berkenaan dengan ada atau tidak adanya suatu fakta,
yangmungkin sesuai dalam keadaan itu; atau
b. Dalam semua keadaan lain:
i) Memerintahkan pengungkapan; atau
ii) Sejauh bahwa Mahkamah tidak memerintahkan pengungkapan, melakukan
campurtangan tersebut dalam persidangan tertuduh berkenaan dengan ada atau
tidaknyasuatu fakta, yang mungkin sesuai dalam keadaan-keadaan itu.
Pasal73
Informasiatau dokumen dari Pihak Ketiga
Jika suatu Negara Peserta telahdiminta oleh Mahkamah untuk menyediakan dokumen atau
informasi yang beradadalam penahanannya, kepemilikan atau pengendaliannya, yang mana
telahdiungkapkan kepadanya secara rahasia oleh suatu Negara, organisasi antarpemerintah atau
organisasi internasional, maka Negara tersebut harus berusahamendapat persetujuan dari pemilik
asal untuk mengungkap dokumen atau informasitersebut. Kalau pemilik asal itu adalah suatu
Negara Peserta, maka Negaratersebut harus menyetujui pengungkapan informasi atau dokumen
tersebut atauberusaha menyelesaikan masalah mengenai pengungkapan tersebut dengan
Mahkamah,tunduk pada ketentuan pasal 72. Kalau pemilik asal itu bukan suatu NegaraPeserta
dan menolak menyetujui untuk mengungkapkannya, maka Negara yang dimintaharus
memberitahu Mahkamah bahwa pihaknya tidak dapat memberikan dokumen atauinformasi
tersebut, yang disebabkan oleh adanya suatu kewajiban yang adasebelumnya mengenai
kerahasiaan terhadap pemilik asal.
Pasal74
Syarat-syaratPengambilan Keputusan
1. Semua hakim Kamar Pengadilan harus hadir pada setiap tahap pemeriksaandan pada
seluruh persidangannya. Kepresidenan, atas dasar kasus demi kasus,dapat menugaskan,
sesuai dengan keadaan, satu atau lebih hakim pengganti untukhadir pada setiap tahapan
persidangan dan menggantikan seorang anggota KamarPengadilan kalau anggota tersebut
tidak dapat terus hadir.
2. Keputusan Kamar Pengadilan harus didasarkan pada evaluasinya mengenaibukti dan
seluruh proses persidangan. Keputusan itu tidak boleh melebihi fakta-faktadan keadaan
yang digambarkan dalam tuduhan dan setiap amendemen terhadaptuduhan tersebut.
Mahkamah dapat mendasarkan keputusannya pda bukti yangdiajukan dan didiskusikan di
depan persidangan.
3. Para hakim harus berusaha untuk mencapai aklamasi dalam keputusannya,dan kalau
gagal mencapai aklamasi maka keputusan harus diambil oleh mayoritaspara hakim.
4. Persidangan Kamar Pengadilan harus tetap rahasia.
5. Keputusan harus dilakukan secara tertulis dan harus mengandung suatupernyataan yang
lengkap dan beralasan dari temuan-temuan Kamar Pengadilanmengenai bukti dan
kesimpulan. Kamar Pengadilan mengeluarkan satu keputusan.Apabila tidak tercapai
aklams, keputusan Kamar Pengadilan mengandung pandangandari mayoritas dan
minoritas. Keputusanatau ikhtisar dari padanya harusdisampaikan dalam sidng terbuka.
Pasal75
GantiRugi kepada Korban
Pasal76
Penjatuhanhukuman
1. Jika terbukti bersalah, majelis hakim menetapkan hukuman yang sesuaiuntuk dikenakan
dengan mempertimbangkan segala alat bukti yang telah dihadirkanselama persidangan.
2. Kecuali pada penerapan pasal 65 dan sebelum keputusan dari sidang,majelis hakim
dapat menurut kehendaknya sendiri dan harus, atas permintaanpenuntut umum atau
terdakwa, menunda kesaksian yang akan datang untuk melihatalat bukti tambahan yang
relevan dengan penghukuman, sesuai dengan Aturanmengenai Prosedur dan Alat bukti.
3. Apabila ayat 2 dilakukan, semua representation dalam pasal 75 harus didengar selama
kesaksian yang akan datang seperti yang dikatakan dalam pasal 2dan, jika perlu selama
kesaksian tambahan.
4. Hukuman harus diumumkan kepada publik dan, jika mungkin, dengan dihadirioleh
terdakwa.
BAGIAN7
HUKUMAN
Pasal77
JenisHukuman
Pasal78
Penentuanhukuman
Pasal79
BadanPenjamin
Tidak ada dalam Bagian Statutaini mempengaruhi penerapan oleh Negara terhadap hukuman
yang diterapkan olehhukum nasional mereka, maupun hukum Negara yang tidak memberikan
hukuman yangditetapkan dalam Bagian ini.
BAGIAN 8
PERMOHONAN BANDING
DAN PENINJAUAN KEMBALI
Pasal 81
Banding terhadap keputusan danpembebasan atau hukuman
1. Suatu keputusan berdasarkan pasal 74 dapat dimintakan banding sesuai dengan Hukum
Acara dan Pembuktian sebagai berikut:
(a)Jaksa Penuntut dapat memohon bandingatas dasar suatu alasan berikut:
i)KesalahanProsedur;
ii)Kesalahan fakta;atau
iii)Kesalahan hukum.
(b)Seseorang yang dihukum atau JaksaPenuntut atas nama orang tersebut dapat
mengajukan banding atas suatu dasarberikut ini:
i)Kesalahanprosedur;
ii)Kesalahan fakta;
iii)Kesalahan hukum;atau
iv)Setiap alasanlain yang mempengaruhi keadilan atau keterpercayaan proses
Mahkamah ataukeputusan ini.
2.(a) Suatu hukuman dapat dimintakanbanding, sesuai dengan Hukum Acara dan
Pembuktian, oleh Jaksa Penuntut atauorang yang dihukum atas dasar yag tidak
proporsional antara kejahatan danhukuman;
(b) Kalau atas permohonan banding terhadap hukuman Mahkamahberpendapat bahwa
alasan dimana itu mungkin dapat dikesampingkan, seluruhnyaatau untuk sebagian,
Mahkamah dapat mengundang Jaksa Penuntut dan orang yangdihukum untuk
mengajukan alasan berdasarkan pasal 81, ayat 1 (a) atau (b), dandapat mengubah
suatu keputusan mengenai hukuman sesuai dengan pasal 83;
(c) Prosedur yang berlaku apabila Mahkamah, berdasarkan suatupermohonan banding
terhadap hukuman saja, menganggap bahwa ada yang untukmengurangi hukuman
berdasarkan ayat 2 (a).
3.(a) Kecuali kalau Kamar Mahkamah memutuskan lain, seseorang yang dihukum harus
tetap ditahan sambil menunggusuatu putusan banding;
(b)Apabila masa penahanan seorang terhukum melebihi hukuman penjara yang
dijatuhkan, orang tersebut harusdilepaskan, kecuali kalau Jaksa Penuntut juga
mengajukan banding, pelepasan itudapat tunduk pada kondisi berdasarkan sub-ayat
(c) di bawah ini.
(c)Dalam halpembebasan, orang yang terhukum harus dibebaskan dengan segera, tunduk
pada halberikut ini:
i)Berdasarkan keadaan luar biasa, dandengan mengingat, antara lain, resiko kongkrit
bahwa orang itu melarikan diri,kegawatan pelanggaran yang dituduhkan dan
kemungkinan berhasil permohonanbanding, Kamar Mahkamah, atas permohonan
Jaksa Penuntut, dapat mempertahankanpenahanan orang tersebut sambil
menunggu keptusan banding;
ii)Suatu keputusan oleh Kamar Mahkamahberdasarkan sub-ayat [c] (i) dapat
dimintakan banding sesuai dengan Hukum Acaradan Pembuktian.
4. Tunduk pada ketentuan ayat 3 (a) dan (b), pelaksanaan keputusan atauhukuman harus
ditunda selama jangka waktu yang diperbolehkan untuk pengajuanbanding dan untuk
jangka waktu proses Mahkamah banding.
Pasal 82
PermohonanBanding Terhadap Keputusan Lain
Pasal 83
Acara Permohonan Banding
1. Untuk keperluan persidangan berdasarkan pasal 81 dan pasal ini, Kamar banding
mempunyai semua kekuasaan dari Kamar Mahkamah.
2. Kalau Kamar Banding berpendapat bahwa persidangan yang dimintakan banding itu
tidak adil dengan cara yang mempengaruhi keterpercayaan dari keputusan atau hukuman,
atau bahwa keputusan atu hukuman yang dimintakan itu secara materiil terpengaruh oleh
kesalahan fakta atau hukum atau kesalahan prosedural, maka Kamar banding dapat :
(a)Membalikkan atau merubah keputusanatau hukuman itu; atau
(b)Memerintahkan persidangan baru didepan suatu Kamar Mahkamah yang lain.
Untuk keperluan ini, Bamar Bandingdapat mengirim kembali masalah faktul kepada
Kamar Mahkamah semula untukmenetapkan masalah dan melaporkan kembali dengan
semestinya, atau dapatmendatangkan bukti sendiri untuk menentukan masalah itu.
Apabila keputusan atauhukuman telah dimintakan banding hanya oleh orang yang
terhukum, atau JaksaPenuntut atas nama orang tersebut, maka keputusan atau hukuamn
itu tidak dapatdiamendir atas kerugian orang tersebut.
3. Kalau dalam suatu permohonan banding terhadap hukuman Kamar Banding berpendapat
bahwa hukuman itu tidak proporsional dengan kejahatan yang dilakukan, Kamar Banding
dapat merubah hukuman itu sesuai dengan bagian 7.
4. Keptusan Kamar Banding diambil dengan mayoritas para hakim dan harus disampaikan
dalam sidang Mahkamah terbuka. Keputusan itu harus menyatakan alasan-alasan yang
digunakan sebagai dasar. Apabila tidak ada keputusan aklamasi, keputusan Kamar
banding berisi pandangan dari mayoritas dan minoritas, tetapi seorang hakim dapat
menyampaikan suatu pandangan tersendiri atau yang berbeda mengenai suatu persoalan
hukum.
5. Kamar Banding dapat menyampaikan keputusannya tanpa kehadiran orang yang
dibebaskan atau dihukum.
Pasal 84
Peninjauan Kembali mengenaipenghukuman atau hukuman
1. Orang yang terhukum atau, setelah kematiannya, pasangan, anak-anak, orang tua atau
seseorang yang hidup pada saat kematian tertuduh yang telah diberi instruksi tertulis yang
mendesak dari tertuduh untuk mengajukan klaim semacam itu, atau Jaksa Penuntut atas
nama orang tersebut, dapat mengajukan permohonan kepada Kamar Banding untuk
meninjau kembali putusan akhir dari penghukuman atau hukuman atas dasar bahwa:
(a)Bukti baru telah ditemukan yang:
i)Tidak tersedia pada saat sidangMahkamah, dan tidak tersedianya bukti tersebut
seluruhnya atau untuk sebagiantidak dapat dipersalahkan kepada pihak yang
mengajukan permohonan; dan
ii)Cukup penting bahwa kalau halitudibuktikan pada sidang Mahkamah mungkin
sekali menghasilkan suatau keputusanyang berbeda.
(b)Baru saja ditemukan bahwa yangmenentukan yang dipertimbangkan pada sidang
Mahkamah dan dimana hukuman itutergantung padanya, adalah palsu atau
dipalsukan.
(c)Satu atau lebih dari para hakim yangikut serta dalam penghukuman atau penegasan
dari tuduhan-tuduhan itu telahmelakukan, dalam kasus itu, suatu perbutan yang
sangat tidak senonoh ataupengingkaran serius terhadap tugas yang berat sehingga
membenarkandiberhentikannya hakim atau para hakim tersebut dari jabatan
berdasarkan pasal46.
2. Kamar banding harus menolak permohonan kalau berpendapat bahwapermohonan itu
tidak berdasar. Kalau Kamar Banding menentukan bahwa permohonanitu bermanfaat,
Kamar banding dapat, kalau sesuai:
(a)Menyelenggarakan kembali sidang KamarMahkamah semula;
(b)Membentuk Kamar Mahkamah baru; atau
(c)Mempertahankan Jurisdiksi atasmasalah itu,
dengan tujuan, setelah memeriksa parapihak dengan cara yang ditetapkan dalam Hukum
Acara dan Pembuktian, untuksampai kepada suatu ketentuan tentang apakah keputusan
itu harus ditinjaukembali.
Pasal 85
Kompensasi Terhadap Seseorang YangDitahan atau Dihukum
1. Seseorang yang telah menjadi korban dari penangkapan atau penahanan yang melawan
hukum mempunyai hak atas kompensasi yang bisa diberlakukan.
2. Apabila seseorang dengan suatu keputusan akhir telah dihukum atas suatu pelanggaran
pidana, dan apabila kemudian hukuman dibalikkan atas dasar bahwa suatu fakta baru atau
yang baru diketemukan menunjukkan secara meyakinkan bahwa telah terjadi salah
hukuman sebagai akibat penghukuman semacam itu harus diberi kompensasi menurut
hukum kecuali, kalau terbukti bahwa tidak diungkapkannya fakta yang tidak diketahui
pada waktu itu seluruhnya atau sebagian disebabkan olehnya.
3. Dalam keadaan luar biasa, dimana Mahkamah menemukan fakta menentukan yang
memperlihatkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam menerapkan keadilan yang berat
dan mencolok, Mahkamah dengan kebijaksanaannya dapat memberikan kompensasi,
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian, kepada
seseorang yang telah dibebaskan dari penahanan mengikuti suatu keputusan akhir
mengenai pembebasan atau dihentikannya proses Mahkamah karena alasan itu.
BAGIAN 9
KERJASAMA INTERNASIONAL DAN BANTUAN HUKUM
Pasal 86
Kewajibanumum untuk kerjasama
Negara Peserta, sesuai denganketentuan Statuta ini, bekerjasama sepenuhnya dengan Mahkamah
dalam melakukanpenyidikan dan penuntutan kejahatan yang termasuk dalam Jurisdiksi
Mahkamah.
Pasal 87
Permintaanunntuk bekerjasama: ketentuan umum
Pasal 88
Tersedianya prosedur di bawah hukumnasional
Negara-Negara Peserta harusmemastikan bahwa ada prosedur yang tersedia dalam hukum
nasional bagi merekabagi semua bentuk kerjasama yang ditetapkan di bawah Bagian ini.
Pasal 89
Penyerahan orang kepada Mahkamah
Pasal 90
Permintaanyang bersaman *)
1. Suatu Negara Peserta yang menerima permintaan dari Mahkamah untuk menyerahkan
seseorang berdasarkan pasal 89, juga menerima permintan dari suatu Negara lain untuk
mengektradisi orang yang sama untuk perbuatn yang sama yang merupakan dasar dari
kejahatan diman Mahkamah berupaya agar orang tersebut diserahkan, harus memberi
tahu Mahkamah dan Negara yang mengajukan permintaan mengenai kenyataan itu.
2. Apabila Negara yag mengajukan permintaan itu suatu Negara Peserta, maka Negara yang
mendapat permintaan harus memberi prioritas kepada permintaan Mahkamah, kalau:
(a)Mahkamah sesuai dengan pasal 18 dan19, telah membuat ketetapan bahwa kasus
penyerahan itu diupayakan adalah bisaditerima dan bahwa ketentuan itu
memperhitungkan penyelidikan atau penuntutanyang dilakukan oleh Negara yang
mengajukan permintaan berkenaan denganpermintaannya untuk ekstradisi; atau
(b)Mahkamah membuat ketentuan yangdigambarkan dalam sub-ayat (a) sesuai
dengan pemberitahuan Negara yag mendapatpermintaan berdasarkan ayat 1.
3. Apabila suatu ketentuan berdasarkan ayat 2 (a) belum diambil, Negarayang meneriam
permintaan, atas kebijaksanaannya, sambil menunggu ketentuan dariMahkamah
berdasarkan ayat 2 (b), meneruskan untuk menangani permintaan itutetapi tidak akan
mengektradisi orang tersebut sampai Mahkamah menentukan bahwakasusnya tidak dapat
diterima. Keputusan Mahkamah diambil secara cepat.
4. Kalau Negara yang mengajukanpermintaan adalah suatu Negara yang bukan Peserta
kepada Statuta ini maka Negara yang mendapat permintaan, kalau tidak berada di bawah
kewajiban internasional untuk mengektradisi orang tersebut ke Negra yang mengajukan
permintaan, harus memberi prioritas kepada permintaan penyerahan dari Mahkamah,
kalau mahkamah telah menentukan bahwa kasus itu bisa diterima.
5. Apabila suatu kasus di bawajh ayat 4 belum ditetapkan untuk bisa diterima oleh
Mahkamah, Negara yang meneriam permintaan, atas kebijaksanaannya, melanjutkan
untuk menangani permintaan untuk ekstradisi dari Negara yang mengajukan permintaan.
6. Dalam kasus-kasus di mana ayat 4 berlaku, kecuali kalau Negara yang meneriam
permintaan berada dibawah kewajiban internasional yang ada untuk mengektradisi orang
tersebut ke suatu Negara yang mengajukan permintaan yang bukan Peserta kepada
Statuta ini, maka Negara yang mendapat permintaan harus menentukan apakah
menyerahkan orang tersebut kepada Mahkamah atau mengektradisi orang tersebut ke
Negara yang mengajukan permintaan. Dalam membuat keputusan itu, Negara yang
mendapat permintaan itu mempertimbangkan semua faktor terkait, termasuk tetapi tidak
terbatas pada:
(a)Tanggal masing-masing permintaantersebut;
(b)Kepentingan dari Negara yangmengajukan permintaan termasuk, apabila relevan,
apakah kejahatan itu dilakukandalam wilayahnya dan kebangsaan dari para
korban dan orang yang dicari; dan
(c)Kemungkinan mengenai penyerahan yangkemudian dilakukan antara Mahkamah
dan Negara yang mengajukan permintaan.
7. Apabila suatu Negara Peserta yang menerima permintaan dari Mahkamah untuk
menyerahkan seseorang juga menerima permintaan dari suatu Negara untuk
mengektradisi orang yang sama untuk perbuatan lain yang merupakan kejahatan di mana
Mahkamah mengupayakan penyerahan orang tersebut:
(a)Negara yang mendapat permintaan,kalau tidak berada di bawah kewajiban
internasional yang ada untukmengektradisi orang tersebut kepada Negara yang
mengajukan permintaan, harusmembereikan prioroitas kepada permintaan
Mahkamah;
(b)Negara yang menerima permintaan,kalau tidak berada di bawah kewajiban
internasional yang ada untukmengektradisi orang tersebut ke Negara yang
mengajukan permintaan, harusmenentukan apakah menyerahkan orang tersebut
ke Mahkamah atau mengektradisiorang tersebut ke Negara yang mengajukan
permintaan. Dalam membuatkeputusannya, Negara yang menerima permintaan
harus mempertimbangkan semuafaktor terkait, termasuk tetapi tidak terbatas pada
faktor-faktor yangditetapkan dalam ayat 6, tetapi memberi pertimbangan khusus
kepada sifatrelatif dan beratnya perbuatan yang dipersoalkan.
8. Apabila sesuai dengan pemberitahuan berdasarkan pasal ini, Mahkamah telah
menentukan suatu kasus sebagai dapat diterima, dan kemudian diektradisi ke Negara
yang mengajukan permintaan ditolak, Negara yang menerima permintaan harus
memberitahu Mahkamah mengenai keputusan ini.
Pasal 91
Isi dari permintaan untuk penahanandan penyerahan
1. Suatu permintaan untuk penahanan dan penyerahan harus dilakukan secara tertulis.
Dalam kasus-kasus mendesak, suatu permintaan dapat dilakukan lewat suatu medium
yang mampu menyampaikan catatan tertulis, dengan syarat bahwa permintaan itu harsu
ditegaskan lewat saluran yang ditetapkan dalam pasal 87, ayat 1 (a).
2. Dalam hal suatu permintaan untuk penahanan dan penyerahan seseorang untuk siapa
suatu suarat perintah penahanan telah dikeluarkan oleh Kamar Pra-Peradilan berdasarkan
pasar 58, permintaan itu berisi atau didukung oleh:
(a)Informasi yang menggambarkan orangyang dicari, yang cukup untuk
mengidentifikasikan orang tersebut, dan informasimengenai kemungkinan
keberadaan orang tersebut;
(b)Suatu salinan mengenai surat perintah penahanan; dan
(c)Dokumen, pernyataan atau informasiyang mungkin perlu untuk memenuhi
persyaratan untuk proses penyerahan di Negarayang meneima permintaan,
kecuali bahwa syarat-syarat tersebut haruslah tidaklebih memberatkn ketimbang
syarat-syarat yang bisa diterapkan pada permintaanuntuk ekstradisi sesuai dengan
perjanjian atau pengaturan antara Negara yangmendapat permintaan dan Negara-
Negara lain dan, kalau mungkin, seharusnyakurang memberatkan, dengan
mengingat sifat Mahkamah yang berbeda.
3. Dalam hal permintaan untuk penahanan dan penyerahan seseorang yang sudah dihukum,
maka permintaan itu harus mengandung atau didukung oleh:
(a)Satu salinan dari suatu surat perintah penagkapan untuk orang tersebut;
(b)Satu salinan dari keputusan mengenaipenghukuman;
(c)Informasi untuk memperlihatkan bahwaorang yang dicari itu adalah oarang
disebutkan dalamkeputusan mengenaipenghukuman; dan
(d)Kalau orang yang dicari itu sudahdihukum, asatu salinan dari hukuman yang
dijatuhkan dan, dalam hal satu hukumanpenjara, sutu pernyataan mengenai waktu
yang sudah dijalani dan waktu yangtersisa masih harus dijalani.
4. Atas permintaan Mahkamah, suatu Negara Peserta berkonsultasi dengan Mahkamah, baik
secara umum atau berkenaan dengan suatu hal khusus, mengenai setiap persyaratan
berdasarkan hukum nasionalnya yang mungkin berlaku berdasarkan ayat 2 [c]. Selama
konsultasi itu, Negara Peserta itu harus memberitahu mahkamah memgenai persyaratan-
persyaratan khusus dari hukum nasionalnya.
Pasal 92
Penahanan sementara
Pasal 93
Bentuk-bentuk kerjasama lainnya
1. Negara-Negara Peserta sesuai dengan ketentuan bagian ini dan berdasarkan prosedur
hukum nasional, harus mematuhi permintaan oleh Mahkamah untuk memberikan bantuan
berikut ini dalam kaitan dengan investasi atau penuntutan:
(a)Identifikasi dan keberadaanorang-orang atau lokasi hal-hal;
(b)Pengambilan bukti, termasuk kesaksiandi bawah sumpah, dan pengadaan bukti
termasuk pandangan ahli dan laporan yangperlu kepada Mahkamah;
(c)Menanyai setiap orang yang dalampenyelidikan atau dituntut;
(d)Penyerahan dokumen, termasuk dokumenjudisial;
(e)Memfasilitasi kemunculan sukareladari orang-orang sebagai saksi atau ahli di
depan Mahkamah;
(f)Pemindahan sementara orang-orangsebagaimana ditetapkan dalam ayat 7;
(g)Pemeriksaan tempat atau situs,termasuk penggalian dan pemeriksaan situs
kuburan;
(h)Pelaksanaan penggeledahan danpenyitaan;
(i)Penyediaan catatan dan dokumen,termasuk catatan dan dokumen resmi;
(j)Perlindungan para korban dan saksidan pemeliharan bukti;
(k)Identifikasi, penelusuran danpembekuan atau penyitaan hasil, kekayaan dan aset
serta alat-alat kejahatanuntuk keperluan penebusan akhir, tanpa merugikan hak-
hak dari pihakketiga yang bonafide;dan
(l)Setiap bentuk bantuan lain yang tidakdilarang oleh hukum dari Negara yang
mendapat permintaan, dengan tujuan untukmemfasilitasi investigasi dan
penuntutan kejahatan dalam Jurisdiksi Mahkamah.
2. Mahkamah mempunyai kewenangan untuk memberi jaminan kepada seorang saksi atau
seorang ahli yang menghadap di depan Mahkamah bahwa ia tidak akan dituntut, ditahan
atau dikenai suatu pembatasan atas kebebasan pribadinya oleh Mahkamah berkenaan
dengan setiap perbuatan atau penghapusan yang mendahului keberangkatan orang
tersebut dari Negara yang menerima permintaan.
3. Apabila pelaksanaan dari suatu tindakan bantuan tertentu yang dirinci dalam sutu
permintaan yang disampaikan berdasarkan ayat 1, dilarang di Negara yang mendapat
permintaan tas dasar suatu prinsip hukum mendasar dri penerapan umum, Negara yang
mendapat permintaan harus dengan segera berkonsultasi dengan Mahkamah untuk
mencoba menyelesaikan masalah itu. Dalam konsultasi-konsultasi itu, perimbangan
seharusnya diberikan kepada apakah bantuan itu dapat diberikan dalam suatu cara lain
atau tunduk pada kondisi. Kalau setelah konsultasi masalahnya tidak dapat diselesaikan,
Mahkamah harus memodifikasi permintaan itu seperlunya.
4. Sesuai dengan pasal 72, suatu Negara Peserta dapat menolak suatu permintaan bantuan,
seluruhnya atau untuk sebagian, hanya kalau permintaan itu berkenaan dengan
dikeluarkannya suatu dokumen atau diungkapkannya bukti yang berkaitan dengan
keaman nasionalnya.
5. Sebelum menolak suatu permintaan bantun berdasarkan ayat 1 (1), Negara yang
mendapat permintaan harus mempertimbangkan apakah bantuan itu dapat diberikan di
bawah kondisi-kondisi tertentu, atau apakah bantuan itu dapat diberikan pada waktu
belakangan atau dengan suatu cara alternatif, dengan syarat bahwa kalau Mahkamah atau
Jaksa Penuntut menerima bantuan itu di bawah kondisi tertentu, Mahkamah dan Jaksa
Penuntut harus pada syarat-syarat itu.
6. Kalau suatu permintaan bantuan ditolak, Negara Peserta yang mendapat permintaan harus
denga segera memberi tahu Mahkamah atau Jaksa Penuntut mengenai alasan-alasan
untuk penolakan tersebut.
7.(a) Mahkamah dapat mengajukanpermintaan pemindahan sementara dari seseorang dalam
tahanan untuk keperluanidentifiksi atau untuk mendapatkan kesaksian atau bantuan
lain. Orang tersebutdapat diserahkan kalau kondisi-kondisi berikut ini:
i) Orang itu secara bebas memberikanpersetujuannya yang diinformasikan kepada
penyerahan tersebut; dan
ii) Negara yang yang mendapat permintaansetuju untuk menyerahkan, tunduk pada
kondisi-kondisi sebagaimana disepakatioleh Negara dan Mahkamah tersebut.
(b) Orang yang diserahkan tersebut harus tetap dalam penahanan. Apabila
persyaratanpenyerahan itu telah terpenuhi, Mahkamah harus mengembalikan orang
tersebuttanpa ditunda-tunda lagi kepada Negara yang mendapat permintaan.
8.(a) Mahkamah harus memastikankerahasian dokumen dan informasi, kecuali yang
dibutuhkan untuk penyidikan danproses Mahkamah yang digambarkan dalam
permintaan itu.
(b)Negara yang menerima permintaan, apabila perlu, dapat mengirimkan dokumen
atauinformasi kepada jaksa Penuntut atas dasar kerahasiaan. Jaksa Penuntut
kemudianboleh menggunakannya semata-mata untuk keperluan menimbulkan bukti
baru;
(d)Negara yang menerima permintaan,dengan mosinya sendiri atau atas permintaan dari
Jaksa Penuntut, kemudian dapatmenyetujui diungkapkannya dokumen atau informasi
itu tersebut. Kemudian dokumenatau informasi itu dapat digunakan sebagai bukti
sesuai dengan ketentuan Bagian5 dan 6 dan sesuai dengan hukum dan Pembuktian.
9.(a) (i) Dalam hal suatu NegaraPeserta menerima beberapa permintaan yang bersaing,
selain penyerahan atauekstradisi, dari Mahkamah dan dari suatu Negara lain
sesuai dengan kewajibaninternasional, maka Negara Peserta itu harus berusaha,
setelah berkonsultasidengan Mahkamah dan Negara yang lain itu, untuk
mematuhi kedua permintaantersebut, kalau perlu dengan menunda atau
memberikan persyaratan kepada satupermintaan atau lainnya.
(ii) Kalau tidak demikian, permintaan-permintaanyang salaing bersaing itu harus
diselesaikan sesuai dengan prinsip-prinsip yangditetapkan dalam pasal 90.
(b)Tetapi, apabila permintaan dariMahkamah itu berkenaan dengan informasi, kekayaan
atau orang yang tunduk padapenguasaan suatu Negara ketiga atau suatu organisasi
internasional berkat suatuperjanjian internasional, Negara yang menerima permintaan
harus memberitahu Mahkamah sedemikian kepada Mahkamah dan mahkamah harus
meneruskan permintaannyakepada Negara ketiga atau organisasi internasional itu.
10.(a) Mahkamah,atas permintaan, dapat bekerjasama dengan dan memberikan bantuan kepada
suatuNegara Peserta yang melakukan penyelidikan atau persidangan berkenaan
denganperbuatan yang merupakan suatu kejhatan dlam Jurisdiksi Mahkamah atau
yangmerupakan suatu kejahatan serius di bawah hukum nasional dari Negara
yangmengajukan permintaan.
(b) (i) Bantuan yang diberikanberdasarkan sub-ayat (a) termasuk, antara lain:
(1)Pengiriman pernyataan, dokumen atau sejenis bukti lain yang didapat
selamasuatu investigasi atau sidang Mahkamah yang dilakukan oleh
Mahkamah; dan
(2) Menanyai setiap orangyang ditahan dengan perintah Mahkamah;
(ii) Dalam hal adanya bantuan berdasarkansub-ayat (b) (i) (ii):
(1)Kalau dokumen atau jenis-jeni buktilainnya telah diperoleh dengan bantuan
suatu Negara, pengiriman itu membutuhkanpersetujuan dari Negara tersebut;
(2)Kalau pernyataan, dokumen ataujenis-jenis bukti lain telah diberikan oleh
seorang saksi atau ahli, pengirimantersebut harus tunduk pada ketentuan pasal
68.
(c) Mahkamah, di bawah kondisi yang ditetapkan dalam ayatini, dapat mengabulkan
suatu permintaan untuk bantuan di bawah ini dari suatuNegara yang bukan Peserta
kepda Statuta ini
Pasal 94
Penangguhan Pelaksanaan PermintaanYang Berkenaan dengan
Penyelidikan atau Penuntutan yangsedang Berjalan
Pasal 95
Penangguhan Pelaksanaan PermintaanBerkenaan Dengan Keberatan
Mengenai Dapat Diterimanya SuatuPerkara
Tanpa merugikan pasal 53, ayat 2,dimana ada keberatan mengenai dapat diterimanya suatu
perkara yang beradadibawah pertimbangan mahkamah sesuai dengan pasal 18 dan 19, Negara
yangmendapat permintaan dapat menangguhkan pelaksanaan suatu permintaan di bawahBagian
ini sambil menunggu suatu ketetapan oleh Mahkamah, kecuali kalauMahkamah dapat
melanjutkan pengumpulan bukti tersebut sesuai dengan pasal 18atau 19.
Pasal 96
Isi Permintaan Untuk Bentuk-bentukbantuan lain
Berdasarkan Pasal 93
Apabila suatu Negara Pesertamenerima suatu permintaan berdasarkan Bagian ini dimana Negara
tersebutmengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkim menghambat atau
menghalangipelaksanaan permintaan itu, Negara tersebut harus berkonsultsi dengan
mahkamahtanpa ditunda lagi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Masalah-masalah itudapat
mencakup, antara lain:
(a)Informasi yangtidak mencukupi untuk melaksanakan permintaan tersebut;
(b)Dalam hal suatupermintaan untuk penyerahan, kenyataan bahwa sekalipun telah dilakukan
usahasebaik mungkin, orang yang dicari tidak bisa ditemukan atau bahwa
penyelidikanyang dilakukan telah menentukan bahwa orang yang berada di Negara
tempatpenahanan jelang bukan orng yang disebut dalam suarat perintah penahanan; atau
(c)Kenyataan bahwapelaksanaan dari permintaan dalam bentuknya dewasa ini akan
mengharuskan Negarayang menerima permintaan melanggar suatu kewajiban terhadap
perjanjian yang sudahada sebelumnya yang dilakukan berkenaan dengan suatu Negara
lain.
Pasal 98
Kerjasama Berkenaan DenganDikesampingkannya Kekebalan dan
Persetujuan Untuk Penyerahan
1.Mahkamah tidak dapat melanjutkansuatu permintaan untuk penyerahan atau bantuan yang
kiranya mengharuskan Negarayang mendapat permintaan untuk bertindak tidak konsisten
dengankewajiban-kewajibannya di bawah hukum internasionl berkenaan dengan Negara
ataukekebalan diplomatik dari orang atau kekayaan dari suatu Negara ketiga,
kecualikalau mahkamah mula-mula dapat memperoleh kerjasama dari Negara ketiga
untukitu mengesampingkan kekebalan.
2.Mahkamah tidak dapat melanjutkansuatu permintaan untuk penyerahan yang kiranya akan
mengharuskan Negara yangmenerima permintaan untuk bertindak tidak konsisten dengan
kewajibannyaberdasarkan perjanjian internasional yang sesuai dengan itu persetujuan
dariNegara yang mengirim dibutuhkan untuk menyerahkan seseorang dari Negara itu
kemahkamah, kecuali kalau Mahkamah mula-mula dapat memperoleh kerjasama
dariNegara pengirim karena memberi persetujuan untuk penyerahan.
Pasal 99
Pelaksanaan dari PermintaanBerdasarkan Pasal 93 dan Pasal 96
Pasal 100
Biaya
Pasal 101
AturanMengenai Kekhususan
Pasal 102
Penggunaan Istilah
Bagian 10
PELAKSANAAN
Pasal 103
Peranan Negara Dalam PelaksanaanHukuman Penjara
1.(a) Suatu hukuampenjara dijalani di suatu Negara yang ditetapkan oleh Mahkamah dari
DaftarNegara-Negara yang telah mengidentifikasikan kepada Mahkamah kesediaan
merekauntuk menerima orang yang dihukum.
(b) Pada saat menyatakan kesediaannya untuk meneriam orangyang dihukum, suatu
Negara dapat memberikan syarat penerimaannya sebagaimanadisetujui oleh
Mahkamah dan sesuai dengan Bagaian ini.
(c)Suatu Negara yang ditunjuk dalamsuatu kasus tertentu harus memberi tahu Mahkamah
dengan segera apakah Negaraitu menerima petunjuk Mahkamah.
2.(a) Negarapelaksana harus memberi tahu Mahkamah mengenai setiap keadaan yang
disepakatiberdasarkan ayat 1, yang secara materiil dapat mempengaruhi masa atau
lamanyapemenjaraan. Mahkamah harus diberitahu sekurang-kurangnya 45 haru
mengenaisuatu keadaan yang diketahui atau bisa diramalkan. Selama kurun waktu
ini,Negara pelaksana tidak boleh melakukan suatu kegiatan yang dapat
merugikankewajiban-kewajibannya berdasarkan pasal 110.
(b)Apabila Mahkamah tidak dapatmenyetujui keadaan-keadaan yang disebutkan dalam
sub-ayat (a), Mahkamah harusmemberitahu Negara yang menjadi tempat
pemberlakuan dan melanjutkan sesuaidengan pasal 104, ayat 1.
3. Dalam melaksanakan kebijaksanaannya untuk melakukan penunjukan berdasarkanyat 1,
Mahkamah harus memperhitungkan hal-hal berikut ini:
(a)Prinsip bahwa Negara Peserta harusberbagi tanggung jawab dalam pelaksanaan
hukuman penjara, sesuai dengan prinsippembagian yang adail, sebagaimana
ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian;
(b)Penerapan standar perjanjianinternasional yang diteriam secara luas yang mengatur
perlakuan terhadapnarapidana;
(c)Pandangan dari orang yang dihukum;dan
(d)Kebangsaan dariorang yang dihukum;
(e)Faktor-faktor lain tersebut mengenaikeadaan-keadaan kejahatan atau orang yang
dihukum, atau pelaksanaan efektifdari hukuman, yang mungkin sesuai dalam
menetapkan Negara Pelaksana.
4. Kalau tidak ada Negara yang ditunjuk berdasarkan ayat 1, hukuman penjara akan dijalani
di suatu fasilitas penjara yang disediakan oleh Negara tuan rumah, sesuai dengan kondisi
yang ditetapkan dalam persetujuan mengenai kantor pusat yang disebutkan dalam pasal 3,
ayat 2. Dalam hal itu, biaya-biaya yang timbul dari diberlakukannya suatu hukuman
penjara harus ditanggung oleh Mahkamah.
Pasal 104
Perubahan Dalam Penunjukan NegaraPelaksana
1. Mahkamah, pada setiap saat, dapat memutuskan untuk memindahkan seseoarang yang
dihukum ke suatu penjara di suatu Negara lain.
2. Seorang yang dihukum, setiap saat, dapat mengajukan permohonan kepada Mahkamah
untuk dipindahkandari Negara Pelaksana.
Pasal 105
Pelaksanaan Hukuman
1. Tunduk pada kondisi-kondisi yag mungkin dipunyai suatu Negara yang ditetapkan sesuai
dengan pasal 103, ayat 1 (b), hukuman penjara harus mengikat Negara Peserta, yang
dalam keadaan apapun tidak merubahnya.
2. Hanya Mahkamah saja yang mempunyai hak untuk memutuskan setiap permohonan
banding dan peninjauan kembali. Negara yang menjadi tempat pemberlakuan tidak boleh
menghalangi pembuatan permohonan semacam itu oleh seorang yang dihukum.
Pasal 106
Pengawasan Terhadap PelaksanaanHukuman
Dan Kondisi Hukuman Penjara
Pasal 107
Pemindahan Orang Setelah selesaiMenjalani Hukuman
1. Setelah selesai menjalani hukuman, orang yang bukan wargaNegara Negara yang
menjadi tempat pemberlakuan, sesuai dengan hukum dari Negara yang menjadi tempat
pemberlakuan, dapat dipindahkan ke suatu Negara yang berkewajiban untuk
menerimanya, atau ke suatu Negara yang setuju untuk menerimanya, dengan
memperhitungkan setiap keinginan dari orang yang hendak dipindahkan ke Negara
tersebut, kecuali kalau Negara yang menjadi tempat pemberlakuan memberi wewenang
kepada orang tersebut untuk tinggal di wilayahnya.
2. Kalau tidak ada Negara yang menanggung biaya yang timbul dari pemindahan orang
tersebut ke Negar lain sesuai dengan ayat 1, biaya tersebut harus ditanggung oleh
Mahkamah.
3. Tunduk pada ketentuan-ketentuan pasal 108, Negara Pelaksana, sesuai dengan hukum
nasionalnya, juga dapat mengektradisi atau sebaliknya menyerahkan orang tersebut
kepada yang telah meminta ekstradisi tersebut atau menyerahkan orang itu untuk
keperluan persidangan atau pelaksanaan suatu hukuman.
Pasal 108
Pembatasan Mengenai Penuntutan atauHukuman Atas
Pelanggaran-Pelanggaran lain
1. Seorang terhukum yang ditahandi Negara Pelaksana tidak akan menjadi sasaran
penuntutan atau hukuman atau ekstradisi ke Negara ketiga untuk setiap perbuatan yang
dilakukan sebelum orang tersebut diserahkan ke Negara Pelaksana, kecuali kalau
penuntutan, hukuman atau ekstradisi tersebut disetujui oleh Mahkamah atas permintaan
Negara Pelaksana.
2. Mahkamah harus memutuskan persoalan tersebut setelah mendengarkan pandangan-
pandangan dari orang yang dihukum.
3. Ayat 1 harus tidak berlaku lagi kalau orang yang dihukum itu secara sukarela tinggal
selama lebih dari 30 hari di wilayah Negara Pelaksana setelah menjalani hukuman
sepenuhnya yang dijatuhkan oleh Mahkamah, atau kembali ke wilayah Negara tersebut
setelah meninggalkannya.
Pasal 109
Diberlakukannya Denda dan TindakanPenebusan
1. Negara Peserta memberlakukan denda atau penebusan yang diperintahkan oleh
Mahkamah berdasarkan pasal 7, tanpa merugikan hak-hak pihak ketiga yang bonafide,
dan sesuai dengan prosedur hukum nasional mereka.
2. Kalau Negara Peserta tidak dapat memberlakukan perintah mengenai penebusan, Negara
tersebut harus mengambil tindakan untuk memperoleh kembali nilai dari hasil, kekayaan
atau aset yang diperintahkan oleh Mahkamah untuk ditebus, tanpa merugikan hak-hak
pihak ketiga yang bonafide.
3. Properti, atau hasil penjualan benda tak bergerak atau, dimana sesuai, penjualan kekayaan
lain, yang didapat oleh Negara Peserta sebagai akibat dari pemberlakuannya terhadap
keputusan Mahkamah harus ditransfer ke Mahkamah.
Pasal 110
Peninjauan oleh Mahkamah MengenaiPengurangan Hukuman
1. Negara Pelaksana tidak boleh membebaskan orng tersebut sebelum habisnya masa
hukuman yang dijatuhkan oleh Mahkamah.
2. Hanya Mahkamah saja yang mempunyai hak untuk memutuskan pengurangan hukuman,
dan akan memberi keputusan mengenai hal itu setelah memeriksa orang yang
bersangkutan.
3. Apabila seseorang telah menjalani dua pertiga dari hukumannnya, atau dua puluh lima
thun dalam hal hukuman seumur hidup, Mahkamah akan mengadakan peninjauan
terhadap hukuman untuk menentukan apakah hukuaman itu seharusnya dikurangi.
Peninjauan semacam itu tidak boleh dilakukan sebelum waktu tersebut.
4. Dalam peninjauannya berdasarkan ayat 3, Mahkamah dapat mengurangi hukuman kalau
Mahkamah berpendapat bahwa terdapat satu atau lebih faktor-faktor berikut ini:
(a)Kesediaan pada tahap awal danseterusnya dari orang tersebut untuk bekerjasama
dengan Mahkamah dalampenyelidikan dan penuntutannya;
(b)Bantuan sukarela dari orang tersebutuntuk memungkinkan diberlakukannya
keputusan dan perintah Mahkamah dalamkasus-kasu lain, dan secara khusus
dalam memberikan bantuan untuk mengetahuitempat aset yang menjadi sasaran
perintah denda, penebusan atau ganti rugi yangdapat digunakan untuk
kepentingan para korban; atau
(c)Faktor-faktor lain yang menetapkansuatu perubahan yang jelas dan penting
mengenai keadaan-keadaan yang cukupuntuk membenarkan pengurangan
hukuman, sebagaimana ditetapkan dalam Hukum Acaradan Pembuktian.
5. Kalau Mahkamah menentukan dalam peninjauan pendahuluannya berdasarkan ayat 3
bahwa tidak tepat untuk mengurangi hukuman, Mahkamah sesudah itu harus melakukan
peninjauan terhadap persoalan pengurangan hukuman pada jangka waktu sedemikian dan
menerapkan kriteria sebagaimana ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian
BAGIAN 11
MAJELIS NEGARA PESERTA
PASAL 112
Majelis Negara Peserta
1. Dengan ini ditetapkan Majelis Negara Peserta berdasarkan Statuta ini. Setiap Negara
Peserta mempunyai seorang wakil dalam Majelis yang dapat disertai oleh para pengganti
dan penasehat. Negara-Negara lain yang telah menanda-tangani Statuta ini atau Tindakan
Akhir dapat menjadi peninjau dalam Majelis.
2. Majelis akan:
(a)Mempertimbangkandan mengesahkan, apabila sesuai, rekomendasi-rekomendasi
dari Komisi Persiapan;
(b)Memberikanpandangan mengenai pengelolaan secara menyeluruh kepada
Kepresidenan, JaksaPenuntut dan Panitera mengenai administrasi Mahkamah;
(c)Mempertimbangkanlaporan-laporan dan kegiatan dari Biro yang didirikan
berdasarkan ayat 3 danmengambil tindakan yang perlu berkenaan dengan hal
itu.
BAGIAN 12
PENDANAAN
Pasal 113
Peraturan Keuangan
Kecuali kalau ditetapkan lainsecara khusus, semua masalah keuangan yag berkaitan dengan
Mahkamah darirapat-rapat Majelis Negara Peserta, termasuk Biro dan badan-badan
Bawahannya,akan diatur oleh Statuta ini dan Peraturan Keuangan serta Aturan-aturan
yangdisahkan oleh Majelis Negara Peserta.
Pasal114
PembayaranBiaya-biaya
Pasal115
DanaMahkamah dan Dana Majelis Negara Peserta
Pasal116
SumbanganSukarela
Tanpa merugikan pasal 115,Mahkamah dapat menerima dan menggunakan, sebagai dana
tambahan, sumbangansukarela dari Pemerintah-pemerintah, organisasi internasional,
perorangan,perusahaan dan badan-badan lain, sesuai dengan kriteria terkait yang disahkanoleh
Majelis Negara-Negara Peserta.
Pasal117
PerkiraanSumbangan
Sumbangan Kontribusi dari NegaraPeserta akan diperkirakan sesuai dengan skala perkiraan yang
disetujui, yangdidasrkan pada skala yang diterima oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
untukanggaran tetapnya dan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip dimana skala
itudidasarkan.
Pasal118
AuditTahunan
BAGIAN13
KLAUSULPENUTUP
Pasal119
PenyelesaianPerselisihan
Pasal120
Reservasi
Pasal121
Amendemen
1. Setelah berakhirnya masa tujuh tahun sejak berlakunya Statuta ini,setiap Negara Peserta
dapat mengusulkan amendemen terhadapnya. Naskah setiapaendemen yang diusulkan
harus diajukan kepada Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa, yang akan
mengedarkannya dengan segera kepada semua NegaraPeserta.
2. Tidak lebih cepat dari waktu tiga bulan dari tnggal pemberitahuan,Majelis Negara
Peserta berikutnya, dengan suatu mayoritas dari yang hadir danmemberi suara, akan
memutuskan apakah kehendak menyetujui usulan tersebut.Majelis dapat menangani usul
tersebut secara langsung atau menyelenggarakansuatu Konprensi Peninjauan kalau
masalah yang bersangkutan mengharuskandemikian.
3. Pengesahan suatu amendemen pada suatu sidang Majelis Negara Peserta ataupada suatu
Konprensi Peninjauan dimana konsensus tidak dapat dicapaimensyaratkan mayoritas dua
pertiga dari Negara Peserta.
4. Kecuali sebagaimana ditetapkan dalam ayat 5, suatu amendemen akanberlaku bagi
semua Negara Peserta satu tahun setelah instrumen ratifikasi ataupenerimaan telah dikirm
kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsauntuk disimpan oleh tujuh
perdelapan daripadanya.
5. Setiap amendemen terhadap pasal 5 Statuta ini berlaku bagi NegaraPeserta yang telah
menerima amendemen itu satu tahun setelah pengirimaninstrumen mengenai ratifikasi
atau penerimaan. Berkenaan dengan Negara Pesertayang belum menerima amendemen
tersebut, Mahkamah tidak melaksanakanjurisdiksinya mengenai suatu kejahatan yang
dicakup oleh amendemen apabiladilakukan oleh wargaNegara Negara Peserta tersebut
atau yang dilakukan diwilayahnya.
6. Kalau suatu amendemen telah diteriama oleh tujuh-perdelapan dari NegaraPeserta
sesuai dengan ayat 4, setiap Negara Peserta yang belum menerimaamendemen itu dapat
menarik diri Statuta ini yang berlaku dengan segera, tanpamemandang ayat 1 pasal 127,
tetapi tunduk kepada ayat 2 pasal 127, dengan mengirimkanpemberitahuan tidak lebih
lambat dari satu tahun setelah diberlakukannyaamendemen tersebut.
7. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus mengedarkan kepadasemua
Negara Peserta setiap amendemen yang disahkan pada suatu sidang MajelisNegara
Peserta atau pada suatu Konperensi Peninjauan.
Pasal122
EmendemenTerhadap Ketentuan Yang Bersifat Kelembagaan
Pasal123
PeninjauanTerhadap Statuta
Pasal124
KetentuanPeralihan
Tanpa memandang pasal 12 ayat 1,suatu Negara, setelah menjadi peserta terhadap Statuta ini,
dapat menyatakanbahwa, untuk kurun waktu tujuh tahun setelah diberlakukannya Statuta ini
bagiNegara yang bersangkutan, Negara tersebut tidak menerima Jurisdiksi Mahkamah
berkenaandengan kategori kejahatan yang diacu dalam pasal 8 ketika suatu kejahatandilaporkan
telah dilakukan oleh wargaNegaranya atau di wilayahnya. Suatudeklarasi berdasarkan pasal ini
dapat ditarik setiap waktu. Ketentuan pasal iniakan ditinjau kembali pada Konperensi
Peninjauan yang diselenggarakan sesuai dengan pasal 123, ayat 1.
Pasal125
Tandatangan,ratifikasi, Penerimaan, Pengesahan atau Penambahan
1. Statuta ini terbuka untuk ditandatangani oleh semua Negara di Roma, di kantorpusat
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa,pada tanggal
17 Juli 1998. Setelah itu, Statuta ini masih tetap terbuka untuktandatangan di Roma di
Kementerian Luar Negeri Italia sampai 17 Oktober 1998.Setelah tanggal itu, Statuta
masih tetap terbuka untuk tanda–tangan di New York,Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-
Bangsa, sampai tanggal 31 Desember 2000.
2. Statuta ini harus diratifikasi, diterima atau disahkan olehNegara-Negara penandatangan.
Instrumen ratifikasi, penerimaan atau pengesahanharus dikirim untuk disimpan pada
Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa.
3. Statuta ini akan tetap terbuka untuk penambahan oleh semua Negara.Instrumen
penambahan harus dikirim untuk disimpan pada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-
Bangsa.
Pasal126
Pemberlakuan
1. Statuta ini berlaku pada hari pertama dari bulan setelah harike-enampuluh setelah
tanggal diterimanya penyimpanan instrumen ratifikasi,penerimaan, pengesahan atau
tambahan yang ke-enampuluh pada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa.
2. Bagi setiap Negara yang meratifikasi, menerima, mengesahkan ataumenambah pada
Statuta itu setelah pengiriman untuk disimpan instrumenratifikasi, penerimaan,
pengesahan atau penambahan yang ke-enampuluh, Statutaini akan berlaku pada hari
pertama dari bulan setelah hari ke-enampuluhditerimanya untuk disimpan instrumen
ratifikasi, penerimaan, pengesahan ataupenambahan oleh Negara tersebut.
Pasal127
PenarikanDiri
Pasal128
NaskahOtentik
Naskah asli dari Statuta ini,dimana naskah dalam bahasa Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia dan
Spanyolsama otentiknya, harus disimpan pada Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa,
yang akan mengirimkan salinan-salinan daripadanya kepada semua Negara.