Professional Documents
Culture Documents
Lukman M Baga 2
1. Pendahuluan
Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK) adalah komitmen dan program
Kabinet Indonesia Bersatu sebagai salah satu dari triple track strategy pembangunan
nasional, yaitu: stablilitas ekonomi makro yang mendukung pertumbuhan ekonomi 6,5
persen per tahun; pembenahan sektor riil, khususnya UMKM, untuk mampu menyerap
tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru; dan revitalisasi sektor
pertanian dan pedesaan untuk berkontribusi pada pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Dengan ketiga strategi ini ditargetkan berkurangnya tingkat kemiskinan dari 16,6% tahun
2004 menjadi 8,2% tahun 2009 dan tingkat pengangguran turun dari 9,7% tahun menjadi
5,1% tahun 2009.
RPPK merupakan kebijakan yang bersifat lintas sektoral dengan komitmen penuh para
pimpinan negara untuk membangun pertanian, perikanan, dan kehutanan. Dengan
demikian, RPPK merupakan suatu momentum yang penting dalam merumuskan dan
melaksanakan usaha pembangunan pertanian secara lebih terarah, fokus dan
berkesinambungan.
1
Makalah disampaikan pada acara Seminar Revitalisasi Pertanian untuk Kesejahteraan Bangsa,
yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ilmuwan and Teknolog Indonesia (MITI) di Jakarta, 19 Juni
2005.
2
Staf Pengajar Departemen Sosial Ekonomi Pertanian IPB. Kandidat doktor pada Institute for
Co-operation in Developing Countries, Philipps University, Germany.
2
Selama kurun waktu lima tahun pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu diharapkan
pertumbuhan sektor pertanian dapat mencapai 3,3% per tahun. Tingkat pertumubuhan ini
didukung oleh pertumbuhan sektor tanaman pangan 0,89 persen, hortikultura 3,38 persen,
perkebunan 6,27 persen, dan peternakan 4,37 persen. Untuk mencapai tingkat
pertumbuhan tersebut diperlukan investasi yang sangat besar. Target laju pertumbuhan
investasi yang ditetapkan adalah 3,4 persen, yaitu dari Rp 13,37 triliun menjadi Rp 14,40
triliun.3
Dalam merevitalisasi sektor pertanian ini, Menteri Pertanian telah menegaskan bahwa
pemerintah juga akan membenahi kerja sama petani rakyat dan petani pengusaha
(berskala besar). Pemerintah tidak akan berpihak hanya pada salah satu pihak saja,
karena masing-masing memiliki peran masing-masing, dan semua pihak memiliki hak
yang sama untuk berkembang.4
Makalah ini akan menyoroti kelembagaan petani yang juga penting untuk direvitalisasi.
Khususnya koperasi pertanian yang merupakan kelembagaan petani dengan fungsi ganda:
(1) sebagai wahana untuk meningkatkan peran dan kontribusi para petani dalam
pembangunan sektor pertanian, sekaligus (2) sebagai wahana yang memperjuangkan hak-
hak para petani dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Di sisi lain, pentingnya revitalisasi koperasi pertanian ini dikarenakan citra lembaga
koperasi di Indonesia sudah demikian negatif, dan membuat alergi banyak pihak terhadap
lembaga ini. Upaya untuk merevitalisasi lembaga koperasi terkait dengan penyadaran
kembali akan pentingnya lembaga ini dalam proses pembangunan pertanian yang
dicanangkan.
2. Mengapa Koperasi
3
Kompas, 19 Mei, 2005.
4
Republika on line, 7 Juni 2005.
3
Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan di antara sekian banyak kelembagaan
yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian, seperti halnya KTNA, HKTI,
PPSKI dan berbagai bentuk asosiasi petani seperti asosiasi petani tebu, asosiasi petani
kopi, dll. Namun demikian ada suatu hal yang membedakan antara lembaga koperasi
dengan kelembagaan lainnya tersebut, yaitu pada koperasi tedapat ciri double identity.
Ciri ini menjelaskan bahwa para anggota koperasi merupakan para owner sekaligus
customer dari lembaga tersebut. Perbedaan ini terlihat dengan adanya unit usaha
ekonomi yang dimiliki dan diawasi bersama secara demokratis dengan satu tujuan yaitu
melayani kebutuhan anggota.5
Namun adanya unit usaha ekonomi ini tidak menjadikan koperasi sebagai suatu
perusahaan pada umumnya sebagaimana perusahaan swasta atau BUMN. Dengan kata
lain, dikembangkannya unit usaha pada suatu koperasi bukan menjadikan lembaga
koperasi sebagai lembaga bisnis semata. Koperasi bukan suatu perusahaan, namun
koperasi memiliki perusahaan (a co-operative is not a company, but has a company).
Dengan perusahaan yang dimiliki, koperasi berjuang untuk memperbesar usaha-usaha
yang dijalankan oleh anggotanya, bukannya untuk memperbesar usaha yang dijalankan
koperasi itu sendiri. Disamping menjalankan unit usaha, masih banyak hal lain yang
perlu mendapat perhatian sebuah koperasi, seperti halnya pendidikan anggota dan
community development.
Disinilah terlihat bahwa koperasi merupakan suatu bentuk organisasi yang unik, dimana
koperasi menjangkau sekaligus dua dimensi yang berbeda; ekonomi dan sosial. Kedua
dimensi ini menyatu pada lembaga koperasi bagaikan dua sisi mata uang yang sama.
Pentingnya kedua dimensi ini bagi koperasi terlihat pada Identitas Koperasi yang
ditegaskan kembali oleh International Co-operative Alliance (ICA) pada Kongres 100
tahun gerakan koperasi internasional pada tahun 1995 (Lihat Lampiran 1). Identitas
koperasi ini mencakup pengertian, nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi.
Dalam konteks revitalisasi pertanian, peran koperasi tidak hanya terpaut pada peningkatan
produksi komoditas yang ingin dihasilkan. Namun lebih dari itu, koperasi dapat menjadi
agent of education bagi para petani agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam berusaha dan kehidupan bermasyarakat. Selain itu, gerakan koperasi
juga merupakan gerakan untuk pembangunan modal sosial (social capital) di kalangan
masyarakat. Hal ini menjadi sangat relevan mengingat pentingnya upaya untuk
memulihkan kohesivitas sosial bangsa Indonesia yang telah hancur diterpa badai
materialisme dan kapitalisme.6 Hancurnya kohesivitas sosial dikarenakan tindakan
5
Penjelasan lebih jauh mengenai perbedaan koperasi dengan lembaga sosial masyarakat dan
lembaga bisnis lainnya sebagaimana ditelaah oleh Hanel, 1992, h.33-42.
6
Sebagaimana analisis Adrinof Chaniago (2001) dalam bukunya “Gagalnya Pembangunan:
Kajian Ekonomi Politik terhadap Akar Krisis Indonesia” yang menunjukkan bahwa faktor penyebab
sulitnya pemulihan ekonomi di Indonesia setelah krisis lebih dikarenakan pada masalah kohesivitas
sosial yang telah hancur selama pemerintahan Orde Baru.
4
Gerakan koperasi merupakan salah satu gerakan terbesar dan tertua di dunia.
International Co-operative Alliace (ICA), merupakan organisasi puncak gerakan koperasi
internasional, mencatat keanggotaan 230 gerakan koperasi pada lebih 100 negara yang
secara total merepresentasikan lebih dari 730 juta anggota di seluruh dunia. Bidang
garapan gerakan koperasi menyebar dari sektor pertanian, perbankan, energi, industri,
asuransi, perumahan, pariwisata dan koperasi konsumsi.8
Peran penting koperasi dalam sektor pertanian banyak dijumpai baik pada negara maju
maupun negara berkembang. Pada negara-negara Eropa, koperasi pertanian merupakan
bagian terbesar dari jumlah koperasi yang ada; 44.260 koperasi atau 42,6 persent dari
jumlah koperasi, dengan total jumlah anggota sebanyak 14 juta dan memperkerjakan
720.000 pekerja. Di Jepang, gerakan koperasi pertanian menguasai 95 persen pemasaran
beras. Koperasi pertanian di Irlandia menguasai 79 persen produk pertanian. Sejumlah
14 koperasi pertanian di Amerika termasuk pada daftar perusahaan besar the Fortune 500.
Tabel 1 menunjukkan keadaan koperasi pertanian di negara masyarakat Eropa dan pangsa
pasar yang dikuasainya.
Tabel 1. Koperasi Pertanian di Negara-negara Eropa dan Pangsa Pasar yang Dikuasai
Sumber: Van Bekkum dan Van Dijk (1997). Tahun data bervariasi antara 1991-1996.
Sementara pada banyak negara berkembang, koperasi pertanian merupakan jenis koperasi
yang sangat penting. Gerakan koperasi persusuan di India mencakup 57.000 koperasi
susu dengan 6 juta anggota. Koperasi pertanian di Uruguay memproduksi 90 persen
produksi susu dan mengekspor 70% surplus produksi terigu.
Terdapat banyak alasan yang menyebabkan koperasi menjadi suatu hal yang dibutuhkan,
bagi pengembangan sektor pertanian, di antaranya yaitu:9
1. Terlepas dari besarnya skala usaha pertanian yang dimiliki, petani pada umumnya
merupakan usaha yang relatif kecil dibandingkan dengan partner dagangnya,
sehingga petani pada umumnya memiliki posisi rebut tawar yang lemah.
2. Pasar produk pertanian umumnya dikuasai oleh pembeli yang jumlahnya relatif
sedikit dibandingkan jumlah petani yang sangat banyak.
3. Besarnya permintaan dari para pembeli produk pertanian ini umumnya baru dapat
dipenuhi dari menggabungkan volume produksi banyak petani.
4. Pengaruh aspek biologis produksi pertanian menyebabkan kualitas produksi yang
bervariasi. Hal ini dapat menyulitkan dalam proses pemasaran hasil produksi
pertanian. Disamping itu akan sangat menyulitkan bagi petani yang memasarkan
produknya secara individual.
5. Karakter sektor pertanian yang secara geographis tersebar menyebabkan hanya
sedikit kalangan petani yang berlokasi dekat dengan pasar. Hal ini juga menyebabkan
rendahnya kemampuan petani menjangkau berbagai alternatif pembeli.
6. Kualitas sumberdaya manusia petani yang umumnya relatif rendah, sehingga relatif
sulit untuk meningkatkan usahanya jika dilakukan secara individual.
7. Suasana kehidupan dan kerja para petani yang dekat dengan alam sedikit banyak
berpengaruh pada pola hidup yang mengajak masyarakat secara bersama-sama
berikhtiar untuk memecahkan masalah bersama.
Berdasarkan butir alasan di atas maka peran koperasi pertanian menjadi penting dalam
peningkatan produksi serta kesejahteraan hidup petani, dimana:
9
Bandingkan Van Bekkum and Van Dijk, 1997, h.20-21.
6
1. Melalui koperasi petani dapat memperbaiki posisi rebut tawar mereka baik dalam
memasarkan hasil produksi maupun dalam pengadaan input produksi yang
dibutuhkan. Posisi rebut tawar (bargaining power) ini bahkan dapat berkembang
menjadi kekuatan penyeimbang (countervailing power) dari berbagai ketidakadilan
pasar yang dihadapi para petani.
2. Dalam hal mekanisme pasar tidak menjamin terciptanya keadilan, koperasi dapat
mengupayakan pembukaan pasar baru bagi produk anggotanya. Pada sisi lain
koperasi dapat memberikan akses kepada anggotanya terahadap berbagai penggunaan
faktor produksi dan jasa yang tidak ditawarkan pasar.
3. Dengan bergabung dalam koperasi, para petani dapat lebih mudah melakukan
penyesuaian produksinya melalui pengolahan paska panen sehubungan dengan
perubahan permintaan pasar. Pada gilirannya hal ini akan memperbaiki efisiensi
pemasaran yang memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, dan bahkan kepada
masyarakat umum maupun perekonomian nasional.
4. Dengan penyatuan sumberdaya para petani dalam sebuah koperasi, para petani lebih
mudah dalam menangani risiko yang melekat pada produksi pertanian, seperti:
pengaruh iklim, heterogenitas kualitas produksi dan sebaran daerah produksi.
5. Dalam adah organisasi koperasi, para petani lebih mudah berinteraksi secara positif
terkait dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas SDM mereka.
Koperasi sendiri memiliki misi khusus dalam pendidikan bagi anggotanya.
6. Berdirinya koperasi sekaligus membuka lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi
para petani anggota maupun masyarakat di sekitarnya.
Istilah koperasi pertanian pernah tercatat dalam sejarah perkoperasian Indonesia,10 yaitu
sebelum dicanangkannya KUD sebagai satu-satunya koperasi yang diizinkan beroperasi
di pedesaan pada tahun 1984. Hak monopoli KUD di pedesaan ini menyebabkan
10
Istilah Koperasi Pertanian digunakan sebelum tahun 1974. Dengan keluarnya Inpres 4/1973 tentang Unit
Desa, menyebabkan istilah ini tidak digunakan lagi, karena baik Koperasi Pertanian bersama dengan
Koperasi Desa digabungkan menjadi Badan Usaha Unit Desa yang merupakan cikal bakal berdirinya
KUD (lihat Djohan, 1997, hal 55-64).
7
Usaha peternakan sapi perah di Indonesia pada awalnya hanya berupa usaha rumah
tangga. Baru pada 1949 berdiri koperasi susu pertama di Indonesia, yaitu Gabungan
Petani Peternak Sapi Perah Pengalengan (GAPPSIP) yang diprakarsai oleh drh Soejono
dan drh Y. Hutabarat. Selajutnya pada tahun 1962 berdiri koperasi peternak bernama
SAE Pujon di Malang yang digerakkan oleh drh Memet Adinata.
Pada tahun 1963 GAPPSIP terpaksa tutup karena buruknya situasi sosial ekonomi dan
politik saat itu. Baru pada tahun 1969 di tempat yang sama kembali berdiri koperasi susu
8
dengan nama Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS). Lagi, pendirian koperasi ini
juga diprakarsai oleh seorang dokter hewan, yaitu drh Daman Danuwijaya.
Sampai dengan tahun 1978 di Propinsi Jawa Timur terdapat beberapa koperasi susu selain
SAE Pujon, yaitu KUD Batu, Koperasi Setia Kawan di Nongkojajar dan Koperasi Suka
Makmur di Grati. Namun demikian, produksi susu nasional antara tahun 1969-1978
berkembang dengan sangat lambat, dari 28.900 ton menjadi 62.300 ton. Perjalanan
koperasi persusuan di Indonesia jatuh dan bangun dihantam berbagai permasalahan,
khususnya terkait dengan masalah pemasaran susu kepada industri pengolah susu (IPS).
Koperasi susu memiliki posisi rebut tawar yang sangat lemah berhadapan dengan IPS,
baik dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan serta harga yang
diperoleh. Masalah ini muncul dikarenakan IPS menggunakan susu impor sebagai bahan
baku dan tidak mau menyerap susu domestik. Peternak yang telah berhasil diarahkan
untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri menjadi kecewa karena banyak susu
yang rusak dan harus dibuang.11
Titik balik perkembangan koperasi susu di Indonesia dimulai pada tahun 1978, dimana
terbentuknya Badan Koordinasi Koperasi Susu Indonesia (BKKSI) yang merupakan cikal
bakal GKSI yang dibentuk setahun berikutnya. Dengan kelembagaan koperasi persusuan
di level nasional, komunikasi antara gerakan koperasi persusuan dengan pemerintah
berjalan lebih baik sehingga memungkinkan berperannya subsistem penunjang agribisnis
susu di Indonesia. Beberapa permasalahan yang dihadapi koperasi susu sedikit demi
sedikit dapat diatasi dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan pemerintah, seperti
halnya penetapan kuota impor susu oleh IPS, pengawasan pemerintah terhadap harga
susu, penyediaan pakan ternak serta impor sapi perah berkualitas.
Baiknya komunikasi GKSI dengan pemerintah ini dipertegas dengan terbentuknya Tim
Koordinasi Persusuan Nasional (TKPN) yang melibatkan tujuh instansi pemerintah.
TKPN bertugas memantau perkembangan produksi dan konsumsi susu di Indonesia
Direktur Jenderal Peternakan yang saat itu dipegang oleh orang gerakan koperasi (Daman
Danuwidjaja) secara Ex-officio ditunjuk menjadi ketua TKPN. Posisi ini semakin
memungkinkan gerakan koperasi dalam melakukan terobosan yang bersifat lintas sektoral
dalam pengembangan agribisnis susu nasional berbasis koperasi.
Gambar 1. Tren Jumlah Populasi Sapi Pada Gambar 1 terlihat bahwa
Perah dan Produksi Susu (1969-1999) tingkat produksi susu yang tadinya
500
Dairy Cattle P o pulatio n (000
bergerak lamban hingga tahun 1979
400 heads): diikuti dengan petumbuhan yang
M ilk Productio n (millio n kg)
sangat pesat pada dekade 1980an.
300 Tercatat bahwa jumlah peternak sapi
perah berikut jumlah populasi sapi
200
perah berkembang hampir 40 kali
100 lipat antara tahun 1979-1989.
0 Share produksi susu dari koperasi
1969 1974 1979 1984 1989 1994 1999 terhadap produksi susu nasional
11
Sebagai contoh yang dialami KPBS Pangalengan antara tahun 1969-1979 tercatat kerusakan susu di
tingkat peternak yang harus dibuang mencapai 250.000 liter per tahun (lihat Syarief, 1997, hal.59).
9
meningkat dari sekitar 17,5% pada tahun 1979 menjadi 92,6% pada tahun 1984. Hal ini
tidak terlepas dengan dilaksanakannya kebijakan BUSEP (bukti serap) yang mewajibkan
IPS untuk menyerap susu dari koperasi. Dengan kebijakan ini ratio penyerapan susu
domestik dapat diperjuangkan menjadi 1:3,5 pada tahun 1984 dari perbandingan 1:20
pada tahun 1979. Dengan pendekatan yang baik terhadap IPS, harga susu di tingkat
peternak dinaikan menyesuaikan tingkat kebutuhan biaya hidup peternak saat itu.
Jumlah koperasi susu yang tadinya hanya 27 buah pada tahun 1979 berkembang 7 kali
lipat menjadi 198 pada tahun 1989. Demikian pula terjadi peningkatan yang signifikan
pada jumlah tenaga kerja yang terserap pada agribisnis persusuan, baik sebagai peternak
pemilik maupun sebagai pekerja (Gambar 2).
Gam bar 2: Tren Penyerapan Tenaga Kerja Namun sayangnya, Gambar 1
pada Aribisnis Susu (1979-1999)
160 menunjukkan tren yang melemah
140
dalam produksi susu pada dekade
120
100
1990-an, bahkan pada Gambar 2
80 terlihat tren yang menurun pada
60 jumah peternak dan tenaga kerja
40
yang diserap agribisnis susu. Hal
20
0 ini tidak terlepas dari melemahnya
1979 1984 1989 1994 1999
peran gerakan koperasi persusuan
Farmer
Labor dalam aktivitas sub-sistem jasa
No. of Co-ops Staffs
No. of Labor outside Co-op /KUD penunjang. Melemahnya peran ini
bisa jadi dikarenakan melemahnya
motivasi individu-individu koperasi persusuan dalam upaya terus meningkatkan kinerja
koperasi persusuan dalam agribisnis susu nasional.
Mempelajari sejarah agribisnis persusuan sebagaimana yang diuraikan sebelumnya, dapat
ditarik beberapa pelajaran penting, antara lain:
1. Susu merupakan komoditi yang tidak lebih mudah dikembangkan dibandingkan
komoditi agribisnis lainnya. Namun fakta menunjukkan bahwa pengembangan
agribisnis susu melalui gerakan koperasi pernah terjadi secara spektakuler pada era
1980-an. Hal ini juga mengindikasikan bahwa fokus pada single commodity sedikit
banyak berpengaruh pada pemecahan masalah yagn dihadapi oleh gerakan koperasi
pertanian.
2. Adanyan kesadaran koperasi primer persusuan untuk bekerjasama di tingkat nasional
dengan pembentukan koperasi sekunder persusuan (GKSI). Hal ini menjadi suatu
keniscayaan mengingat sebagian besar aktivitas off-farm persusuan berada di luar
wilayah pedesaan, di luar jangkauan pengelolaan koperasi primer. Terlebih lagi, tidak
sedikit dari penanganan masalah terkait aktivitas off-farm ini yang melibatkan
pengambil kebijakan di tingkat nasional.
10
Gambar 3. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis
Persusuan di Indonesia
C
O Input Supply Farming Processing Marketing
0
P
Qualified human
E Intermediate Processing
R resources Transporting
A
T Primary Milk Milk
I Industries
V
Co-operatives
E
Education Willingness to absorbs
Technology Suitable price
E
N
Input Price Quality Control
T Suppliers Milk
R Commitment
E Feed, Straw, Cow,
P
Vaccine, Grass
Members Consumers
R
E
N
E
U Input Subsidies HR and Institutional Policy on : Investment, Price, Import and
R Supervised Credit development, R&D Domestic Market Development
6. Tidak sedikit dari co-operative entrepreneur yang berprofesi sebagai dokter hewan.
Hal ini mengisyaratkan dibutuhkannya suntikan sumberdaya manusia yang memiliki
idealisme, berpendidikan dan memiliki keahlian teknis dalam suatu bidang yang
terkait dengan pengembangan pedesaan.
Wirakoperasi merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam pengembangan koperasi.
Para wirakoperasiwan seharusnya lahir dari kalangan insan koperasi, yaitu orang yang
memahami dan menghayati benar hakekat dan prinsip-prinsip koperasi dan berupaya
untuk mengembangkannya secara konsisten. Seorang wirakoperasi adalah orang yang
memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari
berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani.
12
I II
Paham dan WK Pengetahuan /
yakin terhadap Keterampilan
koperasi bisnis dan
teknologi
Pengembangan ketiga pilar ini sangat terkait dengan aktivitas pendidikan. Koperasi
adalah pendidikan, dimana salah satu prinsip gerakan koperasi adalah pendidikan.
Sehingga pengembangan koperasi tidak akan pernah lepas dari aktivitas pendidikan.
Atau dengan kata lain, lembaga koperasi tidak akan pernah berkembang jika tidak disertai
dengan kegiatan pendidikan. Pendidikan koperasi ditujukan kepada para pengurus,
manajer, karyawan, anggota koperasi dan masyarakat umum lainnya. Namun terkait
13
9. Penutup
14
RPKK merupakan suatu program besar. Komitmen para pemimpin negara telah
ditunjukkan. Semoga hal ini bukan sekedar menjadi retorika politik belaka. RPKK
sekaligus merupakan momentum emas untuk membangkitkan sektor pertanian dari
berbagai ketertinggalannya. Diharapkan kemauan politik para pimpinan ini gayung
bersambut dengan meningkatnya semangat para petani untuk membangun usahataninya
ke arah yang lebih baik.
Kehadiran para wirakoperasi sangat diharapkan untuk berperan sebagai lokomotif yang
akan menghela maju ribuan gerbong kereta (usahatani) para anggota petani. Lokomotif
yang akan mengantarkan rangkaian gerbong tersebut menuju sasaran yang tepat dengan
tempo waktu yang cepat. Saat ini begitu banyak usahatani yang bergerak tak tentu arah,
bahkan yang tidak lagi mampu bergerak. Mereka menunggu datangnya sang lokomotif
yang akan menggerakan dan mengantarkan mereka secara bersama-sama menuju kondisi
yang lebih baik.
Pendidikan dan latihan ke arah pengembangan ketiga pilar wirakoperasi perlu dijalankan
dan dikembangkan sedemikian rupa, sehingga mampu menghadirkan semakin banyak
wirakoperasi handal. Dengannya, akan semakin banyak koperasi yang mampu
berkembang pesat, dan pada gilirannya banyak pihak yang akan tersadarkan bahwa
gerakan koperasi tidak bisa diabaikan dalam memajukan gerakan ekonomi rakyat.
Van Bekkum Onno-Frank and Gert van Dijk (Eds). 1992. Agricultural Co-operatives in the
European Union, Trends and Issues on the Eve of the 21st Century. Van Gorcum.
Breukelen.
16
Lampiran 1
IDENTITAS KOPERASI
DEFINISI
Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela
untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama
melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis.
NILAI-NILAI
Koperasi melandaskan nilai-nilai menolong diri sendiri, bertanggungjawab kepada diri
sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan dan solidaritas. Berdasarkan tradisi para
pendirinya, para anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etis: kejujuran, keterbukaan,
tanggung jawab sosial dan peduli pada orang lain.
PRINSIP-PRINSIP
Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi dalam melaksanakan
nilai-nilai koperasi dalam praktek.