Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam
pembangunan nasional, terutama dalam pembentukan manusia Indonesia yang
seutuhnya, yang mempunyai kualitas prima secara jasmani dan rohani serta mampu
menjadi komponen pembangunan yang solid. Sedangkan tujuan pembangunan nasional
di bidang kesehatan itu sendiri adalah tercapainya kehidupan yang sehat bagi tiap-tiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum dari pembangunan nasional. Salah satu strategi
pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan masyarakat sehat mandiri dan
berkeadilan dengan menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang
berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif
terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Terdapat paradigma
baru dalam konsep kesehatan yaitu terjadinya pergeseran dari pelayanan medis (medical
care) ke pemeliharaan kesehatan (health care), sehingga setiap upaya penanggulangan
masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan
(preventive) dibanding pengobatan (curative).1
Perbaikan kualitas kesehatan secara nasional sebaiknya dimulai sejak usia
dini dan dimulai dari hal yang mendasar yaitu pemenuhan kebutuhan gizi yang optimal
sejak dini. Salah satu hal yang krusial mengenai ini adalah pemberian ASI (Air Susu
Ibu) eksklusif yang merupakan suatu komponen yang penting sebab termasuk dalam
periode emas pertumbuhan. Pemberian ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja
selama bayi berusia 0-6 bulan tanpa diberi cairan lain seperti susu formula, madu, air
putih, teh, sari buah, serta tanpa makanan padat tambahan seperti bubur susu, pisang,
nasi tim, dsb. Pemberian makanan padat dan pengganti ASI yang terlalu dini dapat
memberikan efek yang kurang baik bagi imunitas bayi dan permasalahan pemenuhan
kebutuhan gizi bayi tersebut.1,2
Pemberian ASI ekklusif sendiri sebenarnya telah mendapat tempat tersendiri
dalam UU kesehatan No.36 tahun 2009. Dalam pasal 128 ayat (1) disebutkan bahwa
setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sejak dilahirkan selama 6
bulan kecuali atas indikasi medis. Dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan “pemberian air susu ibu eksklusif” adalah pemberian hanya air susu
ibu selama 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai 2 tahun dengan memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebagai makanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan bayi. Sedangkan kriteria “indikasi medis” dalam ketentuan ini adalah kondisi
kesehatan ibu yang tidak memungkinkan memberikan air susu ibu berdasarkan indikasi
medis yang ditetapkan oleh tenaga medis. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa selama
pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
yang diadakan di tempat kerja dan sarana umum.2
Belakangan ini, angka pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), menunjukkan
adanya penurunan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya (64% dari
total bayi yang ada). Hal ini sangat memprihatinkan dan perlu mendapatkan perhatian
khusus oleh para praktisi kesehatan, terutama ujung tombak pelayanan kesehatan seperti
puskesmas.2
Tidak dapat dipungkiri, ada berbagai macam hal yang mengakibatkan hal
tersebut. Semakin banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah, adanya ketidaktahuan
mengenai pemberian ASI ekslusif serta manfaatnya, serta keengganan ibu untuk
melakukan pemberian ASI ekslusif merupakan beberapa hal yang dimungkinkan
menjadi penyebab semakin menurunnya angka pemberian ASI eksklusif. Untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan ini diperlukan peran aktif dan kerjasama
antara pihak petugas kesehatan dengan masyarakat itu sendiri.2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisa, dan mendeskripsikan pelaksanaan manajemen
program dan pelayanan di Puskesmas Salaman I periode Januari-Oktober 2010
serta memberikan alternatif pemecahan masalah dalam rangka upaya perbaikan
kinerja Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan yang
ada di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober 2010.
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah yang ditemukan di
Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober 2010.
c. Mahasiswa mampu menganalisis penyebab masalah dari prioritas masalah
yang telah ditemukan di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober
2010.
d. Mahasiswa mampu membuat alternatif pemecahan masalah dari masalah-
masalah yang ditemukan di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari –
Oktober 2010.
e. Mahasiswa mampu menentukan pengambilan keputusan dari alternatif
masalah di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober 2010.
f. Mahasiswa mampu menyusun rencana kegiatan dari pemecahan masalah
yang terpilih di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober 2010.
C. Metodologi
Data primer diperoleh dari wawancara dengan Kepala Puskesmas, dokter,
pemegang program dan staf Puskesmas, untuk memperoleh informasi program
pelayanan di Puskesmas Salaman I. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
catatan tertulis yang ada di Puskesmas Salaman I tanggal 2 sampai 7 Desember
2010.
Dari segi manajemen puskesmas, data yang diperoleh yaitu data hasil
kegiatan sampai dengan bulan berjalan. Hasil cakupan dibandingkan dengan target
tahun 2010 didapatkan pencapaian. Masalah didapatkan jika pencapaian kurang dari
100%. Kemudian ditentukan prioritas masalah dengan Hanlon kuantitatif. Dari
prioritas masalah tersebut dilakukan analisis penyebab masalah dengan pendekatan
sistem. Kemudian dilakukan pembuatan Fish Bone Analyze dengan output sebagai
masalah/akibat, input dan proses sebagai akar penyebab masalah. Penyebab masalah
yang ada kemudian diprioritaskan dengan paired comparison. Dengan
menggunakan tabel dan diagram Pareto, dipilihlah penyebab masalah yang akan
diintervensi. Penyebab masalah yang telah terpilih kemudian dicari alternatif
pemecahan masalahnya. Kemudian dilakukan pengambilan keputusan mengenai
pemecahan masalah mana yang akan diusulkan dan dibuat plan of action.
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Lingkungan
1. Data Wilayah
1.1. Batas-batas wilayah Puskesmas Salaman I adalah :
Utara : Kecamatan Tempuran, Kab. Magelang.
Selatan : Kecamatan Bener, Kab. Purworejo dan Kec. Samigaluh, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Salaman II
Timur : Kecamatan Borobudur, Kab. Magelang.
Tingkat Pendidikan
Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Salaman I
Tingkat Pendidikan Jumlah %
Tidak sekolah 3.194 7,49 %
Belum sekolah 306 0,73 %
Belum tamat SD / sederajat 5.766 13,72 %
Tidak tamat SD / sederajat 6.087 14,48 %
Tamat SD / sederajat 15.425 36,70 %
Tamat SLTP / sederajat 5.999 14,27 %
Tamat SLTA / sederajat 4.345 10,34 %
Tamat akademi / PT 614 1,46 %
Total 42.020 100 %
Sumber : Data statistik kecamatan Salaman tahun 2009
Sarana Pendidikan ( Sumber : BPS Magelang Tahun 2009 ) :
TK : 54
SD / MI : 57
SLTP / Mts : 15
SLTA / MA : 7
Pesantren : 17
4. Sosial Ekonomi
Tabel 4. Data Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja
Puskesmas Salaman I Sumber : Data
Mata Pencaharian Jumlah % statistik kecamatan
Buruh tani 7.152 21,7 %
salaman tahun
Tani 8.415 25,58 %
2009
Buruh 2.888 8,78 %
PNS / ABRI 930 2,82 %
Sarana Perekonomian
Sopir angkutan 940 2,86 %
KUD
Pedagang 1.565 4.76 %
Pensiunan PNS /ABRI 382 1,16 %
: 1 buah
Pengusaha 998 3,03 %
Bank
Lain-lain 17.837 29,25 %
Total 41.107 100 %
: 3 buah
Pasar umum : 3 buah
Home Industry : 16 buah
Warung makan : 25 buah
Terminal : 1 buah
Penggilingan padi : 13 buah
Penggilingan tepung : 1 buah
Pengelolaan minyak cengkeh : 1 buah
Total : 64 buah
5. Kesehatan Lingkungan
5.1. Sarana penyediaan Air bersih
Jenis dan jumlah sarana air bersih :
– Sumur gali : 13.870 pemakai
– Perlindungan mata air : 10.275 pemakai
– Perpipaan : 1.720 pemakai
– PAM : 4.128 pemakai
5.2. Sarana jamban
Jenis dan jumlah sarana jamban keluarga :
– Cemplung leher angsa : 4.488 buah
– Cemplung non leher angsa : 420 buah
– Septic tank : 8.852 buah
5.3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Jumlah sarana pembuangan air limbah
– Jumlah rumah : 8.220 rumah
– Jumlah rumah dengan sarana pembuangan air limbah : 1.853 rumah
Dari 8.220 rumah, 1.853 rumah ( 22,54% ) sudah mempunyai saluran pembuangan
air limbah.
A. Masukan
1. Sarana Fisik
Puskesmas Salaman I merupakan Puskesmas Rawat Inap, pertama kali
didirikan sebagai Rumah Sakit Pembantu (RSP), dan semenjak adanya
Puskesmas sekitar tahun 70-an, diberlakukan sebagai puskesmas dengan rawat
inap.
Luas tanah :14.200 m2
Luas gedung : 1.600 m2
Jumlah tempat tidur : 50 buah, terdiri atas:
Tabel 5. Nama Ruang Perawatan, Kelas dan Jumlah Tempat Tidur (TT).
1. Perencanaan (P1)
a. Tahap Persiapan
a. Pengorganisasian
f. Pembimbingan
A. Keluaran
Keluaran berupa hasil kegiatan yang tercantum dalam standard pelayanan
minimal (SPM) tahun 2010 yang terlampir pada lampiran I.
B. Dampak
1. Data kematian di wilayah Puskesmas Salaman I
– Jumlah kematian ibu dalam tahun 2009 : 1 jiwa
– Jumlah kematian bayi dalam tahun 2009 : 10 jiwa
2. Data kelahiran di wilayah Puskesmas Salaman I
– Jumlah kelahiran total dalam tahun 2009 : 682 jiwa
– Jumlah kelahiran hidup dalam tahun 2009 : 692 jiwa
3. Data penyakit
Tabel 7. Pola 10 Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Puskesmas Salaman I Bulan
Januari-Oktober 2010 (Diagnose berdasar ICD-X)
A. Analisis Hasil
Berdasarkan hasil analisa pada Standar Pelayanan Minimal terbaru tahun 2010
dari data sekunder, masalah di Puskesmas Salaman I yang ditemukan adalah:
Tabel 8. Data Pencapaian Kegiatan 6 Program Pokok Puskesmas Salaman I Bulan Januari
sampai Oktober 2010
SKOR BESAR
No. MASALAH PENCAPAIAN MASALAH
(%) (%)
1. Cakupan kunjungan bumil K1 99,2 0,8
2. Cakupan kunjungan bumil K4 97,17 2,83
3. Pembinaan dukun bayi 75 25
4. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan 91,47 8,53
pra sekolah
5, Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan 79,14 20,86
setingkat oleh tenkes atau terlatih/guru
UKS/dokter kecil
6. Cakupan pemeriksaan siswa TK, kelas 1 56,8 43,2
SLTP, SLTA dan setingkat
7. Cakupan pelayanan kesehatan remaja 65,77 34,23
(penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat)
8. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe 95,47 4,53
9. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 92,05 7,95
10. Jumlah rumah sehat 82,54 17,48
11. Cakupan suspek TB paru 58,2 41,8
12. Penemuan kasus TB BTA (+) 37,8 62,2
13. Cakupan pneumoni balita yang ditangani 4,67 95,33
14. Jumlah bumil yang mendapat TT1 92,8 7,2
15. Jumlah bumil yang mendapat TT2 88,17 11,83
16. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT1 99,21 0,79
17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT3 86,49 13,51
18. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio1 89,04 10,96
19 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4 92,95 7,05
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak 74,16 25,84
21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 91,58 8,42
Hepatitis B (0-7hr)
22. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 91,1 8,9
Hepatitis B 1 total
23. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 89,4 10,6
Hepatitis B 2
24. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 87,6 12,4
Hepatitis B 3
25. Rumah tangga sehat 90,67 9,33
26. Bayi yang mendapat asi eksklusif 6,95 93,05
27. Pembinaan dokter kecil 62,5 37,5
B. Prioritas Masalah
Dari sekian permasalahan yang ada di Puskesmas Salaman I ditentukan
prioritas masalah berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut :
Sangat berpengaruh :5
Berpengaruh :4
Cukup berpengaruh :3
Kurang berpengaruh : 2
Tidak berpengaruh :1
Mendesak :4
Cukup mendesak : 3
Kurang mendesak : 2
Tidak mendesak :1
Sangat murah :5
Murah :4
Cukup murah :3
Mahal :2
Mahal sekali :1
Tabel 10. Kriteria B (Kegawatan masalah)
Sangat mudah :5
Mudah :4
Cukup mudah :3
Sulit :2
Sangat sulit :1
Penilaian disesuaikan dengan 8 orang untuk setiap kriteria masalah. Nilai yang
tercantum terdiri atas rerata penilaian masing-masing anggota kelompok dikalikan
dengan bobot dari masing-masing kriteria.
No Masalah Prioritas
1 Bayi yang mendapat asi eksklusif I
2 Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe II
3 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah III
4 Pembinaan dokter kecil IV
5 Cakupan kunjungan bumil K4 VI
6 Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh VII
tenkes atau terlatih/guru UKS/dokter kecil
7 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT1 VIII
8 Cakupan kunjungan bumil K1 IX
9 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT3 X
10 Jumlah bumil yang mendapat TT1 XI
11 Jumlah bumil yang mendapat TT2 XII
12 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak XIII
13 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio1 XIV
14 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 2 XV
15 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B (0-7hr) XVI
16 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 1 total XVII
17 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 3 XVIII
18 Cakupan pneumoni balita yang ditangani XVIII
19 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4 XIX
Tabel 15. Identifikasi kemungkinan penyebab masalah Tahap Analisis Pendekatan Sistem
Tabel 16. Identifikasi Penyebab Masalah Setelah Konfirmasi Terhadap Pihak Puskesmas
Komponen Kekurangan
Input Method SOP mengenai ASI ekslusif yang terdapat dalam SOP
ANC dan PNC belum lengkap
Machine Media promosi ASI eksklusif kurang memadai
Lingkungan Tidak adanya ruangan dan fasilitas khusus bagi ibu
menyusui di tempat kerja
Proses P2 Kurang lengkapnya informasi tentang ASI eksklusif
dari bidan kepada kader dan ibu hamil
Kegiatan penyuluhan ASI eksklusif secara
berkelompok belum dilakukan
P3 Kurangnya koordinasi bidan desa dengan pelayanan
kesehatan swasta dalam pelaporan ASI ekslusif
N Penilaian Ya Tida TB
o k
1 Apakah puskesmas mempunyai kebijakan yang V
mengatur tentang pemberian ASI ekslusif?
2 Apakah semua petugas mengetahui kebijakkan V
tersebut?
3 Apakah ibu hamil mendapat penjelasan mengenai V
ASI ekslusif dari petugas?
4 Apakah ibu hamil mendapat penjelasan mengenai V
kerugian pemberian susu formula dari petugas?
5 Apakah petugas mengajarkan kepada ibu hamil V
mengenai cara menyusui yang benar?
6 Apakah petugas menjelaskan pada ibu menyusui agar V
menghindari stress?
7 Apakah petugas menjelaskan pada ibu mengenai V
posisi yang benar saat menyusui?
8 Apakah petugas menjelaskan pada ibu agar tetap V
menyusui meski ibu sibuk bekerja atau sakit?
9 Apakah petugas menjelaskan pada ibu agar menyusui V
semau bayi?
10 Apakah petugas menjelaskan pada ibu agar tidak V
memberikan kempeng pada bayi yang diberi ASI?
11 Apakah petugas menjelaskan tentang cara perawatan V
payudara selama menyusui?
12 Apakah petugas menjelaskan kepada ibu bagaimana V
cara memerah ASI?
13 Apakah petugas menjelaskan tentang cara V
penyimpanan ASI perah?
14 Apakah petugas menjelaskan cara mengatasi putting V
yang terbenam ?
15 Apakah petugas memberi penjelasan kepada ibu V
mengenai MPASI?
16 Apakah petugas mengingatkan ibu untuk selalu V
membawa KMS?
Total 13 3
=
13
× 100%
13 + 3
=
13
× 100%
16
= 81,25 %
Berdasarkan nilai Compliance Rate yang didapat maka kepatuhan petugas terhadap
SOP adalah 81,25%, tidak menjadi masalah ( simple problem ).
b. Kompleks problem
Dibawah ini adalah daftar inventarisasi pendapat yang merupakan masalah yang
berdasarkan instrumen jaminan mutu kompleks problem yang telah dirumuskan
sebelumnya. Inventarisasi ini didapatkan dari wawancara pada tanggal 4
Desember 2010 dengan 9 pasien mengenai 9 dimensi mutu di puskesmas
Salaman I.
Tabel 18. Kompleks Problem
%
KOMPETENSI TEKNIS,
1.
PENGETAHUAN, KETERAMPILAN
a. Apakah petugas puskesmas memberi 1 8 0 11,11
penjelasan mengenai pentingnya manfaat
ASI eksklusif bagi bayi?
Paired Comparison
Tabel 20. Penyebab Masalah
No. Huruf Penyebab Masalah
1. A Kurang lengkapnya informasi tentang ASI eksklusif dari bidan
kepada kader dan ibu hamil
2. B SOP mengenai ASI ekslusif yang terdapat dalam SOP ANC dan
PNC belum lengkap
3. C Media promosi ASI eksklusif kurang memadai
4. D Tidak adanya ruangan dan fasilitas khusus bagi ibu menyusui di
tempat kerja
5. E Kegiatan penyuluhan ASI eksklusif secara berkelompok belum
dilakukan
6. F Kurangnya koordinasi bidan desa dengan pelayanan kesehatan
swasta dalam pelaporan ASI ekslusif
Tabel 21. Paired Comparison
A B C D E F Total
horisontal
A A A A A A 5
B B B B B 4
C C C C 3
D E D 1
E E 1
F
Total 0 0 0 0 1 0 0
vertikal
Total 5 4 3 1 1 0
horizontal
TOTAL 5 4 3 1 2 0
F. Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan menggunaan kriteria mutlak dan kriteria
keinginan. Kriteria mutlak dan kriteria keinginan yang dipakai antara lain :
a. Kriteria mutlak :
• Kegiatan mampu dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas
• Dana tidak melebihi anggaran yang ditetapkan
• Kegiatan dapat diterima oleh masyarakat
• Hasil dapat dilihat dalam waktu 1 tahun
b. Kriteria keinginan :
• Efektif
• Efisien
• Mudah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan puskesmas
• Melibatkan peran serta aktif kader
• Biaya operasional murah
Kriteria keinginan dan bobot
• Efektif :9
• Efisien :8
• Mudah dilaksanakan :7
• Peran serta aktif kader :6
• Biaya murah :5
Kriteria Mutlak
Alternatif L/TL
Tenaga Dana Sarana Target
1 1 1 1 1 L
2 1 1 1 1 L
3 1 1 1 1 L
4 1 1 1 1 L
L= Lulus TL= Tidak Lulus
1. Konsekuensi positif :
• efektif
• efisien
• biaya murah
• mudah dilakukan
2. Konsekuensi negatif
• Minimal 80
Pengawasan, • Mengawasi Tim Pembina Puskesmas Pemegang Minggu ke-4 Dana operasional Pengamatan % pihak
penilaian dan kegiatan ini kader Salaman 1 program KIA bulan Desember Puskesmas langsung yang
pengendalian dari sampai minggu diundang
kegiatan pelatihan perencanaan ke-3 bulan januari hadir
kader hingga • Kader dapat
pelaksanaan aktif dalam
• Mengendalik diskusi dan
an kegiatan praktek
ini selama
Tabel 26. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil peninjauan manajemen dan analisis mutu Puskesmas Salaman I, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dari data 6 program pokok Puskesmas Salaman I periode Januari – Oktober
2010 masih didapatkan masalah sebagai berikut :
1. Cakupan kunjungan bumil K1
2. Cakupan kunjungan bumil K4
3. Pembinaan dukun bayi
4. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah
5, Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenkes atau
terlatih/guru UKS/dokter kecil
6. Cakupan pemeriksaan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat
7. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP,
SLTA/sederajat)
8. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe
9. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
10. Jumlah rumah sehat
11. Cakupan suspek TB paru
12. Penemuan kasus TB BTA (+)
13. Cakupan pneumoni balita yang ditangani
14. Jumlah bumil yang mendapat TT1
15. Jumlah bumil yang mendapat TT2
16. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT1
17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT3
18. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio1
19 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak
21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B (0-7hr)
22. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 1 total
23. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 2
24. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 3
25. Rumah tangga sehat
26. Bayi yang mendapat asi eksklusif
27. Pembinaan dokter kecil
2. Dari 27 masalah tersebut di atas diperoleh prioritas masalah, yaitu :
Kurangnya penyuluhan bayi yang mendapat asi eksklusif, dengan alternatif
pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan posyandu sebagai tempat penyuluhan dan pengawasan
pemberian ASI eksklusif
2. Pelatihan rutin untuk kader oleh bidan mengenai ASI eksklusif
3. Menyarankan kepada pihak puskesmas untuk melengkapi SOP
4. Pengadaan pamflet mengenai ASI eksklusif
Dari alternatif pemecahan masalah yang diusulkan, diambil keputusan
alternatif program 1 yaitu pelatihan rutin untuk kader oleh bidan mengenai ASI
eksklusif kemudian alternatif program 2 yaitu pemanfaatan posyandu sebagai
tempat penyuluhan dan pengawasan pemberian ASI eksklusif sedangkan alternatif
program 3 berupa menyarankan kepada pihak puskesmas untuk melengkapi SOP.
B. Saran
Untuk mengatasi masalah rendahnya cakupan bayi yang dapat ASI eksklusif,
kami menyarankan kepada kepala puskesmas hal-hal sebagai berikut :
1. Pelatihan rutin untuk kader oleh bidan mengenai ASI eksklusif.
2. Perlu dilakukan pengawasan yang berkala terhadap program cakupan bayi
yang mendapat ASI eksklusif (dari bidan, polindes, pustu dan posyandu).
3. Perlu dilakukan penyusunan SOP ASI ekslusif.
BAB V
PENUTUP