You are on page 1of 6

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

( Kontrak dalam Bisnis )

Disusun oleh :
Nama : Chintiya Chaerani
Kelas : B3 (Investasi)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


BISNIS INDONESIA
2011
A. Pengertian Kontrak Bisnis

Kontrak merupakan perjanjian yang bentuknya tertulis. Dalam suatu kontrak


bisnis, ikatan kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian yang
bentuknya tertulis. Hal ini untuk kepentingan kelak, jika dikemudian hari
terjadi sengketa berkenaan dengan kontrak itu sendiri, maka para pihak
dapat mengajukan kontrak tersbut sebagai salah alat bukti.

Kontrak di Indonesa diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata


(KUHPerdata) Buku III tentang Perikatan. Perikatan dapat lahir dari perjanjian
dan undang-undang. Perjanjian itu sendiri meliputi perjanjian yang bentuknya
tertulis (kontrak) dan perjanjian lisan. Dari uraian singkat tersebut terlihat
bahwa kontrak dengan perikatan memiliki kaitan, yaitu bahwa kontrak
merupakan salah satu sumber dari perikatan.

B. Asas – asas Dalam Kontrak Bisnis

Asas dimaknai sebagai hal-hal mendasar yang menjadi latar belakang


lahirnya suatu norma atau aturan atau kaidah. Sebelum membuat suatu
aturan biasanya ditentukan dahulu asasnya yang biasanya lebih bersifat
filosofis. Asas-asas dalam kontrak bisnis di antaranya.

1. Asas Kebebasan Berkontrak :

Asas ini dimaknai dengan adanya keleluasaan atau kebebasan bagi para
pihak yang mengikatkan diri dalam suatu kontrak untuk menentukan isi
kontrak, bentuk kontrak, dan apa pun yang diatur dalam kontrak. Asas ini
tersirat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa pada pokoknya
perjanjian yang dibuat secara syah berlaku sebagai undang-undang bagi
yang membuatnya. Namun demikian, kebebasan yang diperoleh para
pihak masih ada batasannya, yaitu Undang-undang. Ketertiban umum
dan kesusilaan.

2. Asas Kekuatan Menigkat

Asas ini dimaknai dengan adanya ikatan dari para pihak ketika membuat
kontrak. Para pihak yang menandatangani kontrak terikat dengan apa
yang telah ditandatanganinya dalam kontrak tersebut. Asas yang tersirat
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa pada pokoknya perjanian
yang dibuat secara syah berlaku sebagai Undang-undang bagi yang
membuatnya. Kata-kata “berlaku sebagai undang-undang” memiliki
makna kekuatannya sama dengan undang-undang, artinya memiliki daya
paksa untuk mematuhi apa yang tertuang dalam kontrak tersebut.

3. Asas Itikad Baik.


Asas ini memiliki makna yaitu kontrak yang dibuat para pihak harus
didasari dengan adanya itikad baik di antara para pihak baik sebelum
dibuatnya kontrak, pada saat dibuatnya kontrak maupun setelah
berakunya kontrak. Asas ini tersirat dalam Pasal 1338 ayat (2)
KUHPerdata.

4. Asas Kesepakatan
Asas ini memiliki makna yaitu kesepakatan merupakan pangkal tolak dari
mulai berlakunya suatu kontrak atau mulai mengikatnya suatu kontrak
bagi para pihak. Asas ini tersirat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata
jo. Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata.

Harus digaris bawahi bahwa asas bukanlah norma, jadi ketika terjadi
pelanggaran terhadap asas maka tidak dapat dikategorikan telah terjadi
pelanggaran hukum dengan adanya sanksi hukum, melainkan telah
terjadi pelanggaran asas dengan sanksi yang bersifat moral. Namun
apabila asas ini sudah tertuang dalam suatu norma atau aturan maka
tentu saja pelanggarannya bukan merupakan pelanggaran asas tetapi
sudah termasuk pelanggaran hukum atau peraturan norma sehingga
patut mendapat sanksi hukum.

C. Syarat-Syarat sahnya Kontrak Bisnis

Suatu Kontrak harus memenuhi empat syarat supaya kontrak sah secara
hukum. Keempat syarat syahnya Kontrak Bisnis di atur dalam Pasal 1320
KUHPerdata. Oleh karena empat syarat tersebut merupakan ketentuan yang
memaksa dalam arti harus dipenuhi, jika tidak maka terdapat sanksi hukum
yaitu kontrak tersebut tidak sah secara hukum.
D. Subjek dan Objek Kontrak Bisnis

Kontrak dilakukan oleh dua orang atau lebih. Para pihak yang terlibat dalam
kontrak dinamakan subjek kontrak. Subjek kontrak bisnis sering dinamakan
debitor dan kreditor. Kreditor merupakan pihak yang berhak menuntut
sedangkan debitor merupakan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan.
Kewajiban debitor untuk memenuhi tuntutan. Kewajiban debitor untuk
memenuhi tuntutan kreditor merupakan objek. Perjanjian yang sering juga
dinamakan dengan istilah prestasi. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata,
prestasi ini dapat berupa member sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat
sesuatu. Sesuatu disini tergantung dari maksud dan tujuan para pihak
mengadakan hubungan syarat huku

Prestasi dari suatu kontrak harus memenuhi tiga syarat yakni :

1. Harus di perkenankan, artinya tidak boleh bertentangan dengan


Undang=undang. Ketertiban umum dan kesusilaan.

2. Harus munkin melaksanakan, artinya mungkin dilaksanakan menurut


kemampuan manusia.

3. Harus tertentu atau dapat ditentukan, artinya objek kontraknya harus


terang dan jelas.

E. Wansprestasi dan Konsep Ganti Kerugian

Prestasi harus dilaksanakan oleh debitor. Apabila debitor tidak dapat melak-
sanakan prestasi, maka debitor tersebut dikategorikan telah wansprestasi
atau tidak dipenuhinya prestasi.

Suatu debitor dikatakan wansprestasi apabila :

1. Debitor terlambat memenuhi prestasi


2. Debitor keliru memenuhi prestasi
3. Debitor tidak tunai memenuhi prestasi
4. Debitor sama sekali tidak memenuhi prestasi

Terhadap debitor yang wansprestasi, kreditor dapat mengajukan tuntutan


terhadapnya. Bentuk dari tuntutan dapat berupa :
1. Pemenuhan prestasi
2. Pemenuhan prestasi disertai ganti rugi
3. Ganti kerugian
4. Pembatalan kontrak
5. Pembatalan kontrak disertai ganti rugi.

Ganti rugi konsepnya dapat berupa biaya, rugi dan bunga. Biaya diartikan
dengan segala pengeluaran yang telah nyata-nyata dikeluarkan. Rugi
diartikan segala kerugian yang disebabkan karena musnahnya atau rusaknya
barang-barang milik kreditor akibat kelalaian debitor. Sedangkan bunga di
artikan dengan hilangnya segala keuntungan yang diharapkan atau sudah
diperhitungkan. Kerugian sendiri ada bentuknya yang materiil dan ada yang
immaterial.

F. Force Majeure dalam Kontrak Bisnis

Force Majeure dimaknai dengan suatu keadaan sedemikian rupa, karena


keadaan prestasi dalam suatu kontrak terpaksa tidak dapat dipenuhi
sebagaimana mestinya. Terdapat dua jenis force majeure yang bersifat
formatif, yaitu adalah suatu keadaan memaksa yang menyebabkan debitor
tidak dapat melaksanakan prestasinya dengan pengorbanan-pengorbanan
sedemikian rupa, misalnya pencurian, dan perampokan. Sedangakan force
majeure yang absolute biasanya terlihat dari penyebab dari tidak dipenuhinya
prestasi debitor lebih diakibatkan pada suatu sebab diluar kekuasaan
manusia, seperti : gempa bumi, tanah longsor, badai, petir, dan bencana
alam lainnya.

Kerugian akibat force majeure dinamakan resiko. Dalam setiap kontrak bisnis
terdapat resiko bisnis, maka para pihak sudah seharusnya mencantumkan
klousa force majeure. Sehingga apabila terjadi resiko maka sudah jelas siapa
yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

G. Sebab-sebab Berakhirnya Kontrak Bisnis

Terdapat 10 sebab berakhirnya kontrak bisnis, yakni :

1. Pembayaran : dimaknai oleh dengan pemenuhan prestasi secara


sukarela oleh debitor.
2. Penawaran pembayaran tunai dengan diikuti penitipan : dimaknai dengan
adanya keinginan memenuhi prestasi oleh debitor yang tidak ditanggapi
oleh pihak kreditor.

3. Pembaharuan utang atau novasi : dimaknai dengan hapusnya kontrak


lama seiring dengan disepakatinya kontrak baru. Menurut Pasal 1430
KUHPerdata, novasi dibedakan menjadi 3, yakni : novasi objektif, novasi
pasif, novasi subyektif.

4. Perjumpaan utang atau Kompensasi dimaknai dengan suatu keadaan


dimana dua orang atau lebih saling memiliki utang piutang secara timbal
balik.

5. Persatuan utang : maksudnya adalah perbuatan hukum dimana kreditor


dan debitor bersatu.

6. Pembebasan utang dimaknai dengan perbuatan hukum dimana kreditor


melepaskan haknya untuk menagih kepada debitor.

7. Pembatalan kontrak : dimaknai dengan adanya tindakan wanprestasi dari


debitor, terdapat 3 syarat untuk terjadinya pembatalan kontrak, yakni :
a. Kontrak harus bersifat timbal balik;
b. Harus ada tindakan wanprestasi;
c. Harus dengan keputusan Hakim.

8. Berlakunya syarat batal dan ini terjadi pada kontrak bersyarat dengan
syarat membatalkan (Conditional Agreement)

9. Musnahnya obyek kontrak : maksudnya obyek yang menjadi inti dari


kontrak ternyata tidak ada.

10. Kadaluarsa / Lewat Waktu : suatu upaya untuk memperoleh sesuatu


untuk dibebaskan dari suatu tuntutan dengan lewatnya waktu tertentu.
Ada syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang, jangka waktu
tersebut biasanya 30 tahun. Lewat waktu ada 2 jenis yakni :
a. Lewat waktu untuk memperoleh hak;
b. Lewat waktu untuk dibebaskan dari suatu tuntutan.

You might also like