Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan proses komunikasi ialah suatu proses pembicaraan yang
terdiri dari adanya pembicaraan (klien yang mempunyai masalah) yang akan kita
wawancarai, ada masalah yang perlu dipecahkan.
Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa wawancara adalah cara pengumpulan data-
data tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan beberapa
komponen.
Dimana setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan
masalah kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan kesehatan
yang dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.
1. Komunikator
2. Masalah
3. Saluran
4. Penerima
5. Tempat
B. TUJUAN WAWANCARA
Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal
klien terhadap anjuran kita.
8. Memberi nasihat
C. PROSES WAWANCARA
2. Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat
memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya
antara lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita
artikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan
dengan tingkah laku klien yang dirasakan dan reaksi yang kita lihat.
3. Saluran (channel): yang dimaksud dengan saluran disini adalah saran/alat yang
dilalui oleh suara. Adapun alat itu adalah:
a. Mata (penglihatan)
Dalam menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat menangkap atau
mengartikan reaksi nonverbal/tingkah laku klien yang wajar maupun tidak
wajar.
b. Telinga
Kondisi telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan mendengar
apa yang diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak menarik, dengarkanlah
supaya klien merasa puas.
Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik bagi klien, perlu diketahui cara-cara
menjadi pendengar yang baik yang terjadi dari:
1. Pengertian mendengarkan
f. Menghargai pembicaraan
Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu mengetahui cara-cara
meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan aktif atau baik. Adapun cara-
cara menjadi pendengar yang baik adalah:
a. Kesiapan mendengarkan
d. Mengendalikan emosi
E. TEKNIK WAWANCARA
Supaya kita dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu mengetahui
cara atau teknik wawancara yang baik. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:
1. Inisiatif
b. Mengemukakan pendapatnya.
Dalam hal ini kita dengan sabar mengarahakan klien untuk bicara. Jangan
memotong pembicaraan klien, kecuali untuk membantu menemukan kata-kata
atau mendorong klien meneruskan pembicaraannya. Berilah klien kesempatan
yang cukup untuk mengutarakan pokok masalah yang dihadapinya.
2. Pendekatan tidak langsung
3. Pertanyaan terbuka
5. Wawancara spontan
Kita harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non verbal sewaktu
klien bicara.
2. Faktor penghambat
b. Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan disekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap
klien/keluarga/masyarakat.
Asih, N.L.G.Y. 1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat hal. 31-77.
Jakarta: EGC.
D. Materi
1. Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kebidanan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang
dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amiruddin,
2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin,
2006).
Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian
yaitu :
a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan
keramahtamahan petugas terhadap klien
c. Bagi penyandang dana, mutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,
kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
(health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan
menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang
diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna
kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan
bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun
pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi
masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan
standar pelayanan kebidanan.
Menurut Amiruddin (2007) dalam melakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan
penilaian mutu, yaitu :
a. Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan
manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
Struktur = input
b. Proses
c. Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap klien
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif
maupun negatif.
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau
prosedur tertentu.
2. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada
tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris
dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah
suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan
dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter
Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap
sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan
siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart,
dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian
kualitas statistis.
Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau
system sehingga mutu pelayanan kesehatan. PDCA merupakan rangkaian kegiatan
yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan
perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu
pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian
masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana
siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :
Perencanaan ( Plan )
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan .
b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai
(goal, objective, and target),
1. Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman,
yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang
telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam
Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Saifudin, 2006).
Efektivitas (Effectiveness)
Efisiensi (Efficiency)
Kontinuitas (Continuity)
Keamanan (Safety)
Kenyamanan (Amenities
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,
kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
a. Struktur
Struktur = input
o Kewajaran
b. Proses
c. Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap klien
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif
maupun negatif.
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau
prosedur tertentu.
2. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada
tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa
Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak
lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini
dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan
” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai
bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus
Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart,
dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian
kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu
proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.
1. Perencanaan ( Plan )
2. Pelaksanaan ( Do )
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan
pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan
keterampilan pokok manajerial, yaitu :
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum
berjalan dengan baik
Nilai grafik
4. Perbaikan (Action)
( Tentang Pemeriksaan)
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman,
yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin,
2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Saifudin, 2006).
Efektivitas (Effectiveness)
Efisiensi (Efficiency)
Kontinuitas (Continuity)
Keamanan (Safety)
Kenyamanan (Amenities)
a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan
keramahtamahan petugas terhadap klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan
kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,
kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Menurut Amiruddin (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan
penilaian mutu, yaitu :
a. Struktur
2) Struktur = input
Kewajaran
b. Proses
Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya
c. Outcomes
2) Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif
maupun negatif.
3) Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau
prosedur tertentu.
2. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada
tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa
Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak
lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini
dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”
The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap
sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan
siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart,
dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian
kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu
proses atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan.
1) Perencanaan/Plan
2) Pelaksanaan/Do
3) Pemeriksaan/Check
4) Perbaikan/Action
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan
hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari
pemeriksaan untuk mengetahui :
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara
periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan
adalah:
(ACTION/ PERBAIKAN)
A. Penilaian Mutu
Mutu pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman,
yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang
telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam
Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Saifudin, 2006).
Efektivitas (Effectiveness)
Efisiensi (Efficiency)
Kontinuitas (Continuity)
Keamanan (Safety)
Kenyamanan (Amenities
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan
standar pelayanan kebidanan.
Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat
memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.
a. Struktur
Struktur = input
o Kewajaran
b. Proses
o Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya
c. Outcomes
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif
maupun negatif.
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau
prosedur tertentu.
B. Siklus PDCA
C. Dimensi PDCA
E. Perbaikan (Action)
Standarisasi perubahan
Dokumentasikan proyek
Memonitor perubahan
Jika Hasil penilaian pelaksanaan satu siklus ternyata berhasil mencapai tujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan menyusun saran. Pada
umumnya ada dua saran tindak lanjut yang dapat diajukan yaitu:
Pada waktu menyelenggarakan kegiatan ini ada beberapa karakteristis yang perlu
diperhatikan, karakteristik yang dimaksud adalah:
DAFTAR PUSTAKA
http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-
bapelkes-210607.ppt
http://innanoorinayati.blogspot.com/2009/08/penilaian-mutu-pelayanan-
kebidanan.html
MELALUI OBSERVASI
PENGERTIAN
Dalam mengobservasi sesuatu ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh Bidan,
yaitu pengamatan objektif dan penafsiran (interpretasi). Seorang Bidan yang tajam
pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa ketidaksesuaian antara tinkah
laku verbal dan nonverbal, antara apa yang di ucapkan dan apa yang dikerjakan.
Pengamatan objektif
Merupakan berbagai tingkah laku yang dilihat dan didengar. misalnya duduk,berdiri,
gelisah dengan mengeluarkan kata seperti aduh.
Penafsiran (interpretasi)
Merupakan kesan yang diberikan terhadap apa yang dilihat (amati) dan didengar.
Misalnya, jengkel karena terlalu lama menunggu. Bidan perlu mengetahui perbedaan
pengamatan objektif dengan penafsiran agar lebih berhati-hati dalam melakukan
observasi.
Merupakan perbuatan atau perilaku yang ditunjukan melalui bahasa atau kata-
kata. bahasa dicerminkan dengan adanya perbendaharaan kata, penggunaan kalimat,
intonasi, kecepatan berbicara, dan homor. Yang harus di lakukan bidan dalam
melakukan pengamatan tingkah laku verbal adalah bagaimana klien beralih topik,
kata-kata kunci yang di gunakan, penjelasan-penjelasan yang disampaikan,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Merupakan tingkah laku dalam bentuk bahasa tubuh yang meliputi isyarat,
pergerakan tubuh dan penampilan fisik. Bidan harus dapat melakukan pengamatan
terhadap tingkah laku nonverbal dengan memperhatikan bagaimana cara klien
menatap mata, bahasa tubuh, kualitas suara yang merupakan indikator penting dalam
mengungkapkan apa yang terjadi pada diri klien.
Sebaiknya dalam komunikasi efektif tingkah laku verbal dan nonverbal digunakan
secara sinergis, tidak berdiri sendiri. Penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal
secara terpisah akan menimbulkan salah penafsiran. Perlu dilakukan penelaahan lebih
lanjut dengan bertanya atau mendengarkan secara aktif. harus ditelaah lebih lanjut arti
dari ketidak sesuaian antara yang disampaikan (verbal) ekspresi muka (nonverbal).
G. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan proses komunikasi ialah suatu proses pembicaraan yang
terdiri dari adanya pembicaraan (klien yang mempunyai masalah) yang akan kita
wawancarai, ada masalah yang perlu dipecahkan.
2. Wawancara merupakan bagian penting dari pewawancara dalam melaksanakan
tugas pewawancara yaitu untuk memperoleh data yang relevan dari
klien/keluarga/masyarakat. Berdasarkan data itu pewawancara dapat menentukan
masalah serta membantu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa wawancara adalah cara pengumpulan data-
data tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan beberapa
komponen.
6. Komunikator
7. Masalah
8. Saluran
9. Penerima
10. Tempat
H. TUJUAN WAWANCARA
Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal
klien terhadap anjuran kita.
I. PROSES WAWANCARA
2. Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat
memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya
antara lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita
artikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan
dengan tingkah laku klien yang dirasakan dan reaksi yang kita lihat.
3. Saluran (channel): yang dimaksud dengan saluran disini adalah saran/alat yang
dilalui oleh suara. Adapun alat itu adalah:
a. Mata (penglihatan)
Dalam menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat menangkap atau
mengartikan reaksi nonverbal/tingkah laku klien yang wajar maupun tidak
wajar.
b. Telinga
Kondisi telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan mendengar
apa yang diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak menarik, dengarkanlah
supaya klien merasa puas.
1. Pengertian mendengarkan
2. Tujuan mendengarkan
f. Menghargai pembicaraan
a. Kesiapan mendengarkan
d. Mengendalikan emosi
i. Gunakan sentuhan
Supaya kita dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu mengetahui
cara atau teknik wawancara yang baik. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:
1. Inisiatif
b. Mengemukakan pendapatnya.
Dalam hal ini kita dengan sabar mengarahakan klien untuk bicara. Jangan
memotong pembicaraan klien, kecuali untuk membantu menemukan kata-kata
atau mendorong klien meneruskan pembicaraannya. Berilah klien kesempatan
yang cukup untuk mengutarakan pokok masalah yang dihadapinya.
3. Pertanyaan terbuka
5. Wawancara spontan
Kita harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non verbal sewaktu
klien bicara.
1. Faktor penunjang
2. Faktor penghambat
b. Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan disekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap
klien/keluarga/masyarakat.
A. PENGERTIAN
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka baik berupa tulisan
atau rekaman.
Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. (menurut manajemen kebidanan,
1995).
Pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau peristiwa dan objek maupun aktivitas
pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat, sakit pasien pada
saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan asuhan keperawatan
atau kebidanan yang diberikan. Umumnya catatan pasien berisi informasi yang
mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan, respon pasien terhadap asuhan
keperawatan atau kebidanan yang diberikan dan respon terhadap pengobatan serta berisi
beberapa rencana untuk interfensi lanjutan.
Dokumentasi kebidanan
Dokumentasi kebidanan merupakan bukti catatan dalam pelaporan yang dimiliki bidan
dalam melakukan catatan asuhan yang berguna untuk kepentingan klein, bidan dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat
dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi kebidanan
merupakan bukti legal dari asuhan pelaksanan kebidanan.
B. TUJUAN DOKUMENTASI
Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pecatatan.
a. Isi pencatatan
b. Teknik pencatatan
1. Rekam Medik
Rekam medis disini diartikan sebagai keterangan baik tertulis maupun terekam tentang
identitas anamnesa, penetuan fisik laboratoruim, diagnosa segala kebidanan dan
rindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap,
rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan darurat kalau diartikan secara
sederhana rekam medis seakan hanya merupakan catatan dan dokumen tentang
keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih luas tidak hanya catatan biasa, akan tetapi
sudah merupakan segala informasi yang menyangkut tindakan lebih lanjut dalam
upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya,yang diberikan kepada seorang
pasien yang datang ke rumah sakit.
a. Aspek administrasi
b. Aspek hukum
c. Aspek keuangan
d. Aspek penelitian
e. Aspek pendidikan
f. Askeb dokumentasi
3. Pengolahan data medis
a. Coding
Membuat kode atas setiap diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang
ada, berdasarkan pengelompokan penyakit yang di tuangkan dalam bentuk kode.
b. Indexing
Pembuatan indexs diantaranya indexs rawat jalan, inap, bedah penyakit, semua ini
dipersiapkan untuk membuat laporan statistik rumah sakit.
4. Penyimpanan rekam medis
a. Sentralisasi
Penyimpanan rekam medik seorang pasien dalam satu kesatuan catatan medik.
b. Desentralisasi
Penyimpanan dengan cara pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan pasien
dirawat.
SOAP
1. Pengertian
d. P = Perencanaan
SOAPIER
1. Pengertian
SOAPIER format yang lebih tepat yang digunakan apabila rencana pasien ada yang
akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.