You are on page 1of 58

1. IGA.

Lokita Purnamika Utami

Check things out!

This Blog
Linked From Here
The Web
This Blog

Linked From Here

The Web

http://lokitapurnamika.blogspot.com/2008/12/stad-
technique-for-reading.html
Wednesday, December 10, 2008
STAD technique for reading

Posted by IGA Lokita Purnamika Utami


DAFTAR ISI
Daftar isi
Halaman Pengesahan
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Perumusan masalah 6
BAB III Tinjauan Pustaka 6
3.1. Pemahaman Teks Bacaan (reading Comprehension) 6
Metode Cooperative Learning 8
3.3 Belajar Kooperatif Tipe STAD 14
3.4. Kajian Pustaka 17
BAB IV Tujuan Penelitian 18
BAB V Metode Penelitian
5.1. Subyek dan Obyek Penelitian 18

5.2. Desain Penelitian 19

5.3. Teknik Pengumpulan data 20

5.4. Prosedur Penelitian 24


5.5. Analisis Data 29
BAB VI Jadwal Pelaksanaan Penelitian 30
BAB VII Personalia Penelitian 30
BAB VIII Perkiraan Biaya Penelitian 31
Lampiran-lampiran
BAB I PENDAHULUAN
Kegiatan membaca merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan membaca dapat memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan, sehingga
pembaca semakin mampu untuk mendewasakan diri. Proses pendewasaan diri melalui
membaca merupakan pengejawantahan dari konsep humaniora. Dengan demikian,
sesungguhnya kegiatan membaca membawa misi humaniora (Koendjono, 1987: 86)
Melihat kenyataan diatas, maka keterampilan membaca perlu mendapat perhatian khusus.
Kalau dipandang dari sudut pendidikan ditingkat perguruan tinggi, membaca tidak saja
bermanfaat bagi mahasiswa dalam mempelajari satu mata kuliah saja melainkan untuk
semua mata kuliah.
Sehubungan dengan itu, mahasiswa perlu memiliki keterampilan membaca yang
baik, terutama bagi mahasiswa yang mempelajari bahasa asing, seperti mahasiswa
jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Hal ini juga ditekankan oleh Tarigan (1986) bahwa
mambaca merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai. Ratminingasih
d.kk (1999) juga mengatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Inggris terdapat 4
macam keterampilan bahasa yang harus dikuasai yaitu; reading, writing, speaking, dan
listening. Keempat ketrampilan bahasa (language skills)`tersebut sangatlah perlu untuk
dikuasai untuk memungkinkan siswa menggunakaan bahasa Inggris baik secara aktif
maupun pasif.
Memiliki kemampuan memahami bacaan sangat penting mengingat mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris diwajibkan untuk mengikuti perkuliahan yang menggunakan
berbagai literatur berbahasa Inggris. Hal ini tentunya mengharuskan mahasiswa-
mahasiswa tersebut untuk mampu memahami teks bacaan berbahasa Inggris dengan baik,
karena tanpa kemampuan tersebut maka mereka akan menemui kesulitan memahami
mata kuliah yang mereka pelajari.
Agar mahasiswa memiliki keterampilan membaca yang baik, mereka hendaknya dilatih
menangkap ide secara tepat di dalam bacaan. Apabila seseorang mampu menangkap ide
secara tepat di dalam bacaan maka ia dikatakan telah memahami isi bacaan. Untuk
memahami isi bacaan diperlukan kemampuan penguasaan kosakata (Tarigan, 1986:14).
Berkaitan dengan itu, Aswandi (1991: 42) mengatakan bahwa bagaimanapun baiknya
penguasaan kosakata dan cara membaca tidak ada artinya, kecuali pembaca tahu
maknanya. Jika tidak demikian, mereka akan mengalami kesuliatan dalam memahami isi
bacaan. Senada dengan itu, Tarigan (1986: 9) mengemukakan bahwa tujuan utama
membaca adalah untuk mencari informasi menyangkut isi dan memahami makna bacaan.
Tujuan membaca ini diperoleh salah satunya melalui mata kuliah membaca atau reading
di kelas
Rasional diatas, memberikan gambaran tentang pentingnya mata kuliah Reading
bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Salah satu mata kuliah Reading yang
diberikan adalah Reading I, yang diberikan sebagai tahap awal pembelajaran membaca
bagi mahasiswa semester I jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Dalam silabus mata kuliah Reading I dinyatakan bahwa mahasiswa diharapkan
mampu memahami teks bacaan, dengan menguasai 6 keterampilan pemahaman membaca
(reading comprehension skills) yaitu: scanning, previewing and predicting, vocabulary
knowledge for effective reading, skimming, making inference, dan summarizing. Dengan
menguasai keenam ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu memahami teks
bacaan dengan baik.
Setiap mahasiswa, sayangnya, memiliki tingkat kemampuan bahasa (level language),
yang berbeda. Dalam satu kelas, selalu ada beberapa mahasiswa yang memiliki tingkat
kemampuan bahasa yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Begitu pula yang
terjadi pada kelas membaca, ada beberapa mahasiswa yang memiliki keterampilan
membaca yang sangat baik, melebihi mahasiswa-mahasiswa yang lainnya. Hal ini
menimbulkan masalah, karena perbedaan kemampuan membaca para mahasiswa
membawa dampak bagi dinamika pengajaran membaca. Mahasiswa yang memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dalam pemahaman bacaan akan meninggalkan mahasiswa
yang berkemampuan lebih rendah. Sehingga, ketika para mahasiswa berkemampuan
lebih tinggi telah berhasil memahami suatu bacaan, mereka harus dengan sabar
menunggu dan mengikuti alur pengajaran yang tergantung dari dinamika pemahaman
mahasiswa berkemampuan lebih rendah.
Adanya perbedaan kemampuan antara siswa menurut Subarna and Sunarti (2001)
sebenarnya dapat digunakan sebagai media yang membantu siswa untuk mencapai
prestasi yang lebih baik dengan menugaskan mereka dalam suatu kelompok belajar.
Arends (1997) juga menyatakan hal yang bernada sama, ia juga menambahkan bahwa
kelompok belajar selain meningkatkan prestasi juga membantu siswa untuk melihat suatu
hal dari berbagai perspektif. Terlebih lagi, belajar dalam satu group sangat penting dalam
membentuk sikap dan kepribadian siswa.
Arends (1997) believes that the difference ability in classroom can be used
as a media to help the students attain their best achievement by assigning them
to work in groups. Furthermore, working in groups allows the students to see
one thing from different point of views. Moreover, they also believe that group
work learning is really important in forming the students’ personality, since the
students learn to respect others and communicate their ideas, which form a
circle interaction among them.
Berdasarkan pendapat Arends diatas, siswa memerlukan suatu kerjasama dalam
berbagi pendapat dan ide tentang sesuatu yang mereka pelajari bersama. Kegiatan
kerjasama ini hanya akan bisa berjalan secara efektif jika mereka bekerja dalam suatu
kelompok yang memiliki satu tujuan. Dan tujuan yang dimaksud disini adalah untuk
mendapatkan skor kelompok yang terbaik yang bisa mereka peroleh. Untuk mendapatkan
penghargaan, siswa saling memotivasi untuk membantu satu sama lain sehingga mereka
mengerti bersama-sama. Metode pembelajaran yang sesuai dengan pengembangan
prinsip belajar berkelompok dengan suatu motivasi untuk mencapai penghargaan
(reward) tersebut dikenal dengan Cooperative Learning.
Arends (1997) mengemukakan bahwa cooperative learning memiliki beberapa hal positif
yaitu (1) metode ini meningkatkan prestasi siswa dalam suatu pelajaran, (2) Metode ini
membutuhkan suatu kerjasama antar siswa, yang mana dengan demikian maka siswa
akan saling berbagi pengetahuan yang dimiliki, (3) siswa yang memiliki kemampuan
kurang akan termotivasi oleh siswa yang berkemampuan lebih tinggi untuk menguasai
pelajarannya dengan lebih baik, karena metode ini dirancang untuk bekerjasama yang
saling kebergantungan.
According to Arends (1997) Cooperative Learning has some strength.
First, it can improve the students’ achievements in the subject being taught.
Second, this method requires the students to work together to maximize
their learning. They tell each other things they have not already known.
This means that the low ability students are encouraged by the students with
high ability to master the lesson well since the activities are designed to
have the students work interdependently.
Fenomena tentang adanya perbedaan kemampuan pemahaman membaca ditemukan
peneliti pada kelas reading I, terutama pada kelas IB, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris,
UNDIKSHA. Para mahasiswa memiliki perbedaan tingkat kemampuan membaca yang
sangat jelas. Diantara mahasiswa, terdapat mahasiswa yang memiliki kemampuan yang
lebih tinggi dan yang lebih rendah. Siswa yang berkemampuan lebih rendah cenderung
ketinggalan dalam memahami bacaan dibanding mahasiswa dengan kemampuan yang
lebih tinggi. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, hal ini sangat berdampak pada
dinamika pembelajaran, karena kecepatan proses pembelajaran yang berbeda antara
mahasiswa berkemampuan rendah dan tinggi. Perbedaan kemampuan membaca ini,
sangat jelas terlihat dari hasil tes membaca yang diberikan. Berikut adalah tabel hasil tes
membaca mahasiswa kelas IB tersebut.
Table 1: Hasil Tes Membaca Mahasiswa kelas IB
Nilai Jumlah Mahasiswa Persentase
85 – keatas 1 orang 2, 38 %
70 – 84 10 orang 23,80 %
55 – 69 22 orang 52,38 %
40 – 54 9 orang 21,42 %
TOTAL 42 orang
Dari table diatas jelaslah adanya perbedaan kemampuan membaca antar
mahasiswa. Terlebih lagi setelah dihitung nilai rata-rata mahasiswa tersebut adalah 56,07
yang berada pada kiteria “kurang,” jika dilihat melalui kriteria nilai yang di ajukan oleh
Masidjo (1995) sebagai berikut:
Tabel 2: Kriteria Nilai
Persentase Kategori
90%-100% Istimewa
80%-89% Bagus
65%-79% Cukup
55%-64% Kurang
Dibawah 55% Rendah
Berdasarkan kriteria diatas, maka target penelitian ini adalah pencapaian rata-rata
kelas diatas 8,0 sehingga nilai rata-rata tersebut terletak pada kriteria bagus atau bahkan
istimewa.
Untuk mencapai target tersebut peneliti ingin menerapkan metode Cooperative Learning
di kelas IB, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, UNDIKSHA. Metode Cooperative
Learning terpilih karena metode ini menekankan pada pelaksanaan pembelajaran secara
berkelompok dengan memberikan materi pelajaran yang cocok untuk tipe pembelajaran
berkelompok. Satu tujuan utama dari metode Cooperative Learning adalah membuat
siswa bertanggung jawab atas prestasi kelompoknya. Dengan demikian masing-masing
siswa akan berusaha memotivasi dan saling membantu dalam memahami suatu hal.
Prilaku siswa yang saling tergantung secara positif ini diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan pemahaman membaca mereka.
Model pembejaran Cooperative Learning sebenarnya memiliki beberapa tipe
seperti, Jigsaw, STAD, TAI (Team Accelerated Instruction), work-pair, dan lain
sebagainya. Akan tetapi dari sekian banyak teknik dalam metode Cooperative Learning,
teknik STAD terpilih menjadi teknik yang akan diterapkan di kelas. Teknik pengajaran
STAD ini memiliki kelebihan dibandingkan teknik yang lain yaitu: (1) teknik ini cocok
diterapkan dikalas membaca, (2) teknik ini membutuhkan 5-6 siswa untuk bekerja
bersama-sama dalam satu kelompok. Dan hal ini sangat tepat untuk diterapkan pada kelas
besar, seperti kelas IB ini yang terdiri dari 42 mahasiswa. Hal ini disebabkan karena
memiliki jumlah kelompok yang tidak terlalu banyak di dalam kelas tentunya lebih
efisien dibandingkan memiliki banyak kelompok, karena pengajar bisa membagi
perhatiannya dengan lebih mudah.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang
penerapan metode Cooperative Learning, terutama teknik STAD pada kelas Reading I.
BAB II PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah
metode STAD mampu meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa kelas IB jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris, UNDIKSHA; (2) adakah dampak positif lain yang terlihat
dari pengajaran dengan teknik STAD.
2. BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pemahaman Teks Bacaan (reading Comprehension)
Nuttal (1982) mengartikan reading comprehension sebagai interpretasi symbol
verbal yang bermakna. Ini berarti bahwa membaca merupakan suatu hasil interaksi antara
persepsi simbul graphic yang merepresentasikan ketrampilan bahasa. Dalam proses ini
penulis suatu teks bacaan mengharapkan pembacanya untuk mampu memahami ide yang
tersirat dan tersurat didalamnya.
Comprehension atau pemahaman dalam membaca memegang suatu peranan
penting. Menurut Wirama Jaya (2002: 6) inti dari aktivitas membaca adalah kemampuan
untuk mendapatkan suatu makna yang tepat dari informasi tertulis yang dibaca, maka dari
itu pembaca memerlukan pengetahuan sebagai elemen dasar dari comprehension.
Berkaitan dengan hal ini, Carnine, et.al (1984) menyatakan bahwa reading
comprehension adalah suatu proses berpikir melalui membaca. Suatu proses yang
berdasar pada ketrampilan intelektual kognitif, pengalaman, dan ketrampilan bahasa si
pembaca.
Greenwood (1985) juga menyatakan bahwa ketrampilan yang diperlukan oleh
siswa untuk memahami teks bacaan adalah (1) mereka mampu mengidentifikasi ide
pokok, yaitu siswa mampu menemukan informasi umum dari suatu teks, (2) mereka
mampu mengetahui dan mengungkapkan kembali informasi spesifik yang mereka dapat
pada teks bacaan, (3) mereka mengetahui hubungan antara ide-ide pokok beserta dengan
pengembangannya, (4) mereka mampu memahami apa yang tersirat didalam teks bacaan,
atau reading between the line dan terakhir mereka dapat menarik kesimpulan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Carnine, d.k.k (1984:145) menyatakan bahwa

pemahaman membaca adalah suatu aktivitas untuk mengerti dan mendapatkan ide dibalik

sebuah kalimat atau paragraph, tidak hanya sekedar merangkai makna setiap kata yang

tersusun. Pemahaman membaca memerlukan beberapa keterampilan, yaitu: membaca


sepintas kilas (scanning), menafsirkan (previewing and predicting), pengetahuan

kosakata untuk membaca efektif (vocabulary knowledge for effective reading), membaca

sepintas dengan tujuan (skimming), membuat kesimpulan tentang informasi yang implisit

(making inference), dan meringkas (summarizing).

Lebih jauh, Dubin (1982) menyatakan bahwa dalam memahami teks tertulis, para

siswa diharapkan mampu menyerap informasi dengan menggunakan keterampilan

pemahaman membaca. Mereka membutuhkan kemampuan untuk menguhungkan

informasi yang mereka dapatkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah mereka

miliki sebelumnya.

Shepherd (1979) juga meyakini bahwa pemahaman membaca merupakan

kemampuan siswa memahami informasi yang disampaikan oleh penulis. Ia juga

mengemukakan bahwa pemahaman membaca ditandai dengan kemampuan siswa

menjawab pertanyaan tentang bacaan tersebut. Dengan demikian, dalam kelas membaca

guru bahasa Inggris harus memiliki kemampuan mengajar. Memiliki kemampuan

mengajar sangatlah penting, sebagaimana yang dinyatakan oleh Dubin (1982) sorang

guru hanya bisa membantu siswa memahami bacaan apabila dia mampu mengajar siswa

dengan baik.

Keberhasilan memahami suatu bacaan sangat bergantung pada tingkat

kemampuan bahasa siswa dan tingkat kesulitan bahasa yang digunakan penulis. Dengan

demikian, materi atau bahan bacaan haruslah dipilih sehingga sesuai dengan tingkat

kemampuan bahasa siswa. Hal ini sangat penting, mengingat siswa akan lebih termotivasi

untuk membaca teks yang bisa mereka pahami. (Dubin, 1982:127)

Metode Cooperative Learning


3.2.1. Definisi Metode Cooperative Learning
Cooperative learning adalah suatu istilah generic untuk menyebutkan berbagai
kelompok-kelompok kecil yang berinteraksi berdasarkan prosedur instruksional. Siswa
bekerja bersama-sama dalam mengerjakan tugas-tugas akademik dalam suatu kelompok
kecil yang bertujuan tidak saja untuk membantu diri mereka sendiri tetapi juga teman
kelompoknya dalam memahami pelajaran tersebut (Davidson, 1992, in Arend, 1997).
Lebih jauh lagi Balkcom (2002) mendeskripsikan Cooperative Learning sebagai
suatu metode pengajaran yang berhasil dimana setiap kelompok terdiri dari berbagai
siswa dengan tingkat kemampuan bahasa yang berbeda, bekerja sama dalam berbagai
aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka pada pelajaran tertentu.
Secara umum Cooperati Learning memiliki lima teristik umum sebagai berikut:
Siswa bekerja sama dalam mengerjakan suatu tugas yang paling baik diselesaikan dengan
kerja kelompok
Siswa bekerja bersama pada satu kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 orang
Siswa bekerja sama secara kooperative dengan menjalankan pro-social behavior dalam
aktivitas pembelajaran.
Siswa bergantung secara positif dengan teman kelompoknya. Hal ini dikarenakan,
aktivitas pembelajarannya memang di desain untuk bisa diselesaikan dengan cara
bekerja sama yang ketergantungan atau work interdependently..
Siswa bertanggung jawab secara individu pada pencapaian pembelajarannya
Berlawanan dengan metode pembelajaran yang tertumpu pada kompetisi individu
dengan yang lainnya, belajar kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran di mana
mahasiswa dalam kelompok kecil yang heterogen saling mempertukarkan tanggung-
jawab belajarnya. Sebagai suatu hasil, mahasiswa belajar dari seseorang ke yang lainnya.
Mereka belajar untuk menghargai perbedaan pada masing-masing yang lainnya dan
membangun kekuatan individu dalam urutan untuk menemukan tujuan kelompok.
Mereka belajar keterampilan sosial dan juga materi pelajaran.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa strategi belajar kooperatif men-dorong
harga-diri individu dan menganjurkan mahasiswa untuk mengambil kendali dari
belajarnya sendiri. Tuntutan ini melengkapi suatu ringkasan dan strategi belajar
kooperatif dan menunjukkan bagaimana dosen-dosen dapat mengintegrasikan strategi-
strategi tersebut dalam rencana pembelajaran mereka (Hilke, 1998: 3).
Lebih lanjut Hilke mengemukakan tujuan utama dari belajar kooperatif adalah:
(1) untuk membantu perkembangan kerjasama akademik di antara mahasiswa, (2) untuk
menganjurkan hubungan kelompok yang positif, (3) untuk mengembangkan harga-diri
mahasiswa, dan (4) untuk meningkatkan pencapaian akademik.
Mahasiswa dapat mengejar tujuan pembelajaran melalui tiga cara: secara
kompetitif, secara individu, dan secara kerjasama. Pada tahun 1940, Morton Deutsch
(1949) menyusun suatu teori tentang bagaimana orang-orang berhubungan dan
berinteraksi pada masing-masing susunan tersebut. Pada susunan kompetitif, seorang
mahasiswa bekerja melawan masing-masing yang lainnya dan tampilan mereka
dibandingkan. Beberapa mahasiswa mengalami kekeliruan dalam susunan ini, hasilnya
kehilangan harga-diri dan kadang-kadang berperasaan negatif terhadap teman sebaya
mereka secara bebas pada langkah mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
oleh dosen. Dosen selanjutnya mengevaluasi sekelompok tujuan untuk masing-masing
individu.
Dalam susunan kooperatif, kelompok mahasiswa yang heterogen bekerja bersama
untuk menemukan tujuan. Masing-masing pribadi mempertanggungjawabkan
pembelajarannya sendiri dan membantu yang lainnya. Kekuatan yang dapat dicapai untuk
setiap pribadi dalam kelompok. Keterampilan komunikasi dan sosial yang baik
dibutuhkan dalam urut-urutan perkembangan hubungan kerja yang baik. “Dalam
kelompok belajar kooperatif, di sana cenderung terjadi peraturan teman sebaya, umpan
balik, dukungan, dan anjuran belajar yang agak beragam. Dukungan akademik teman
sebaya demikian tidak tersedia pada situasi belajar kompetitif dan individualistik”
(Johnson and Johnson, 1987: 28).
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif adalah
strategi pembelajaran yang memusatkan perhatian pada proses penalaran nilai-nilai
moral, melalui diskusi dan proses tanya jawab dialektis yang bersifat mengajar dan
menantang proses pemahaman (Lickona, 1992: 236-238). Menurut Slavin (1995: 2),
metode pembelajaran kooperatif menunjuk pada bermacam-macam model pembelajaran,
di mana para mahasiswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu,
berdiskusi dan saling memberi argumentasi, untuk saling menilai pengetahuan yang
dimiliki sekarang dan mengisi kesenjangan pemahaman di antara mereka.
Dari kedua pendapat di atas mengenai model pembelajaran kooperatif, maka
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan mahasiswa,
yaitu belajar dalam kelompok kecil yang heterogen, di mana setiap mahasiswa memiliki
kesempatan untuk memberikan atau menyampaikan argumentasinya, sehingga terjadi
interaksi antara dosen dengan mahasiswa, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya,
komunikatif dan bersifat multi arah.
Menurut Lickona (1992: 198), ada delapan bentuk model pembelajaran kooperatif, yaitu :
(1) belajar berpasangan (learning partners), (2) susunan duduk berkelompok (cluster
group seating) , (3) belajar bertim (student team learning), (4) belajar dengan membahas
berbagai topik dalam tim (Jigsaw learning), (5) mengetes tim (team testing), (6) proyek
kelompok kecil (small group projects), (7) kompetisi dalam tim (team competition), dan
(8) projek untuk seluruh kelas (Whole class project). Sedangkan menurut Slavin (1995:
5), terdapat lima metode utama dalam pembelajaran bertim (Student Teams Learning).
Tiga di antaranya, berlaku secara umum pada semua bidang studi, yaitu sebagai berikut :
“Student Teams-Achieve-ment Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), and
Jigsaw II”. Sedangkan dua metode lainnya hanya berlaku secara khusus, yaitu:
“Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)” untuk pengajaran membaca
dan me-nulis pada tingkat 2-8, dan “Team Accelerated Instruction (TAI)” untuk
pengajaran matematika pada tingkat 3-6. Dari kelima model pembelajaran kooperatif
tersebut, dalam penelitian ini dikaji model pembelajaran kooperatif tipe “STAD”, yaitu
model pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil, yang masing-masing kelompok
terdiri dari 5-6 orang mahasiswa yang heterogen.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ini, maka dapat meningkatkan
interaksi antara dosen dengan mahasiswa, dan antara mahasiswa dengan mahasiswa
lainnya, komunikatif, dan bersifat multi arah.
3.2.2. Elemen-Elemen Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends (1997) Cooperative Learning membatu siswa dalam hal (1)
memberikan kesempatan siswa berbagi ilmu dan informasi antar siswa, (2) memotivasi
siwa untu belajar, (3) membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka, (4)
menyediakan feedback yang formatif, (5) menumbuhkembangkan ketrampilan social dan
kelompok yang diperlukan diluar kelas.
Arend (1997) states that Cooperative Learning enhances students learning
by; (1) providing a shared cognitive set of information between students, (2)
Motivating students to learn the material, (3) Ensuring the students to
construct their own knowledge, (4) Providing formative feedback, (5)
Developing social and group skills necessary for success outside the
classroom
Berkaitan dengan hal tersebut diatas Johnson and Johnson (1984: 15) mengidentifikasi
lima elemen dasar dalam belajar kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan yang positif,
(2) memajukan interaksi tatap muka, (3) pertanggungjawaban individu, (4) keterampilan
sosial, dan (5) proses kelompok. Pembicaraan masing-masing elemen tersebut seperti
berikut.
1) Saling ketergantungan yang positif.
Saling ketergantungan tujuan yang positif terjadi bila mahasiswa melaksanakan
tugas kelompok dengan perasaan saling menguntungkan. Mereka perlu mengerjakan
bagian mereka sendiri, untuk keuntungan seluruh kelompok. Sebagai contoh, bila tugas
kelompok untuk meneliti dan menulis laporan, nilai untuk laporan merupakan nilai
kelompok. Pencapaian yang rendah dalam kelompok menimbulkan usaha kerja terbaik
mereka untuk keselamatan seluruh kelompok. Pencapaian yang tinggi, ingin
mempertahankan kualitas kerja mereka yang tinggi, akan membantu yang lainnya dalam
menyelesaikan tugas kelompok. Selanjutnya masing-masing individu mem-peroleh
manfaat yang penting dan harga-diri. Johnson et al. (1984) berpendapat bahwa saling
ketergantungan yang positif dicapai: ‘melalui tujuan yang saling me-nguntungkan (saling
ketergantungan tugas); pembagian material, sumber-sumber, atau informasi di antara
anggota kelompok (saling ketergantungan sumber); pembe-rian peranan mahasiswa yang
berbeda (saling ketergantungan peran); dan melalui pem-berian penguatan bersama
(saling ketergantungan penguatan). Dalam urutan untuk situasi belajar menjadi
kooperatif, mahasiswa harus bersedia bahwa mereka secara positif saling ketergantungan
dengan anggota lainnya dari kelompok belajar mereka’.
2) Memajukan interaksi tatap muka.
Kemajuan interaksi terjadi bila pertukaran verbal mengambil tempat di mana
mahasiswa menjelaskan bagaimana mereka memperoleh suatu jawaban atau bagaimana
suatu masalah bisa dipecahkan. Mereka juga dapat membantu masing-masing yang
lainnya untuk memahami suatu tugas. Mahasiswa memeriksa masing-masing pemahaman
yang lainnya dan menyatakan pertanyaan pada anggota kelompok sebelum me-nyatakan
pada dosen untuk klarifikasi. Bila sebuah tugas sudah lengkap, anggota ke-lompok
meringkaskan apa yang telah dipelajari.
3) Pertanggung-jawaban individu.
Pertanggungjawaban individu merupakan pengambilan pertanggungjawaban
pribadi untuk materi belajar. Sebagai tambahan untuk kontribusi kelompok, masing-
masing mahasiswa memerlukan penguasaan material tertentu. Salah satunya dosen
menen-tukan tingkat penguasaan, anggota kelompok sering mendukung dan membantu
masing-masing yang lainnya dalam mencapai tingkat penguasaan tersebut.
Suatu pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi tentang belajar koope-ratif adalah
apa yang dikerjakan mahasiswa yang tidak berpartisipasi, membiarkan yang lainnya
untuk bekerja, dan memastikan untuk belajar materi dasar. Untuk mencegah kejadian ini,
seorang dosen dapat merata-ratakan skor ujian individu untuk nilai ke-lompok.
Selanjutnya bila seseorang skor ujiannya lebih rendah dari rata-rata teman sebaya bukan
hanya mendesak bahkan secara halus menekan individu untuk belajar lebih giat. Atau
mereka akan melihat perlunya bekerja dengan individu dalam urutan untuk mencapai
tingkat ketuntasan. Juga dari waktu ke waktu, dosen bisa menyeleksi penempatan nilai
individu, yang menganjurkan semua anggota kelompok untuk mengerjakannya secara
langkap dalam waktu yang tepat dan dengan cara yang wajar.
4) Keterampilan sosial.
Kritik untuk kesuksesan belajar kooperatif adalah keterampilan sosial demi-kian
seperti mengetahui bagaimana berkomunikasi secara efektif dan bagaimana me-
ngembangkan rasa hormat dan kepercayaan dalam kelompok. Kelompok yang ber-tugas
dengan baik tidak terjadi secara wajar; mahasiswa memerlukan petunjuk bagaimana
mengikuti dan juga berperan. Bila pertanggungjawaban belajar diperlukan, mahasiswa
membutuhkan anjuran masing-masing anggota lainnya untuk melengkapi tugas yang
diberikan. Mereka perlu mengetahui bagaimana meminta bantuan bila mereka mem-
butuhkannya. Bila muncul konflik (dan konflik memang akan muncul), mahasiswa perlu
mengetahui bagaimana menggunakan strategi resolusi konflik.
5) Proses kelompok.
Secara periodik mahasiswa memerlukan pencerminan pada bagaimana kelompok
yang baik bekerja dan menganalisis bagaimana keefektifan mereka bisa diperbaiki. Ini
disebut proses kelompok. Pengamatan oleh anggota kelompok, dosen, atau seorang
individu yang berperan sebagai pengamat dapat melengkapi umpan-balik yang esen-sial
untuk proses kelompok. Seorang pengamat bisa mencatat apa yang terjadi dalam
kelompok bila rencana suatu projek mengenai adanya kekuatan perbedaan pendapat.
Dengan umpan-balik ini, mahasiswa dapat bergerak untuk menemukan suatu pemecahan
dan menawarkan usul untuk menangani perselisihan tersebut di masa yang akan datang.
Keluaran dari proses ini, kelompok bisa bersimpulan: ‘Kita telah membuat permulaan
yang baik dalam rencana projek, tetapi kita perlu bekerja lebih giat untuk mendengar ide-
ide setiap orang’.
3.3. Belajar Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Teams Achievement Division) adalah satu dari teknik Cooperative
Learning yang paling sederhana Teknik ini terdiri dari 5-6 siswa yang bekerja sama
dalam suatu kelompok heterogen. Setiap anggota berusaha untuk melakukan yang terbaik
karena nilai mereka menentukan skor kelompok. Slavin dan partnernya mengembangkan
teknik ini sebagai suatu model yang sesuai bagi guru yang baru mempelajari metode
kooperatif (Balkcom, 2001).
Dalam teknik STAD, siswa membentuk suatu kelompok-kelompok yang terdiri
dari 5-6 siswa, yang masing masing terdiri dari berbagai etnik, siswa dengan kemampuan
yang heterogen dan siswa dari jenis kelamin yang heterogen pula (Slavin, 1997). Guru
mempresentasikan pelajaran dan siswa bekerjasama di dalam kelompoknya berusaha
keras agar setiap anggota dapat memahami pelajaran tersebut. Semua siswa kemuadian
mengerjakan kuis individual (kuis yang dikerjakan secara individual ), dimana mereka
tidak boleh saling membantu satu sama lain. Skor kuis individual ini akan dibandingkan
dengan skor kuis mereka yang terdahulu atau yang sebelumnya. Kemudian tambahan
poin akan diberikan pada kelompok yang memiliki peningkatan rata-rata dari skor
individual masing-masing anggota.
Slavin (1997) menyatakan pentingnya teknik ini adalah untuk memotivasi siswa
saling bekerja sama dan membantu satu sama lain untuk memguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Maka dari itu, kunci untuk memiliki kelompok yang baik adalah
terdapatnya saling ketergantungan yang positif diantara siswa. Ini berarti, jika anggota
kelompok, ingin kelompoknya mendapatkan poin tambahan atau reward maka mereka
harus saling membantu satu sama lain untuk memguasai pelajaran tersebut.
STAD memiliki 5 komponen utama yaitu; presentasi kelas, pembentukan
kelompok, kuis, skor peningkatan individual, dan penghargaan untuk kelompok terbaik
atau team recognition.
Presentasi kelas
Materi pelajaran pertama-tama dipresentasikan oleh guru yang biasanya berupa
instruksi langsung atau diskusi dengan guru atau lecturer-discussion. Presentasi kelas
STAD sedikit berbeda dengan presentasi pengajaran secara umum Pada presentasi STAd
siswa harus benar-benar memperhatikan penjelasan guru agar mereka mampu
mengerjakan kuis dengan baik, karena skor kuis individual ini akan mempengaruhu skor
kelompoknya.
Pembentukan kelompok
Kelompok pada teknik STAD terdiri dari 5-6 siswa yang mewakili sebuah kelas
dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama dari
pembentukan kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok
belajar, dan lebih khususnya untuk menyiapkan anggota kelompok agar mampu
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru mempresentasikan materinya, kelompok-
kelompok tersebut akan berkumpul untuk mengerjakan latihan-latihan yang diberikan
guru. Pembelajaran meliputi diskusi antar anggota kelompok, membandingkan hasil
latihan, mengkoreksi segala kesalahan konsep dalam latihan.
Pembentukan kelompok adalah cirri yang paling utama dalam model pembelajaran
STAD. Setiap point yang diharapkan ditekankan pada bagaimana anggota kelompok
mampu memperlihatkan kemampuan mereka yang terbaik dalam pengerjaan latihan-
latihan ataupun pada kuis dan juga pada kemampuan setiap anggota kelompok untuk
saling membantu anggota lainnya dalam memahami konsep pelajaran. Pembelajaran
kelompok memungkinkan siswa untuk saling mendukung (peer support) untuk
meningkatkan prestasi akademik mereka, yang sangat penting dalam proses belajar.
Selain itu, belajar kelompok juga memungkinkan siswa untuk saling memahami,
menghargai, meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menerima
keberadaan siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda
3. Kuis
Setelah kira-kira satu atau dua periode presentasi guru dan beberapa periode latihan,
siswa-siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diijinkan untuk
berdiskusi dalam mengerjakan latihan tersebut. Setiap siswa wajib memahami materi
yang telah didiskusikan sebelumnya dalam sesi latihan.
4. Peningkatan skor individual
Setiap siswa diberikan skor standar yang berasal dari nilai kuis sebelumnya. Siswa
bisa meningkatkan skor kelompok mereka dengan meningkatkan skor individual mereka.
Jadi peningkatan skor kelompok terjadi apabila skor individual meningkat berdasarkan
tingkat tertentu dari skor standar mereka. Berikut adalah kriteria peningkatan skor
individual yang diajukan oleh Slavin (1997)
Tabel 3: Kriteria Peningkatan Skor Individual
Skor kuis Peningkatan poin
kelompok
Lebih dari 10 poin dibawah skor standar 5
10 - 1 poin dibawah skor standar 10
Dari besar skor standar- 10 poin diatas skor standar 20
Lebih dari 10 poin diatas skor standar 30
Kuis dengan hasil yang sempurna (perfect paper) 30
Tujuan pemberian skor standar dan peningkatan poin kelompok adalah untuk
memungkinkan semua siswa mendapatkan nilai maksimum untuk skor kelompok mereka,
apapun level skor terakhir mereka. Dengan demikian, setiap siswa termotivasi untuk
mengerjakan kuis mereka dengan baik sehingga mereka memiliki skor standar yang
tinggi untuk kuis selanjutnya.
Guru bisa menentukan skor kelompok dengan menjumlahkan peningkatan poin
masing-masing anggota suatu kelompok dan kemudian membagi dengan jumalah seluruh
anggota kelompok tersebut.
5. Penghargaan untuk kelompok terbaik (team recognition)
Segera sesudah pelaksanaan kuis guru kemudian mengkalkulasikan skor dan
menentukan kelompok terbaik dengan skor tertinggi. Guru sangat diharapkan
memberikan penghargaan pada kelompok terbaik bisa dalm bentuk material seperti
pemberian hadia-hadiah kecil atau bisa dalam bentuk non-material seperti penambahan
bonus poin bagi kelompok terbaik. Akan sangat baik jika pengemumuman kelompok
terbaik dilakukan pada pertemuan pertama setelah kuis individual. Hal ini akan
memberikan adanya suatu koneksi antara satu pertemuan dengan pertemuan selanjutnya,
sehingga siswa semakin termotivasi untuk melakukan yang terbaik (Slavin, 1997)
3.4. Kajian Pustaka
Beberapa peneliti telah melaksanakan penelitian menggunakan metode
Cooperative Learning. Batan (2000), dalam penelitiannya yang dilaksanakan di SLTPN 4
Singaraja, menemukan bahwa Cooperative Learning mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis. Hal ini dibuktikan dengan hasil post-test I yang memiliki rata-rata
6.0 dan kemudian meningkat pada post-test II menjadi 7.5.
Demikian pula, Ratminingsih (1999) menemukan bahwa Cooperative Learning
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Hal ini dibuktikan dari hasil rata-rata
post test I yang meningkat pada post test II, yaitu dari 6.44 menjadi 8.08. Penelitiannya
dilaksanakan di SMAN 3 Singaraja pada siswa kelas tiga.
Begitupun Hartaningsih (1997) yang melakukan penelitian pada siswa kelas tiga
di SLTP N 1 Banjarangkan, menemukan bahwa teknik Jigsaw dapat meningkatkan
kemampuan membaca siswa.
Farnish (1990) dalam Slavin (1997) mengaplikasikan STAD teknik pada
penelitiannya. Ia menemukan bahwa 26 kali pertemuan dalam durasi 4 minggu
pengajaran Bahasa Inggris pada siswa Amerika dan Latin menunjukkan hasil yang
positif.
Sheehan and Alan (1976) dalam Slavin (1997) juga mengemukakan hal yang
bernada sama, ia menemukan bahwa baik tentor ataupun siswa mendapatkan manfaat dari
proses tutorial. Penelitian mereka menunjukkan bahwa melalui Cooperative Learning
prestasi siswa meningkat dengan baik karena adanya elaborasi materi dalam proses
belajar mengajar.
BAB 4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah penerapan
teknik pembelajaran STAD bisa meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa kelas
IB jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, UNDIKSHA;. (2) untuk mengetahui apakah ada
dampak positif lain yang terlihat dari pengajaran dengan teknik STAD
3. BAB 5. METODE PENELITIAN
5.1. Subyek dan Obyek Penelitian

5.1.1. Subyek Penelitian


Subyek penelitian menurut Arikunto (1982:82) adalah benda, hal, atau orang
darimana data dan variabel dipermasalahkan. Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya
adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, semester I, kelas IB. Alasan dari
jatuhnya pilihan pada kelas IB adalah karena berdasarkan data awal yang didapat, kelas
IB adalah kelas yang memiliki perbedaan kemampuan membaca antar siswa yang paling
besar dibandingkan kelas lainnya. Jumlah mahasiswa kelas IB adalah 41 orang
5.1.2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah suatu hal yang ingin diteliti dari subyek penelitian (Arikunto,
1982). Dalam penelitian ini, obyek penelitiannya adalah kemampuan pemahaman
membaca mahasiswa yang dicoba ditingkatkan dengan penerapan metode Cooperative
Learning, tipe STAD.
5.2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas yang

ditekankan pada peningkatan

kemampuan pemahaman membaca

mahasiswa - kelas IB jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris,

UNDIKSHA- dengan penerapan

metode Cooperative learning tipe STAD. Dalam penelitian ini akan diterapkan lebih dari

satu siklus. Kember (2000) menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas, adalah

hal yang normal atau biasa bagi peneliti untuk melakukan lebih dari satu siklus. Hal ini
disebabkan, karena peningkatan suatu kemampuan hanya akan dapat dicapai dengan

penerapan beberapa siklus yang setiap siklusnya mengacu pada perbaikan berdasarkan

refleksi siklus sebelumnya. Gambar berikut merupakan alur siklus yang diajukan oleh

Kemmis dan Wilkinson:

(Kemmis dan Wilkinson in Atweh,1998:22)

Gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada

tahap tindakan (action). Peneliti juga menyiapkan semua materi dan instrument

yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.

2. Tindakan (Action)

Tahap tindakan ini dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan pada

tahap perencanaan. Tahap tindakan merupakan tahap pengimplementasian teknik

pengajaran yang ingin diteliti, dalam penelitian ini adalah teknik STAD.

3. Pengamatan (observation)

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap apa yang terjadi di kelas,

bagaimana reaksi atau kelakuan siswa terhadap perkuliahan dengan metode

pengajaran yang diterapkan, dan prestasi siswa

4. Refleksi (reflection)

Pada tahap refleksi peneliti merefleksikan dan menganalisis hal-hal yang

ditemukan pada tahap pengamatan, sehingga peneliti bisa memutuskan apakah

penelitian harus dilanjutkan atau dihentikan. Dalam hal ini, apabila dalam

pengamatan peneliti menemukan masalah yang menyebabkan belum tercapainya


target penelitian, maka peneliti akan mecari pemecahan masalah tersebut dan

menerapkannya pada siklus berikutnya

5.3. Teknik Pengumpulan data

Dalam suatu penelitian, peneliti harus mengumpulkan data yang bertujuan untuk

memperoleh data yang diharapkan dengan menggunakan instrumen penelitian. Jadi

instrument adalah alat pengumpulan data.

Data yang didapat bisa dibedakan berdasarkan 2 kategori yaitu: data kuantitatif dan data
kualitatif. Best (1981) menyatakan bahwa data kuantitatif adalah data yang
dideskripsikan dengan angka. Sementara, data kualitatif adalah data yang dideskripsikan
berdasarkan hasil observasi, jadi tidak manggunakan angka melainkan analisis logika dari
suatu fenomena.
Untuk mencapai data kuantitatif dan kualitatif maka instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes, kuisioner, dan buku harian peneliti. Instrumen-
instrumen tersebut diuraikan sebagai berikut:
Instrumen
1.Tes
Ada dua jenis tes yang diberikan dalam penelitian ini, yaitu: pre-test dan post-test.
Pre-test diberikan sebelum penerapan teknik STAD di kelas, sehingga peneliti bisa
mengetahui kemampuan awal mahasiswa dalam pemahaman membaca. Hasil dari tes ini
akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian. Sementara post-test diberikan pada
setiap siklus, setelah penerapan teknik STAD di kelas. Pretest dan Post-test yang
diberikan terdiri dari 10 butir soal objektif, 5 butir soal pernyataan benar-salah, dan 5
butir soal mencari kosakata berdasarkan konteks. Jadi jumlah total soal adalah 20 butir
soal (soal pre-test dan post-test dilampirkan dalam lampiran)
Hasil kedua tes tersebut; pre-test dan pos-test akan dibandingkan untuk melihat
apakah ada peningkatan kemampuan pemahaman membaca siswa atau tidak. Post-test
akan diberikan sebanyak siklus yang diterapkan pada penelitian ini. Banyaknya siklus
yang diterapkan bergantung dari ada tidaknya hal yang perlu ditingkatkan dari tiap siklus.
Apabila pada siklus pertama peneliti menemukan suatu masalah, maka peneliti akan
mencari solusinya dan menerapkannya pada siklus kedua. Hal ini akan terus dilakukan
sampai peneliti mencapai target penelitian yang diharapkan atau sampai batas waktu
penelitian.
2. Kuisioner
Kuisioner diberikan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan
pemahaman membaca mahasiswa. Ada dua jenis kuisioner yang digunakan dalam
penelitian ini. Kuisioner tersebut adalah kuisioner awal yaitu kuisioner yang diberikan
pada mahasiswa pada observasi awal (pre-study) dan kuisioner akhir –kuisioner yang
diberikan diakhir setiap siklus.
Kuisioner awal diberikan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dalam
pemahaman membaca. Sementara kuisioner akhir diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan pemahaman membaca mahasiswa
setelah pelaksanaan tindakan.
Kuisioner awal terdiri dari 10 item dan kuisioner akhir terdiri dari 10 item dan
satu isian komentar tentang pelaksanaan teknik STAD. Data yang diperoleh dari
kuisioner ini adalah data kualitatif. Berikut adalah bentuk dan rancangan kuisioner yang
akan digunakan:
KUISIONER AWAL
11. Do you always consult with your dictionary for every single difficult word in your reading?
a. yes b. no
12. Do you find any difficulties in reading comprehension?
a. yes b. no
13. Do you always read in detail when you only need to findAWAL
KUISIONER specific information in your reading?
a. yes b. no 1. Do you always consult with your dictionary for every single difficult word
14. Can you usually guess what
in your a reading text is about from the title?
reading?
a. yes b. no a. yes b. no
15. Can you infere2.from
Dotheyoureading about
find any specific in
difficulties things?
reading comprehension?
a. yes b. no a. yes b. no
16. Can you usually
3. understand
Do you alwaysthe main
readidea of your
in detail reading?
when you only need to find specific
a. yes b. no information in your reading?
17. Can you summarize a. your
yes b.reading
no after you read it?
a. yes b. no 4. Can you usually guess what a reading text is about from the title?
18. Can you relate the a.ideas
yes in your reading?
b. no
a. yes b. no 5. Can you infere from the reading about specific things?
19. Can you usually grasp
a. yesthe
b.things
no written implicitly in English or reading between the lines (identifying the hidden
meaning)? 6. Can you usually understand the main idea of your reading?
a. yes b. no a. yes b. no
20. Do you think you
7. comprehend an English
Can you summarize yourtext betterafter
reading than you
some of your
read it? friends?
a. yes b. no a. yes b. no
8. Can you relate the ideas in your reading?
a. yes b. no
9. Can you usually grasp the things written implicitly in English or reading
between the lines (identifying the hidden meaning)?
a. yes b. no
10. Do you think you comprehend an English text better than some of your
friends?
a. yes b. no

KUISIONER AKHIR
1. Do you find that working with your friends help you improve your vocabulary knowledge?
a. yes b. no
2. Do you find that working with group-mates in comprehending a reading text is worth doing?
a. yes b. no
3. Do you think that working with friends help you to understand specific details of your reading?
a. yes b. no
4. Do you think sharing opinion and knowledge with your group-mates helps you to predict what the text is about?
a. yes b. no
5. Do you think infering from the reading about specific things is more easily when you do with your group-mates than
alone?
a. yes b. no
6. Do you think sharing opinion and knowledge with your group-mates helps you understand the main idea of your
Buku Harian Peneliti
Buku harian peneliti dibuat oleh peneliti sendiri, yang digunakan untuk mencatat
hal-hal yang terjadi di kelas selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang perlu dicatat
meliputi tingkah laku mahasiswa, situasi kelas dan hasil penerapan teknik STAD
5.4. Prosedur Penelitian
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada desain penelitian diatas, penelitian ini akan
melalui beberapa siklus. Peneliti merencanakan untuk menerapkan 3 siklus dalam
penelitian ini. Hal ini direncanakan berdasarkan hasil pengamatan awal, peneliti meyakini
bahwa dengan tingkat kemampuan mahasiswa dalam pemahaman membaca tersebut 3
siklus penelitian akan mampu menjawab masalah penelitian ini. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan pengamatan awal.
Tahap pertama ini dilakukan dengan memberikan pre-test dan kuisioner pada mahasiswa,
untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam memahami bacaan. Berikut
adalah langkah-langkah pelaksanaan dari tahap pertama, dan penjelasan umum tentang
langkah-langkah pelaksanaan siklus penelitian.
5.4.1. Pelaksanaan Pengamatan Awal
Pelaksanaan pengamatan awal ini meliputi beberapa tahap, yaitu perencanan, pengamatan
dan refleksi.
Perencanaan
Sebelum memberikan pre-test dan kuisioner, peneliti membuat beberapa persiapan
sebagai berikut:
Mendesain bentuk dan isi pre-test dan kuisioner awal
Menyiapkan sebuah buku harian peneliti
Menentukan jadwal pelaksanaan dan waktu yang dibutuhkan.
Pengamatan
Selama pelaksanaan pre-test, peneliti mengamati situasi kelas dan tingkah laku
mahasiswa dalam menjawab tes tersebut. Peneliti juga menganalisa hasil kuisioner yang
telah dikerjakan mahasiswa sebelumnya.. Hasil pre-test, dan hasil analisa kuisioner
dijadikan pedoman untuk melakukan penelitian.
Refleksi
Setelah mendapatkan hasil dari pengamatan tersebut diatas, peneliti akan menentukan
apakah penelitian akan dilaksanakan atau tidak. Hal ini bergantung pada hasil
pengamatan peneliti. Jika pengamatan peneliti menunjukan bahwa mahasiswa memiliki
kemampuan pemahaman membaca yang kurang atau rendah maka peneliti akan
melanjutkan penelitian.
5.4.2. Pelaksanaan siklus-siklus penelitian
Pada pelaksanaan setiap siklus, peneliti merencanakan untuk menyelesaikannya dalam 3
kali pertemuan. Karena dalam penelitian ini terdapat 3 siklus maka akan terdapat 9 kali
pertemuan dan 1 kali pertemuan ketika pengamatan awal. Hal ini berarti ada 10 kali
pertemuan dengan mahasiswa dalam penelitian ini.
Pada setiap siklus akan dilaksanakan 2 kali presentasi, itu berarti pada setiap
siklus akan ada dua buah wacana yang dibahas. Adapun topik dan judul wacana pada
siklus-siklus penelitian tersebut direncanakan sebagai berikut.
Tabel 4: Topik dan Judul Wacana
Siklus Topik dan judul wacana
Siklus I Topik: Language
Siklus II Judul Wacana: - Animals Language
Siklus III - Parentese
Topik: Education
Judul Wacana: - What Can We Learn From Art?
- Education : A Reflection of Society
Topik : Global Change
Judul Wacana: - Changing Career Trends
- Global Travel Beyond
Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, setiap siklus terdiri dari 4
tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Berikut adalah uraian
pelaksanaan keempat tahap tersebut secara umum.
Perencanaan
Ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum pelaksanaan siklus, yaitu:
Membuat skenario perkuliahan
Menyiapkan materi perkuliahan, yaitu teks bacaan dan latihan-latihan yang menuntut
kemampuan mahasiswa dalam memahami bacaan.
Menentukan jadwal dan lama waktu pelaksanaan
Menyiapkan buku harian peneliti
Menyiapkan post-test I dan kuisioner akhir
Tindakan
Pelaksanaan tahap tindakan sejalan dengan apa yang telah direncanakan dalam skenario
perkuliahan, yang telah dirancang berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan teknik
pengajaran STAD. Berikut adalah rancangan skenario perkuliahan secara umum.
Table 5: Skenario Perkuliahan Secara Umum

Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa


Apersepsi Apersepsi
Dosen menyapa mahasiswa Para mahasiswa memberikan respon
Dosen mengecek daftar hadir mahasiswa Mahasiswa mengangkat tangan ketika
Dosen memberikan ulasan tentang topik namanya disebut.
bacaan secara umum, dengan Mahasiswa memberikan perhatian pada
memberikan ilustrasi atau gambaran pemaparan dosen, dan/atau memberi
ataupun beberapa pertanyaan tanggapan pada pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan topik tersebut yang diajukan
Perkuliahan (kegiatan inti) Perkuliahan (kegiatan inti)
Dosen memaparkan (mempresentasikan) Mahasiswa memberikan perhatian
hal-hal berkenaan dengan teks bacaan Mahasiswa duduk didalam grupnya
yang akan dibahas untuk memberikan Mahasiswa membaca teks bersama-sama
pandangan awal bagi mahasiswa. dan saling membantu memahami teks
Dosen membentuk 6 grup yang masing- bacaan tersebut dan bersama-sama
masing terdiri dari 7 orang dan mengerjakan latihan.
memberikan tiap-tiap grup satu buah Mahasiswa mendengarkan pemaparan
teks bacaan. dosen dengan baik.
Dosen meminta siswa untuk membaca Mahasiswa membaca teks bacan dan
teks bacaan yang diberikan dan mengerjakan latihan bersama-sama
menjawab pertanyaan pada lembar Mahasiswa mengerjakan tes dengan tertib
kerja Mahasiswa ikut menjawab dan
Dosen memberikan satu buah teks bacaan mendengarkan pembahasan tes dengan
lagi kemudian memberikan sedikit baik
pemaparan tentang teks bacaan Mahasiswa mendengarkan dengan baik
Dosen meminta mahasiswa membacanya Mahasiswa memperhatikan
bersama-sama dan mengerjakan Kegiatan Penutup
latihannya. Mahasiswa mendengarkan dengan baik
Dosen kemudian memberikan kuis Mahasiswa memberikan respon
individual yang juga merupakan post- Mahasiswa mengerjakan kuisioner akhir
test I pada mahasiswa
Dosen mediskusikan soal-soal pada post-
test.
Dosen mengumumkan peningkatan
individual point masing-masing
mahasiswa
Dosen memberikan penghargaan bagi
kelompok dengan skor grup tertinggi.
Kegiatan penutup
Dosen memberikan ulasan tentang teks-
teks yang dibahas sebelumnya.
Dosen bertanya apakah mereka memiliki
pertanyaan berkaitan dengan teks-teks
tersebut.
Dosen memberikan kuisioner akhir agar
dijawab mahasiswa
Dosen menutup perkuliahan
Pengamatan
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap segala jenis gejala yang tampak pada obyek penelitian (Margono dalam Prawati,
2001:58)
Observasi dilaksanakan selama tahap tindakan di dalam kelas. Peneliti mencatat hal-hal
yang penting pada buku harian peneliti seperti: tingkah laku mahasiswa sebagi respon
terhadap penerapan teknik STAD, dan kelebihan dan kekurangan dari teknik STAD yang
dapat dilihat berdasarkan respon mahasiswa. Selain mengamati pelaksanaan penerapan
teknik STAD, peneliti juga menganalisa hasil dari post test I dan kuisioner akhir. Hasil
pengamatan ini akan mencerminkan seberapa efektif penerapan teknik STAD ini.
Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti mencermati hasil pengamatan. Dengan mencermati hasil
pengamatan tersebut, peneliti bisa mencapai suatu kesimpulan tentang kelebihan dan
kekurangan dari teknik yang diterapkan (teknik STAD).
Berdasarkan hasil analisis dari post test I, kuisioner dan catatan pada buku harian peneliti,
peneliti kemudian memutuskan apakah penelitian harus dilanjutkan atau dihentikan. Jika
hasil dari post-test I tidak mencapai target, yaitu mencapai rata-rata kelas diatas 8,0;
maka penelitian harus dilanjutkan
Apabila penelitian dilanjutkan maka peneliti akan berusaha merancang suatu
strategi atau solusi yang dapat menanggulangi kelemahan dari penerapan teknik STAD
tersebut pada siklus berikutnya. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan hasil atau
prestasi mahasiswa yang lebih baik.
Pelaksanaan siklus II dan siklus III, secara umum sama dengan pelaksanaan siklus
I diatas. Jadi pada siklus II dan III akan terdapat juga post-test II dan Post-test III begitu
juga kuisioner akhir. Akan tetapi pelaksanaan siklus II dan siklus III selalu mengandung
adanya perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari siklus sebelumnya. Hal ini akan terlihat
lebih jelas apabila penelitian telah dilaksanakan.
5.5. Analisis Data
Ada beberapa tahap dalam menganalisis data kuantitatif. Pertama, peneliti memeriksa
hasil tes mahasiswa dan memberikan skor. Kedua, peneliti mencari nilai rata-rata kelas.
Rumus-rumus yang digunakan dalam menganalisis data didapat dari Masidjo (1995).
Rumus-rumus tersebut diuraikan sebagai berikut:
Skor masing masing Mahasiswa

X=
Keterangan: X = skor masing-masing mahasiswa
N = Jumlah jawaban benar
n = Jumlah soal per sepuluh
Rata-rata kelas

Keterangan :

= rata-rata kelas

= total skor
N = jumlah total mahasiswa
Penelitian akan dihentikan dan dinyatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas mencapai
atau lebih dari 8,0 atau 80% seperti kategori nilai Masidjo (1995) yaitu dikategorikan
sebagai “bagus” atau “istimewa” jika lebih dari 90%
Sementara data kualitatif, yang berasal dari hasil kuisioner, dapat diukur dengan
menggunakan persentase. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% = jumlah mahasiswa memilih sebuah item X 100%


jumlah total mahasiswa
BAB 6. Jadwal Pelaksanaan
KEGIATAN BULAN
6 7 8 9 10 11 12
A Perencanaan
- pengurusan ijin penelitian
- observasi awal
- persiapan instrumen
B. Pelaksanaan
- pre-study
- pelaksanaan siklus-siklus
C. Penyusunan Laporan
BAB 7. Personalia Penelitian
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : I.G.A. Lokita Purnamika Utami, S.Pd
b. Jenis kelamin : P (perempuan)
c. NIP : 132320121
d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Bahasa Inggris
e. Pangkat/golongan : Penata muda/ IIIA
f. Jabatan : Asisten Ahli
g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Bahasa dan Seni/ Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
h. Waktu penelitian : 14 jam/ minggu
2. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi
b. Jenis kelamin : P (perempuan)
c. NIP : 132317446
d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Bahasa Inggris
e. Pangkat/golongan : Penata muda/ IIIA
f. Jabatan : Asisten Ahli
g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Bahasa dan Seni/ Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
h. Waktu penelitian : 14 jam/ minggu
Tenaga Laboran/ teknisi : -
Pekerja Lapangan : -
Tenaga Administrasi : -
BAB 8. Perkiraan Biaya Penelitian
BIAYA PERSIAPAN
Pengurusan izin ke Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha
Transport : 1 x Rp. 20.0000,- = Rp. 20.000,-
Konsumsi : 1 x Rp. 20.000,- = Rp. 20.000,- Rp. 40.000,-
Penyusunan draft bahan ajar (ketua peneliti dengan anggota (2or) x 7 hr)
- Transport : 2 x 7 x Rp. 20.000,- = Rp. 280.000,-
- Konsumsi : 2 x 7 x Rp. 20.000,- = Rp. 280.000,- Rp. 560.000,-
C. Penyusunan Skenario Tindakan (2 or x 6 hr)
- Transport : 2 x 6 x Rp. 20.000,- = Rp. 240.000,-
- Konsumsi : 2 x 6 x Rp. 20.000,- = Rp. 240.000,- Rp. 480.000,-
D. Penyusunan instrumen pengumpulan data ( 1 or x 5 hr)
- Transport : 2 x 5 x Rp. 20.000,- = Rp. 200.000,-
- Konsumsi : 2 x 5 x Rp. 20.000,- = Rp. 200.000,- Rp. 400.000,-
Total Biaya Persiapan Rp. 1. 480. 000,-
BIAYA PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengambilan Data Awal
Pelaksanaan Tes Awal (1 or x 1 hr)
Transport : 1 x 1 x Rp. 20.000,-= Rp. 20.000,-
Konsumsi : 1 x 1 x Rp. 20.000,-= Rp. 20.000,-
Lumpsum : 1 x 1 x Rp. 25.000,-= Rp. 25.000,- Rp. 65.000,-
Analisis Data Awal ( 1 or x 3 hr)
- Transport : 1 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 60.000,-
- Konsumsi : 1 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 60.000,-
- Lumpsum : 1 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 75.000,- Rp. 195.000,-
Total Biaya Persiapan Rp. 260.000,-
Biaya Pelaksanaan Siklus I
Tatap muka di kelas (2 orx 3 sesi)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
B. Analisi Data (2 or x 3 hr)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
C. Refleksi Siklus (2 or x 3 hr)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
Total Pengeluaran siklus I Rp. 1.170.000,-
Biaya Pelaksanaan Siklus II
Tatap muka di kelas (2 orx 3 sesi)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
B. Analisi Data (2 or x 3 hr)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
C. Refleksi Siklus (2 or x 3 hr)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
Total Pengeluaran siklus II Rp. 1.170.000,-
Biaya Pelaksanaan Siklus III
Tatap muka di kelas (2 orx 3 sesi)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
B. Analisi Data (2 or x 3 hr)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
C. Refleksi Siklus (2 or x 3 hr)
- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-
- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-
Total Pengeluaran siklus III Rp. 1.170.000,-
Total Biaya Pelaksanaan Rp. 3.770.000,-
BIAYA BAHAN HABIS (ATK)
a. Kertas HVS 10 rim @ Rp. 25.000,- = Rp. 250.000,-
b. SpidolBoard Marker 5 ktk x @ Rp. 25.000,- = Rp. 125.000,-
c. Ballpoint 5 ktk x @ Rp. 10.000,- = Rp. 50.000,-
d. Fotocopy bahan ajar 1.500 lbr x @Rp. 100,- = Rp. 150.000,-
e. Catridge Computer 2 bh @ 150.000,- = Rp. 300.000,-
f. Kertas double folio 6 rim x @ 25.000,- = Rp. 150.000,-
g. Stopmap folio 100 lbr x @ Rp. 500,- = Rp. 50.000,-
Total Biaya ATK Rp. 1.075.000,-
BIAYA SEMINAR (10 org)
- Transport : 10 x Rp. 10.000,- = Rp. 100.000,-
- Konsumsi : 10 x Rp. 10.000,- = Rp. 100.000,-
- Fotocopy makalah : 10 x Rp. 10.000,- = Rp. 100.000,-
Total Biaya Seminar = Rp. 300.000,-
BIAYA MONITORING DARI PUSAT
- Transport : 1 x Rp. 25.000,- = Rp. 25.000,-
- Konsumsi : 1 x Rp. 25.000,- = Rp. 25.000,-
- Lumpsum : 1 x Rp. 25.000,- = Rp. 25.000,- Total Rp. 75.000,-
VI. BIAYA PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
Penulisan draft laporan (1 or x 10 hr)
- Transport : 1 x 10 x Rp. 25.000,- = Rp. 250.000,-
- Konsumsi : 1 x 10 x Rp. 25.000,- = Rp. 250.000,-
b. Revisi Draft ( 1 or x 4 hr)
- Transport : 1 x 4 x Rp. 25.000,- = Rp. 100.000,-
- Konsumsi : 1 x 4 x Rp. 25.000,- = Rp. 100.000,-
c. Penggandaan dan penjilidan
- 20 eks x Rp. 25.000,- = Rp. 500.000,-
d. Pengiriman laporan
- 10 eks x Rp. 10.000,- = Rp. 100.000,-
Total Biaya Penulisan laporan = Rp. 1.300.000,-
Total Biaya I + II + III + IV + V + VI = Rp. 1.480.000,- + Rp. 3.770.000,- + Rp.
1.075.000,- + Rp. 300.000,- + Rp. 75.000,- + Rp. 1.300.000,- =
Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah).
at 7:10 PM
Labels: Penelitian
1 comments:

santi said...
ka makasi ya...aku lagi membutuhkan informasi ini... salam kenal dari santi
Universitas negeri jakarta

April 14, 2010 5:21 PM


Post a Comment

Links to this post

Create a Link

Newer Post Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)

Hi there!
Hi guys, this is the first page of my blog. I do invite you to see my writings and stuffs.
I'm glad if any of them can help you in any ways. I wrote some stuffs, related with
English teaching, educational research, poems, and Oriflame. The last one is my online
business, which inspires me to live my life the way I like it. To be freedom. Enjoy!

About Me

IGA Lokita Purnamika Utami


a fast thinker and a decision maker who loves 3 things her family, her business
(oriflame), and her teaching carrier
View my complete profile

Search This Blog


Search

powered
by

Followers
Blog Archive
• ► 2010 (13)
o ► September (4)
 Warna Lipstik dan Kepribadian Anda
 Bagaimana mengaplikasikan lipstik yang baik?
 Peer Assessment, Achievement Motivation, writing A...
 Pengembangan Kompetensi Pragmatik
o ► May (1)
 12 % di Oriflame (baru 2 bulan lho!)
o ► April (7)
 What do I need to ask for more?
 Tips Menggunakan Parfum Oriflame- CHERRY
 ORIFLAME bukan bisnis biasa
 Oriflame, I'm BACK!
 A LITTLE PAIN FOR A GREAT GAIN
 Cooperative Learning Review
 MY ORIFLAME
o ► January (1)
 a poem for the future baby

• ► 2009 (5)
o ► May (4)
 The road not taken by robert frost
 meeting at night by robert browning
 my life close twice by emily dickinson
 Living in sin by Andrienne Rich
o ► April (1)
 pengaruh usia dan strategi berbahasa

• ▼ 2008 (7)
o ▼ December (7)
 linguistic politeness
 Language and culture
 discourse analysisi and vocabulary
 Bilingual children early spelling
 indonesia dalam reformasi manajemen pendidikan
 STAD technique for reading
 Teaching reading for children

]]]
4. Thesis http://ayub-proposalskripsi.blogspot.com/2010/11/teaching-
reading-comprehension-by-using.html

Bagi mahasiswa membuat tugas akhir itu sulit, tapi bila dikerjakan pasti bisa
melakukannya dengan baik.

Jumat, 05 November 2010


TEACHING READING COMPREHENSION BY USING STUDENTS
TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TECHNIQUE TO THE
NINTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 2 BATURAJA

TEACHING READING COMPREHENSION BY USING STUDENTS TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TECHNIQUE TO THE NINTH GRADE

STUDENTS OF SMP NEGERI 2 BATURAJA

1. Background

English is one of the important languages that is used all over the world whether

as the first, second or foreign language. English as one of the subjects is taught from

elementary school to university in Indonesia. English teaching covers four skills, namely

listening, speaking, reading and writing. All these components are taught in integrated

ways. At schools in Indonesia, English subject aimed at developing communication

competence in oral and written form (Depdikbud, 2004:6). This means the students have

progress in listening, speaking, reading and writing.

It is very important for the students to be able to read. By reading, the students’

can acquire valuable information that can improve their thinking to generate: ideas and

solve problems (Wood, 1995:5 in Nurtina, 2004:1). For instance by having the reading

ability, the students can increase their knowledge, do assignment, make notes, write

letters, and many other things. Saleh (1997:41) adds that reading is the skill which they
may often use and is retained the longest. It concerns not only with assigning the English

sounds to the written words, but also with the understanding of what is written.

The students may have problems in understanding passages. It is the teachers

responsible to minimize the students’ failures bay using the appropriate technique in

teaching reading so that the students can understand what they read in target language.

By applying appropriate teaching technique in teaching and learning process, the writer

hopes can improve the student reading comprehension achievement.

The application of Student Teams-Achievement Divisions (STAD) is one of the

teaching techniques that can be done in teaching reading comprehension. This technique

makes the students tow work together to learn and responsible for their team mates as

well as their own (Slavin, 1994).

2. Problem of the Study

To make the problem clear, the writer will present the limitation of the problems

and the formulation of the problems.

2.1 Limitation of the Problems

The limitation of the problem that will be investigated in this study is that the text

that will be used in this study entitled “Public Services” which will be taken from the

students’ text book on page 75.

2.2 Formulation of the Problems

The formulation of the problem is “Is it effective teaching reading

comprehension by using students team achievement (STAD) technique to the ninth grade

students of SMP Negeri 3 Baturaja?

3. The Objective of the Study


Based on the problem of this study, the main objective of this study is to find out

whether or not teaching reading comprehension by using students’ team achievement

(STAD) technique is effective?

4. The Significance of the Study

The writer hopes that this study would give the beneficial contributions to the

writer herself, for the students, for the teacher of English, and for the other researchers.

(1) For the Writer Herself

By conducting this study, it would increase the writer’s own knowledge on how the

reading comprehension is taught to the students and how to measure the students’

achievement on their reading activity.

(2) For the Students

By conducting this study, it would give the students some inputs so they could have

reading comprehension activity well, and also would give them motivation to study

English especially in learning reading comprehension.

(3) For the teachers of English, the writer hopes the result of this study would be useful at

least for giving information to the teachers in teaching the students reading

comprehension by using STAD and to get some experiences in conduction this study..

(4) For the Other Researchers, it would give information about the teaching reading

comprehension that there is another technique which is by using students’ team

achievement (STAD) so that they could improve it for the future.


http://etd.eprints.ums.ac.id/6451/1/A320050167.pdf

IMPROVING READING COMPETENCE USING STUDENTS


TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) FOR THE FIRST
YEAR STUDENTS OF SMP N 2 PENAWANGAN
RESEARCH PAPER
Submitted as a Partial Fulfillment of the Requirements
for Getting Bachelor Degree of Education
in English Department
by
FITRIANINGSIH
A320050167
SCHOOL OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
2009
CHAPTER I
INTRODUCTION
A. Background of the Study

Reading is one of the complex ways in learning English. It is such kind of activity to
comprehend the writer’s ideas or the way the writer communicates with the readers by way
of the written or printed words. Reading is important for everybody in order to cope with new
knowledge in the changing world of technological age. The existence of the importance of
reading will hopefully continue to increase in the years to come. Nevertheless, there are still
some people who never have much initial interest or lasting interest in book and readings, so
they cannot access to reading activities and reading programs. Reading programs may help
students develop their language skills necessary for success. But it is hard to implement an
effective reading program, especially in countries where English is treated as a foreign
language. The success of implementing reading programs will depend on the student’s
interest.
In relation to reading, the survey research administered by National Education Department of
Republic of Indonesia showed surprising results. It is proved that reading comprehension
competence of elementary school students were in a low level. Almost 76.95% of students
were unable to use dictionary. Among those who were able to use dictionary, there were only
about 5% who can search words in Indonesian Dictionary systematically (Muhibbin, 1995:
34).
The same condition also happens in SMPN 2 PENAWANGAN Grobogan. The problem they
experienced in English is concerning reading competence. Most students, about
380 students of 640 are lack in English. It is shown from their passing grade in English that
are below minimum passing grade required by the curriculum. As a more intensive
observation undertaken, the problem is mostly in reading comprehension. Students are unable
to comprehend the reading materials in the text. Therefore their understanding on material
taught is quite poor.
The problem faced by the student’s of SMPN 2 PENAWANGAN especially class X F is
difficult to read the sentences in the text, because in daily life they use Java language, so
English is the third language for them after Indonesian. Students are unable to comprehend
the reading materials in the text, they only guess to understand the meaning on the text.
Sometimes words on English have more than one meaning, the real meaning from the
dictionary and meaning from the text is different. So the students feel confused and then they
will be lazy to learn English.
Based on the fact above, it is necessary for language teacher to foster reading on their
students. It may be done by selecting proper materials for the students. The reading programs
may be useless if it is not done properly. The teacher should select reading materials that are
relevant to the student’s needs and interest. Teaching and learning process of English in
Junior High School mostly emphasizes reading, listening, speaking, and writing. Beside those
four language skills in teaching English such language components as vocabulary, structure,
spelling etc must be paid attention to.
A good reading will improve the student’s ability in gathering ideas to communicate. To
improve the student’s ability, the teacher should use appropriate method. The method should
be interesting to interest students in teaching learning process. One of the methods is
cooperative learning method. It is seen as an active learning process, because students will
learn more through a process of constructing and creating working in a group and sharing
knowledge. Nevertheless, individual responsibility is still the key of success of learning
English. A cooperative learning method is believed as being able to give chance for students
to be involved in discussion has courage and critical thinking and is willing to take
responsibility of his/her own learning.
Students Team Achievement Divisions (STAD) is then taken as the technique to be
implemented. It is a type of cooperative learning that might overcome the problem. It is the
way to give stimulus for the students to be motivated to learn so that they will be active.
Using this technique the students are the center. They will be in the team that consists of
various good students and weak students. Every team consists of 4-5 students. They will
study together to get better achievement in the form of individual improvement scores after
taking the individual quiz. Every member in a team may be responsible for their team
progress so that they will get predicate super team that means they will have high
achievement.
Based on the explanation above teaching reading should be emphasized in raising students
motivation so that teaching learning process of reading results the better achievement. The
writer is interested in conducting a research entitled: IMPROVING STUDENT’S READING
COMPETENCE USING STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) FOR
THE FIRST STUDENT OF SMP NEGERI 2 PENAWANGAN.
B. Problem Statement

Based on the background of the study, the writer formulates the following problems:
1. How is the implementation of Student Team achievement Division (STAD) in teaching
learning process of reading?
2. Can Students Team Achievement Division Tem (STAD) improve the students reading
competence?

C. Limitation of the Study

In conducting this study, the writer makes limitation. The writer only focuses on the
Improving Student Reading Competence Using Students Team Achievement Divisions
(STAD) for the first year students of SMPN 2 PENAWANGAN in 2008/2009 academic year.
D. Objective of the Study

Generally, the study aims to improve the students reading skill, specifically it is to:
1. Describe the implementation of Student Team Achievement Division (STAD) in learning
process.

2. Find whether the Students Team Achievement divisions (STAD) improve the student’s
reading competence.

E. Benefit of the Study

The writer hopes that this research has two benefits in the English teaching learning process,
especially in teaching learning reading. The two kinds of benefit in this research are
theoretical and practical benefit:
1. Theoretical Benefit
a. The result of research can be used as an input in English teaching learning process
especially on reading competence.
b. The result of research can be used as the reference for those who want to conduct a
research in increasing reading competence.
2. Practical Benefit
a. The research paper may give a broader knowledge about teaching learning process to
readers

b. The research paper may improve student skill in their reading competence by recognizing
the result.

c. The research paper may give understanding about the problems experienced in teaching
reading to students.

F. Research Paper Organization

The researcher discusses five chapters in the research. Chapter I is introduction which covers
background of the study, problem statement, limitation of the study, object of the study,
benefit of the study, and research paper organization.
Chapter II is review of related literature which presents previous study, notion of reading,
general concept of teaching reading (the notion of teaching reading, the principle of teaching
reading, the reading technique), notion of cooperative learning (definition of cooperative
learning and the elements of cooperative learning), notion of students team achievement
division (the concept of STAD and the preparation for implementing STAD), the importance
of STAD in teaching reading and theoretical framework and action hypothesis.
Chapter III is research method that consists of type of the study, action procedures, subject of
the study, object of the study, data and data source, method of collecting data and technique
for analyzing data.
Chapter IV is related to the process of the implementation of teaching reading using student’s
team achievement division (STAD) in teaching learning process and student’s response to do
activities.
Chapter V is conclusion and suggestion
Student Teams- Student Teams-Achievement Divisions (STAD) In Student
Achievement Divisions Teams-Achievement Divisions (STAD) (Slavin, 1994a),
(STAD) students are assigned to four-member learning teams that are
A cooperative learning mixed in performance level, gender, and ethnicity. The
method for mixed- teacher presents a lesson, and then students work within their
ability groupings teams to make sure that all team members have mastered the
involving team lesson. Finally, all students take individual quizzes on the
recognition and group material, at which time they may not help one another.
responsibility for Students’ quiz scores are compared to their own past
individual learning. averages, and points are awarded on the basis of the degree to
which students meet or exceed their own earlier performance.
These points are then summed to form team scores, and teams
that meet certain criteria may earn certificates or other
rewards. In a related method called Teams-Games-
Tournaments (TGT), students play games with members of
other teams to add points to their team scores.
STAD and TGT have been used in a wide variety of
subjects, from mathematics to language arts to social studies,
and have been used from second grade through college. The
STAD method is most appropriate for teaching well-defined
objectives with single right answers, such as mathematical
computations and applications, language usage and
mechanics, geography and map skills, and science facts and
concepts. However, it can easily be adapted for use with less
well-defined objectives by incorporating more open-ended
assessments, such as essays or performances.
Cooperative Integrated Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Reading and Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Composition (CIRC) (Stevens & Slavin, 1995a) is a comprehensive program for
A comprehensive teaching reading and writing in the upper elementary grades.
program for teaching Students work in four-member cooperative learning teams.
reading and writing in They engage in a series of activities with one another,
the upper elementary including reading to one another, making predictions about
grades; students work in how narrative stories will come out, summarizing stories to
four-member one another, writing responses to stories, and practicing
cooperative learning spelling, decoding, and vocabulary. They also work together
teams. to master main ideas and other comprehension skills. During
language arts periods, students engage in writing drafts,
revising and editing one another’s work, and preparing for
publication of team books. Three studies of the CIRC program
have found positive effects on students’ reading skills,
including improved scores on standardized reading and
language tests (Stevens et al., 1987; Stevens & Slavin, 1991,
1995a).
Jigsaw Jigsaw In Jigsaw (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, &
A cooperative learning Snapp, 1978), students are assigned to six member teams to
model in which students work on academic material that has been broken down into
are assigned to six- sections. For example, a biography might be divided into
member teams to work early life, first accomplishments, major setbacks, later life,
on academic material and impact on history. Each team member reads his or her
that has been broken section. Next members of different teams who have studied
down into sections for the same sections meet in expert groups to discuss their
each member. sections. Then the students return to their teams and take turns
teaching their teammates about their sections. Since the only
way students can learn sections other than their own is to
listen carefully to their teammates, they are motivated to
support and show interest in one another’s work. In a
modification of this approach called Jigsaw II (Slavin, 1994a),
students work in four- or five-member teams, as in STAD.
Instead of each student being assigned a unique section, all
students read a common text, such as a book chapter, a short
story, or a biography. However, each student receives a topic
on which to become an expert. Students with the same topics
meet in expert groups to discuss them, after which they return
to their teams to teach what they have learned to their
teammates. The students take individual quizzes, which result
in team scores, as in STAD.
Learning Together Learning Together Learning Together, a model of
A cooperative learning cooperative learning developed by David Johnson and Roger
model in which students Johnson (1999), involves students working in four- or five-
in four- or five-member member heterogeneous groups on assignments. The groups
heterogeneous groups hand in a single completed assignment and receive praise and
work together on rewards based on the group product. This method emphasizes
assignments team-building activities before students begin working
together and regular discussions within groups about how
well they are working together.

Group Investigation Group Investigation Group Investigation (Sharan & Sharan,


A cooperative learning 1992) is a general classroom organization plan in which
model in which students students work in small groups using cooperative inquiry,
work in small groups group discussion, and cooperative planning and projects. In
using cooperative this method, students form their own two- to six-member
inquiry, group groups. After choosing subtopics from a unit that the entire
discussion, and class is studying, the groups break their subtopics into
cooperative planning individual tasks and carry out the activities that are necessary
and projects, and then to prepare group reports. Each group then makes a
make presentations to presentation or display to communicate its findings to the
the whole class on their entire class.
findings.
Cooperative Scripting Cooperative Scripting Many students find it helpful to get
A study method in together with classmates to discuss material they have read or
which students work in heard in class. A formalization of this age-old practice has
pairs and take turns been researched by Dansereau (1985) and his colleagues. In it,
orally summarizing students work in pairs and take turns summarizing sections of
sections of material to the material for one another. While one student summarizes,
be learned. the other listens and corrects any errors or omissions. Then
the two students switch roles, continuing in this manner until
they have covered all the material to be learned. A series of
studies of this cooperative scripting method has consistently
found that students who study this way learn and retain far
more than students who summarize on their own or who
simply read the material (Newbern, Dansereau, Patterson, &
Wallace, 1994). It is interesting that while both participants in
the cooperative pairs gain from the activity, the larger gains
are seen in the sections that students teach to their partners
rather than in those for which they serve as listeners (Spurlin,
Dansereau, Larson, & Brooks, 1984). More recent studies of
various forms of peer tutoring find similar results (Fuchs &
Fuchs, 1997; King, 1997, 1998).
Reference Publications
• Print
• Share
oEmail
oDigg
oFacebook
oTwitter
oGoogle
oDelicious
oStumbleUpon
oNewsvine
oLinkedIn
oMy Yahoo
oTechnorati
oReddit
• Recommend0

0 Comments

http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/a
i_n8783828/
5. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade
classroom: Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by


Armstrong, Scott, Palmer, Jesse
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6
• Next

Abstract
Little research has been conducted on cooperative learning techniques used in the upper
secondary school classroom. One cooperative technique, Student Teams Achievement
Divisions (STAD), was used to determine if twelfth grade advanced placement students
who were given instruction by the STAD method over a seven week period would score
higher on a posttest than those students who were taught the same material by traditional
methods. Quantitative results showed no significant difference between the adjusted
means for the two groups. Additionally, a measure of student attitude was administered to
determine if students taught through the STAD technique had an improved attitude
toward social studies. No significant difference between the group means on attitude
occurred. Yet, teacher and student surveys administered to the treatment group at the
conclusion of the study indicated a liking for the STAD method of instruction. STAD
was found to be easily adapted to the block scheduled secondary social studies class.

Previous Research

Over the last thirty years a great deal of research has been done on cooperative learning
in the classroom. An examination of the literature on cooperative learning strategies
supports the usefulness of these strategies to improve student performance for almost any
desired educational outcome. For example, research has shown that well structured
cooperative learning techniques in the classroom improve academic achievement, race
relations, gender relations, self esteem, liking of class and student attendance (Johnson &
Johnson,1987; Newman & Thompson,1987; Sharan,1980; Slaving 1980, 1982, 1990,
1995; Stahl & VanSicle, 1992). According to Slavin (1982),student seem to enjoy
classrooms that employ these techniques.

According to Newman and Thompson (1987) and Slavin (1995), most of the research on
cooperative learning has taken place at the elementary level, even though cooperative
learning techniques were developed initially for college and adult education (Palmer &
Johnson, 1989). Few studies have been conducted at the secondary level and even less
research has been initiated in the upper secondary social studies class. Therefore, there is
a need to study cooperative learning strategies in the upper secondary classroom.

The cooperative learning techniques used in this study was the Student Achievement
Dividions' (STAD) method developed by Robert Slavin (1986). STAD has been
described as the simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as
STudent Team Learning Methods. In the STAD approach students are assigned to four or
five member teams reflecting a heterogeneous grouping of high, average, and low
achieveing students of diverse ethnic backgrounds and different genders. Each week, the
teacher introduces new material through a lecture, class discussion, or some form of a
teacher presentation. Team members then collaborate on worksheets designed to expand
and reinforce the material taught by the teacher. Team members may (a) work on the
worksheets in pairs, (b) take turns quizzing each other, (c) discuss problems as a group,
or (d) use whatever strategies they wich to learn the assigned material. Each team will
then receive answer sheets, making clear to the students that their task is to learn the
concepts not simply fill out the worksheets. Team members are instructed that their task
is not complete until all team members understand the assigned material.
Following this team practice, students take individual quizzes on the assigned material.
Teammates are notpermitted to help one another on these quizzes. The quizzes are graded
by the teacher and individual scores are then calculated into team scores by the teacher.
The amount each student contributes to the team score is related to a comparison between
the student's prior average or base score. If the student's quiz score is higher than the base
score, then that student will contribute positively to the team score. This scoring methods
rewards students for improvement (Slavin, 1986). The use of improvement points has
been shown to increase student academic performance even without teams
(Slaving,1986), and it is an important component of student team learning (Slavin, 1986;
1995).

Team scores are recorded and weekly recognition and rewards are awarded to winning
teams and improving students (Slavin,1986). One of the attractive features os STAD is
that it is relatively easy for teachers to use. The teacher (a) assigns the students to teams,
(b) allows the teams time to study together, (c) gives the students a regular quiz, and(d)
calculates improvement and team scores.

Slaving (1986) reviewed eight studies that evaluated STAD. In six of the eight studies,
learning had increased significantly over traditional methods. In the two remaining
studies there was not significant effect. These studies had all been administered below the
tenth grade level.

Newman and Thompson (1987) reported that STAD was the most successful cooperative
learning technique at increasing student academic achievement, but the bulk of the
research on STAD had been conducted at the elementary level and in subject areas other
than social studies. Slavin ( 1995) reported on 29 studies that examined the effectiveness
of STAD. He reported that STAD consistently had positive effects on learning.
Generally, STAD positively affected (c) cross race relations, (b) attitude toward school
and class, (c) peer support, (d) locus of control, (e) time on task, (f) peer relationships
and, (g) cooperation. However, Slaving found that few studies examined the effects of
STAD on the 7-12 grade levels.

• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6
• Next

Advanced Search in Search


6. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom:
Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by


Armstrong, Scott, Palmer, Jesse
• Previous
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6
• Next

The purpose of this study was to examine the effect of STAD upon academic
achievement and student attitude towards social studies of upper level secondary social
studies students. The following research questions were proposed:

1. Will upper secondary social studies students who are given instruction by the STAD
cooperative learnin technique score higher on a posttest than students taught the same
material by traditional methods? H: There will be a significant difference between
treatment (STAD) and comparison groups (traditional) on the criterion variable of
academic achievement while holding pretest academic achievement constant.

2. Will upper secondary social studies students who are given instruction by the STAD
cooperative learning technique demonstrate a better attitude towards social studies class?
H: There will be a significant difference between the treatment (STAD) and comparison
groups (traditional) on the criterion variable of student attitude towards their social
studies class.

Procedure

Sample

The sample consisted of a convenient sampling of 47 students in two twelfth grade


advanced placement American Government classes located in a suburban setting in south
Mississippi. The treatment goup contained 17 students while the comparison group
contained 30 students. Both groups were predominantly white with a good mix of male
and female students.

Treatment

Both treatment and comparison groups were taught by the same classroom teacher, a
veteran with several years of teaching experience, during the fall of 1997. The teacher
had been the recipient of numerous teaching awards for excellence. The teacher was
trained on implementation of the STAD technique prior to the study. After treatment and
comparison groups were assigned, the students in both groups were pretested on their
knowledge of course content to be covered during the seven-week study period. Pretest
scores were used to provide baseline data with which to compare posttest scores to
determine if the STAD cooperative learning techniques was effective in improving
achievement. The pretest scores as well as previous social studies grades for both groups
were analyzed to ensure academic equality between the treatment and comparison
groups. Following the pretest, the seventeen students in the treatment group were divided
into groups of four or five members. The students ere assigned to groups in such a
manner as to reflect a heterogeneous mixture of academic ability, gender, and race. These
treatment groups were trained in cooperative group skills prior to the seven-week
treatment period. The teacher delivered the treatment groups' instruction in the course
through the STAD technique, using teacher presentation, team practice, individual quiz,
and team reward format.

The comparison group was instructed through more traditional methods such as lecture,
class discussion and individual practice. Both treatment and comparison groups received
instruction for ninety-six minute class periods occurring on alternate school days
throughout the seven-week period. Each group received instruction on the same course
content over the identical amount of instructional time. Lesson plans for both groups
were developed by the teacher and investigators.

• Previous
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6
• Next

Advanced Search in Search


7. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom:
Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by


Armstrong, Scott, Palmer, Jesse
• Previous
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6
• Next

At the end of the seventh week of treatment, posttest means for the two groups were
compared to determine whether the students taughtby the STAD cooperative learning
technique would score significantly higher than students taught by traditional methods.
Students in both groups were also administered an attitudinal instrument to measure their
attitude towards social studies class. In addition, student and teacher surveys were
completed to gather qualitative data based on the study.

Instruments

A teacher made 30 item multiple choice pretest was administered to both groups on the
same day prior to the beginning of the treatment period. The same instrument was used as
a posttest with additional short answer and essay questions. All test items were selected
from the test bank which accompanied the textbook used for the unit of study and were
criterion referenced to the school district's curriculum. The achievement test was
validated by two experts (other teachers) who had nothing to do with the study.

The Estes Attitudinal Scale was administered to measure student attitude toward the
class. The instrument contained seventy-five questions evaluating student attitude toward
five subject areas. This instrument used a five point Likert scale ranging from "strongly
agree" to "strongly disagree." The Estes Attitude Scale had a reported consistency and
reliablility with coefficients ranging from .76 to .93. The construct validity was examined
by assessing extrinsic measures and intrinsic measures. The results indicated both
convergent and discriminative validity of individual interests were met (Estes, Estes &
Richards, 1985).

Results

An analysis of covariance and analysis of variance procedures were used to analyze the
data. The specific hypotheses addressed in this study were:
1) There will be a significant difference between treatment (STAD) and comparison
groups (traditional) on the criterion variable of academic achievement while holding
pretest academic achievement constant;

2) There will be a significant difference between the treatment (STAD) and comparison
groups (traditional) on the criterion variable of student attitude towards their social
studies class.

Contrary to the first hypothesis, this study produced no significant difference between the
achievement level of those taught by traditional methods and those instructed by the
STAD technique LF(1,44)=.122,p=.728) [see table 1]. Both treatment and comparison
groups improved approximately ten points on the posttest (see table 2). This may mean
that taught by the STAD technique and those taught by traditional methods E(1,45)=.029,
II=.865)[see table 3].

Qualitative instruments in the form of student and teacher surveys were also administered
to provide further insight into the dynamics of the study. When treatment students were
asked if they enjoyed working in groups during the study 94% answered positively. They
commented that, "team work made studying easier; and discussing work with peers made
it easier to remember important pointx" Seventysix percent reported that working in
groups helped them learn course content and 71% reported that the team competition
component of the technique made class more interesting. When treatment students were
asked if they would prefer to use STAD to cover the next unit of study, 88% responded
positively state that the technique, "made class more fun," and "made it easier to
understand the work."

8. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom:


Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by


Armstrong, Scott, Palmer, Jesse
• Previous
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6
• Next

The teacher survey produced similar positive results. The teacher commented that the
technique was an excellent presentation method for delivering course content and for
encouraging students to work towards shared goals. She related that the STAD technique
was easy to implement and administer and was particularly suited for a block schedule
timetable (fewer classes with larger amounts of time during the day). She found few
weaknesses in the technique and felt that it would be successful in other courses, with
different ability levels and in other secondary grade levels.

Discussion

The previous discussion of the results of the data analysis supports the conclusion that the
use of STAD in the upper secondary social studies classroom had no statistically
significant effect on the academic achievement and attitude towards social studies class.
However, teacher comments and results of student surveys seem to differ from these
findings. STudents commented that using STAD in the social studies classroom made
learning fun and the content easier to understand. The teacher felt that, from her
observations, the treatment students were enjoying class more than the comparison group
and were taking a more active role in the class. Assuming that these observation were
true then the application of STAD in the classroom had positive effects which the
statistical techniques used to measure the effects of this study did not detect.

These findings are important because it demonstrates that STAD can be as effective a
teaching strategy for upper secondary social studies students as delivering course
instruction by traditional methods. In addition, it reveals that students of higher ability are
not adversely affected by working in heterogeneous groups as some parents and teachers
contend. Critics tend to claim that high achieving or grade conscious students often
outperform their groups, while other group members contribute less to learning while
benefiting from others effort and knowledge. The results of this study help allay this
misconception. This study supports the research (Newman & Thompson, 1987; Slaving,
1995; Stahl & VanSickle, 1992) that well structured cooperative learning techniques
which contain the five basic elements of effective cooperative learning (i.e., positive
interdependence, face to face interaction, individual accountablility, effective social
skills, and reflective group process) can ensure that all group members participate in the
learning process actively and quitable.

It is also important to note that STAD is easily adapted to the block scheduled secondary
social studies class. In a block schedule students take fewer classes in a semester but for
longer periods of instruction. For example, in this study both the treatment and
comparison group's classes were scheduled for 96 minute blocks of instruction which
took place on alternate days. The teacher commented that the STAD method used was a
very effective strategy for the block scheduled class. The teacher was able to deliver a
presentation in the form of a lecture of class discussion, have students work in groups,
review their work, and evaluate students work durig the same blocked class period.
9. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom:
Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by


Armstrong, Scott, Palmer, Jesse
• Previous
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6
• Next

Observation of the class revealed a high level of motivation by the students to complete
the tasks and be prepared for the quiz at the end of class.

One of the major drawbacks of the study was the relatively small sample size and narrow
focus. Future studies should involve a larger number of subjects selected from a more
diverse pool of students in a wider range of courses. The fact that his study focused on
advanced progress American Government students proved that cooperative learning
could be an effective teaching technique at this advanced level, however, further research
is needed to substantiate these findings.

Even though cooperative small group learning is tone of the most researched teaching
strategies being used in schools today, much more research must be done to determine its
effectivness in the upper grades.

References

Estes, T.H., Estes, JJ., & Richards, H.C. (1975). Estes attitude scales: To measure attitude
toward school subjects the secondary form. (available from Thomas H. Estes, University
of Virginia, Charlotteville, Virginia).

Johnson, D.W. & Johnson, R.T. (1987). Learning Together and Alone: Cooperation.
Competition and Individualism. Second edition. Englewood Cliffs, NJ: PrenticeHall.

Johnson, D.W. & Johnson, R.T. (1989). Cooperation and competition: Theorv and
Research. Edina, MN: Interaction Books.

Newman, F.M. & Thompson, J. (1987). Effects of Cooperadv in nA hi vementin


Secondary Schools: A Summary of Research. Madison, WI: Wisconsin Center for
Education Research.
Palmer, J. & Johnson, J.T. (1989). Jigsaw in college classroom: Effect on student
achievement and impact on student evaluations of teacher performance. Journal of Social
Studies Research, 13, 34-37.

Sharan, S. (1980). Cooperative learning in small groups: recent methods and effects on
achievements, attitudes, and ethnic relations. Review of Educational Research M 241-
271.

Slavin, RE. (1980). Cooperative learning. Review of Educational Research, 50, 315-342.
Slavin, R.E. (1982). Cooperative Learning: Student Teams. Washington, DC: National
Education Association

Slavin, R.E. (1986). Student team learning: An overview and practical guide.
Washington, DC: Professional Library National Education Association.

Slavin, R.E. (1990). Cooperative Learning: Theory. Research and Practice. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall. Slavin, R.E. ( 1995). Cooperative Learning: Theory Research
and Practice. Boston, MA: Allyn & Bacon.

Stahl, RJ. and VanSickle, RL. (1992), Cooperative learning in the Social Studies
Classroom: An Invitation to Social Study. Washington, DC: National Council for the
Social Studies.

Scott Armstrong Jesse Palmer

University of Southern Mississippi

Copyright Kansas State University, College of Education Spring 1998


Provided by ProQuest Information and Learning Company. All rights Reserved

• Previous
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6
• Next
10. Bibliography for: "Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a
twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude"

Armstrong, Scott "Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade


classroom: Effect on student achievement and attitude". Journal of Social Studies
Research. FindArticles.com. 21 Jan, 2011.
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/ai_n8783828/
Copyright Kansas State University, College of Education Spring 1998
Provided by ProQuest Information and Learning Company. All rights Reserved

• Previous
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
• 6

Journal of Social Studies Research

View more issues:

Articles in Spring 1998 issue of Journal of Social Studies Research

• Nurturing democracy, citizenship and civic virtue: The Kids Voting program
revisited
by Simon, James; Merrill, Bruce D; Alozie, Nicholas O
• Editor's note
• A study of science-technology-society education implementation in the state of
Florida
by Kumar, David; Fritzer, Penelope
• Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom:
Effect on student achievement and attitude
by Armstrong, Scott; Palmer, Jesse
• Elementary preservice teachers use of the Internet in designing and teaching
social studies-focused integrated units
by Sunal, Cynthia Czymanski; Smith, Coralee; Sunal, Dennis W
• We'll teach shining shoes: Virginia school divisions responds to state-mandated
standards
by Fore, Linda C; Biermann, Melanie J

You might also like