You are on page 1of 26

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH : Administrasi dan Supervisi Pendidikan


DOSEN : Drs. Sudarmo Hasan, M.A

KEPENGAWASAN DALAM PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH:
RIKA PERMANA SARI, SE

FAKULTAS AGAMA ISLAM


(AKTA 4)
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2010
KEPENGAWASAN DALAM PENDIDIKAN

1. SUPERVISI (KEPENGAWASAN)

a. PENDAHULUAN

Dari waktu kewaktu Indonesia mengalami perubahan termasuk dalam hal


kepemimpinan dalam pendidikan.. Adapun perubahan-perubahan tersebut dapat dibagi
menjadi tiga aspek:
1) perubahan dalam tujuan,
2) perubahan dal am scope (luasnya tanggung jawab/kewajiban), dan
3) perubahan dalam sifatnya.
Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan, mengubah pula scope atau luasnya
tanggung jawab yang harus dipikul dan dilaksanakan oleh para pemimpin pendidikan. Hal ini
mengubah pula irigaimana sifat-sifat kepemimpinan yang harus dijalankan sehingga dapat
sertcapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada saat sekarang ini, penyelenggaraan pendidikan lebih didesentralisasikan kepada
daerah-daerah. Tanggung jawab kepala sekolah dan guru-guru makin banyak dan luas. Jika
dahulu, kepala sekolah telah dianggap baik dan cakap kalau sekolahnya dapat berjalan
dengan teratur tanpa menghiraukan kepentingan dan hubungan dengan masyarakat
sekitarnya, maka penilaian sekarang lebih dari itu.
Disamping itu seorang kepala sekolah juga harus dapat bekerja sama dan berhubungan
erat dengan masyarakat. la berkewajiban membangkitkan semangat staf guru-guru dan
pegawai sekolah untuk bekerja Iebih baik membangun dan memelihara kekeluargaan,
kekompakan dan persatuan antara guru-guru, pegawai dan murid-muridnya;
mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah dan tahu bagaimana
menjalankannya; memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan pegawai-
pegawainya dan sebaginya.
b.PENGERTIAN SUPERVISI

Supervisi mempunyai pengertian yang luas yaitu segala bantuan dari para pemimpin
sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinail guru-guru dan personel
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. la berupa dorongan,
bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti
bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alai -alat pelajaran dan metoae mengajar yang
lebih haik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran,
dan sebagainya.
Dengan kata lain supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.
Kegiatan supervise dalam pendidikan mencakup penentuan kondisikondisi atau
syarat-syarat personal maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi
belajar-mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu.
Seperti dikatakan oleh Nealey dan Evans dalam bukunya, "Hand book forEffective
Supervision of Instruction ", seperti berikut: ". .. the term `supervision' is used to describe
those activities which are primarily and directly concerned with studying and improving the
conditions which sunound the learning and growth of pupils and teachers. "
Pada saat sekarang ini supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis.
Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru/pegawai
menjalankan tugas dengan baik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara
memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi, dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak
dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlukan sebagai partner bekerja yang
memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan
dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan. Sesuai dengan apa
yang dikatakan olehBurton dalam bukunya,

"Supervision a Social Process " ; sebagai berikut: "Supervision is an expert technical service
primarily aimed at studying and improving co-operatively all factors which affect child growth
and development ".
Sesuai dengan rumusan Burton tersebut, maka:

1) Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-
cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum pendidikan.
2) Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara
total; ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu
mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti leas termasuk
di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar-mengajar,
peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan
pembinaan dalam hal implementasi, kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode
mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran, dan sebagainya.
3) Fokusnya pada setting for learning, bukan pada seseorang atau sekelompok orang.
Semua orang, seperti guru-guru, kepala sekolah, pegawai sekolah lainnya, adalah
teman sekerja (coworkers) yang sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang
memungkinkan terciptanya kegiatan belajarmengajar yang baik.
Sesuai dengann rumusan di atas, maka kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam
rangka pelaksanaan supervisi dapat disimpulkan sebagai berikut
a) Kebangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
b) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam
macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses
belajar-mengajar yang baik.
c) Bersama guru-guru,berusaha mengembangkan,mencari,dan menggunakan metode
metode baru dalam proses belajar-mengajar yang lebih baik.
d) Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru,murid dan pegawai sekolah
lainya
e) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawa sekolah, antara lain
dengan mengadakan workshop, seminar, inservice-training, atau upgrading.
Perlu ditambahkan di sini bahwa menurut struktur organisasi Dep. P & K yang berlaku sekarang
ini, yang termasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penilik
sekolah, dan para pengawa di tingkat kabupaten/kotamadya, serta staf kantor bidang yang
ada di setiap provinsi.
Menurut Keputusan Menteri P dan K RI No.0134/0/1977, tugas pengawas dalam
pendidikan dirinci sebagai berikut:
1) Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi, metode penyajian, penggunaan
alat perlengkapan dan penilaiannya aga.berlangsung sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
2) Pengendalian tenaga teknis sekolah agar terpenuhi persyaratan formal
yang berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
3) Mengendalikan pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan saran: sekolah sesuai dcngan
ketentuan dan peraturan perundang-undangar yang berlaku serta menjaga agar kualitas dan
kuantitas sarana sekolar memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berl aku.
4) Mengendalikan tata usaha sekolah meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan dan
urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
5) Mengendalikan hubungan keijan sama dengan masyarayat, antara lain dengan
pemerintah daerah, dania usaha, dan lain-lain.
6) Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketetapan dan waktu.
7) Menilai pelaksanaan kerja tenaga teknis
sekolah.Menilai pemanfaatan sarana sekolah.
8) Menilai efisiensi dan keefektifan tata usaha sekolah.
9) Menilai hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain pemerintah daerah,
dunia usaha, dan lain-lain.
10) Melaksanakan program supervise sekolah serta memberikan petunjuk
perbaikanterhadap penyimpangan dalam pengelolaan sekolah yang meliputi segi:
a) proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode tertentu;
b) kegiatan sekolah di bidang pengelolaan gedung dan bangunan, halaman,
perabot dan alat-alat kantor dan sarana pendidikan lainnya;
c) pengembangan personel sekolah termasuk kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha
yang mencakup segi disiplin, sikap dan tingkah laku, pembinaan karier,
peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi
masing-masing;
d) tata usaha sekolah termasuk urusan keuangan, urusan sarana, dan urusan
kepegawaian;
e) hubungan sekolah dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan dan
masyarakat umumnya.

c. TIPE- TIPE PENGAWASAN


Dalam pengawasan tidak dapat dilepaskan dari tipe-tipe kepemimpinan/
kepengawasan mana yang dianutnya:
Burton dan Brueckner mengemukakan adanya lima tipe supervisi, yaitu
inspeksi, laissez-faire, coercive, training and guidance, dan democratic leadership.
Secara singkat kelima tipe tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Supervisi sebagai inspeksi
Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otokratis, supervise berarti inspeksi.
Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi
pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Orang-orang yang bertugas/ mempunyai tanggung
jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur.
Inspeksi dijalankan terutama dimaksud untuk meneliti/mengawasi apakah guru
atau bawahan menjalankan apa-apa yang sudah diinstruksikan dan ditentukan oleh atasan
atau tidak, sampai dimana guru-guru atau bawahan menjalankan tugastugas yang telah
diberikan/ditentukan atasannya. Jadi, inspeksi berarti kegiatankegiatan mencari kesalahan.
Guru-guru/bawahan tidak pernah diminta pendapat, diajak merundingkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan tugasnya. Musyawarah dan mufakat tidak berlaku dalam hal
ini. Inilah ciri-ciri kepengawasan yang khas yang berlaku pada zaman kolonial dahulu,
yang hingga kini masih juga terdapat sisa-sisanya dalam dania pendidikan kita. Inspeksi
merupakan tipe kepengawasan yang otokratis.
2) Laissez_ faire
Kepengawasan yang bertipe laissez faire sesungguhnya merupakan kepengawasan
yang sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan laissezfaire membiarkan guru-guru
bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh
menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka
ingini dan dengan cara yang mereka hendaki masing-masing.
Sama halnya dengan laissez faire pada sistem ekonomi, tipe laissez faire pada
supervisi adalah berdasarkan pandangan demokrasi.yang salah. Kita mengetahui bahwa hal
yang dernikian bukanlah demokrasi, melainkan justru suatu kepengawasan yang lemah dan
tanpa tanggung jawab. Seorang kepala sekolah yang termasuk tipe ini sama sekali tidak
memberikan bantuan, pengawasan, dan koreksi terhadap pekerjaan guru-guru/anggota yang
dipimpinnya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada mereka
masing-masing, tanpa petunjuk atau saran-saran, tanpa adanya koordinasi.
Tidak mengherankan jika dalam kepengawasan laissezfaire ini mudah sekali timbul
kesimpangsiuran dalam kekuasaan dan tanggung jawab di antara guru-guru dan pegawai-
pegawai lainnya, mudah timbul perselisihan dan kesalahpahaman di antara mereka.Segala
kegiatan dilakukan tanpa rencana dan bilangan pemimpin.
Para anggota tidak memiliki pengertian yang tegas tentang batas-batas kekuasaan dan
tanggung jawab mereka masing-masing. Dengan demikian, sukar diharapkan adanya
kerja sama yang harmonis yang sama-sama diarahkan ke satu tujuan.
3) Coercive supervision
Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi, tipe kepengawasan ini
bersifat otoriter. Di dalam tindakan kepengawasannya si pengawas bersifat rnemaksakan
segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut pendapatnya sendiri. Dalam hal
ini pendapat dan inisiatif guru tidak dihiraukan atau tidak dipertimbangkan. Yang penting,
guru harus tunduk dan menuruti petunjukpetunjuk yang dianggap baik oleh supervisor itu
sendiri. Mungkin dalam hal-hal tertentu kepengawasan tipe coervice ini berguna dan sesuai;
misalnya bagi guru yang mulai belajar dan mengajar. Akan tetapi, untuk perkembangan
pendidikan pada umumnya tipe coercive ini banyak kelemahannya. Tidak semua kepala
sekolah atau supervisi cara-cara mengajar yang baik untuk seluruh mata pelajaran.
4) Supervisi sebagai latihan bimbingan
Tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan
proses pertumbuhan bimbingan. Riga berpendidikan pandangan bahwa orang-orang yang
diangkat sebagai guru pada umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di sekolah guru.
Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan selanjutnya ialah untuk melatih (to train) dan
memberi bimbingan (to guide) kepada guru-guru tersebut dalam pekerjaannya sebagai
guru.
Tipe ini baik, terutama bagi guru-guru yang baru mulai mengajar setelah keluar
dari sekolah guru. Kelemahannya ialah: mungkin pengawasan, petunjukpetunjuk, ataupun
nasihat-nasihat yang diberikan dalarn sangka training dan bimbingan itu bersifat kolot,
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan pendidikan dan tuntutan zaman sehingga
dapat terjadi kontradiksi antara pengetahuan yang telah diperoleh guru dari sekolah guru
dengan pendapat supervisor itu sendiri. Kontradiksi ini dapat saja terjadi karena sebaliknya,
pendapat supervisi itu lebih maju sedangkan pengetahuan yang diperoleh guru dari
sekolah guru masih bersifat konservatif.
5) Kepengawasan yang demokrasi
Supervisi merupakan kepemimpinan pendidikan secara kooperatif. Dalam tingkat ini,
supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas, melainkan
merupakar pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawar
tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada para
anggota sesuai dengan tingkat, keahlian, dam kecakapannya masing-masing.
Masalah penting yang perlu mendapat perhatian bagi para pengawas dan kepala
sekolah selaku supervisor ialah menemukan cara-cara bekerja secara kooperatif yang
efektif Kemajuan dalam situasi belajar murid-murid tidak dapat dicapai dengan memusatkan
perhatian kepada teknik-teknik mengajar semata-mata. Mengajar adalah hasil dari
keseluruhan pengalarnan yang diperoleh guru. Untuk memajukan pengajaran, supervisor
harus mau memajukan kepernimpinan yang mengembangkan program sekolah, dan
memperkaya lingkungan bagi semua guru, mengusahakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan orang-orang dapat bermufakat tentang tujuan-tujuan pendidikan dan cara-cara
pelaksanaannya, dan memperoleh sumber-sumber yang memungkinkan pertumbuhan individual
maupun kelompok dalam pandangan dan kecakapan-kecakapan mereka. Di samping itu,
diusahakan pula adanya iklim dan suasana sehingga orang-orang merasa diakui dan dihargai
sebagai anggota kelompok yang sarna penting.
Bagi usaha-usaha dan tujuan-tujuan itu, maka kerja sama yang sesuai dan
esensial ialah yang dapat memajukan/mengembangkan:
• Pengertian yang mendalam pada individu dan kelompok tentang tujuan-tujuan
• pendidikan, serta pengabdiannya terhadap tujuan-tujuan itu.
• Kesediaan dan kerelaan untuk menerima tanggung jawab pribadi dan kelompok
• bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama.
• Kecakapan untuk memberi sumbangan-sumbangan secara efektif dan kreatif bagi
terpecahkannya masalah-masalah yang bertalian dengan pencapaian tujuan tujuan.
• Koordinasi untuk kepentingan usaha bersama secara keseluruhan.
Bentuk-bentuk kegiatan kerja sarna yang sesuai dengan maksud-maksud tersebut sangatlah
banyak. Akan tetapi, yang pokok dan sangat penting bagi fungsi kepengawasan ialah:
• Kerja sama dalam merencanakan pekerjaan-pekerjaan, terutama dalam
merumuskan tujuan-tujuan dan menetukan prosedur-prosedur
pelaksanaanya
• Kerja sama dalam membagi sumber-s umber tenaga dan tanggung jawab-tanggung
jawab dalam berbagai aspek pekerjaan.
• Kerja sama dalam pelaksanaan tugas-tugas penting bagi tercapainya tujuantujuan.
• Kerja sarna dalam menilai pelaksanaan prosedur serta penilaian terhadap hasilhasil
pekerjaan.

d. Kepengawasan dan semangat


Keinsafan, kesadaran, semangat merupakan hal penting dalam pelaksanaan
pengawasan . Dengan kata lain, untuk memajukan suatu karya bersama secara
keseluruhan diperlukan adanya kesediaan untuk memikul tanggung jawab tanpa
memikirkan atau mengutamakan kepentingan-kepentingan pribadi, melainkan justru untuk
tercapainya tujuan-tujuan bersama.
Semangat ialah sesuatu yang membuat orang-orang mengabdi kepada tuags
pekerjaannya, di mana kepuasan bekerja clan hubungan-hubungan kekeluargaan yang
menyenangkan menjadi bagian daripadanya. Semangat ialah reaksi emosional dan mental
dari seseorang terhadap pekerjaannya. Semangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
pekerjaan seseorang.
Dilihat dari sudut administrasi pendidikan, semangat ialah suatu disposisi pada
orang-orang di dalam suatu usaha bersama untuk bertindak, bertingkah laku, dan berbnat
dengan cara-cara yang produktif, bagi maksud-maksud dan tujuan-tujuan organisasi atau
usaha pendidikan.
Untuk menempatkan pertimbangan-pertimbangan tentang diri sendiri di
bawah kepentingan bersama, untuk bekerja selaku seorang anggota dalam suata kesatuan,
untuk tercapainya tujuan-tujuan umum, dan sebagai kecenderungan untuk mendapat
kepuasan dari kemajuan-kemajuan yang diperoleh organisasi.
Rasa kekeluargaan, loyalitas, antusiasme, sifat dapat dipercaya, dan
kesanggupan bekerja sama, menjadi ciri-ciri semangat yang tinggi.
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi semangat dan perlu mendapat
perhatian dari para pemimpin pendidikan ialah:
• Adanya tingkat kehidupan yang layak.
• Adanya perasaan terlindung, ketenteraman dalam bekerja.
Adanya kondisi-kondisi bekerja yang menyenangkan. Suasana dan
rasa kekeluargaan.
• Perlakuan yang adil dari atasannya.
• Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-sumbangan dan jasa-jasa yang
diperbuatnya.
• Terdapat perasaan berhasil dan kesadaran untuk ingin berkembang
• Kesempatan berpartisipasi dan diikutsertakan dalam menentukan kebijakan
(policy).
• Kesempatan untuk tetap memiliki rasa harga diri.

e. Ciri-ciri seorang supervisor yang baik

Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri-ciri pribadi sebagai guru yang baik,
memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses
pendidikan dalam masyarakat,kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan
melaksanakan human relation yang baik. Dia haruslah orang yang cinta pada anak-anak
dan menaruh minat terhadap mereka dan masalah-masalah belajar mereka. Kecakapannya
dalam menggunakan proses kelompok sangat vital, dan dia hares cakap memimpin
kelompok menurut prinsip-prinsip demokratis, memiliki kecakapan clan keteguhan hati untuk
mengambil tindakan cepat terhadap kesalahankesalahan yang telah diperbuatnya untuk
segera diperbaiki.
Suvervisor yang baik selalu merasa dibimbing oleh penemuan-penemuan yang
telah didapat dari hasil-hasil penelitian pendidikan dan mempunyai kesempatan untuk
menyatakan pendapat-pendapat itu di dalam diskusi-diskusi kelompok dan pertemuan-
pertemuan perseorangan. Dia hendaknya merupakan pemimpin somber dalam segala bidang
yang mengenai supervisi sekolah dan perbaikan pengajaran. Mungkin is adalah seorang
spesialis dalam bidang tertentu, tetapi di samping itu is pun hares dapat merupakan
seorang generalis di dalam approach-nya terhadap keseluruhan program sekolah.
Thomkins dan Backley menyatakan kualitas penting bagi seorang supervisor
sebagai berikut: "Memiliki intuisi yang baik, kerendahan hati, keramah tamahan,
ketekunan, sifat humor, kesabaran, dan sebagainya adalah ciri-ciri yang penting karena
supervisi menyangkut hubungan anorang-orang."
Menurut Kimball Wiles: "Seorang supervisor berurusan dengan persiapan
kepemimpinan yang efektif di dalam staf. Untuk melaksanakan ini, is hares selalu
berusaha untuk memperbaiki/mengembangkan sensitivitasnya terhadap perasaanperasaan
orang lain, untuk memperluas ketetapannya tentang anggapannya terhadap pendapat
kelompok mengenai hal-hal yang penting agar selanjutnya lebih
dapat melaksanakan hubungan-hubungan kerja sama yang kooperatif, untuk berusaha
mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi bagi dirinya sendiri, dan untuk lebih sering
berhubungan dengan mereka di dalam kelompok yang bekerja dengannya.
Dengan singkat, di samping harus memiliki ilmu administrasi dan memahami fungsi-
fungsi administrasi dengan sebaik-baiknya, untuk dapat jalankan fungsinya dengan baik
seorang supervisor harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat seperti berikut:
1) Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada di bawah
pengawasannya.
2) Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan
yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
3) Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis kepengawasan, terutama human relation.
4) Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati.
5) Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah
digariskan/disusun.
f. Fungsi-fungsi supervisi
Fungsi-fungsi supervisi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan
pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut
1) Dalam bidang kepemimpinan
o Menyusun rencana clan policy bersama.
o Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam
berbagai kegiatan.
o Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan
memecahkan persoalan-persoalan.
o Membangkitkan dan mernupuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang
tinggi kepada anggota kelompok.
o Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan- putusan.
o Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab kepada
anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing masing.
o Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
o Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok
sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.
2) Dalam hubungan kemanusiaan
a) Memanfaatkan kekeliaruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk
dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi
anggota kelompoknya.
b) Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok,
seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis, dsb.
c) Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
d) Memupuk rasa saling menghormati di antara sesama anggota kelompok dan
sesama manusia.
e) Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok
3) Dalam pembinaan proses kelompok
a) Mengenal masing-rnasing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun
kemampuan masing-masing.
b) Menirnbulkan clan memelihara sikap percaya-mempereayai antara sesarna
anggota maupun antara anggota dan pimpinan.
c) Memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong.
d) Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
e) Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan
pendapat di antara anggota kelompok menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan
pertemuan-pertemuan lainnya.
4) Dalam bidang administrasi personel
a) Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk
suatu pekerjaan.
b) Menempatkan personel pada tempat dan togas yang sesuai dengan kecakapan dan
kemampuan masing-masing.
c) Megusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja
serta hasil maksimal.
5) Dalam bidang evaluasi
a) Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.
b) Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan
sebagai kriteria penilaian.
c) Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap,
benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.
d) Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran
tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.

g. Tugas-tugas supervisor
Hubungan dengan fungsi-fungsi supervisi yang telah dibicarakan di muka, berikut ini
dikemukakan macam-macam tugas supervisi pendidikan yang riel dan lebih terinci sbb.:
1) Menghadiri rapat/pertemuan-pertemuan organisasi-organisasi profesional.
2) Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
3) Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah-masalah
umum (common problems).
4) Melakukan classroom visitation atau class visit.
5) Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalahmasalah
yang mereka usulkan.
6) Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.
7) Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-murid
8) Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber
sumber atau unit-unit pengajaran.
9) Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana melaksanakan suatu unit
pengajaran.
10) Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam program revisi kurikulum.
I l)Menginterpretasi data tes kepada guru-guru dan membantu mereka bagaimana
menggunakannya bagi perbaikan pengajaran.
12)Menilai dan inenyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru-guru
13) Bertindak sebagai konsultan di dalam rapat/pertemuan-pertemuan kelompok lokal.
14)Bekerja sama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam menganalisis dan
mengembangkan program kurikulum.
15)Berwawancara dengan orang-orang tua murid tentang hal-hal yang mengenai pendidikan.
16) Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.
17) Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dan penajaran dalam ruang
lingkup bidang tugasnya.
18) Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu catatan kumulatif, dan
sebagainya.
19)Berwawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk mengetahui bagaimana pandangan atau
harapan-harapan mereka
20) Membimbing pelaksanaan program-program testing.
21) Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi keperluan guru-guru. 22)
Mengajar guru-guru bagiamana menggunakan audio-visual aids.
23) Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas (classvisit) bagi
para kepala sekolah.
24) Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-kegiatan sekolah/guruguru
dalam surat-surat kabar.
25) Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-guns.
26) Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh guru yang ahli, supervisi
sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka memperkenalkan metode baru, alatalat baru.
2. JENIS SUPERVISI
Berdasarkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh guru-guru maupun para
karyawan pendidikan, pen ulis berpendapat bahwa supervisi di dalam dunia pendidikan dapat
dibedakan menjadi dua macam, vaitu supervisi umum dan supervisi pengajaran. Di samping
kedua jenis supervisi tersebut kita mengenal pula istilah supervisi klinis, pengawasan
melekat, dan pengawasan fungsional. Untuk memperjelas pengertian dan perbedaan jenis
jenis supervisi tersebut marilah kita ikuti uraian berikut.
a. Supervisi umum dan supervisi pengajaran
Supervisi umum adalah supervisi yang lakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau
pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran
seperti supersi terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau
kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan pengelolaan administrasi kantor,
supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau kantor pendidikan, dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran ialah kegiatan-
kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi - baik personel
maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar-mengajar yang
lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan demikian, apa yang telah
dikemukakan di dalam uraian terdahulu tentang pengertian supervisi beserta definisi-
definisinya dapat digolongkan ke dalam supervisi pengajaran.

b. Supervisi klinis
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalarn proses belajar
mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki
kelemahan atau kekurangan tersebut
Di dalam supervisi klinis cara "memberikan obatnya" dilakukan setelah
supervisor mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar, dengan
mengadakan "diskusi balikan" antara supervisor dan guru yang bersangkutan. Yang
dimaksud dengan "diskusi balikan" di sini ialah diskusi yang dilakukan segera setelah
guru selesai mengajar, dan bertujuan untuk memperoleh balikan tentang kebaikan
maupun kelemahan yang terdapat selama guru mengajar serta bagaimana usaha untuk
memperbaikinya. Untuk lebih jelasnya marilah kita bicarakan dahulu apa yang
dimaksud dengan supervisi klinis itu.
Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut:
"Supervisi Minis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan
melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual
yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan
modifikasi yang rational." (Clinical supervision may be defined as supervision focused upon
the improvement of instruction by means of sistematic cycles of planning, observation
and intensive intelelctual analysis of actual teaching performances in the interest of
rational modification.)

Keith Acheson dan Meredith D. Gall, mengemukakan bahwa


"supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan)
antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal".Secara
teknik mereka katakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri
atas tiga fase, yaitu (1) pertemuan perencanaan, (2) observasi kelas, dan (3) pertemuan
balik.
Dari kedua definisi tersebut di atas, John J. Bolla menyimpulkan: "Suvervisi Minis
adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional
guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis
data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar
tersebut: "

Ciri-ciri supervisi klinis


Agar menjadi lebih jelas bagaimana pelaksanaan supervisi klinis itu, supervisor perlu
memahami benar-benar ciri-ciri supervisi klinis. La Sulo nengemukakan ciri-ciri
supervisi klinis ditinjau dan segi pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan,
bukanperintah atau instruksi;
2) Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon
guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara
guru dan supervisor;
3) Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai keterampilan
mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa
keterampilan tertentu saja;
4) Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak (lihat butir 3 di atas);
5) Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif (sesuai dengan data
yang direkam oleh instrumen observasi);
6) Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang
direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan balikan
guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya;
7) Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah
atau mengarahkan
8) Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi,
dan diskusi/pertemuan balikan;
9) Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan
c. Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional
Istilah "pengawasan melekat" diturunkan dari bahasa asing built incontrole yang
berarti suatu pengawasan yang memang sudah dengan sendirinya (melekat) menjadi tugas
clan tanggung jawab semua pimpinan. dari pimpinan tingkat atas sampai dengan pimpinan
tingkat yang paling bawah dari semua organisasi atau lembaga. Dengan kata lain, sernua
orang yang menjadi pemimpin, apa pun tingkatannya, adalah sekaligus sebagai pengawas
terhadap bawahannya masingmasing. Oleh karena setiap pemimpin adalah juga sebagai
pengawas, maka kepengawasan yang dilakukan itu disebut "pengawasan melekat".
Di dalam buku penjelasan mengenai pengawasan melekat yang dikeluarkan oleh
Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pada Bab I dikemukakan
sebagai berikut:
"Pengawasan Melekat ialah suatu kegiatan administrasi dan manajemen yang
dilakukan oleh Pimpinan satuan kerja untuk mencegah terjadinya salah urns dan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja sesuai dengan kebijaksanaan Menteri P
dan K, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan rencana yang telah
ditetapkan."
Pengawasan melekat merupakan salah satu fungsi semua pimpinan dari tingkat atas sampai
tingkat bawah di masing-masing unit kerja di lingkungan Departemen P dan K. Dengan kata
lain, semua pimpinan tersebut termasuk kepala sekolah harus bertanggung jawab atas
pengawasan pelaksanaan semua tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada masing-
masing pimpinan bawahan di lingkungan unit kerja. Maka, jika terjadi penyeiewenangan
atau penyimpangan, dapat diluruskan secara dini.
Dengan pengawasan melekat yang efektif dan efisien dapat dicegah sedini
mungkin terjadinya pemborosan, kebocoran, dan penyimpangan dalarn penggunaan wewenang,
tenaga, uang, dan perlengkapan milik negara, sehingga dapat terbina aparat pendidikan dan
kebudayaan yang tertib, bersih, berwibawa, berhasil dan berdaya guna. Pengawasan
melekat dilakukan oleh setiap pimpinan atau atasan langsung, dan setiap pimpinan atau
atasan langsung hares mampu melaksanakan secara periodik ataupun mendadak sampai
dengan tiga eselon di bawahnya.
Tujuan pengawasan melekat ialah untuk mengetahui apakah pimpinan unit kerja dapat
menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian yang melekat padanya dengan baik
sehingga, bila ada penyelewenang, pemborosan, korupsi, pimpinan unit kerja dapat mengambil
tindakan koreksi tdini mungkin.
Sedangkan yang dimaksud dengan " pengawasan fiingsional" adalah kegiatan-
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi jabatannya sebagai
pengawas. Sebagai contoh kongkret tentang pengawasan fungsional, dapat dilihat di dalam
struktur organisasi Departemen P dan K. Di dalam struktur tersebut, khususnya di lingkungan
Direktorat Jenderal, terdapat delapan inspektorat yang masing-masing dipimpin oleh seorang
inspektur, yaitu:
1) Inspektur Kepegawaian
2) Inspektur Keuangan
3) Inspektur Perlengkapan
4) Inspektur Pendidikan Dasar dan Menengah
5) lnspek"tur Pendidikan Tinggi
6) Inspektur PLS, Pemuda dan Olahraga
7) Inspektur Kebudayaan, dan
8) Inspektur Proyek Pembangun.
Tugas-tugas kepengawasan yang dilakukan oleh para inspektur pembantu sesuai
dengan bidang dan wilayahnya masing-masing itulah yang disebut pengawasan
fungsional. Dilihat dari jenis supervisi yang telah diuraikan di muka, Maka
pengawasan yang dilakukan oleh para inspektur pembantu termasuk supervisi umum dalam arti
bukan supervisi pengajaran.
Supervisi alau pengawasau iungsionai yang mengenai pengajaran, pada umumnya
dilakukan oleh para pengawas di tingkat Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen P dan K
yang ada di tiap provinsi seperti, misalnya, mengawas bidang Pendidikan Menengah
Umurn, Pengawas bidang Pendidikan Menengah Kejuruan, dan Pengawas bidang Pendidikan
Guru dan Tenaga Teknis. Sedangkan untuk pendidikan dasar, PLS dan olah raga,
pendidikan masyarakat dan kebudayaan, pengawasan fungsional dilakukan oleh para
penilik menurut bidang masingmasing di tingkat kecamatan. Dengan dernikian,
fungsional dalam bidang pendidikan di tingkat kecamatan dilakukan,oleh empat
orang penilik, yaitu Penilik Tarnan Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, Penilik Pendidikan
Masyarakat, Penilik Pembinaan Generasi Muda, Penilik Keolahragaan, dan Penilik
Kebudayaan.
Khusus mengenai kepala sekolah, penulis berpendapat bawwa kepala sekolah
mempunyai dua fungsi kepengawasan sekaligus, yaitu pengawasan melekat _dan juga
pengawasan fungsional. Kepala sekolah harus menjalankan pengawasan melekat karena is
adalah pimpinan unit atau lembaga yang paling bawah di lingkungan Departemen P dan K.
harus menjalankan atau berfungsi sebagai pengawas fungsional, karena kepala sekolah
adalah juga sebagai pengawas atau supervisor yang membantu tugas penilik atau
pengawas dari Kanwil, khususnya dalam bidang supervisi pengajaran.
4. INSERVICE-TRAINING DAN UPGRADING
a. Inservice-training
Pernbinaan dan usaha perbaikan pendidikan tidak mungkin berhasil tanpa disertai dengan
pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan serta cara keija para pelaksananya, yaitu guru-
guru.
Pengalaman-pengalaman praktek yang diterimanya dari latihan-latihan praktek mengajar
yang sangat terbatas dan dalam waktu yang tidak lama, belum merupakan pengalaman yang cukup
bermutu untuk memenuhi tugas-tugas dan tanggung jawabnya setelah keluar dari sekolah
guru. Banyak hal yang diperbuat dan dilakukan oleh guru yang belum sempat atau tidak
dipelajarinya di sekolah guru.
Ini semua merupakan motif-motif yang mendorong keharusan adanya pendidikan
tambahan bagi guru-guru muda di sekolah-sekolah tempat mereka bekerja jika mereka
hendak menjadi guru yang cakap. Demikian pula guru-guru yang lebih tua sama-sama
perlu akan pendidikan dalam jabatan itu, yang biasa disebut inservice-training atau
refreshing (penyegaran).
Sebab-sebab perlunya inservice-training, di samping pendidikan persiapan (pre-
service training) yang kurang mencukupi, juga banyak guru yang telah keluar dari
sekolah guru tidak pernah atau tidak dapat menambah pengetahuan mereka sehingga
menyebabkan cara kerja mereka yang tidak berubah-ubah, itu-itu saja dan begitu-begitu
saja tiap tahun selama belasan tahun mereka bekerja.
Sebab lain mengenai perlunya inservice-training atau upgrading ialah suatu
kenyataan bahwa karena kebutuhan yang sangat mendesak, pemerintah mengangkat guru-
guru yang tidak dipersiapkan untuk menjadi guru sebelumnya, baik sebagai guru SD
maupun sebagai guru SLP atau SLA. Bagi mereka ini inservicetraining atau
upgrading mutlak diperlukan.
Sebab yang lain lagi ialah adanya program dan kurikulum sekolah yang harus
selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
masyarakat, dan kebudayaan. Untuk dapat mengimbangi perkembangan itu, pengetahuan
dan cara bekerja guru-guru harus berkembang pula.
Program inserviceowning atau refresing ini dipimpin oleh pengawas setempat
sendiri atau dengan bantuan para ahli dalam Program inservice-training dapat melingkupi
berbagai kegiatan seperti mengadakan kursus, aplikasi, ceramah-ceraniah, workshop,
seminar-seminar, mempelajari kurikulum, survai masyarakat, demonstrasi-demonstrasi
mengajar menurut metode-metode baru, freldtrip, kunjungan-kunjungan ke sekolah-
sekolah di luar daerah, dan persiapan-persiapan kuusus untuk tugas-tugas baru.
Demikianlah jika kita simpulkan, inservice-training ialah segala kegiatan yang
diberikan dan diterima oleh para petugas pendidikan (pengawas, kepala sekolah, penilik
sekolah, guru, dsb.) yang bertujuan untirk menambah dan mempertinggi mutu
pengetahuan, kecakapan, dan pengalarnan guru-guru dalam menjalankan tugas
kewajibannya.
b. Upgrading (penataran)
Upgrading ialah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk meninggikan atau
meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan kecakapan para pegawai, guru-guru, atau petugas
pendidikan Iainnya. sehingga dengan demikian keahliannya bertambah luas dan mendalam.
Perbedaannya yang agak jelas antara inservice-training dan upgrading ialah,
upgrading lebih memiliki civil-effect pada pekerjaan atau jabatan pegawai yang diupgrade.
Umpamanya: dapat menjadikan pegawai yang tidak berwewenang menjadi berwewenang,
berlaku untuk kenaikan tingkat/jabatan, dan mempertinggi pengetahuan dan keahlian.
Dilihat dari luasnya pengertian yang terkandung di dalamnya, inservicetraining
mengandung pengertian yang lebih luas daripada upgrading. Upgrading termasuk ke dalam
pengertian inservice-training. Kegiatan-kegiatan lain yang juga dapat dimasukkan ke dalam
pengertian inservicetraining antara lain ialah refreshing, stafftraining, workshop (sanggar
kerja), seminar, rapat kerja, konferensi kerja, dsb. Dewasa ini penggunaan istilah inservice-
training, upgrading, dan refreshing, pada umumnya dikacaukan saja hingga menjadi kabur
arti dan maksudnya.
Contoh upgrading yang biasa berlaku di kalangan guru-guru dar petugaspetugas lainnya
antara lain: memberi kesempatan kepada guru-guru SD yang berijazah SGB atau yang
sederajat untuk mengikuti KGA KPG agar memiliki pengetahuan yang setingkat dengan
SGA/SPG; memberi kesempatan atau tugas belajar kepada guru-guru SLP yang berijazar
SGA/SPG atau yang sederajat untuk mengikuti kursus PGSLP atau mengikuti kuliah di IKIP
sehingga menjadi guru yang berwewenang mengajar di SLP; memberi kesempatan atau
tugas belajar kepada guru-guru SLA yang berijazah BI/sarjana muda, untuk mengikuti kuliah
guna rnencapai tingkat sarjana; memberi kesempatan kepada pegawai administrasi (tata
usaha) yang memiliki ijazah SLP untuk mengikuti KPAA (Kursus Pegawai Administrasi
tingkat Atas), dan sebagainya.

5. PENEMPATAN GURU DAN MUTASI PIMPINAN SEKOLAH


a. Masalah Penempatan guru
Beberapa hal yang menyebabkan kesulitan dalam pengangkatan dan
penempatan guru-guru dapat dikemukakan di sini antara lain:
1) Besarnya hasrat pada guru-guru muda untuk melanjutkan pelajarannya guna
mencapai ijazah yang lebih tinggi sehingga banyak di antara mereka yang
memilih tempat bekerjanya di kota-kota besar.
2) Makin kurangnya animo untuk ke sekolah guru sehinga jumlah guru yang
dihasilkan setiap tahunnya kurang dapat memenuhi kebutuhan jumlah tenaga guru
yang diperlukan.
3) Sejajar dengan no. 2 di atas, terlihat adanya kecenderungan makin banyaknya
siswa wanita yang masuk ke sekolah guru, tidak sebanding dengan jumlah prianya.
Sedangkan pengangkatan/penempatan guru-guru wanita lebih memerlukan banyak
pertimbangan daripada penempatan bagi guru pria.
4) Khusus untuk SLP dan SLA, kekurangan guru-guru vak eksakta dan keterampilan
sangat menonjol, di samping melimpahnya jumlah guru vak umum seperti bahasa dan
IPS.
5) Adanya sistem pengajian yang masih menggunakan "SisteSkalaTunggal"(mono
scale system) seperti PGPS-68 yang pada umumnya kuranginenguntungkan,
terutama bagi jabatan guru.
6) Administrasi kepegawaian yang sangat birokratis sehingga menghambat kelancaran
prosedur pengangkatan serta penempatan guru-guru dan pegawai pada umumnya.
7) Last but not least: belum adanya perencanaan (planning) yang matang dari tiap
departemen, khususnya yang menyangkut pendidikan. Berapa sebenarnya
jumlah guru yang diperlukan bagi tiap daerah menurut jenis dan tingkatan sekolah
serta jenis mata pelajarannya, belum diperoleh data yang pasti dan meyakinkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
Dengan tidak melupakan adanya kesulitan seperti telah diuraikan di atas, dalam usaha
mengangkat dan menempatkan guru beberapa hal berikut ini perlu inendapat
perhatian:
1) Pengangkatan dan penempatan guru hendaknya didasarkan atas hasil seleksi dan
kualifikasi yang telah diadakan sebelumnya.
2) Disesuaikan dengan kebutuhan yang sebenarnya dari sekolah yang bersangkutan
(sesuai dengan hasil supervisi dan laporan kepala sekolah).
3) Jarak antara tempat tinggal guru dan sekolah. Jika perlu guru itu pindah tempat
mendekati sekolah. Lebih baik lagi jika di sekolah itu tersedia perumahan guru-
guru.
4) Untuk sekolah-sekolah tertentu, mungkin perlu pula dipertimbangkan jenis kelamin
dan status perkawinan (sudah kawin atau belum).
5) Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebagai guru.
6) Keahlian khusus dan hobby yang dimilikinya.
7) Hal-hal lain yang mungkin masih diperlukan, sesuai dengan rencana
jangkapanjang dari instansi atau sekolah yang bersangkutan.
b.Pentingnya mutasi pimpinan sekolah
Mengapa mutasi itu penting? Kita semua mengerti dan dapat merasakan bahwa setiap
manusia memiliki "penyakit" kebosanan. Bahkan mungkin dapat juga diaatakan bahwa
kebosanan itu pada manusia merupakan sifat. Manusia lekas merasa bosan terhadap sesuatu
yang monoton, yang begitu-begitu juga setiap saat, apalagi dalam jangka waktu yang
terlalu lama.
Banyak ahli berpendapat bahwa kegairahan dan semangat kerja seseorang dalam
memangku jabatan atau pekerjaan dapat mencapai titik kulminasinya di antara tahun
kedua dan kelima dari masa jabatannya. Itulah sebabnya maka banyak jabatan dalam
pemerintahan maupun instansi swasta yang ditentukan masa jabatannya antara 2-5
tahun. Hal ini meminjukkan kepada kita bahwa suatu jabatan yang lebih dari lima tahun
akan menimbulkan kebosanan bagi si pejabat, yang selanjutnya disebabkan kernerosotan
dan makin berkurangnya hasil kerja.
Hal ini berlaku pula bagi jabatan kepala sekolah. Pada kepala sekolah yang lebih dari
lima tahun mernegang jabatannya mulai terlihat adanya kemalasan, tidak atau kurang
adanya inisiatif dan kreativitas baru yang diperlukan bagi perigembangan atau inovasi
pendidikan. Oleh karena itu, adanya mutasi sangat diperlukan.
1) Mutasi vertikal dan horisontal
Yang dimaksud clengan mutasi v e r t i k a l di sini ialah mutasi yang dilakukan
memindahkan pegawai yang bersangkutan kepada jabatan yang lebih tinggi atau
lebih rendah dalarn jenjang organisasi kepegawaian. Misalnya, seorang kepala
sekolah dipindahkan dan diangkat menjadi kepala kantor wilayah. Untuk
menggantikan jabatan pimpinan sekolah tersebut, diangkatlah salah seorang wakil
kepala sekolah ataupun seorang guru yang dianggap cakap untuk memangku jabatan
tersebut. Atau mungkin juga terjadi mutasi yang sebaliknya, bukan diangkat ke atas,
melainkan diserahi jabatan yang lebih rendah
Mutasi horizontal ialah mutasi yang dilakukan dengan jalan memindahkan
kepala sekolah itu ke sekolah yang lain, yang sejenis, tanpa mengubah status
jabatannya. Dengan kata lain, mutasi horizontal ialah mutasi yang dilakukan dengan
mengadakan pertukaran pimpinan sekolah antarsekolah yang sejenis.
Beberapa kesulitan yang mungkin dialami dalam mengadakan mutasi horizontal
ini pada umumnya timbul dari kepentingan pribadi masing-masing kepala sekolah yang akan
dimutasikan. Seperti antara lain masalah perurnahan atau tempat tinggal, masalah
menyekolahkan anak, harta benda atau pekerjaan di luar dinas yang sudah berjalan di tempat
yang lama. Namun, penulis berpendapat, demi perbaikan dan pengembangan pendidikan,
adanya mutasi-tersebut sangat diperlukan.
2) Bagaimana melaksanakan mutasi itu?
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi dan menghambat dalam
pelaksanaannya. Meski demikian, untuk dapat melaksanakan mutasi itu dengan baik demi
suksesnya pencapaian tujuan pendidikan, beberapa syarat berikut ini perlu diperhatikan:
• Dilakukan dengan rencana yang matang, sisternatis dan praktis.
• Berdasarkan hasil supervisi yang kontinyu dan teliti.
• Diketahui benar-benar kelemahan dan atau kelebihan masing-masing kepala
sekolah yang akan dimutasikan.
• Diketahui benar kekurangan dan atau kelebihan masing-masing sekolah.
• Para kepala sekolah mengetahui dan menyadari mengapa dan untuk apa mereka
dimutasikan.
• Mutasi vertikal dan horizontal dapat dilakukan bersama-sama, sesuai dengan
tuntutan pengembangan pendidikan.
• Lebih baik jika mutasi itu dilaksanakan secara periodik, misalkan setiap 4 atau 5
tahun sekali. Kecuali mutasi yang terpaksa atau mendadak karena suatu hal.
DAFTAR ISI

1. SUPERVISI
a. Pendahuluan…………………………………………………………………………..1
b. Pengertian Supervisi…………………………………………………………………..1
c. Tipe- tipe Supervisi
1. Sepervisi sebagai infeksi………………………………………………………5
2. Laissez faire……………………………………………………………………5
3. Coercive supervision…………………………………………………………..6
4. Supervisi sebagai latihan bimbingan…………………………………………..6
d. Kepengawasan dan semangat……………………………………................................8
e. Ciri- ciri supervisor yang baik…………………………………………………………9
f. Fungsi- fungsi supervise………………………………………………………………10
g. Tugas- tugar supervisor………………………………………………………………12
11. JENIS- JENIS SUPERVISI………………………………………………………….14
111. INSERVICE, TRAINING DAN UPGRADING…………………………………..18
IV. PENEMPATAN GURU DAN MUTASI
PIMPINAN SEKOLAH…………………………………………………………….20

You might also like