You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. PENGERTIAN
POKUSMA atau Kelompok Usaha Muamalat adalah kumpulan
orang potensial terdiri antara 5 – 10 orang, yang bersepakat
mengikatkan diri untuk bekerjasama dalam mengembangan usaha
simpan pinjam dan ekonomi produktif dengan memanfaatkan
pinjaman modal dari BMT atau pihak lain, agar mereka mampu
meningkatkan pendapatan, membesarkan usahanya, dan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi rumah tangganya.

POKUSMA merupakan lembaga perantara (channeling) agar


anggotanya dapat memanfaatkan modal pinjaman dari BMT atau
lembaga keuangan lainnya. Hal ini mengingat, BMT melayani
pembiayaan terutama secara berkelompok, yakni melalui POKUSMA
- POKUSMA dengan pola pembiayaan tanggung renteng

1.2. MENGAPA PENDEKATAN DENGAN POKUSMA


a.Pengusaha mikro dan orang miskin terbiasa dengan pertemuan
kelompok yang sekaligus dapat menjadi ajang bagi usaha
meningkatkan kualitas hidupnya, yaitu dengan disiplin datang di
tiap pertemuan yang disepakati (satu minggu satu kali),
membiasakan berusaha untuk menabung secara berkala (tiap
pertemuan minggon, misalnya), membahas masalah-masalah
yang menyangkut bisnis mikro yang diusahakannya agar lebih
berhasil, meminjam dana untuk tambahan modal kerja, dan
berbagi pengalaman di berbagai bidang kehidupan social dan
keagamaan, sehingga terjadi perbaikan kualitas karya, kerja, pikir
dan dzikirnya.
b.Dengan melembaga dalam POKUSMA, pengusaha mikro dan
orang miskin terbiasa dengan:
a. Mengadakan rapat misalnya dalam memilih seorang
ketua;
b. Urun pendapat secara bebas dalam pertemuan;
c. Urun pengalaman yang berguna bagi anggota lainnya;
d. Terlatih dalam berbeda pendapat;
e. Dalam proses pengambilan keputusan sesuatu yang
menyangkut kepentingan anggota tertentu dan/atau
kelompoknya, POKUSMA;
f. Urun risiko dalam hal tanggung renteng.
g. Metoda penguatan ruhiyah.
h. Atau penguatan usaha mikro

c.Dengan melembaga dalam POKUSMA, pengusaha mikro dan


orang miskin akan berpengalaman mendapat akses dalam
mengatur kebutuhan-kebutuhan masukan produksi bisnis
ekonominya dan dalam memasarkan hasilnya karena akan dapat
berhubungan secara melembaga dengan BUSRIL (Badan Usaha
Sektor Riil) POKUSMA.
BAB II
KRITERIA DAN PERSYARATAN
ANGGOTA POKUSMA

2.1. KRITERIA ANGGOTA POKUSMA


Calon anggota mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Fakir miskin atau pengusaha mikro;
2. Berniat berusaha dan berniat untuk memperbaiki
kinerja usaha secara sungguh-sungguh;
3. Usia minimal 18 tahun atau sudah menikah, usia
maksimal 60 tahun
4. Mampu bertanggungjawab sendiri
5. Bersedia mematuhi aturan POKUSMA;

2.2. PERSYARATAN ANGGOTA POKUSMA


1. Anggota yang memenuhi criteria berkelompok dalam
kelompok yang terdiri dari 5 – 10 orang
2. Dalam satu kelompok tidak ada anggota yang
memiliki hubungan darah sampai 2 tingkat
3. Minimal dua kelompok dan maksimal 5 kelompok
tetapi tidak melebihi 30 orang diorganisir dalam satu
pertemuan yang dinamakan rumpun (rembug himpunan)
4. Anggota kelompok wajib
a. Mengikuti Pra PWH(Pelatihan Wajib Himpunan)
b. Mengikuti PWH (Pelatihan Wajib Himpunan) 1 jam
dalam sehari selama 5 hari berturut – turut
c. Mengikuti pertemuan rumpun (rembug himpunan)
seminggu sekali selama 90 menit
d. Mengucapkan ikrar dan akad
e. Berwudhu sebelum LWH dan Rumpun
f. Membayar angsuran simpanan sebesar Rp. 1000,-
selama 50 minggu dan IKS (Infaq Kesetiakawan
Sosial) sebesar Rp. 500,- setiap pertemuan /minggu.
BAB III
TAHAPAN PEMBENTUKAN POKUSMA

3.1. Identifikasi, Klarifikasi dan Klasifikasi Kelompok


Sasaran
a) Identifikasi
Yakni identifikasi keluarga fakir miskin atau pengusaha mikro
yang ada di desa/kelurahan lokasi program. Identifikasi
dilaksanakan oleh pendamping dengan musyawarah di tingkat
RT/RW/Dusun dengan mekanisme Focus Group Discussion
(FGD).
Indikator keluarga fakir miskin adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan rendah, atau berada dibawah garis
kemiskinan yang dapat diukur dari tingkat pengeluaran
per-orang per-bulan berdasarkan standar BPS per wilayah
propinsi dan kabupaten/kota.
2. Ketergantungan pada bantuan pangan
kemiskinan (zakat/ raskin/ santunan sosial)
3. Keterbatasan kepemilikan pakaian yang cukup
setiap anggota keluarga per tahun (hanya mampu memiliki
1 stel pakaian lengkap per orang per tahun)
4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada
salah satu anggota keluarga yang sakit
5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9
tahun bagi anak-anaknya
6. Tidak memiliki harta yang dapat dijual untuk
membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua
kali batas garis kemiskinan.
7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam
usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat tidak mampu
mengobati penyakit sejak awal.
8. Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas
yang buta huruf.
9. Tinggal di rumah yang tidak layak huni.
Indikator kemiskinan tersebut sifatnya multidimensi, artinya
setiap keluarga miskin dapat berbeda tingkat kedalaman
kemiskinannya. Secara umum jika 3 (tiga) kriteria tersebut di
atas terpenuhi, sudah dapat dikategorikan keluarga miskin.
Semakin banyak kriteria yang terpenuhi semakin fakir keluarga
tersebut dan harus diprioritaskan penanganannya.
Untuk indikator rumah yang tidak layak huni, dapat dilihat dari
kriteria sebagai berikut.
1. Luas bangunan sempit atau hanya mendukung fungsi
ruang yang terbatas (memiliki bagian ruangan yang tidak
membedakan fungsi untuk ruang tamu, ruang tidur, ruang
makan, dan dapur) atau luas lantai per orang untuk
keperluan sehari-hari kurang dari 4 m2.
2. Lantai masih dari tanah/ bambu/ diplester secara
sederhana
3. Kesulitan memperoleh air bersih
4. Tidak memiliki tempat mandi, cuci pakaian dan membuang
air besar (MCK) di rumah sendiri yang memenuhi syarat
kesehatan
5. Tidak mempunyai sirkulasi udara yang dapat
memungkinkan sinar matahari dan udara masuk rumah
dengan baik.
6. Dinding umumnya terbuat dari bambu/ papan/ bahan yang
mudah rusak
7. Sanitasi lingkungan di sekitar rumah yang tidak sehat
Indikator rumah yang tidak layak huni juga sifatnya
multidimensi, artinya setiap keluarga miskin dapat tinggal di
rumah tidak layak huni yang berbeda-beda kondisinya. Secara
umum jika 2 (dua) kriteria tersebut di atas terpenuhi, sudah
dapat dikategorikan rumah keluarga miskin tidak layak huni.
Semakin banyak kriteria yang terpenuhi semakin tidak layak
huni dan harus diprioritaskan penanganannya.
b) Klarifikasi
Klarifikasi dimaksudkan untuk mencocokkan data yang diperoleh
dari musyawarah identifikasi. Klarifikasi dilaksanakan
pendamping dengan kunjungan lapangan untuk berwawancara
secara langsung dengan keluarga miskin. Tabel wawancara
terlampir.
c) Klasifikasi
Setelah data kongkret keluarga fakir miskin diperoleh,
pendamping melakukan klasifikasi keluarga miskin dalam 2
kelompok, yakni :
 Keluarga Fakir Miskin
Rentan (KFM-R)
Yakni keluarga fakir miskin rentan adalah keluarga fakir
miskin (KFM) yang tidak lagi memiliki kemampuan untuk
mengembangkan usaha ekonomi produktif (UEP).
 Keluarga Fakir Miskin
Potensi (KFM-P)
Adalah Keluarga Fakir Miskin (KFM) yang dinilai memiliki
kemampuan untuk mengembangkan usaha ekonomi
produktif (UEP), yakni KFM yang telah memiliki usaha,
atau pernah berusaha dan berencana membuka usaha
baru, atau KFM yang belum berpengalaman usaha tetapi
memiliki motivasi tinggi untuk merintis usaha.

3.2. Sosialisasi
Dimaksudkan untuk mensosialisasikan program POKUSMA kepada
keluarga fakir miskin. Sosialisasi dilaksanakan oleh pendamping
masyarakat melalui musyawarah keluarga fakir miskin.

3.3. Pra PWH (Pelatihan Wajib Himpunan)


Merupakan kegiatan persiapan untuk
• Menjelaskan program POKUSMA secara mendalam.
• Memantapkan tekad dan niat calon peserta program untuk
mengikuti program secara menyeluruh.
• Mematangkan persiapan mengikuti PWH.
• Mengevaluasi kesiapan mengikuti PWH untuk menentukan apakah
pra PWH perlu diulang atau dilanjutkan pada langkah berikutnya
• Menentukan waktu dan tempat PWH

Pra PWH dilaksanakan selama 2 jam dengan agenda sebagai


berikut :
1. Peserta mengisi daftar hadir Pra PWH
2. Pendamping membuka acara dengan membaca basmallah
selengkapnya dan kemudian menjelaskan secara mendalam
tentang program (POKUSMA) dan memantapkan tekad dan
minat calon peserta program untuk mengikuti pelaksanaan
program secara menyeluruh
3. Peserta memilih calon anggota kelompok
4. Pendamping menjelaskan tentang esensi pentingnya PWH
(Pelatihan Wajib Kumpulan)
5. Peserta bersama dengan pendamping menevaluasi kesiapan
pelaksanaan PWH dan menentukan waktu dan tempat
pelaksanaan PWH.
6. Pendamping menutup acara dengan berdoa bersama.

3.4. PWH (Pelatihan Wajib Himpunan)


Merupakan kegiatan untuk membentuk dan mempersiapkan
kelompok dalam mengikuti pelaksanaan program dengan tujuan
untuk :
• Memantapkan tekad dan minat untuk mengikuti program
• Membentuk kelembagaan kelompok
• Memperkenalkan mekanisme penyaluran dana bergulir
• Menyusun dan menetapkan usulan usaha kelompok.
PWH dilaksanakan setelah pra PWH selama 5 hari berturut-turut,
per hari 1 jam dengan jadwal waktu sesuai dengan kesepakatan
anggota kelompok.
Materi pelatihan PWH adalah :
a. Materi Hari Pertama
1. Penjelasan PWH
2. Pengenalan lembaga
3. Pengenalan POKUSMA
4. Perkenalan peserta PWH
5. Pengenalan ikrar, Basmallah, dan Hamdallah
b. Materi Hari Kedua
Menjelaskan prinsip anggota POKUSMA
1. Pembacaan Basmallah dan ikrar
2. Tekad mengubah cara hidup
3. Memperbaiki niat usaha
4. Disiplin
5. Persahabatan
6. Kerja keras dan kerja cerdas
7. Hamdallah

c. Materi Hari Ketiga


1. Pembacaan Basmallah dan ikrar
2. Prosedur pembiayaan
3. Hak dan kewajiban anggota
4. Cara pembayaran angsuran
5. Pengenalan akad
6. Pembahasan makna ikrar
7. Hamdallah

d. Materi Hari Keempat


1. Pembacaan Basmallah dan ikrar
2. Pemberian nama dan nomor kelompok
3. Pembahasan tanggung jawab ketua, sekretaris dan
anggota kelompok
4. Pembahasan tanggung jawab ketua, wakil ketua
5. Pemilihan Pengurus POKUSMA
6. Pengenalan Rembug Himpunan (RUMPUN)
7. Cerita profil usaha
8. Hamdallah
a. Materi Hari Kelima
Pembacaan Basmallah dan ikrar
Review PWH
Penetapan usulan rencana usaha
Penetapan jadwal realisasi
Pemantapan pengertian dan komitmen waktu RUMPUN
Hamdallah

Pada akhir PWH hari kelima kelompok tersaring yang berjumlah 5 –


10 orang berikrar untuk membentuk Kelompok Usaha Bersama
(POKUSMA).
BAB IV
STRUKTUR, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
ORGANISASI POKUSMA

4.1. Struktur Organisasi


Untuk menjalankan roda organisasi POKUSMA diperlukan Struktur
organisasi sederhana yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara
dan Anggota.

Ketua

Sekretaris Bendahara

Anggota Anggota Anggota

4.2. Tugas Pokok


Ketua
 Mengkoordinir jalannya pertemuan POKUSMA dan
Rumpun
 Mengkoordinir usaha – usaha anggota POKUSMA
 Memimpin pengajuan usulan – usulan usaha anggota
POKUSMA
 Memimpin musyawarah penyelesaian permasalahan
anggota POKUSMA

Sekretaris
 Membuat agenda/jadwal pertemuan POKUSMA
 Mencatat hasil pertemuan POKUSMA
 Membuat surat menyurat yang berhubungan dengan
POKUSMA

Bendahara
 Menerima titipan angsuran ataupun tabungan dari anggota
 Mengkoordinir transaksi keuangan POKUSMA
 Membantu Ketua dalam administrasi keuangan

4.3. Fungsi
Ketua
 Membantu pendamping melengkapi calon anggota
POKUSMA
 Membantu pendamping dalam pertemuan POKUSMA dan
Rumpun
 Membantu penyelesaian permasalahan anggota
POKUSMA baik dengan teguran maupun tindakan
 Ikut merekomendasikan usulan usaha anggota
 Ikut dalam penandatanganan Rekening POKUSMA di
BMT (Ketua & Sekretaris, Ketua & Bendahara )

Sekretaris
 Ikut dalam penandatanganan Rekening POKUSMA di
BMT (Ketua & Sekretaris)
 Membantu Ketua dalam administrasi yang berhubungan
dengan POKUSMA

Bendahara
 Ikut dalam penandatanganan Rekening POKUSMA di
BMT (Ketua & Bendahara)
 Mencatat segala bentuk data transaksi keuangan anggota
POKUSMA terutama adalah pencatatan keluar masuknya
uang dalam buku catatan manual
 Membantu mengumpulkan setoran angsuran dan setoran
simpanan anggota sebelum diserahkan ke Pendamping
 Membantu mencarikan dan merekomendasikan calon
anggota pembiayaan baru
BAB V PENUTUP

Dengan melembaga dalam POKUSMA, pengusaha mikro dan orang


miskin akan berpengalaman mendapat akses dalam mengatur
kebutuhan-kebutuhan masaukan produksi bisnis ekonominya dan
dalam memasarkan hasilnya karena akan dpat berhubungan secara
melembaga dengan BUSRIL (Badan Usaha Sektor Riil) POKUSMA

Demikian pentingnya kelompok usaha muamalat sebagai salah satu


alternatif upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Oleh karena
itu kehadiran Buku Pedoman Pembentukan POKUSMA dirasakan
penting dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja POKUSMA
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pengertian
1.2. Mengapa Perlu Pendekatan Dengan
POKUSMA

BAB II KRITERIA AN PERSYARATAN ANGGOTA


2.1. Kriteria Anggota POKUSMA
2.2. Persyaratan Anggota POKUSMA

BAB III TAHAPAN PEMBENTUKAN POKUSMA


3.1. Identifikasi, Klarifikasi dan Klarifikasi
Kelompok Sasaran
b. Identifikasi
c. Klarifikasi
d. Klasifikasi
3.2. Sosialisasi
3.3. Pra PWH
3.4. PWH

BAB IV STRUKTUR, TUGAS POKOK DAN


FUNGSI ORGANISASI POKUSMA
4.1. Struktur Organisasi
4.2. Tugas Pokok
4.3. Fungsi (Ketua, Sekretaris, Bendahara)

BAB V PENUTUP
PEDOMAN
PENDAMPINGAN POKUSMA

You might also like