You are on page 1of 11

BAB II

ANALISIS RESEP

2.1 Resep

Contoh Resep dari Poliklinik Kandungan

10
Keterangan Resep

Klinik : Kandungan

Tanggal : 4 Oktober 2010

Nama Pasien : Ny. Norlaila

Umur : 22 tahun

Berat badan : 39 kg

No. RMK : 0-90-14-16

Alamat :-

Nama Suami : Tn. Salman

Keluhan : perdarahan pervaginam

Diagnosa : G1 P0 A0 hamil 7-8 minggu + suspek abortus

2.2. Analisis Resep

2.2.1. Penulisan Resep

 Resep pada penulisan sudah ditulis dengan menggunakan tinta; resep

jika ditulis dengan pensil, ada kemungkinan satu dua tahun tidak dapat

terbaca lagi, padahal kertas resep harus disimpan di Apotek selama

minimal 3 tahun, sesuai Peraturan Pemerintah. Secara umum resep

jelas terbaca, suatu resep harus jelas dibaca sehingga tidak

menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat-obatan.

 Tulisan pada resep sudah cukup jelas terbaca. Dengan demikian akan

meminimalkan kemungkinan kesalahan persepsi atau keraguan bahkan

kekeliruan dalam membaca resep oleh apoteker atau asisten apoteker.

11
 Resep telah ditulis pada kertas resep dengan blanko R/ dimana ukuran

kertas yang ideal adalah lebar 10-12 cm dan panjang 15-18 cm.

Dimana pada resep tersebut belum tepat karena ukuran panjangnya 21

cm.

 Resep sudah ditulis dengan bahasa latin sehingga sudah memenuhi

kriteria resep yang benar.

2.2.2 Kelengkapan Resep

- Identitas dokter berupa unit rumah sakit tempat dokter bekerja beserta

kota, sudah dicantumkan dan diberi tanda tangan dengan jelas. Nama

dokter tertulis pada bagian kop resep. Akan tetapi untuk nomor telepon,

jam dan hari prakter terwakilkan dengan kop resep dari institusi Rumah

Sakit Daerh

- Nama kota serta tanggal resep sudah tertulis lengkap

- Superscriptio

Tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “harap diambil”

(superscriptio) hanya tercantum pada nomor resep pertama. Selanjutnya

hanya tulisan yang kurang jelas maksudnya.

- Inscriptio

a. Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari Remedium Cardinale, yaitu;

oksitoksik (methergin). Remedium Adjuvans, yaitu mefinal dan

vitamin Ferofort. Pada resep ini tidak ada Remedium Corrigens dan

Remedium Constituen sebab tidak ada pemberian dalam bentuk

Formula Magistralis. Untuk resep yang rasional, obat-obat yang

12
tergolong remedium cardinale disusun lebih dahulu dari remedium

adjuvan baru kemudian corrigens. Pada resep ini remedium cardinale

yaitu methergin diletakkan pada bagian awal, sehingga urutan

penulisan obat tepat.

b. Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk

bahan padat (mikrogram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan

(tetes, milimeter, liter). Pada resep, jumlah bahan obat pada masing-

masing dari ketiga obat tersebut tidak dituliskan.

- Subscriptio

Pada resep ini tidak tedapat subscriptio sebab tidak ada pemberian formula

magistralis.

- Signatura/ transcriptio

a. Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan

singkatan bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura,

biasanya disingkat S pada resep ini telah dicantumkan.

b. Pada resep ini frekuensi pemberian obat telah dituliskan..

c. Dalam penulisan aturan pakai pada resep ini belum lengkap, karena

pada pemberian semua obat tidak dicantumkannya waktu pemakaian.

Seharusnya tetap dicantumkan keterangan waktu pemakaian misalnya

sebelum makan (ac), sesudah makan (pc), sehingga nantinya didapatkan

hasil yang optimal.

d. obat simptomatik seharusnya ditulis prn.

13
- Identitas Pasien

Pada resep ini hanya dicantumkannya nama penderita sedangkan umur,

berat badan dan alamat penderita tidak dicantumkan.

2.2.3. Keabsahan Resep

- Pada resep tersebut sudah tercantum tanda tangan dokter yang menulis

resep dan nama jelas dokter yang menulis resep, sehingga menjadikan

suatu resep itu otentik. Bagian pelayanan dari Rumah Sakit yang

mengeluarkan resep tersebut telah tercantum. Akan tetapi paraf dokter

tidak tertulis pada setiap signature.

- Pada resep ini hanya dicantumkan nama kota dan propinsi dari Rumah

Sakit tersebut namun tidak disebutkan alamat lengkap dari Rumah Sakit

tersebut.

2.2.4. Dosis, frekuensi, lama waktu pemberian

a. Methergin

Methergin (metilergonovine maleat) merupakan bagian dari

golongan alkaloid ergot dan oksitoksik yang merangsang kontraksi

uterus.7 Metilergonovin maleat merupakan vasokontriktor pembuluh

darah dan agonis otot polos serta meningkatkan kekakuan dari otot

uterus. yang sering digunakan mencegah atau mengontrol perdarahan

eksesif saat persalinan dan perdarahan spontan atau abortus elektif. 8-11

Selain itu, mengontrol perdarahan yang disebabkan abortus.12

14
Indikasi pemberian untuk managemen rutin setelah persalinan

plasenta, atonia postpartum dan perdarahan; subinvolusi. Juga dapat

diberikan dalam kala dua saat persalinan dengan presentasi bahu

depan.9

Dosis yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien dan

kehilangan darah. Umumnya digunakan sebelum evakuasi uterus

khususnya ketika pembedahan ditunda.10 Dosis untuk perdarahan

secara oral 0,125-0,25 mg hingga 3 kali perhari selama 1 minggu atau

sesuai dengan instruksi dokter.11-13

b. Mefinal tablet

Mefinal tablet merupakan sediaan paten dari asam mefenamat.

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik dan sebagai anti-

inflamasi. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 sehari 250-500 mg

sehari.14 Indikasi digunakannya asam mefenamat untuk nyeri ringan

dan sedang yang bersifat akut dan kronik termasuk nyeri karena

trauma, dismenore, sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot. 15,16 Waktu

pemberian sebaiknya sewaktu makan, tetapi pada resep tidak

tercantum.

c. Ferofort

Tiap tablet: Fe fumarat 250 mgfekivalen dengan elemen besi 83

mg), asam ascorbat 150 mg, vit-B1 3 mg, vit-B2 3 mg, vit-B6 5 mg,

vit-B12 10 meg, niasinamida 30 mg, Ca-pantotenat 15 mg, lisina-HCI

50 mg, dioktil Na-sulfosuksinat 20 mg. dosis yang diberikan kepada

15
dewasa: 1-2 kaplet sehari. Merupakan multivitamin saat kehamilan dan

menyusui. Waktu pemberian sebaiknya sewaktu makan atau setelah

makan15

2.2.4 Bentuk Sediaan Obat

Bentuk sediaan yang diberikan dalam bentuk tablet. Tablet untuk

methergin®. Sediaan obat methergin® yaitu 0,125 mg. Sedangkan mefinal® dan

ferofort® merupakan kapsul (caplet). Sediaan obat mefinal® 250 mg dan 500 mg.

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang kompak mengandung satu atau beberapa

bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan.17 Obat dalam resep ini dipilih sediaan

padat karena disesuaikan dengan penderita yang dewasa dan tidak ada gangguan

menelan.

2.2.5 Interaksi Obat

Obat yang diberikan pada kasus ini yaitu methergin, mefinal tablet dan

ferofort. Tidak ada interaksi obat diantara ketiga obat tersebut.

2.2.6 Efek Samping Obat

1) Methergin

Efek samping yang paling umum adalah hipertensi. Mual dan muntah

jarang terjadi. Efek samping yang lain adalah infark miokard akut, nyeri dada

sementara, kejang arteri (koroner dan perifer), bradikardi, takikardi, dyspnea,

hematuria, tromboflebitis, intoksikasi air, halusinasi, kram kaki, pusing, tinitus,

hidung tersumbat, diare, diaphoresis, palpitasi, ruam dan gangguan perasa.9

16
2) Asam Mefenamat

Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia,

diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Efek

samping lain hipersentivitas yaitu eritema kulit dan bronkokontriksi, dan anemia

hemolitik pernah dilaporkan.14,15

3) Ferofort

Efek samping dari obat ini adalah gangguan pencernaan.

2.2.7 Analisis Diagnosis

Data yang diperoleh dari status pasien, dari anamnesa diketahui bahwa

keluhan pasien pada tanggal tersebut adalah perdarahan pervaginam.

Riwayat penyakit sekarang pasien mengeluhkan keluar darah pervaginam

sejak 3 hari yang lalu. Menurut pasien darahnya seperti haid. Sudah satu hari juga

pasien merasakan nyeri . menurut pasien dia tidak haid satu bulan. Sebelumnya

pasien ada periksa ke bidan dan pasien dinyatakan hamil satu bulan. Pada

pemeriksaan fisik uterus dan adneksa dalam batas normal.

Berdasarkan hal diatas, maka pasien didiagnosis abortus. Hal tersebut sesuai

dengan diagnosis abortus. Dikarenakan abortus harus diduga bila seorang wanita

dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah

mengalami haid terlambat; sering terdapat pula rasa mules.18 Hal tersebut sesuai

dengan keluhan pasien. Akan tetapi dalam pemeriksaan fisik uterus dan adneksa

(jaringan sekitarnya) dalam batas normal. Sehingga penatalaksanaan pada pasien

ini hanya pemberian obat oral untuk menghentikan perdarahan dengan cara

vasokontriktor pembuluh darah dan agonis otot polos uterus sehingga perdarahan

17
berhenti. Pemberian analgetika karena pasien mengeluhkan mules. Pemberian

obat berupa vitamin untuk mencegah anemia.

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar

kandungan. Penyebab dari abortus adalah sebagai berikut:18

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

a) Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus

spontan akibat kelainan kromosom seks

b) Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium tempat

implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat–zat makanan pada

hasil konsepsi terganggu.

c) Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya.

2. Kelainan pada plasenta

3. Penyakit ibu

4. Kelainan traktus genitalis

Diagnosis dan penanganannya. Abortus harus diduga bila seorang wanita

dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah

mengalami haid terlambat, sering terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut

diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan

dengan tes kehamilan biologis. Harus diperhatikan macam dan banyaknya

perdarahan, pembukaan serviks dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau

vagina.18

18
Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens,

abortus inkompletikus, dan abortus kompletus.18

1. Abortus imminens

Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,

dan tanpa adanya dilatasi serviks. Macam dan lamanya perdarahan

menentukan prognosis kelangsungan kehamilan. Prognosis menjadi kurang

baik bila perdarahan berlangsung lama, mules-mules yang disertai pendataran

dan pembukaan serviks.

Dalam kasus ini, hanya dikeluhkan perdarahan pervaginam disertai rasa

mules. Dalam pemeriksaan didapatkan uterus dalam batas normal. Tidak

ditemukan dilatasi serviks.

2. Abortus insipiens

Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat,

tetapi hasil konsepsi masih dalamm uterus.

3. Abortus inkompletus

Abortus insipiens ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal di uterus.

4. Abortus kompletus

Abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

19
2.3. Usulan Resep Untuk Kasus Tersebut

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT I

KALIMANTAN SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM “ULIN”
BANJARMASIN

Nama Dokter : dr. Nurul Sp.OG


NIP : I1A006081 TTD Dokter
UPF : Kandungan

Banjarmasin, 22 Agustus 2010

R/ Methergin tab 0,125 mg No. XIV


S b d d tab I pc

R/ Mefinal caps 500 mg No. X


S prn t d d caps I p.c (dur dol)

Pro : Ny. Nurlaila


Umur : 22 tahun
Berat badan : 39 Kg
Alamat : Jln. Sapta Marga No.12 Landasan Ulin

20

You might also like