Professional Documents
Culture Documents
EKOLOGI TUMBUHAN
Analisa Vegetasi
Metode Transek
DISUSUN OLEH :
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spersies yang
mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies.
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung
jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya banyak ditemukan (Campbell,
2004, 361).
Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan (vegetasi) disebut juga fitososiologi
analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif. Karena
ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas disuatu lingkungan
bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi dipermukaan bumi menunjukan pola diskontinyu.
Seringkali sustu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena
tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik disuatu habitat cenderung
mengakibatkan perubahan komposisi komunitas. Komunitas mempunyai beberapa kekhususan
yaitu :
1. Komunitas biotic sebagai campuran hewan dan tumbuhan dalam jumlah besar di suatu
habitat, merupakan bagian terbesar dari ekosistem dan dicirikan adanya hubungan interaksi
antara komponen biotic dan abiotic.
2. Karena dalam habitat utama biasanya kondisi lingkungan tidak besar variasinya maka
tumbuhan yang ada menunjukan kesenangan/perilaku yang khas sesuai dengan kondisi
lingkungan itu. Dengan demikian vegetasi merupakan pencerminan iklim dan secara umum
keadaan iklim menampakkan pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang menjadi
indikator.
3. Komunitas sebagai suatu kesatuan sering terlihat batasnya, tetapi batas itu kadang-kadang
tidak jelas. Habitat yang diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan yang khas, atau suatu
komunitasyang dapat mengkarakteristikakan suatu unit lingkungan yang mempunyai
kondisi habitat utama yang seragam.
Kumpulan dari beberapa jenis organisme dinamakan komunitas. Yang dimaksud dengan
struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari stratafikasinya lapisan (dari atas
kebawah) secara horizontal bentuk pertumbuhannya, sosialitasnya, asosiasinya antar spesifik serta
kerapatan dan biomassa.(analisis kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies.
Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya paling baik digunakan cara jalur transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat
memotong garis – gasris topografi, misalnya dari tepi laut kepedalaman memotong sungai dan
mendaki atau menurun lereng pegunungan.
Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan gris sampling yang ditarik
menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat dipakai dalam studi
altituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada.
Transek adalah jalur sempit meintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki. Metode
Transek bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan serta
untuk mengetahui hubungan vegeterasi yang ada disuatu lahan secara cepat.
• Line Transect (transek garis)
Dalam metode ini garis – garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada
tepat pada garis dicatat jenisnya dan beberapa kali terdapat/ dijumpai
• Belt transek (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar
jalur ditentukan oleh sifat – sifat vegetasinya untuk menunjukan bagan yang sebenarnya.
Lebar jalur untuk hutan antara 1 – 10 m. Transek 1 m dugunakan jika semak dan tunas
dibawah diikukan, tetapi bila hanya pohon – pohonnya yang dewasa yang dipetakan,
transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment
dipelajari vegetasinya( Shukla et al. 1985)
1.2 Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui komposisi tumbuhan pada suatu daerah atau
pada suatu area tertentu.
1.3 Hipotesis
Ho : Tidak terdapat komposisi tumbuhan pada suatu daerah atau pada suatu area tertentu.
Ha : Terdapat komposisi tumbuhan pada suatu daerah atau pada suatu area tertentu.
BAB II
METODE PERCOBAAN
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
KR FR DR INP
No. Species K (%) F (%) D (%) (%)
1 Melastoma 1.8 5.03 0.2 6.67 1.8 5.03 16.73
2 Caladium sp. 0.4 1.12 0.2 6.67 0.4 1.12 8.91
3 Canna sp. 0.6 1.68 0.2 6.67 0.6 1.68 10.03
4 Tanaman rambat 4 11.17 0.2 6.67 4 11.17 29.01
5 Oryza sativa 2 5.59 0.2 6.67 2 5.59 17.85
6 Musa paradisiacal 0.2 0.56 0.2 6.67 0.2 0.56 7.79
7 Nephrolepis 13.8 38.53 0.8 26.67 13.8 38.55 103.77
8 Papilionaceae 11.2 31.28 0.2 6.67 11.2 31.28 69.23
9 Hevea sp. 0.2 0.56 0.2 6.67 0.2 0.56 7.79
10 Piper bettle L. 0.2 0.56 0.2 6.67 0.2 0.56 7.79
11 Pakis merah 0.8 2.23 0.2 6.67 0.8 2.23 11.13
12 Simpur 0.6 1.68 0.2 6.67 0.6 1.68 10.03
Jumlah 35.8 100 3 100 35.8 100 300
KR FR DR INP
No. Species K (%) F (%) D (%) (%)
1 Musa paradisiaca 0.016 4.08 0.4 12.5 0.016 4.08 20.66
2 Solanum sp. 0.004 1.02 0.2 6.25 0.004 1.02 8.29
3 Ficus sp. 0.032 0.16 0.2 6.25 0.032 0.16 6.57
4 Hevea sp. 0.252 64.29 0.6 18.75 0.252 64.29 147.33
Nephelium
5 lappaceum 0.036 9.18 0.6 18.75 0.036 9.18 37.11
6 Sompak 0.012 3.06 0.2 6.25 0.012 3.06 12.37
7 Simpur 0.012 3.06 0.2 6.25 0.012 3.06 12.37
8 Asam aram 0.004 1.02 0.2 6.25 0.004 1.02 8.29
9 Species A 0.02 5.01 0.4 12.5 0.02 5.1 22.7
10 Pinang merah 0.004 1.02 0.2 6.25 0.04 1.02 8.29
Jumlah 0.392 3.2
KR FR
No. Species K (%) F (%)
1 Ficus sp. 0.008 57.14 0.2 33.3
2 Hevea sp. 0.006 42.86 0.4 66.67
Jumlah 0.014 100 0,6 99.97
GRAFIK KERAPATAN DAN KERAPATAN RELATIF SEEDLING
SETIAP PLOT
40 38.53
35 31.28
30
RELATIF
NILAI KERAPATAN
25
30
26.67
NILAI FREKUENSI DAN FREKUENSI
25
20
RELATIF (%)
frekuensi
15
frekuensi relatif
10
6.67 6.67 6.67 6.67 6.67 6.67 6.67 6.67 6.67 6.67 6.67
5
0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.8 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SPESIES YANG DITEMUKAN
45
NILAI DOMINANSI DAN DOMINANSI
40
35
30
RELATIF
25 DOMINANSI
20 DOMINANSI RELATIF
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SPESIES
No. Species
1 Melastoma
2 Caladium sp.
3 Canna sp.
4 Tanaman rambat
5 Oryza sativa
6 Musa paradisiaca
7 Nephrolepis
8 Papilionaceae
9 Hevea sp.
10 Piper bettle L.
11 Pakis merah
12 Simpur
No. Species
1 Musa paradisiaca
2 Solanum sp.
3 Ficus sp.
4 Hevea sp.
5 Nephelium lappaceum
6 Sompak
7 Simpur
8 Asam aram
9 Species A
10 Pinang merah
70
60
NILAI KUANTITATIF
50 KERAPATAN
KERAPATAN RELATIF (%)
40
FREKUENSI
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SPESIES
GRAFIK ANALISA KUANTITATIF POHON PADA SETIAP PLOT
70 66.67
60 57.14
50
42.86
40 KERAPATAN
33.3
KERAPATAN RELATIF(%)
30
FREKUENSI
FREKUENSI RELATIF(%)
20
10
0.008 0.2 0.006 0.4
0
1 2
SPESIES
Dari hasil yang didapatkan spesies yang menpunyai kerapatan mutlak, kerapatan relatif,
frekuensi mutlak, frekuensi relatif dan dominansi terbesar yaitu Nephrolepis yang mana di amati
dengan menggunakan metode transek, yaitu metode belt transek dimana Belt transek
merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh
sifat – sifat vegetasinya untuk menunjukan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan
antara 1 – 10 m. Transek 1 m dugunakan jika semak dan tunas dibawah diikukan, tetapi bila
hanya pohon – pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek
tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya( Shukla et al. 1985).
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Nephrolepis mendominasi komunitas yang dianalisa
vegetasinya, karena komposisinya yang berlimpah dan memiliki pesebaran yang luas dimana
nilai kepadatan, frekuensi, dominansi,dan INP paling besar dari species lainnya..Tetapi pada
Musa paradisiaca, Hevea sp dan Piper bettle L memiliki nilai analisa kuantitatif yang lebih
rendah dari species lainnya, jadi tumbuhan tersebut tidak mendominasi di daerah hutan FKIP
UNTAN.
Analisa vegetasi dilakukan di hutan FKIP UNTAN untuk mengetahui komposisi
tumbuhan di lingkungan tersebut dengan menggunakan plot yng ukurannya berbeda untuk
masing-masing jenis yaitu 10 x 10 m untuk pohon > 8m (pohon), 5 x 10 untuk pohon < 8 m
(sapling), dan 1 x 1 m untuk herba, semak (seedling).
Dari tabel analisa kuantitatif untuk sapling komposisi Hevea sp. dalah yang paling besar
nilai analisa kuantitatif dari species lain. Selain itu data kuantitatif untuk sapling komposisi
Hevea sp.dan Ficus sp. adalah yang dalam hal ini dapat dikatakan bahwa mendominasi
komunitas hutan FKIP yang dianalisa vegetasinya, karena komposisinya yang berlimpah dan
memiliki pesebaran yang luas dimana nilai kepadatan, frekuensi, dominansi,dan INP besar hal
ini dikarenakan karena kedua spesies ini sangat cocok dengan kondisi wilayah yang diamati
sehingga banyak terdapat pada daerah tersebut.
Dalam pengamatan yang dilakukan di perlihatkan adanya keanekaragaman spesies.
Keanekaragaman jenis sering kali disebut heterogenitas jenis, yaitu karakteristik unik dari
komunitas suatu organisasi biologi dan merupakan gambaran struktur dari komunitas. Ukuran
yang digunakan untuk menentukan keanekaragaman jenis adalah jumlah jenis (richness) dan
distribusi dari individu-individu tersebut (eveness) (Rima, 2003).
BAB IV
KESIMPUAN
1. Dominansi pada species Nephrolepis dapat dilihat dari nilai analisa kuantitatif pada setiap
plot untuk mengetahui komposisi tumbuhan di suatu daerah dalam hal ini hutan FKIP
UNTAN.
2. Terdapat komposisi tumbuhan pada hutan FKIP UNTAN.
DAFTAR PUSTAKA
Michael, P. 1997. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta :
UI Press.
Rima,Tri. S, dkk. 2003. Buku Ajar Ekologi Umum. Pontianak : Fakultas MIPA, Universitas
Tanjungpura.
LAMPIRAN :