You are on page 1of 4

ESTETIKA BENTUK I

WARNA
Semester : I (Satu) / Tahun Akademik 2010/2011
Dosen : Ir. Deddy Hendarto S.
Literatur : 1. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya.
Francis DK Ching.
2. Pendidikan Seni Rupa
J. Budhy Raharjo

WARNA
Warna adalah salah satu bagian/element yang terpenting dalam karya Arsitektur.
Warna dapat membangkitkan kesegaran dan aroma pada setiap manusia. Siapapun
orangnya di dunia ini selalu mempergunakan warna, baik untuk keperluan praktis
maupun untuk keperluan ekspresi. Seperti pemilihan penggunaan warna untuk rumah,
baju, kursi, atau benda-benda rumah tangga lainnya adalah beberapa contoh warna
digunakan untuk keperluan praktis.

Warna adalah corak, intensitas, dan nada pada permukaan suatu bentuk. Warna
adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap
lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

Warna juga dapat mengungkapkan sebuah ekspresi. Dimana warna itu sendiri
mempunyai sifat-sifat psikologis tertentu seperti warna panas, warna dingin, warna
sejuk, warna hangat, warna gelap, warna terang dan sebagainya.

Warna dapat dihayati secara emosional (perasaan) dan secara intelektual


(pemikiran), karena itu warna merupakan elemen yang paling umum diasosiasikan
dengan estetika. Penampilan warna selalu ditentukan dengan kehadiran warna lainnya,
disamping pengaruh dari bahan dimana warna itu diterapkan. Pengenalan mengenai
warna ini tidak hanya melalui jalan teoritis saja, tetapi juga harus memalui latihan yang
kontinyu. Untuk itu perlu mengetahui petunjuk-petunjuk teoritis agar latihan itu dapat
mencapai sasaran.

Permulaan Penggunaan Warna

Sejak jaman batu dan perunggu, manusia telah mengenal akan warna dengan
mempergunakan pigment atau dekorasi-dekorasi badan atau penggambaran digua-
gua. Bangsa Yunani dan Romawi, yang membatasi penggunaan warna pigment hitam,
putih, kuning dan merah.

Estetika Bentuk II 1
Jurusan Arsitektur Universitas Mpu Tantular Jakarta
Semester II/Tahun Akademik 2005/2006
Pada wilayah lain bangsa Mesir mempergunakan pigment biru dan hijau, yang
pada masa itu belum diketahui susunan sebenarnya dari asal biru dan hijau itu. Tetapi
bangsa Mesir ketika jaman Pharaoh telah dapat membuat warna-warni dari ramuan
pigment yang diperlukan untuk dekorasi di istana raja dan dewa-dewa. Ternyata
berdasarkan penyelidikan biru dan hijau itu dikenal dari ramuan Copper Sodium
Sillicate, yang hingga kini ditulis sebagai “Biru Mesir” (Egyptian Blue). Kemudian
bangsa Mesirpun menemukan pigment kuning dan Merah dari ramuan tanah liat
dengan unusur perekat (cairan gums) dan lilin sebagai penutup permukaan. Arang
tumbuk dipergunakan sebagai warna hitam.

Jaman pertengahan, mempergunakan warna/pigment dari ramuan yang berasal


dari buah-buahan, kayu dan akar-akaran.

Pada abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, berdasarkan penyelidikan kimia
ditemukan pigment biru prusia (Prussian Blue), hijau permata (Emerald Green) dan
beberapa dari macam-macam Chromium, sehingga memperkaya koleksi susunan
warna pada karya-karya seni abad itu. Dan pada permulaan abad ke-20 kemajuan
teknologi memperkaya warna-warni pencelupan yang beraneka warna.

Teori Warna Newton

Sir Isaac Newton (!642-1727), menemukan hubungan antara cahaya matahari dan
warna. Menurut Newton, cahaya metahari dapat diuraikan menjadi beberapa nada
warna yang menunjukkan rangkaian bianglala merah – jingga – kuning – hijau -
turquois biru - biru ultramarine - dan violet.

Newtron berkeyakinan setiap warna mengandung atom. Untuk warna merah, atom itu
berukuran besar, sedangkan untuk warna violet atom itu bebentuk kecil. Untuk warna
lainnya besar atom bergantung kepada pengaruh dari warna merah dan violet itu. Teori
ini disebut “teori emisi” dari Newton.

Teori Warna Brewster

Brewster, menetapkan warna merah, kuning dan biru sebagai warna utama (The
Primary Colors), karena warna-warna itu merupakan unsur warna tersendiri dan tidak
akan didapat dari percampuran warna apapun.
Diantara warna utama itu terdapat warna kedua (The Secondary Colors) yang
merupakan intermedite hues yang didapatkan dari percampuran pasangan warna
utama itu.

Beberapa Istilah Dalam Warna

Warna adalah suatu unsur yang melengkapi suatu benda. Dengan warna pula kita
dapat menampilkan corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk. Dalam
penggunaannya warna memiliki fungsi, simbolisme dan arti yang berbeda-beda, yang
Estetika Bentuk II 2
Jurusan Arsitektur Universitas Mpu Tantular Jakarta
Semester II/Tahun Akademik 2005/2006
sampai sekarang masih tetap digunakan. Beberapa istilah dalam warna diantaranya
adalah :
1. Gelap dan Terangnya Warna : Pada umunya warna-waran yang mengarah ke
ungu/violet atau biru, dapat dikelompokkan sebagai warna gelap. Sedangkan
warna yang mengarah ke warna kuning atau merah dikelompokkan sebagai
warna terang.
2. Panas dan Dinginnya Warna : Warna terang dapat dikelompokkan warna
panas, dan warna gelap dapat dikelompokkan warna dingin. Pengaruh rasa
panas dan dingin yang ada pada warna diakibatkan adanya kontak
psikologis/perasaan kita terhadap apa yang dilihat oleh mata.
- Susunan warna yang menuju warna panas : kuning kehijauan – kuning –
kuning keorangean – orange – orange kemerahan – Merah.
- Susunan warna yang menuju warna dingin : hijau – hijau kebiruan – biru –
biru kevioletan – Violet.
Pengaruh warna panas atau dingin secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :
a. Biru : Biru meuni akan memberi kesan dingin, bahkan sejuk apabila
tercampur dengan hijau dalam jumlah tertentu. Dengan sedikit violet, biru
akan terasa lebih dingin seperti biru Prussia.
b. Hijau : Warna hijau sudah mendapat campuran kuning didalamya, jadi
terasa lebih hangat daripada biru.
c. Violet : akan menjadi lebih hangat bila dicampur merah, dan akan terasa
dingin bila dicampur biru.
d. Merah : akan terasa panas bila dicampur kuning, bahkan nampak
“menyala”. Sedang bila dicampur dengan biru atau violet, akan menjadi
hangat.
e. Kuning : merupakan warna yang menyala dan akan menjadi panas bila
dicampur dengan merah. Tetapi sebaiknya akan menjadi hangat bila
dicampur dengan sedikit hijau atau biru.
Pembuktian yang lebih pasti ialah dengan jalan melakukan percobaan terhadap
sekian banyak kemungkinan pencapuran warna.
3. Warna Nuansa : adalah perpindahan dari suatu warna ke warna lain dengan
batas sayup-sayup, sehingga tidak terasa peralihannya. Untuk mendapatkan
keadaan ini dapat digunakan teknik pencampuran warna sedikit-demi sedikit.
4. Kombinasi Warna Harmonis : adalah kombinasi warna yang berdekatan atau
serumpun.
a. Monokromatik : yaitu kombinasi yang terjadi dengan corak warna, tetapi
value dan intensitasnya yang berbeda, misalnya : biru dan biru muda.
b. Analogus : Kombinasi yang didapat dari dua atau tiga warna yang
berdekatan atau satu rumpun.
5. Kombinasi warna Kontras : adalah kombinasi yang bertentangan satu dengan
yang lainnya, (Complementer). Kesan kontras dapat terjadi dari :
a. Perlawanan yang didapat dari corak warna yang berhadapan dari
lingkaran warna, misalnya : Merah + Hijau.

Estetika Bentuk II 3
Jurusan Arsitektur Universitas Mpu Tantular Jakarta
Semester II/Tahun Akademik 2005/2006
b. Perlawanan yang didapat dari rangkaian tiap corak warna yang terletak
dalam bentuk segitiga pada lingkaran warna baik primer maupun
sekunder. Misalnya : merah – biru – kuning atau violet – hijau – orange.
c. Kombinasi warna-warna lain yang nampak berbeda intensitynya
berlebihan seperti warna gelap dan terang, hitam dan putih, panas dan
dingin dan lain-lain.

Penggunaan Warna

Kita ketahui bahwa garia dapat memberikan pada kita kejelasan bentuk yang
kemudian dipertegas dengan adanya ruang. Ada berberapa cara dalam penggunaan
warna . yaitu dengan cara Heraldis, Harmonis, dan Murni.

1. Cara Heraldis : Rupanya penggunaan warna cara ini sudah merupakan


penggunaan warna yang paling primitif, karena lukisan berwarna didinding gua-
gua dari jaman batu pun hampir tidak dapat disebut sebagai penggunaan yang
natural. Pada cara heraldis warna dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan
simbolisme. Dalam penggunaannya warna disepakati memiliki arti-arti tertentu,
misalnya :

Merah artinya : api, panas, marah, bahaya, aksi, gagah.


Biru artinya : tenang, kenyataan, kebenaran, bersedih, keadaan tak terhingga.
Kuning artinya : matahari, cerah, suka cita, terang.
Violet artinya : kekayaan, kaun bangsawan, berkabung, mewah, berduka cita.
Orange artinya : masak, bahagia, musim gugur, senja.
Hijau artinya : dingin, sejuk, tenang, segar, mentah, masam, pertumbuhan.
Putih artinya : suci, kebersihan, tak berdosa, jujur.
Hitam artinya : tragedy, kematian, kegelapan, ilmu gaib.
Cara-cara penggunaan warna secara Heraldis ini berlangsung cukup lama,
dimulai dari masa pra-sejarah sampai pada akhir abad pertengahan (abad 15)
dimana pada saat itu muncul penggunaan warna yang lebih bersifat intelektual
yang menggantikan tradisi abad pertenganan tersebut.

2. Cara Harmonis : Merupakan cara yang lebih intelek bila dibandingkan cara yang
diatas. Timbullah ketika orang-orang telah menyadari dan melihat obyek dalam
hubungannya dengan cahaya dan bayangan yang terdapat di alam. Pada alam
benda mempunyai warna-warna tertentu, cahaya mempunyai warna tertentu
yang pada suasana tertentu warnanya pun akan berubah pula. Dalam cara yang
harmonis, warna digunakan sesuai seperti yang terlihat oleh mata.

3. Cara Murni : Merupakan cara yang lebih tegas lagi, dimana warna digunakan
sebagai warna tanpa hendak menghubungkan dengan yang lainnya. Misalnya
penggunaan warna untuk berbagai barang produksi, lukisan, cat rumah dan lain-
lain.

Estetika Bentuk II 4
Jurusan Arsitektur Universitas Mpu Tantular Jakarta
Semester II/Tahun Akademik 2005/2006

You might also like