You are on page 1of 14

Proklamasi Dan Proses Terbentuknya NKRI

Sinopsis
Urutan kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia antara lain sebagai berikut;
peristiwa menyerahnaya Jepang kepada sekutu, perbedaan pendapat golongan tua dan
golongan muda, peristiwa Rengasdengklok, penyusunan teks proklamasi dan pembacaan
naskah proklamasi.

Penyebar luasan berita proklamasi melalui kantor berita Yoshima, radio dan surat kabar.

Urutan kronologi terbentuknya NKRI antara lain sebagai berikut ; UUD 1945, pemilihan presiden
dan wakil presiden, pebentukan departemen, Komite Nasional Indonesial Pusat dan daerah,
pembentukan BKR,

dukungan spontan rakyat terhadap proklamasi antara lain; dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX
dan rapat raksasa dilapangan IKADA Jakarta.
Kompetensi
Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Setelah mempelajari program ini peserta didik dapat ;

1. Mendeskripsikan sebab terjadinya perbedaan pendapat antara golongan tua dan


golongan muda sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Menyusun kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3. Mendeskripsikan saluran penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
4. Menjelaskan kronologi terbentuknya kelengkapan NKRI sebagai hasil sidang PPKI.
5. Mendeskripsikan dukungan spontan rakyat di berbagai daerah terhadap proklamasi
kemerdekaan Indonesia.

Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Peristiwa Menyerahnya Jepang Pada Sekutu


Sampai akhir tahun 1943, kedudukan Jepang dalam perang Asia Pasifik mulai terdesak. Di
beberapa tempat tentara Jepang menderita kekalahan dari pasukan Sekutu. Amerika Serikat
akhirnya berhasil melakukan pengeboman terhadap kota Hirosima (06 Agustus 1945) dan
Nagasaki (09 Agustus 1945). Akibat pengeboman tersebut, melumpuhkan kondisi politik dan
ekonomi Jepang. Oleh karena itu, tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu.
Perbedaan perspektif antara golongan tua dan golongan muda sekitar proklamasi. Berita
kekalahan Jepang terhadap Sekutu diketahui oleh kalangan pemuda bangsa Indonesia di
Bandung melalui berita siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation) di London. Setelah
mengetahui Jepang menyerah kepada Sekutu, para pemuda segera menemui Bung Karno dan
Bung Hatta di jalan Pegangaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi, Jakarta).
Dalam pertemuan itu, Sutan Syahrir sebagai juru bicara para pemuda meminta agar Bung Karno
dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia lepas dari campur tangan
Jepang. Bung Karno tidak menyetujui usul para pemuda karena proklamasi kemerdekaan perlu
dibicarakan dahulu dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Rumah kediaman Bung Karno,
JL. Pegangsaan Timur, No.56. Jakarta
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka

Para pemuda menolak pendapat Bung Karno. Para pemuda tidak menginginkan kemerdekaan
Indonesia dianggap sebagai hadiah Jepang.

Para pemuda karena belum berhasil membujuk Bung Karno, pada tanggal 15 Agustus 1945,
pukul 20.00 WIB kembali mengadakan rapat di Lembaga Bakteriologi di jalan Pegangsaan
Timur, Jakarta (sekarang; Fakultas Kesehatan Mayarakat UI) dengan dipimpin oleh Chaerul
Saleh

Sutan Syahrir Sukarni Wikana


Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka
Ahmad Subarjo Ir. Sukarno Mohammad Hatta
Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka

Sesuai keputusan rapat, sekitar pukul 22.00 WIB, Wikana dan Darwis menemui Bung Karno
dikediamannya di jalan Pegangsaan Timur No, 56 Jakarta. Pada pertemuan tersebut Wikana
menyampaikan bahwa rapat telah menentukan kemerdekaan harus segera diproklamasikan oleh
Sukarno pada tanggal 16 gustus 1945. permintaan dan tuntutan golongan muda ditolak Bung
Karno, sebab masalah proklamasi kemerdekaan baru akan dibicarakan dalam rapat PPKI
tanggal 18 Agustus 1945.

Asrama Baperpi
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka
Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda tidak putus asa atas penolakan itu. Mereka kemudian melaksanakan pertemuan
kembali di Asrama Baperpi, di jalan Cikini No.71 Jakarta. Rapat itu memutuskan bahwa Bung
Karno dan Bung Hatta harus dibawa keluar dari Jakarta agar tidak terpengaruh Jepang. Tugas itu
dilaksanakan oleh Syudanco Singgih (anggota Peta), Sukarni, dan Yusuf Kunto dari Jakarta.
Pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta beserta Ibu Fatmawati
dan Guntur (putranya yang masih bayi) dibawa ke Rengasdengklok, kota kawedanan di pantai
utara kabupaten Karawang, Jawa Barat, tempat kedudukan Garnisun tentara Peta.

Di Rengasdengklok tersebut terjadi lagi dialog seru, antara pemuda yang diwakili Sukarni dan
Bung Karno. Bung Karno tetap pada pendiriannya tidak mau melangkah sendiri sebelum
membiarkannya dalam rapat PPKI.
Keberadaan Sukarno akhirnya diketahui dari Wikana. Ketika itu juga, Ahmad Subarjo datang ke
Rengasdengklok dan berhasil menyakini para pemuda bahwa Proklamasi akan diucapkan
keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 WIB. Hal ini dapat
dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Syudanco Subeno
komandan kompi tentara Peta di Rengasdengklok bersedia melepaskan Sukarno – Hatta kembali
ke Jakarta.

Monumen Rengasdengklok Rumah Rengasdengklok


Sumber:IPS Sejarah 3, Tiga Serangkai Sumber: Album Perjuangan RI

Penyusunan teks proklamasi


Pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945, rombongan yang membawa Sukarno-Hatta tiba di
Jakarta. Setelah singgah di rumah masing-masing, kemudian bersama rombongan lainnya
menuju rumah Laksamana Maeda (seorang kepala perwakilan AL Jepang di Jakarta), jalan Imam
Bonjol No.1 Jakarta (sekarang; Museum perumusan naskah proklamasi)
Malam itu juga segera diadakan musyawarah untuk membahas persiapan proklamasi
kemerdekaan, tokoh-tokoh yang hadir saat itu ialah; Ir. Sukarno, Drs. Mohammad Hatta, Achmad
Subarjo, para anggota PPKI dan para tokoh muda, seperti; Sukarni, Sayuti Melik dan B.M.Diah
dan lain-lain.

Rumah
Laksamana Maeda
Laksamana Maeda Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka

Di ruang makan rumah Laksamana Maeda, disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Tiga tokoh pemuda, yakni; Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah, menyaksikan Sukarno, Mohammad
Hatta dan Achmad Subardjo, membahas perumusan naskah proklamasi kemerdekaan.
Sedangkan tokoh-tokoh lainnya menunggu di serambi depan.

Ir. Sukarno Mohammad Hatta Ahmad Subarjo


Sumber: 30 tahun
Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka
Indonesia Merdeka
Sukarni B.M. Diah Sayuti Melik
Sumber: 30 tahun
Sumber: Album Perjuangan RI Sumber: Album Perjuangan RI
Indonesia Merdeka

Perumusan naskah proklamasi kemerdekaan berjalan lancar. Kalimat pertama rumusan


merupakan buah pikir dari Sukarno dan Achmad Subarjo yang diambil dari teks Pembukaan UUD
1945. sedangkah kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran Muhammad Hatta.

Konsep teks proklamasi yang ditulis tangan Ir.Sukarno, segera dibacakan dihadapan hadirin
yang menunggu diruangan depan. Sukarno-Hatta mengusulkan agar yang menandatangi naskah
adalah semua yang hadir, namun Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani
oleh Ir.Sukarno dan Mohammad Hattta atas nama bangsa Indonesia. Akhirnya usul tersebut
disetujui, kemudian konsep teks proklamasi diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.
Diputuskan bahwa proklamasi akan dibacakan di tempat kediaman Ir.Sukarno di jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pada pukul 10.00 WIB.

Naskah proklamasi tulisan tangan Bung Karno.


Naskah proklamasi ketikan Sayuti Melik
Sumber: 30 Tahun Indonesia
Sumber: 30 Tahun Indonesia
Merdeka
Pembacaan Naskah Proklamasi

Sejak pagi hari Jum’at, tanggal 17 Agustus 1945, dirumah Ir.Sukarno, dilakukan persiapan untuk
menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh Pergerakan Nasional seperti
Sukarno, Mohammad Hatta, B.M.Diah, Fatmawati, Ahmad Subarjo, Sayuti Melik, Dr.Buntaran
Martoatmojo, Mr.AA. Maramis, Mr.Latuharhary, Abi Kusno Cokrosuyoso, Anwar Cokroaminoto,
Harsono Cokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangie, KH. Mas
Mansur, Mr.Sartono, Pandu Kartawiguna, M.Tabrani, Dr.Mawardi dan A.G. Pringgodigdo beserta
rakyat berkumpul ditempat tersebut. Tepat pukul 10.00 WIB, upacara proklamasi kemerdekaan
Indonesia dimulai. Sebelum membacakan teks proklamasi, Ir.Sukarno menyampaikan pidato
pendahuluan. Setelah menyampaikan pidato dilanjutkan pembacaan teks proklamasi. Upacara
dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih. Yang bertugas untuk menaikan bendera
merah putih adalah Syudanco Latief Hendraningrat, SK Trimurti dan Suhud dengan diiringi
lagu Indonesia Raya. Upacara diakhiri dengan sambutan walikota Jakarta, Suwiryo.

Pembacaan Teks Proklamasi Pengibaran Bendera


Sumber: 30 Tahun Indonesia Sang Saka Merah Putih
Merdeka Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka

Penyebaran Berita Proklamasi


Kantor berita Yoshima (Antara)
Pada tanggal 17 Agustus 1945 sekitar pukul 18.30 WIB, wartawan kantor berita Yoshima/ Domei
(sekarang: Kantor Berita Antara). Syahrudin berhasil menyampaikan salinan teks proklamasi
kepada Daidan B.Palenewen. oleh Daidan B.Palenewen, teks proklamasi tersebut diberikan
kepada F.Wus seorang markonis (petugas telekomunikasi) di kantor berita tersebut, untuk
segera diudarakan.

Kantor berita Yoshima/Domei


(sekarang Kantor Berita Antara)
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka

Radio
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Syahrudin berhasil memasuki ruang siaran Radio Hoso Kanri
Kyoku (sekarang; Radio Republik Indonesia). Tepat pukul 19.00 WIB. Teks proklamasi
kemerdekaan berhasil disiarkan, M.Yusuf Ronodipuro, Bachtiar Lubis, dan Suprapto adalah
tokoh-tokoh yang berperan besar dalam menyiarkan berita proklamasi tersebut.
Radio Hoso Kanri Kyoku M.Yusuf Ronodipuro
(Sekarang: RRI) Sumber:Album perjuangan RI
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka

Surat kabar
Berita proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan melalui beberapa surat kabar. Surat kabar
yang pertama kali menyiarkan berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah
CAHAYA yang terbit di Bandung dan dan SOEARA ASIA yang terbit di Surabaya. Para pemuda
yang berjuang lewat pers antara lain Adam Malik, Sayuti Melik, Sutan Syahrir, B.M. Diah, Ki
Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, G.S.S.J. Ratulangi, Iwa Kusuma Sumantri, Sukoharjo
Wiryopranoto, Sumanang S.H, Manai Sophian dan Ali Hasyim.

Surat Kabar Soeara Asia dan Cahaya


Sumber: Album Perjuangan RI
Sarana lain
Selain melalui lembaga pemberitaan seperti radio dan surat kabar, berita proklamasi
kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui pemasangan pamflet, poster, dan spanduk.
Sejumlah besar pamflet disebarkan keberbagai penjuru kota. Pamflet, poster dan spanduk
dipasang ditempat-tempat strategis. Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga menyebar
melalui coretan pada tembok-tembok dan gerbong-gerbong kereta api.

Kronologi Terbentuknya Kelengkapan NKRI


Undang-undang Dasar 1945

Pada 1 Maret 1945, panglima tentara Jepang, Letnan Jenderal Kumakici Harada
mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai) yang disingkat BPUPKI. Badan ini bertugas menyelidiki dan
mempelajari mengenai masalah tata pemerintahan atau pembentukan negara Indonesia
merdeka.
Untuk melaksanakan tugasnya, BPUPKI mengumumkan nama-nama anggotanya pada tanggal 1
April 1945. Badan yang diketuai oleh dr. K.R.T Rajiman Wedyodiningrat dengan wakil ketuanya
R.P Suroso bertugas menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Badan ini diresmikan oleh Jenderal
Itagaki bersama Letnan Jenderal Yuiciro Nagano. Untuk menyiapkan kemerdekaan Indonesia,
BPUPKI mengadakan dua kali sidang, yaitu sidang pertama tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dan
sidang kedua pada tanggal 10 – 16 Juli 1945. Pada sidang pertama, BPUPKI lebih banyak
membicarakan masalah dasar-dasar negara. Hasil sidang pertama tersebut ditindaklanjuti
dengan pembentukan panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945. Panitia yang dikenal dengan
nama Panitia Sembilan ini menghasilkan sebuah piagam yang kemudian dikenal dengan nama
Piagam Jakarta yang berisi perumusan dasar negara dan pembukaan UUD 1945. Pada sidang
kedua, BPUPKI berhasil membentuk tiga panitia, yaitu sebagai berikut;

1. Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Sukarno;


2. Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno Cokrosuyoso;
3. Panitia Keuangan dan Perekonomian yang diketuai oleh Moh. Hatta;

Panitia perancang UUD dalam sidangnya pada tanggal 11 Juli 1945, menyepakati konsep
naskah pembukaan undang-undang dasar negara diambil dari Piagam Jakarta.Rancangan
tersebut kemudian disempurnakan lagi oleh Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar
yang diketuai oleh Mr. Supomo.

Kemudian pada tanggal 14 Juli 1945 BPUPKI menerima laporan panitia perancang UUD yang
dibacakan oleh Ir. Sukarno, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan UUD dan batang
tubuh UUD. Akhirnya BPUPKI menerima rancangan undang-undang tersebut yang dikenal
dengan UUD 1945.

Suasana Sidang PPKI Undang-undang Dasar 1945


Sumber: Album Perjuangan RI Sumber: IPS Sejarah, Tiga Serangkai

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI

Pada tanggal 18 Agustus 1945 presiden dan wakil presiden RI untuk pertama kali dipilih oleh
PPKI karena MPR yang berhak memilih dan melantiknya belum terbentuk hal itu telah diatur
dalam pasal III aturan tambahan UUD 1945. Dalam sidang pertama PPKI, Otto Iskandardinata
mengusulkan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI dilakukan secara aklamasi. Akhirnya
usul disetujui. Kemudian PPKI memilih dan menetapkan Ir.Sukarno sebagai presiden dan
Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta
Sumber:Album Perjuangan RI

Pembagian Wilayah Republik Indonesia

Sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 juga telah memutuskan pembagian wilayah
Indonesia untuk sementara waktu dibagi menjadi delapan Provinsi yang masing-masing dikepalai
oleh seorang gubernur. Kedelapan provinsi beserta gubernurnya adalah sebagai berikut;

Pembentukan Departemen

Sumatra : Mr.Teuku Mohammad Hasan


Jawa Barat : Sutarjo Kartohadikusumo.
Jawa Tengah : R. Panji Suroso.
Jawa Timur : R.A. Suryo.
Sunda Kecil (Nusa Tenggara) : Mr. I Gusti Ketut Puja
Maluku : Mr. J. Latuharhary
Sulawesi : Dr.G.S.S.J. Ratulangie
Borneo (Sekarang Kalimantan) : Ir.Pangeran Mohammad Noer
Pembentukan Departemen

Pada tanggal 2 September 1945 Presiden Sukarno berhasil menyusun cabinet RI pertama yang
terdiri atas 12 menteri departemen dan 4 menteri Negara yang susunannya sebagai berikut:
1 Menteri Dalam Negeri : R.A.A.Wiranata Kusumah.
2 Menteri Luar Negeri : Mr.Achmad Subardjo
3 Menteri Keuangan : Mr.A.A. Maramis
4 Menteri Kehakiman : Prof.Mr.Dr.Supomo
5 Menteri Kemakmuran : Ir.Surachman Cokroadisuryo
6 Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
7 Menteri Kesehatan : Dr.Buntaran Martoatmojo
8 Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
9 Menteri Penerangan : Mr.Amir Syarifudin
10 Menteri Sosial : Mr.Iwa Kusumasumantri
11 Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Cokrosuyoso
12 Menteri Perhubungan (a.i) : Abikusno Cokrosuyoso
Menteri Negara : Wachid Hasyim
Menteri Negara : Dr.M. Amir
Menteri Negara : Mr.R.M. Sartono
Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

Diangkat pula para pejabat tinggi Negara, sebagai berikut


1 Ketua Mahkamah Agung : Mr.Dr.Kusumah Atmaja
2 Jaksa Agung : Mr. Dr. Gatot Tanumiharja
3 Sekretaris Negara : Mr.A.G. Priggodigdo
4 Juru Bicara Negara : Sukarjo Wiryopranoto

Sumber: Album Perjuangan RI

Komite Nasional Indonesia Pusat dan Daerah

PPKI dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945 menegakan perlunya


pembentukan suatu Komite Nasional untuk membantu pekerjaan presiden sebelum
terbentuk MPR dan DPR. Maka pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI mengadakan
sidang di Gedung Kebaktian Rakyat Jawa (sekarang; Gedung Joang
45) Jakarta.
Salah satu hasil keputusan sidang itu adalah terbentuknya Komite Nasional
Indonesia (KNI). Badan ini berfungsi sebagai DPR sebelum pemilu
diselenggarakan.
Komite Nasional terdiri atas Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Komite
Nasional Indonesia Daerah yang ada di masing-masing provinsi. KNIP diresmikan
dan anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar
Baru, Jakarta. Ketua KNIP pertama ialah Mr. Kasman Singodimejo.

Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Untuk mewujudkan lembaga yang bertugas menjaga keamanan rakyat, pada tanggal
22 Agustus 1945 PPKI mengusulkan Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
BKR ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang
(BPKKP) yang bertujuan untuk memelihara keselamatan mayarakat dan merawat
para korban perang, jadi, BKR pada awalnya bukan merupakan kesatuan militer
yang resmi.
Melihat perkembangan situasi yang semakin membahayakan Negara, maka
pemerintah memanggil mantan Mayor KNIL Urip Sumoharjo dari Yogyakarta ke
Jakarta dan diberi tugas membentuk tentara kebangsaan.
Coretan berita proklamasi di tembok-tembok
Sumber: Album Perjuangan RI
Dukungan Spontan Rakyat Terhadap Proklamasi
Pernyataan Dukungan Sultan Hamengkubuwono IX

Pada tanggal 5 September 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengeluarkan pernyataan


yang berisi:

1. Bahwa Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah


Istimewa dari Negara RI.
2. Sebagai kepala daerah, Sri Sultan Hamengkubowono IX memegang pemerintahan di
wilayah Kesultanan Yogyakarta.
3. Kesultanan Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah Pusat RI
dan Sultan Yogyakarta bertanggung jawab atas negeri Yogyakarta langsung kepada
presiden RI.

Rapat Raksasa di Lapangan IKADA

Pada tanggal 19 September 1945 ribuan massa berbondong-bondong membanjiri lapangan


IKADA (sekarang: sebelah tenggara Monumen Nasional). Mereka datang dari Jakarta,
Tangerang, Bekasi dan tempat-tempat lain. Ribuan massa itu tidak gentar meskipun lapangan
IKADA dijaga ketat pasukan bersenjata dari Jepang.
Sekitar pukul 15.00 WIB, Sukarno memasuki Lapangan dan Langsung menuju panggung yang
telah disediakan. Beliau berpidato singkat mengajak rakyat untuk setia kepada pemerintah, tetap
tenang, dan kembali ketempat masing-masing.

You might also like