dan perlahan semuanya kembali jadi lengang seperti saat hujan menghampar kilat berlesatan, berpijar dan kita tersentak, mengigil karena gelegar geledek yang seperti mengejek: “kau tahu, saat ini tak ada nyanyi untuk bumi yang sebentar mati saat burung-burung pada pergi jalanan sunyi kita pun mengatup ngeri dan seperti pohonan kau kuyup sendiri”
dan kau-aku jadi sadar
bersama hujan yang makin menampar-nampar saat orang-orang menghilang, lari mencari tempat perlundungan, ada yang tiba-tiba menjadi usang sumbang seperti kata sayang serta lenguhan-lenguhan
Jakarta, 2002
(Puisi ini termuat dalam buku “LAGU CINTA PARA PENDOSA” – Penerbit: Pustaka Alvabet, 2009. Bisa dipesan langsung ke penerbit atau di took-toko buku ONLINE)