Professional Documents
Culture Documents
Di dalam totemisme, ada tiga obyek yang dianggap kudus, yaitu totem,
lambang totem dan para anggota suku itu sendiri. Pada totemisme Australia,
benda-benda yang berada di dalam alam semesta dianggap sebagai bagian
dari kelompok totem tertentu, sehingga memiliki tempat tertentu di dalam
organisasi masyarakat. Karena itu semua benda di dalam totemisme
Australia memiliki sifat yang kudus. Pada totemisme Australia ini tidak ada
pemisahan yang jelas antara obyek-obyek totem dengan kekuatan kudusnya.
Tetapi di Amerika Utara dan Melanesia, kekuatan kudus itu jelas terlihat
berbeda dari obyek-obyek totemnya, dan disebut sebagai mana.
C. Ritual Agama
Selain daripada melibatkan sifat "kudus", suatu agama itu juga selalu
melibatkan ritual tertentu. Praktek ritual ini ditentukan oleh suatu bentuk
lembaga yang pasti. Ada dua jenis praktek ritual yang terjalin dengan sangat
erat yaitu pertama, praktek ritual yang negatif, yang berwujud dalam bentuk
pantangan-pantangan atau larangan-larangan dalam suatu upacara
keagamaan, serta praktek ritual yang positif, yang berwujud dalam bentuk
upacara-upacara keagamaan itu sendiri dan merupakan intinya.
Hal yang sama juga terjadi pada konsep "kudus". Konsep "kudus" seperti
yang sudah dibicarakan di atas tidak muncul karena sifat-sifat dari obyek
yang dikuduskan itu, atau dengan kata lain sifat-sifat daripada obyek
tersebut tidak mungkin bisa menimbulkan perasaan kekeramatan masyarakat
terhadap obyek itu sendiri. Dengan demikian, walaupun di dalam buku
Giddens tidak dijelaskan penjelasan Durkheim secara rinci mengenai asal-
usul sosial dari konsep "kekudusan', tetapi dapat kita lihat bahwa kesadaran
akan yang kudus itu, beserta pemisahannya dengan dunia sehari-hari,
menurut Durkheim dari pengatamannya terhadap totemisme, dilahirkan dari
keadaan kolektif yang bergejolak. Upacara-upacara keagamaan, dengan
demikian, memiliki suatu fungsi untuk tetap mereproduksi kesadaran ini
dalam masyarakat. Di dalam suatu upacara, individu dibawa ke suatu alam
yang baginya nampak berbeda dengan dunia sehari-hari. Di dalam
totemisme juga, di mana totem pada saat yang sama merupakan lambang
dari Tuhan dan masyarakat, maka Durkheim berpendapat bahwa sebenarnya
totem itu, yang merupakan obyek kudus, melambangkan kelebihan daripada
masyarakat dibandingkan dengan individu-individu.
Sumber Acuan:
Anthony Giddens, Kapitalisme dan teori sosial modern: suatu analisis
karya-tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, diterjemahkan oleh
Soeheba Kramadibrata, Jakarta: UI-Press, 1986.
SOSIOLOGI AGAMA
Spiritualtas baru
- Spiritualitas dalam arti sempit, bermakna sebagai suatu cara hidup yang
diorientasikan ke hal-hal yang bukan kekuasaan, nafsu atau pemilikan.
- Beberapa pemikir Postmodern memakai istilah spiritualitas menunjuk pada
nilai
dan makna dasar yang melandasi hidup manusia, baik duniawi maupun yang
tidak
duniawi, serta komitmen dasariah manusia, apapun isinya (Griffin, 2005,
dalam Erna
Karim)
Indikator keterkaitan
1.
Komunitas spiritual
Kelompok individu yang membuat ikatan berdasarkan nilai-nilai dan
spritualitas
tertentu yang mempunyai
•
institusi
•
kegiatan spiritual (upacara, meditasi, bertapa, praktik penyembuhan, dll)
•
tata organisasi (pemimpin, angota/pengikut, kegiatan, aturan, dll)
•
tempat beserta fasilitas
•
etika & ajaran
•
masa atau periode keberakhiran
Tanya jawab
1.
Mengapa agama menjadi tema paling penting bagi manusia di era modern
ini?Ya, di antara masalah besar yang sering dihadapi oleh umakmanusia
adalah yang berkaitan dengan agama. Mengapa? Karena agama adalah tema
paling penting yang sanggup membangkitkan perhatian serius dan paling
intens. Kenyataan ini didasarkan pada asumsi bahwa masalah keagamaan
berimplikasi pada proses perkembangan kehidupan manusia terutama dalam
persoalan kemanusiaan, moral, dan estetika.
Begitu juga dengan apa yang diungkapkan Erich Fromm, bahwa kebutuhan
manusia akan agama, berakar dalam kondisi dasar eksistensi species
manusia itu sendiri. Manusia memerlukan objek pengabdian semacam
agama agar dapat mengatasi eksistensinya yang terisolasi dengan semua
keraguan dan ketidakmam-puannya menjawab arti hidup.Mengapa manusia
membutuhkan agama?Apabila manusia sadar akan kebutuhan hidupnya,
maka ia tidak hanya memprioritaskan aspek duniawi saja, tapi juga akan
mencari alternatif lain di luar dirinya, yaitu beragama. Sebab, ia sadar bahwa
agama juga memberikan beberapa fungsi yang tidak kalah pentingnya
dengan fungsi duniawi. Bagi Whitehead, agama merupakan sumber visi dan
motor perjuangan.
Kebenaran itu menyadarkan manusia akan aspek yang tetap dari alam
semesta dan dapat dipandang bernilai. Oleh karenanya, kebenaran tersebut
memberi suatu makna, dalam arti nilai pada eksistensi manusia suatu
yangmengalir dari hakikat kenyataan diri.Jadi, agama itu bisa dianggap
sebagai pokok persoalan kehidupan manusia?Ya, kenyataannya agama
memang telah menjadi persoalan pokok kehidupan manusia. Tampak secara
jelas dan bersesuaian dengan isyarat yang ditunjukkan oleh Alquran.
Karenanya, agama memberikan semesta simbolik yang memberi makna
pada kehidupan manusia dan yang memberikan penjelasan yang paling
komprehensif tentang realitas seperti kematian, penderitaan, tragedi, dan
ketidakadilan. Bahkan, menurut Sastraperadja, agama merupakan Sacred
Canopy (kanopi sakral) yang melindungi manusia dari chaos, situasi tanpa
arti.
Agama dalam hipotesis para teolog modern bukanlah suatu hypostase. Dia
tidak berada di langit Plato yang sempurna dan suci murni serta mengatasi
manusia dan Tuhan. Tapi, dia merupakan agama manusia biasa dengan
daging dan darah.Dengan gambaran ini, hakikat agama selalu merupakan
hakikat yang historis. Agama berada dalam irama perubahan dan kefanaan
dan bukan hakikat metafisik yang tertutup, selesai, tidak mengandung gerak
dalam dirinya dan mantap dalam keabadian.Sejauh manakah agama bisa
menjadi solusi bagi manusia?
Dengan kata lain, agama yang membebaskan adalah agama yang berpusat
pada manusia dan kekuatannya. Manusia harus menemukan ruang dalam
agama untuk mengembangkan akalnya dan membangun potensi-potensi
dirinya.Keberagamaan yang membebaskan adalah keberagamaan yang
memberikan tempat pada usaha menumbuhkan kemampuan terbesar
manusia dan meraih pertumbuhan rohaninya yang paling tinggi.