Professional Documents
Culture Documents
UNTUK
MEMBASMI
BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI
TINDAK PIDANA KORUPSI
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
REPUBLIK INDONESIA
MEMAHAMI
UNTUK MEMBASMI
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
DAFTAR ISI
Penyusun
Komisi Pemberantasan Korupsi Kata Pengantar 1
Desain Sampul & Tata Letak Isi Contoh Menganalisis Suatu Kejadian Berdasarkan
MPRCons Indonesia Unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi 4
1. Korupsi (Dalam politik) – Aspek hukum. Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana
I. Komisi Pemberantasan Korupsi. Korupsi 98
345.023 23
Pasal-pasal tentang Tindak Pidana Korupsi 112
Menjadi lebih memahami pengertian korupsi juga bukan sesuatu hal yang
mudah. Berdasarkan Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-
undang nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi,
kebiasaan berperilaku koruptif yang selama ini dianggap sebagai hal yang
wajar dan lumrah dapat dinyatakan sebagai tindak pidana korupsi. Seperti
1 2
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
CONTOH MENGANALISIS
SUATU KEJADIAN
BERDASARKAN
UNSUR-UNSUR
TINDAK PIDANA
KORUPSI
3
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
CONTOH KASUS PERTAMA
B selaku Dirut BUMN telah menjual tanah negara yang merupakan Dalam proses penjualan aset tersebut, F mentransfer uang sebesar
aset perusahaan (BUMN) yang dipimpinnya kepada F seluas 50 Ha. Rp. 15 M ke rekening milik B.
Akan tetapi sebelum melakukan transaksi penjualan B mengadakan
beberapa kali pertemuan dengan F sehingga tercapai kesepakatan Atas perbuatan B tersebut negara c.q. perusahaan BUMN tersebut
bahwa B akan menurunkan harga NJOP tanah serta sistem telah dirugikan sebesar Rp. 50 M.
pembayaran dari F akan dilakukan secara bertahap. Kemudian B
meminta kepada F agar menyertakan 2 perusahaan pendamping
untuk memenuhi persyaratan formal dalam proses lelang.
5 6
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
ANALISIS KASUS PERTAMA
Kasus pertama tersebut dianalisis dengan memecah ke dalam unsur tindak memenuhi formalitas administrasi proses penjualan secara lelang serta telah
pidana korupsi Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 menetapkan harga tanah dan pembelinya serta sistem pembayaran seca bertahap.
sebagai berikut: - Padahal menurut SK Menkeu penjualan harus dengan prosedur lelang
1. Setiap Orang terbuka untuk umum dan pembayarannya harus dengan tunai.
2. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi - Pada tanggal 10 Januari 2005 aset tanah tersebut dijual dengan harga Rp
3. Dengan cara melawan hukum 100 M, padahal menurut SK Meneg BUMN penjualan tanah aset
4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara BUMN adalah sesuai dengan NJOP tertinggi tahun berjalan dan atau
harga pasar sehingga seharusnya aset tersebut dijual dengan harga Rp 150M.
Unsur tindak pidana 1: Setiap orang - Alat Bukti yang mendukung:
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan: - Keterangan dari Saksi F
- B adalah seorang Dirut BUMN - Keterangan dari Panitia penaksir Harga
- Alat Bukti yang mendukung: - Keterangan dari Panitia penjualan
- Keterangan dari Terdakwa B - Keterangan dari Kantor PBB
- KTP A/n B - Keterangan dari Perusahaan Appraisal
- SK pengangkatan B sebagai Dirut BUMN - Keterangan dari Komisaris Perusahaan - Keterangan dari Para Direksi
- Keterangan dari Notaris
Unsur tindak pidana 2: Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu - Surat, seperti dokumen yang berhubungan dengan penjualan, NJOP tanah,
korporasi SK Panitia.
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan: - SK Menteri Keuangan
- Pada tanggal 10 Januari 2005 B mendapat transfer uang sebesar Rp 15 M - SK Meneg BUMN
dari F - Akta Jual Beli - Sertifikat tanah
- F telah mendapat kekayaan berupa aset tanah seluas 50 Ha dengan - Kwitansi penjualan
harga dibawah NJOP/harga pasar - Print-out Rekening Koran Perusahaan BUMN
- Alat Bukti yang mendukung: - Keterangan dari Petugas Bank
- Keterangan dari Terdakwa B - Print-out rekening bank
- Keterangan dari Saksi F
- Keterangan dari Petugas Bank Unsur tindak pidana 4:Dapat merugikan keuangan negara atau
- Print-out rekening bank perekonomian negara
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
Unsur tindak pidana 3: Dengan cara melawan hukum - Negara dirugikan sebesar Rp 50 M
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan: - Alat Bukti yang mendukung:
- B telah menjual tanah negara aset perusahaan (BUMN) yang dipimpinnya - Keterangan dari Ahli dari BPKP
kepada F seluas 50 Ha. - Surat berupa laporan hasil perhitungan kerugian keuangan negara.
- Sebelum menjual, B mengadakan beberapa kali pertemuan dengan F untuk
melakukan negosiasi harga dan tata cara pembayaran. KESIMPULAN:
- Setelah tercapai kesepakatan, B mengupayakan penurunan harga NJOP Keempat unsur tindak pidana korupsi pada Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo.
atas tanah sehingga sesuai dengan kesepakatannya dengan F - B meminta F UU No. 20 Tahun 2001 terpenuhi. Keseluruhan rangkaian perbuatan yang
agar mencari 2 perusahaan lain untuk melengkapi persyaratan administrasi telah dilakukan oleh B adalah sebuah tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 2
penjualan secara lelang. UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 sehingga B dituntut untuk
- B menunjuk panitia penaksir harga dan panitia penjualan untuk dipidana penjara.
7 8
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
CONTOH KASUS KEDUA ANALISIS KASUS KEDUA
W salah seorang pejabat di sebuah lembaga Negara dan telah Kasus kedua tersebut selanjutnya dianalisis dengan memecah ke dalam
ditunjuk menjadi ketua panitia/penanggungjawab proyek unsur tindak pidana korupsi Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999
pengadaan barang pada tahun 2005 di lembaga tersebut. jo UU No. 20 Tahun 2001 sebagai berikut:
1. Setiap orang
2. Memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu
Pada akhir tahun anggaran, S selaku salah seorang pemeriksa dari 3. Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
instansi yang berwenang melakukan pemeriksaan keuangan telah 4. Dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan pertanggungjawaban jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya.
keuangan atas proses pengadaan barang yang telah dilakukan oleh
W. Dalam melakukan pemeriksaan, S menemukan adanya sejumlah Unsur tindak pidana 1: Setiap orang
indikasi penyimpangan dalam proses pengadaan yang - Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
mengakibatkan timbulnya kerugian negara. W mengetahui hal - W salah seorang pejabat di sebuah lembaga Negara.
- W adalah ketua panitia/penanggungjawab proyek pengadaan barang di
tersebut, lalu berusaha melakukan pendekatan kepada S dengan
lembaga tersebut.
menawarkan uang sebesar Rp 300 juta dan menyampaikan - Alat Bukti yang mendukung:
keinginannya kepada S supaya temuan indikasi penyimpangan itu - Keterangan dari Terdakwa W
dihilangkan dari laporan hasil pemeriksaan. - KTP A/n W
- SK sebagai ketua panitia
S melaporkan upaya pemberian uang tersebut kepada Penyidik
yang kemudian ditindak lanjuti dengan melakukan perekaman Unsur tindak pidana 2: Memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu
terhadap pembicaraan W dengan S serta merekam proses - Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- W memberi uang Rp 300 jt kepada S.
pemberian uang yang dilakukan oleh W kepada S. Pada saat W
- S melaporkan kepada Penyidik tentang rencana pemberian uang oleh W.
memberikan uang kepada S, Penyidik melakukan penangkapan. - Alat Bukti yang mendukung 2 adalah:
- Keterangan dari Terdakwa W dan Keterangan dari Saksi S
- Keterangan dari Petugas Penyidik yang melakukan penangkapan.
- Alat bukti petunjuk berupa:
1. Hasil perekaman oleh Penyidik tentang rekaman peristiwa pemberian
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 : uang dari Terdakwa W kepada Saksi S
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan 2. Uang tunai Rp 300 jt
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp Unsur tindak pidana 3: Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang: - Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri - S adalah seorang pegawai negeri di salah satu lembaga negara yang berfungsi
atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai sebagai pemeriksa keuangan negara.
negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau - S sedang melakukan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan atas
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan pelaksanaan pengadaan barang yang dilakukan oleh W.
dengan kewajibannya; atau - Alat Bukti yang mendukung 3 adalah:
b. .... - Keterangan dari Saksi S
9 10
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
CONTOH KASUS KETIGA
- SK S sebagai Pegawai Negeri. X selaku Panitera pada salah satu Pengadilan Negeri di Jakarta adalah
- Surat Tugas S untuk melakukan pemeriksaan di lembaga W panitera dalam perkara penipuan dengan Terdakwa Y (Terdakwa Y dalam
- Keterangan dari Atasan S. perkara penipuannya tidak ditahan).
Unsur tindak pidana 4: Dengan maksud supaya berbuat atau tidak Pada tanggal 2 Januari 2006, X didatangi oleh Y di ruang kerjanya untuk
berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan melobi Ketua Majelis Hakim yaitu Hakim A yang menangani perkara
kewajibannya tersebut agar dalam putusan persidangan Y dinyatakan tidak terbukti
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan: bersalah dan diputus bebas, dan X akan mendapat uang dari Y. Terhadap
- Pemberian uang oleh W kepada S dimaksudkan agar S dalam membuat hal tersebut, X menyanggupi dan meminta agar uang tersebut diserahkan
laporan hasil pemeriksaan tidak mencantumkan temuan tentang adanya terlebih dahulu kepadanya sebelum perkaranya diputus.
indikasi penyimpangan dalam pengadaan barang. Pada tanggal 10 Januari 2006 sekitar pukul 14.00 WIB, Y mendatangi X
- W mengetahui bahwa hal tersebut bertentangan dengan kewajiban S selaku diruang kerjanya dengan membawa satu buah tas hitam yang di dalamnya
Pemeriksa. berisi uang Rp 500 juta dan menyerahkannya kepada X, lalu X menerima tas
- Alat Bukti yang mendukung: yang berisi uang tersebut.
- Keterangan dari Terdakwa W dan Keterangan dari Saksi S
- Keterangan dari Anggota Tim S Pada tanggal 24 Januari 2006, dalam sidang perkara penipuan dengan
- Keterangan dari Atasan S Terdakwa Y, ternyata majelis hakim menyatakan Terdakwa Y terbukti
- Surat berupa Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan. bersalah melakukan penipuan dan menjatuhkan hukuman pidana penjara
selama 5 tahun. Mendengar putusan tersebut, Terdakwa Y langsung marah
KESIMPULAN: dan berteriak bahwa seharusnya ia dibebaskan karena ia telah menyerahkan
Keempat unsur tindak pidana korupsi pada Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. uang Rp 500 juta kepada X.
31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 terpenuhi. Keseluruhan Atas kejadian tersebut, Y melaporkan X ke Polres. Dalam pengakuannya X
rangkaian perbuatan yang telah dilakukan oleh W adalah sebuah tindak menyatakan ia telah melobi Hakim A selaku Ketua Majelis Hakim, namun
pidana korupsi berdasarkan Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 Hakim A tidak bersedia membantu Y, sedangkan uang Rp 500 juta telah
jo UU No. 20 Tahun 2001sehingga W dituntut untuk dipidana penjara. habis ia gunakan untuk membayar hutang-hutangnya.
11 12
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
ANALISIS KASUS KETIGA
Kasus ketiga tersebut selanjutnya dianalisis dengan memecah ke dalam - Dengan uang Rp 500 juta tersebut, “X” selaku Panitera dapat
unsur tindak pidana korupsi Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 melakukan pendekatan/melobi hakim yang memeriksa perkaranya untuk
Tahun 2001 sebagai berikut: memenangkan perkaranya.
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara - Alat Bukti yang mendukung:
2. Menerima hadiah atau janji - Keterangan dari Saksi Y dan Saksi A
3. Diketahuinya - Keterangan dari Terdakwa X
4. Patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya KESIMPULAN:
dan menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji Keempat unsur tindak pidana korupsi pada Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999
tersebut ada hubungan dengan jabatannya. jo UU No. 20 Tahun 2001 terpenuhi. Keseluruhan rangkaian perbuatan
yang telah dilakukan oleh X adalah sebuah tindak pidana korupsi
Unsur tindak pidana 1: Pegawai negeri atau penyelenggara negara berdasarkan Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan: sehingga X dituntut untuk dipidana penjara.
- Si “X” selaku Panitera Pengadilan Negeri
- Alat Bukti yang mendukung:
- Keterangan dari Saksi A dan Saksi Y
- Keterangan dari Terdakwa X
- SK Pengangkatan selaku Panitera
Unsur tindak pidana 4: Patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya dan menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
13 14
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
CONTOH KASUS KEEMPAT ANALISIS KASUS KEEMPAT
X selaku Panitera pada salah satu Pengadilan Negeri di Jakarta adalah Kasus keempat tersebut selanjutnya dianalisis dengan memecah ke dalam
panitera dalam perkara penipuan dengan Terdakwa Y (Terdakwa Y dalam unsur tindak pidana korupsi Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20
perkara penipuannya tidak ditahan). Tahun 2001 sebagai berikut:
1. Setiap orang
Pada tanggal 2 Januari 2006, X didatangi oleh Y di ruang kerjanya untuk 2. Memberi hadiah atau janji
melobi Ketua Majelis Hakim yaitu Hakim A yang menangani perkara 3. Kepada pegawai negeri
tersebut agar dalam putusan persidangan Y dinyatakan tidak terbukti 4. Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat
bersalah dan diputus bebas, dan X akan mendapat uang dari Y. Terhadap pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau
hal tersebut, X menyanggupi dan meminta agar uang tersebut diserahkan janji dianggap, melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.
terlebih dahulu kepadanya sebelum perkaranya diputus.
Pada tanggal 10 Januari 2006 sekitar pukul 14.00 WIB, Y mendatangi X Unsur tindak pidana 1: Setiap orang
diruang kerjanya dengan membawa satu buah tas hitam yang di dalamnya - Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
berisi uang Rp 500 juta dan menyerahkannya kepada X, lalu X menerima tas - Si “Y”
yang berisi uang tersebut. - Alat Bukti yang mendukung:
- Keterangan dari Saksi X
Pada tanggal 24 Januari 2006, dalam sidang perkara penipuan dengan - Keterangan dari Saksi lain
Terdakwa Y, ternyata majelis hakim menyatakan Terdakwa Y terbukti - Keterangan dari Terdakwa Y
bersalah melakukan penipuan dan menjatuhkan hukuman pidana penjara
selama 5 tahun. Mendengar putusan tersebut, Terdakwa Y langsung marah Unsur tindak pidana 2: Memberi hadiah atau janji
dan berteriak bahwa seharusnya ia dibebaskan karena ia telah menyerahkan - Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
uang Rp 500 juta kepada X. - Pada tanggal 10 Januari 2006 di ruang kerja X, Y
Atas kejadian tersebut, Y melaporkan X ke Polres. Dalam pengakuannya X memberikan uang sejumlah Rp 500 juta kepada X
menyatakan ia telah melobi Hakim A selaku Ketua Majelis Hakim, namun - Alat Bukti yang mendukung:
Hakim A tidak bersedia membantu Y, sedangkan uang Rp 500 juta telah - Keterangan dari Saksi X
habis ia gunakan untuk membayar hutang-hutangnya. - Keterangan dari Terdakwa Y
- Keterangan dari Saksi-saksi lain
Polres kemudian melakukan penyidikan dengan menetapkan X dan Y, - Sebagian dari uang Rp 500 juta
masing-masing sebagai Tersangka (berkas terpisah) dan perkara tersebut
oleh Jaksa dilimpahkan ke Pengadilan Negeri. Unsur tindak pidana 3: Kepada pegawai negeri
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- X selaku Panitera Pengadilan Negeri
- Alat Bukti yang mendukung:
- Keterangan dari Saksi X
Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
- Keterangan dari Saksi lain
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
- SK Pengangkatan selaku Panitera
dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
Unsur tindak pidana 4: Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana
yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling
atau janji dianggap, melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut
banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
15 16
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
- Fakta Perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- Y mengetahui selaku Panitera yang memegang perkaranya dapat melobi
Ketua Majelis Hakim yang menangani perkaranya untuk membebaskan Y
dalam perkara penipuan yang telah dilakukannya.
- Alat Bukti yang mendukung:
- Keterangan dari Terdakwa Y
KESIMPULAN:
Keempat unsur tindak pidana korupsi pada Pasal 13 UU 31 Tahun 1999 jo
UU 20 Tahun 2001terpenuhi. Keseluruhan rangkaian perbuatan yang telah
dilakukan oleh Y adalah sebuah tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 13
UU 31 Tahun 1999 jo UU 20 Tahun 2001 sehingga Y dituntut untuk
dipidana penjara. TINDAK
PIDANA
KORUPSI
17
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
APA YANG DIMAKSUD 23)
24)
Pasal 12 huruf d;
Pasal 12 huruf e;
DENGAN KORUPSI? 25)
26)
Pasal 12 huruf f;
Pasal 12 huruf g;
27) Pasal 12 huruf h;
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah
28) Pasal 12 huruf i;
dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.
29) Pasal 12 B jo. Pasal 12 C; dan
UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
30) Pasal 13.
dirumuskan ke dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana
korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci
Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada
mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena
dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
korupsi.
1. Kerugian keuangan negara:
- Pasal 2
Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut
- Pasal 3
perinciannya adalah sebagai berikut:
2. Suap-menyuap:
1) Pasal 2;
- Pasal 5 ayat (1) huruf a
2) Pasal 3;
- Pasal 5 ayat (1) huruf b
3) Pasal 5 ayat (1) huruf a;
- Pasal 13
4) Pasal 5 ayat (1) huruf b;
- Pasal 5 ayat (2)
5) Pasal 5 ayat (2);
- Pasal 12 huruf a
6) Pasal 6 ayat (1) huruf a;
- Pasal 12 huruf b
7) Pasal 6 ayat (1) huruf b;
- Pasal 11
8) Pasal 6 ayat (2);
- Pasal 6 ayat (1) huruf a
9) Pasal 7 ayat (1) huruf a;
- Pasal 6 ayat (1) huruf b
10) Pasal 7 ayat (1) huruf b;
- Pasal 6 ayat (2)
11) Pasal 7 ayat (1) huruf c;
- Pasal 12 huruf c
12) Pasal 7 ayat (1) huruf d;
- Pasal 12 huruf d
13) Pasal 7 ayat (2);
3. Penggelapan dalam jabatan:
14) Pasal 8;
- Pasal 8
15) Pasal 9;
- Pasal 9
16) Pasal 10 huruf a;
- Pasal 10 huruf a
17) Pasal 10 huruf b;
- Pasal 10 huruf b
18) Pasal 10 huruf c;
- Pasal 10 huruf c
19) Pasal 11;
4. Pemerasan:
20) Pasal 12 huruf a;
- Pasal 12 huruf e
21) Pasal 12 huruf b;
- Pasal 12 huruf g
22) Pasal 12 huruf c;
- Pasal 12 huruf f
19 20
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
5. Perbuatan curang:
- Pasal 7 ayat (1) huruf a
- Pasal 7 ayat (1) huruf b
- Pasal 7 ayat (1) huruf c
- Pasal 7 ayat (1) huruf d
- Pasal 7 ayat (2)
- Pasal 12 huruf h
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan:
- Pasal 12 huruf i
7. Gratifikasi:
- Pasal 12 B jo. Pasal 12 C
21 22
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
KERUGIAN
KEUANGAN NEGARA
Pasal 2
Pasal 3
23 24
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
MELAWAN HUKUM UNTUK CATATAN:
MEMPERKAYA DIRI DAN
DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
ADALAH KORUPSI
25 26
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
MENYALAHGUNAKAN KEWENANGAN CATATAN:
UNTUK MENGUNTUNGKAN
DIRI SENDIRI DAN DAPAT MERUGIKAN
KEUANGAN NEGARA ADALAH KORUPSI
27 28
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
SUAP - MENYUAP
Pasal 5 ayat (1) huruf a
Pasal 5 ayat (1) huruf b
Pasal 13
Pasal 5 ayat (2)
Pasal 12 huruf a
Pasal 12 huruf b
Pasal 11
Pasal 6 ayat (1) huruf a
Pasal 6 ayat (1) huruf b
Pasal 6 ayat (2)
Pasal 12 huruf c
Pasal 12 huruf d
29 30
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
MENYUAP PEGAWAI NEGERI CATATAN:
ADALAH KORUPSI [1]
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai
negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya; atau
b. ....
31 32
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
MENYUAP PEGAWAI NEGERI CATATAN:
ADALAH KORUPSI [2]
Pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. .....
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
33 34
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
MEMBERI HADIAH KEPADA CATATAN:
PEGAWAI NEGERI KARENA JABATANNYA
ADALAH KORUPSI
35 36
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MENERIMA SUAP CATATAN:
ADALAH KORUPSI [1]
Pasal 5 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. ...
b. ...
37 38
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MENERIMA SUAP CATATAN:
ADALAH KORUPSI [2]
39 40
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MENERIMA SUAP CATATAN:
ADALAH KORUPSI [3]
41 42
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MENERIMA HADIAH CATATAN:
YANG BERHUBUNGAN DENGAN
JABATANNYA ADALAH KORUPSI
43 44
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
MENYUAP HAKIM ADALAH KORUPSI CATATAN:
Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang
yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan
maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
b. ....
45 46
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
MENYUAP ADVOKAT ADALAH KORUPSI CATATAN:
Pasal 6 ayat (1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap
orang yang:
a. ...
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
47 48
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
HAKIM & ADVOKAT MENERIMA SUAP CATATAN:
ADALAH KORUPSI
Rumusan korupsi yang ada pada Pasal 6 ayat (2) UU No. 20 Tahun
2001 berasal dari Pasal 420 ayat (1) angka 1 dan angka 2 KUHP
yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No. 3 Tahun 1971,
dan Pasal 6 UU No. 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi,
yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No. 20 Tahun 2001.
Pasal 6 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1).
49 50
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
HAKIM MENERIMA SUAP CATATAN:
ADALAH KORUPSI
51 52
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
ADVOKAT MENERIMA SUAP CATATAN:
ADALAH KORUPSI
53 54
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
PENGGELAPAN DALAM JABATAN
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10 huruf a
Pasal 10 huruf b
Pasal 10 huruf c
39
55 56
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MENGGELAPKAN UANG CATATAN:
ATAU MEMBIARKAN PENGGELAPAN
ADALAH KORUPSI
41
57 58
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MEMALSUKAN BUKU CATATAN:
UNTUK PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
ADALAH KORUPSI
43
59 60
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MERUSAKKAN BUKTI CATATAN:
ADALAH KORUPSI
61 62
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MEMBIARKAN CATATAN:
ORANG LAIN MERUSAKKAN BUKTI
ADALAH KORUPSI
63 64
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MEMBANTU CATATAN:
ORANG LAIN MERUSAKKAN BUKTI
ADALAH KORUPSI
65 66
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
PERBUATAN PEMERASAN
Pasal 12 huruf e
Pasal 12 huruf g
Pasal 12 huruf f
67 68
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MEMERAS CATATAN:
ADALAH KORUPSI [1]
69 70
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MEMERAS CATATAN:
ADALAH KORUPSI [2]
71 72
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MEMERAS CATATAN:
PEGAWAI NEGERI YANG LAIN
ADALAH KORUPSI
73 74
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
PERBUATAN CURANG
59
75 76
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEMBORONG BERBUAT CURANG CATATAN:
ADALAH KORUPSI
Pasal 7 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada
waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan
orang atau barang, atau keselamatan negara dalam
keadaan perang;
b. ....
77 78
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PENGAWAS PROYEK MEMBIARKAN CATATAN:
PERBUATAN CURANG ADALAH KORUPSI
Pasal 7 ayat (1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
a. .....
b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan
atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf
a;
c. ....
79 80
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
REKANAN TNI/POLRI BERBUAT CURANG CATATAN:
ADALAH KORUPSI
Pasal 7 ayat (1) huruf c UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh Juta rupiah):
b. .....
c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang; atau
d. .....
81 82
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PENGAWAS REKANAN TNI/POLRI CATATAN:
MEMBIARKAN PERBUATAN CURANG
ADALAH KORUPSI
Pasal 7 ayat (1) huruf d UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
c. .....
d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
83 84
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PENERIMA BARANG TNI/POLRI CATATAN:
MEMBIARKAN PERBUATAN CURANG
ADALAH KORUPSI
Pasal 7 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :
(2) Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau
orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
85 86
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MENYEROBOT CATATAN:
TANAH NEGARA SEHINGGA
MERUGIKAN ORANG LAIN ADALAH KORUPSI
87 88
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
BENTURAN KEPENTINGAN
DALAM PENGADAAN
Pasal 12 huruf i
89 90
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI TURUT SERTA DALAM CATATAN:
PENGADAAN YANG DIURUSNYA
ADALAH KORUPSI
75
91 92
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN
GRATIFIKASI
93 94
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PEGAWAI NEGERI MENERIMA GRATIFIKASI CATATAN:
DAN TIDAK LAPOR KPK ADALAH KORUPSI
95 96
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
TINDAK
PIDANA LAIN
YANG BERKAITAN
DENGAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
97
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
MERINTANGI PROSES PEMERIKSAAN CATATAN:
PERKARA KORUPSI
99 100
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
TERSANGKA TIDAK MEMBERIKAN CATATAN:
KETERANGAN MENGENAI KEKAYAANNYA
101 102
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
BANK YANG TIDAK MEMBERIKAN CATATAN:
KETERANGAN REKENING TERSANGKA
103 104
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
SAKSI ATAU AHLI YANG TIDAK CATATAN:
MEMBERI KETERANGAN ATAU
MEMBERI KETERANGAN PALSU
105 106
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
ORANG YANG MEMEGANG RAHASIA CATATAN:
JABATAN TIDAK MEMBERIKAN
KETERANGAN ATAU MEMBERI
KETERANGAN PALSU
107 108
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
SAKSI YANG MEMBUKA CATATAN:
IDENTITAS PELAPOR
109 110
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PASAL-PASAL TENTANG
TINDAK
PIDANA KORUPSI
DALAM UU NO 31 TAHUN 1999 JO. UU NO 20 TAHUN 2001
111
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
BAB II TINDAK PIDANA KORUPSI supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara
UU NO 31 TAHUN 1999 JO. UU NO 20 TAHUN 2001 tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
atau
Pasal 2 b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara (2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama
sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud Pasal 6
dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
dapat dijatuhkan. tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
Pasal 3 rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau puluh juta rupiah) setiap orang yang:
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang
hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling yang menurut ketentuan peraturan perundang-
lama 20 dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp undang an ditentukan menjadi advokat untuk
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan
Pasal 5 kepada pengadilan untuk diadili.
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling (2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
setiap orang yang: huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai dimaksud dalam ayat (1).
negeri atau penyelenggara negara dengan maksud
113 114
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 7 menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat
dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah): lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada Pasal 9
waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
orang atau barang, atau keselamatan negara dalam 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
keadaan perang; 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan
atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a; waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang
c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang khusus untuk pemeriksaan administrasi.
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan Pasal 10
perbuatan curang yang dapat membahayakan Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
keselamatan negara dalam keadaan perang; atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
dalam huruf c. waktu, dengan sengaja:
(2) Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau a. meng gelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau
orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau
Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang
dimaksud ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana dikuasai karena jabatannya; atau
yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). b. m e m b i a r k a n o r a n g l a i n m e n g h i l a n g k a n ,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
Pasal 8 dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut;
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan atau
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan,
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), akta, surat, atau daftar tersebut.
pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
115 116
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 11 atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan membayar, atau menerima pembayaran deng an
dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya
memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan sendiri;
jabatannya. f. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau
Pasal 12 memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum,
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara
dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
a. pegawai negeri atau penyeleng gara negara yang merupakan utang;
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan peker jaan, atau penyerahan barang, seolah-olah
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui
kewajibannya; bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
b. pegawai negeri atau penyeleng gara negara yang h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah
bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah
disebabkan karena telah melakukan atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya
dengan kewajibannya; bahwa perbuatan tersebut ber tentang an deng an
c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal peraturan perundang-undangan; atau
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
tersebut diberikan untuk mempengar uhi putusan maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada
d. s e s e o r a n g y a n g m e n u r u t k e t e n t u a n p e r a t u r a n saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau
janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
117 118
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 12 B Pasal 13
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: dianggap, melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda
atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara Pasal 2
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara Ayat (1)
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) Yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” dalam Pasal ini
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan
tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan
Pasal 12 C atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 B ayat (1) perbuatan tersebut dapat dipidana.
tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang Dalam ketentuan ini, kata “dapat” sebelum frasa “merugikan
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana keuangan atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak
Korupsi. pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang
wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi terebut
diterima. Catatan:
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima 003/PUU-IV/2006 tanggal 24 Juli 2006
laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik MENGADILI:
penerima atau milik negara. - ....
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan - Menyatakan Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
sebagaimana dimaksud ayat (2) dan penentuan status gratifikasi Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang- Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Korupsi. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
119 120
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pula untuk pasal-pasal berikutnya dalam Undang-undang ini.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Pasal 6
4150) sepanjang frasa yang berbunyi, “Yang dimaksud dengan Cukup jelas
‘secara melawan hukum’ dalam Pasal ini mencakup perbuatan melawan
hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun Pasal 7
perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, Cukup jelas
namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai
dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam Pasal 8
masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana” tidak Cukup jelas
mempunyai kekuatan hukum mengikat;
- .... Pasal 9
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” dalam ketentuan ini Pasal 10
adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi Cukup jelas
pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut
dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi Pasal 11
penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, Cukup jelas
penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas,
penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan Pasal 12
tindak pidana korupsi. Huruf a
Cukup jelas
Pasal 3
Kata “dapat” dalam ketentuan ini diartikan sama dengan Huruf b
penjelasan Pasal 2. Cukup jelas
Pasal 5 Huruf c
Ayat (1) Cukup jelas
Cukup jelas
Huruf d
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “advokat” adalah orang yang berprofesi
Yang dimaksud dengan "penyelenggara negara" dalam Pasal ini memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
adalah penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara perundang-undangan yang berlaku.
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme. Pengertian "penyelenggara negara" tersebut berlaku
121 122
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas PASAL-PASAL TENTANG
Pasal 12 B
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “gratifikasi” dalam ayat ini adalah
TINDAK
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma,
PIDANA LAIN
dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di YANG BERKAITAN
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. DENGAN TINDAK
Ayat (2)
Cukup jelas
PIDANA KORUPSI
DALAM UU NO 31 TAHUN 1999 JO. UU NO 20 TAHUN 2001
Pasal 12 C
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
123
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
BAB III
tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus
TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN
lima puluh juta rupiah)
TINDAK PIDANA KORUPSI
UU NO 31 TAHUN 1999 JO. UU NO 20 TAHUN 2001 Pasal 28
Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan
keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri
Pasal 21 atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan
menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka.
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap
tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi, Pasal 29
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan (1) Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau
paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp pemeriksaan di sidang pengadilan, penyidik, penuntut umum,
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak atau hakim berwenang meminta keterangan kepada bank
Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa.
(2) Permintaan keterangan kepada bank sebagaimana dimaksud
Pasal 22 dalam ayat (1) diajukan kepada Gubernur Bank Indonesia
Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, Pasal 29, Pasal sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
35 atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan (3) Gubernur Bank Indonesia berkewajiban untuk memenuhi
atau memberi keterangan yang tidak benar, dipidana dengan pidana permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja, terhitung sejak
tahun dan atau denda paling sedikit Rp150.000.000.00 (seratus lima dokumen permintaan diterima secara lengkap.
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000.00 (enam (4) Penyidik, penuntut umum, atau hakim dapat meminta kepada
ratus juta rupiah). bank untuk memblokir rekening simpanan milik tersangka
atau terdakwa yang diduga hasil dari korupsi.
Pasal 23 (5) Dalam hal hasil pemeriksaan terhadap tersangka atau
Dalam perkara korupsi, pelanggaran terhadap ketentuan terdakwa tidak diperoleh bukti yang cukup, atas permintaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 220, Pasal 231, Pasal 421, Pasal penyidik, penuntut umum, atau hakim, bank pada hari itu juga
422, Pasal 429, atau Pasal 430 Kitab Undang-Undang Hukum mencabut pemblokiran.
Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling sedikit Pasal 31
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp (1) Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan,
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan tindak pidana
korupsi dilarang menyebut nama atau alamat pelapor, atau
Pasal 24 hal-hal lain yang memberikan kemungkinan dapat
Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud diketahuinya identitas pelapor.
dalam Pasal 31, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
125 126
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
(2) Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan sebagaimana Pasal 28
dimaksud dalam ayat (1) diberitahukan kepada saksi dan Cukup jelas
orang lain tersebut.
Pasal 29
Pasal 35 Ayat (1)
(1) Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi atau Ketentuan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
ahli, kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung, istri penyidikan penuntutan, pemberantasan tindak pidana korupsi
atau suami, anak dan cucu dari terdakwa. dengan tetap memperhatikan koordinasi lintas sektoral dengan
(2) Orang yang dibebaskan sebagai saksi sebagaimana dimaksud instansi terkait.
dalam ayat (1), dapat diperiksa sebagai saksi apabila mereka
menghendaki dan disetujui secara tegas oleh terdakwa. Ayat (2)
(3) Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Cukup jelas
mereka dapat memberikan keterangan sebagai saksi tanpa
disumpah. Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 36
Kewajiban memberikan kesaksian sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4)
Pasal 35 berlaku juga terhadap mereka yang menurut pekerjaan, Yang dimaksud dengan “rekening simpanan” adalah dana yang
harkat dan martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
rahasia, kecuali petugas agama yang menurut keyakinannya harus penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,
menyimpan rahasia. tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu,
termasuk penitipan (custodian) dan penyimpanan barang atau
surat berharga (safe deposit box).
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Rekening simpanan yang diblokir adalah termasuk bunga, deviden,
bunga obligasi, atau keuntungan lain yang diperoleh dari simpanan
Pasal 21 tersebut.
Cukup jelas
Ayat (5)
Pasal 22 Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 31
Pasal 23 Ayat (1)
Cukup jelas Yang dimaksud dengan “pelapor” dalam ketentuan ini adalah
orang yang memberi informasi kepada penegak hukum mengenai
Pasal 24 terjadinya suatu tindak pidana korupsi dan bukan pelapor
Cukup jelas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 24 Undang-Undang
127 128
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Yang dimaksud dengan “petugas agama” dalam Pasal ini adalah
hanya petugas agama Katholik yang dimintakan bantuan kejiwaan,
yang dipercayakan untuk menyimpan rahasia.
ADA KORUPSI,
LAPORKAN!
129
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
ADA KORUPSI, LAPORKAN!
Sekarang, Anda telah mengetahui tentang apa yang dimaksud 5. Sertakan identitas Anda, bila tidak keberatan. Akan
dengan korupsi. Kemudian, apabila Anda sudah mengetahui dan sangat baik apabila Anda menyertakan identitas
mengerti tentang korupsi, lalu kemana dan bagaimana Anda dan alamat atau nomor telepon Anda, sehingga bila KPK
melapor apabila ada korupsi disekitar Anda? masih membutuhkan keterangan tambahan maka Anda
akan mudah untuk dihubungi oleh KPK.
Untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan pengaduan/ 6. Kirimkan ke KPK. Apabila urutan 1 s.d 5 telah Anda
laporan Anda, yang perlu diperhatikan ketika melaporkan sebuah lakukan maka pengaduan/laporan Anda siap untuk
dugaan korupsi, adalah: disampaikan kepada KPK.
1. Uraikan kejadiannya. Uraikan sedetail mungkin
kejadian yang Anda curigai sebagai bentuk perbuatan Fokuskan pengaduan/laporan Anda pada korupsi kelas kakap
korupsi. Sebaiknya, uraian dibatasi pada hal-hal yang (big fish), bukan yang kelas teri. Pengertian kelas kakap adalah:
berdasarkan fakta dan kejadian nyata, hindari hal-hal yang - Melibatkan orang level tinggi atau yang memiliki pengaruh
berdasarkan perasaan kebencian, permusuhan atau fitnah. besar;
Usahakan keseluruhan uraian dapat menggambarkan - Terkait dengan aspek yang strategis/menyangkut hajat
SIABIDIBA (siapa, apa, bilamana, di mana, bagaimana) hidup orang banyak; atau
dari kejadian yang dilaporkan. - Menyangkut nilai uang yang besar.
2. Pilih pasal-pasal yang sesuai. Kemudian cocokkan
dengan pasal-pasal yang ada di buku ini, kira-kira pasal-
pasal mana yang sesuai untuk kejadian tersebut (dapat lebih PENGADUAN DAPAT DISAMPAIKAN MELALUI
dari satu pasal) .
3. Penuhi unsur-unsur tindak pidana. Lihat unsur-unsur Surat: Kotak Pos 575, Jakarta 10120
tindak pidana yang ada di dalam pasal yang sesuai, Email: pengaduan@kpk.go.id
kemudian pastikan bahwa informasi dalam uraian yang Telepon: (021) 2350 8389
Anda buat dapat memenuhi unsur-unsur dalam pasal Fax: (021) 352 2623
tersebut. Semaksimal mungkin dapatkan informasi
mengenai setiap unsur yang ada. Apabila terdapat unsur
yang tidak bisa anda lengkapi uraiannya, maka jelaskan
bahwa unsur tersebut belum dapat dilengkapi.
4. Sertakan bukti awal, bila ada. Apabila ada copy dokumen
atau barang lain yang memperkuat uraian kejadian di atas
agar disertakan dalam pengaduan/laporan ke KPK.
131 132
Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi