You are on page 1of 28

NURUL ARLIND ASFANTI

2RPL3
BUDAYA DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANI

1. Pengertian demokrasi

Berbicara tentang pengertian demokrasi, ada beberapa pendapat yang dapat kita
jadikan acuan agar kita mudah memahaminya. Pendapat-pendapat tersebut antara lainnya
dikemukakan oleh para took seperti berikut.

a. Kranenburg.berpendapt bahwa demokrasi terbentuk dari dua pokok kata yang


berasal dari bahasa yunani yaitu Demos (rakyat) dan Kratein (memerinyah) yang
maknanya adalah “ cara memerintah oleh rakyat”.
b. Prof. Mr. Koentjoro Poerbobranoto. Berpendapat demokrasi adalah suatu Negara
yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat. Maksudnya, suatu system dimana
suatu Negara diikutsertakan dalampemerintahan Negara.
c. Abraham Lincoln. Berpendapat bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Democracy is government oh the people, by
the people, and for the people).

Berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh diatas, maka dapat diambil satu kesimpulan
tentang pengertian demokrasi seperti berikut. Demokrasi adalah suatu paham yang
menegaskan bahwa pemerintahan suatu Negara di pegang oleh rakyat, karena pemerintahan
tersebut pada hakikatnya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. System
pemerintahan demokrasi adalah demokrasi langsung.Pelaksana demokrasi itu disebut
demokrasi langsung (direct democracy).

Dalam masa sekarang ini, di mana penduduk Negara berjumlah ratusan ribu bahkan
jutaan orang. Demokrasi langsung tidak mungkin dilaksanakan, sehingga dibutuhkan
lembaga perwakilan rakyat. Anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan
umum yang rahasia, bebas, jujur, dan adil. Oleh karena itu, demikrasi seperti ini disebut
demokrasi perwakilan (representative democracy).
Inti pemerintahan demokrasi kekuasaan memerintah yang dimiliki oleh rakyat.
Kemudian diwujudkan dalm ikut seta menentukan arah perkembangan dan cara mencapai
tujuan serta gerak poloitik Negara. Keikut sertaannya tersebut tentu saja dalam batas-batas
ditentukan dalamperaturan perundang-undangan atau hokum yang berlaku. Salah satu hak
dalam hubungannya dengan Negara adalah hak politik rakyat dalam partisipasi aktif untuk
dengan bebas berorganisasi, berkumpul, dan menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan.
Kebebasan tersebut dapat berbentuk dukungan ataupun tuntutan terhadap kebijakan yang
diambil atau diputuskan oleh pejabat negara.

Demokrasi pada masa kini antara lain menyangkut hak memilih dan hak untuk
dipilih, menyangkut pula adanya pengakuan terhadap kesetraan diantara warga negara,
kebebasan warga negara untuk melakukan partisipasi politik, kebebasan untuk memperoleh
berbagai sumber informasi dan komunikasi, serta kebebasan utuk menyuarakan ekspresi baik
memlalui organisasi, potensi, seni, serta kebudayaan, dan efektif dan lestari tanpa adanya
budaya yang memawarnai pengorganisasian bebagai elemen politik seperti partai politik,
lembaga-lembaga pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan. Demokrasi memerlukan
partisipasi rakyat dan deokrasi yang kuat bersumber pada kehendak rakyat serta bertujuan
untuk mencapai kemasalahatan bersama, itukah pengertian demokrasi.

2. Demokrasi sebagai meliputi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Adanya partisipasi masyarakat secara aktifd dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara

b. Adanya pengakuan akan supremasi hokum ( daulat Hukum)

c. Adanay pengakuan akan kesamaan di anatar warga Negara

d. Adanya kebebasan, di anataranya; kebebasan berekpresi dan berbicara/berpendapat


berkebebasab untuk berkumpul dan berorganisasi, berkebebasan beragama,
berkeyakinan, kebebasan untuk mengguagat pemerintah, kebebasan untuk memilih
dan dipilih dalam pemilihan umum, kebebasan untuk mengurus nasib sendiri.
e. Adanyapengakuan akan supremasi sipil atas militer

Unsur-Unsur Demokrasi Sebagai Bentuk Pemerintahan

Pertisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara. Dalam budaya demokraso, setiap


waraga berhak ikut menentukan kebijakan public seperti penentuan anggaraan, peraturan-
perauran dan kebijakan-kebijakan public. Namuk oleh karena secara praktis tidak mungkin
melibatkan seluruh warga suatu Negara terlibat dalam pengambilan keputusan (sebagaimana
halnya pada zaman Ynani Kuno), maka digunakan prosedur pemilihan wakil. Para warga Negara
memilih wakil-wakil mereka di pemerintahan.

Para wakil inilah yang diserahi mandar untuk mengelolah masa depan bersama warga
Negara melalui berbagai kebijaka dan peraturan perundang-undangan. Pemerintah demokrasi
diberi kewenangan membuat kepuusan melalui mandar yang diperoleh lewat pemilihan umum.

Pemilu yang teratus (regular) memungkinkan partai-partai turut bersaing dan


mengumumkan kebijakan-kebijakan alternative mereka agar didukung masyarakat. Selanjutnya
warga Negara, melalui hak memilihnya yang priodik, dapat terus menjaga agar pemerintahanya
bertanggung jawab kepada masyarakat. Dan jika pertanggungjawaban itu tidak diberikan, maka
warga Negara dapat mengganti pemerintahan melalui mekanisme demokrasi yang tersedia. Hal
itu sesuai dengan definisi demokrasi sebagai mana dikemukakan oleh Abraham Lincoln. Ia
mengatakan, demokrasi adalah “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”.

Pertanyaan berikutnya dalah : pemilu yang bagaimana? Ketika partai-partai komunis


berkuasa dieropa timur (1947-1949), pemilihan umum dilaksanakan secara berkala. Para pemilih
dijinkan untuk mengambil bagian dalam pemungutan suara rahasia yang untuk memilih anggota
majlis local dan nasional. Di beberapa negarra, para calon majlis bahkan mewakili bebagai
macam partai politik. Apakah Negara-negara ini, yangmenyebut dirinya “ demokrasi rakyat”,
benar-benar demokrasi? Jawabannya adalah tidak. Negara-negara komunis initelah menyebut
sebuah system demokrasi, namun menolak untuk mengakui unsur-unsur lain yang diperlukan
agar system itu berjalan secara demokrasi, di antaranya adanya pemilihan umum yang bebas.
Pertama-pertama pemilu harus jujur. Pemilihan harus menawarkan kepada para pemilih yang
nyata di antarapartai-partai yang menawarkan program-program yang berbeda. Pemilihan harus
diawasi oleh petugas yang resmi dan tidak memiliki kepentingan pribadi, yang dapat dipercaya
untuk menjamin bahwa tidak seorang pun memebrika suara lebih dari satu kali dan bahwa suara-
suara di hitung secara jujur dan akurat ini jarang terjadi di Negara-negara komunis Eropa
timurtempo dulu, dan tidak selalu otomatis diperaktekkan bahkan di Negara-negara barat yang
lebih maju.

Akan tetapi, partisipasi rakyat tidak hanya berupa partisipasi dalam mekanisme lima
tahunan (pemilu) itu saja. Partisipasi tidak indetik dengan memilih dan dipilih dan dipilih
pemilu. Khusus bai rakyat yang dipilih, mereka berhak dan bertanggungjawab menyuarakan
aspirasi atau keritik kapan saja terhadap para wakil dan pemerintahan lazim disebut gerakan
ekstraparloementer. Hal ini mengingatkan kenyatan bahwa baik pemerintah maupun wakil
rakyat yang mereka pilih bias saja membuat kebijakan yang bertentangan dengan aspirasi
mereka. Dalam hal kebijakan yang tidak memihak aspirasi rakyat, misalkanan para wakir sering
diam saja. Atau malah kongkalikong dengan pemerintaha. Untuk itu, masyarakat tetap harus
tetap mengawasi mereka dan tidak hanya tunggu saat pemilu. Inilah yang juga disebut demokrasi
parstipatoris.

Kebebasan. Unsure kedua dan bahkan lebih mendasar adalah kebebasan yaitu kebebasan
berekpresi, berkumpul, berserikat, dan media (Koran, radio, TV) kebebasan memungkinkan
demokrasi berfungsi. Kebebasan memberikan boksigen agar demokrasi bias bernafas kebebasan
berekpresi dan memungkinkan segala masalah bias diperdebatkan, memungkikan
pemerintahdikritik, dan memungkikan adanya pilihan-pilihan lain. Kebebasan berkumpul
memungkinkan rakyat berkumpul untuk melakukan diskusi. Kebebasan berserikat
memungkinkan orang-orang untuk bergabung dalam suatu partai atau kelompok penekan untuk
mewujudkan pandangan atau cita-cita politik mereka. Ketiga kebebasanini memungkinkan
rakyat mengambil bagian dalam proses demokrasi.

Media yang bebas ( artinya, media tidak dikembalikan oleh penguasa) membantu rakyat
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk membuat pilihan mereka sendiri. Tanpa media
yang bebas dan tanpa kebebasan berekpresi yang lebih luas (melalui percakapan, buku-buku,
filem-filem, dan bahakan poster-poster dinding), sering kali sulit bagi rakyat untuk mengetahui
apa yang sesungguhnya sedang terjadi, dan bahkan lebih sulit lagi untuk membuat keputusan
yang berbobot mengenai apa yanag harus mereka pilih demi mencapai suatu mesyarakat yang
mereka inginkan.

Supremasi hokum (daulat hokum). Unsur penting lainnya, yang seringkali dianggap
sudah semestinya ada di Negara-negara yang tradisi demokrasinya sudah lama, adalah supremasi
hukum (rule of law).tidak ada gunanya pemerintah membiarkan semua kebebasan yang disebut
di atas bertumbuh apabila pemerintah menginjak-injaknya. Pengalaman banyak Negara
menunjukan banyak pengerintik dijebloskan kedalam penjara, banyak demonstran yang
menentang kebijakan pemerintah dibubarkan dengan cara kekerasan, dan bahkan banyak di
antara mereka ditembak mati secara diam-diam oleh agen-agen Negara.

Pengakuan akan kesamaan warga Negara. Dalam demokrasi, semua warga Negara
diandaiakan memiliki hak-hak politik yang sama; jumlah suara yang sama, hak pilih yang sama,
akses atau kesempatan yang sama untuk medapatkan ilmu pengetahuan. Tidak seorang pun
mempunyai mempunyai pengaruh lebih besar dari orang lain dalam proses pembuatan kebijakan.
Kesamaan disini juga termasuk kesamaan di depan hokum; dari rakyat jelata sampai pejabat
tinggi, semuanya sama dihadapan hukum. Berikut penjelasannya:

 Di bidang ekonomi : setiap individu memiliki hak yang sama untuk melakukan usaha
ekonomi ( berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dan sebagainya) untuk
memenuhi dan meningkatkan taraf hidup.

 Dibidang budaya budaya : setiap individu mempunyai kesaman dalam mengembangkan


seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukis, seni musik, seni pahar, seni
bangunan (arsitektur), dan sebagainya.

 Dalam bidang politik : setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni setiap
individu berhak secara bebas memiliki, menjadi anggota salah satu partai
politikbaru sesuai perundang-undangan yang berlaku. Juga memiliki hak dalam
pengambilan keputusan baik dalam lingkup keluarga atau masyarakat melalui
mekanisme yang disepakati dengan dengan tidak membedakan setatus,
kedudukan, jenis kelamin, agama, dan sebagainya.
 Dalam bidang hokum : setiap individu memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak
untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan.

 Di bidang pertahanan dan keamanan : setiap individu mempunya hak dan kewajiban
yang sama dalam pembelaan Negara

Pengakuan akan supremasi sipil atau militer. Budaya demokrasi juga mensyaratkan
supremasi sipil atau militer (sipil mengatur militer).

3. Masyarakat Madani

1. Makna Masyarakat Madani

Masyarakat madani masih merupakan sebuah proses dalam rangka reformasi.


Masyakat madani adalah masyarakat yang mampu mengisi sruang publik, sehingga dapat
menjadi bumper kekuasaan negara yang berlebihan. Dalam pemikiran reformasi ini
masyrakat madani merupakan tujuan pemerintah demokrasi.

2. Ciri-Ciri Masyarakat Madani

Masyarakat madani merupakan konsep yang memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan maksan yang berbeda-beda. Kamu pun telah memahaminya pada
pembahasan materi di depan. Nah dengan adanya berbagai pendapat tentang pengertian
masyarakat madani, maka perlu kita pahami ciri-ciri dari masyarakt madani seperti yang
diungkapkan oleh Bahmuller dibawah ini.

Merujuk pada Bahmuller (1997), ada beberapa karakter atau ciri-ciri masyarakat
mafani, diantaranya sebagai berikut :

a. Teruntegritasnya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

b. Menyebarkan kekuasaan, sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam


masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
c. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didomisani oleh negara dengan
program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

d. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan


organisasi-organisasi volunter mampu mkemberikan masukan-masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah.

e. Tumbuh kembangnya kreaticitas yang pada mulanya terhambat oleh rezim-rezim


totaliter.

f. Meluasnya kesetiaan (loyality) dan kepercayaan (trust), sehingga individu-individu


mengakui keterlibatan dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

g. Adanya pembebasan masyarakat melelui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan


berbagai ragam perspektif.

Dari berbagai ciri tersebut, kiranya dapat dikatan bahwa masyarakat madani
adalah sebuah masyarakat demokratis, dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak
dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-
kepentingannya. Dalam hal ini, pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-
luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat
yang terbentuk begitu saja. Masyarakat madani adalah konsep yang dibentuk dari proses
sejarah yang panjang dan memerlukan perjuangan yang terus-menerus. Apabila kita kaji
masyarakat dinegara-negara maju yang sudah dikatakan sebagai masyarkat madani
seperti berikut :

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, kelompok dalam masyarakat.


b. Berkembangnya modal manusia (human capital) yang kondusif bagi terbentuknya
kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinnya kepercayaan dan
telasi sosial antar kelompok.

c. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan dengan kata lain
terbuka akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

d. Adanya hak, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat serta lembaga-lembaga


swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama
dan kewajiban publik dapat dikembangkan.

e. Adanya kohesifitas (keterpaduan) antar kelompok dalam masyarkat serta tumbuhnya


sikap saling menghargai perbedaan antarbudaya dan kepercayaan.

f. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga


ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.

g. Adanya jaminan, kepastian, dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan


yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antarmereka secara
teratur, terbuka, dan terpercaya.

Itulah prasyarat-prasyarat yang harus kita penuhi untuk mencapai masyarakat


madani. Tanpa syarat tersebut, maka masyarakat madani tidak akan terwujud.

3. Proses Menuju Masyarakat Madani

Sebagaimana dikatakan Ryaa Ryasyid, sebuah masyarakat madani (civil society)


haruslah mandiri, tidak begitu terntung pada peran pemerintah atau negara. Barangkali,
diantara organisasi sosial dan politik yang patut dicatat dan meiliki kemandirian cukup
tinggi adalah organisasi yang termasuk dalam kelompok lembaga swadaya masyarakat
(LSM) atau Non-Governmental Organization (NGO) yang di Indoneisa jumlahnya
mencapai ratusan.

4. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


1. Demokrasi dalam era Orde Lama

Dalam era Orde Lama, pelaksanaan demokrasi di Indonesia terbagi atas tiga
periode, yaitu periode 1945-1949 (demokrasi dalam pemerintahan masa revulusi
kemerdekaan), periode 1950-1959 (Demokrasi Parlementer), dan periode 1959-1965
(Demokrasi Terpimpin).

a. Demokrasi dalam Pemerintahan Masa Revolusi Kemerdekaan (periode 1945-1949)

Periode pertama pemerintahan negara Indonesia adalah periode kemerdekaan.


Para penyelenggara negara pada awal periode kemerdekaan mempunyai komitmen
yang sangat besar dalam mewujudkan demokrasi politik di Indonesia.

Pertama, polittical franchise yang menyeluruh. Para pembentuk nefara, sudah


sejak semula, mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap demokrasi.

Kedua, Presiden yang secara konstitusional memiliki peluang untuk menjadi


seorang diktator, dibatasi kekuasaannya ketika Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dibentuk untuk menggantikan parlemen.

Ketiga, dengan maklumat wakil presiden, dimungkinkan terbentuknya


sejumlah partai politik, yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian
di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik di tanah
air.

b. Demokrasi Parlementer (Periode 1950-1959)


Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950 sampai
dengan 1959, dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS),
sebagai landasarn konstitusionalnya.

Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di


Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan perwujudannya
dalam kehidupan politik di Indonesia.

c. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Sejak berakhirnya pemilihan umum 1955, Presiden Soekarno sudah


menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi
karena partai politik sangat berorientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan
kurang memerhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh. Pada suatu
kesempatan di Istana Merdeka, beliau melontarkan keinginannya untuk
membubarkan saja partai-partai politik. Selain itu, Soekarno juga melontarkan
gagasan, bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indoensia yang dijiwai oleh semangat gotong royong dan kekeluargaan.

2. Demokrasi dalam Era Orde Baru (Periode 1966-1998)

Dalam era Orde Baru, demokrasi yang berlaku di negara Indonesia adalah
demokrasi Pancasila dimulai ketika rezim Soekarno berakhir. Demokrasi Pancasila
adalah paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan falsafah serta budaya
hidup bangsa Indonesia. Dalam demokrasi pancasila, kedaulatan yang dimaksud adalah
kedaulatan yang berdasarkan musyawarah yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hankam yang berkedaulatan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradap sertapersatuan dan kesatuan bangsa. Demokrasi Pancasila
berdsarkan paham kekeluargaan dan gotong royong, yang ditujukan bagi kesejahteraan
rakyat seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. hal ini bisa terjadi apabila
Pancasila benar-benar dilaksanakan secara tanggung jawab.

3. Demokrasi Masa Reformasi (Periode 1999-sekarang)

Masa reformasi membawa angin segar bagi kehidupan demokrasi di Indonesia.


Dalam kurun waktu 32 tahun di bawah rezim Orde Baru, kehidupan politik terbelenggu
oleh ketentuan yang ada dalam lima paket undang-undang politik.

5. Pemilihan Umum Sebagai Sarana Pengembangan Budaya Demokrasi

Pelaksanaan pemilu di Indonesia

Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi untuk mewujudkan sistem


pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerintahan yang dibentuk melalui
sistem pemilihan umum yang akan memiliki legitimasi yang kuat. Pemilihan umum yang
bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam lembaga
permusyawarahan atau perwakilan dan untuk membentuk pemerintahan. Pemilu yang
demokratis merupakan sarana untuk menegakkan kedaulatan rakyat dan mencapai tujuan
negara. Oleh karena itu, pemilihan umum tidak boleh menyebabkan rusaknya sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pemilihan umum di Indonesia antara lain diatur dalam Undang-undang Nomor 12


Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam undang-undang ini, yang
dimaksud dengan pemilihan umum (pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pemilu dilaksanakan berdasarkan
asas-asas berikut.
a. Langsung

Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung
sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

b. Umum

Pada dasarnya semua warga yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang-
undang ini berhak mengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umum mengandung
makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara,
tanpa diskriminasi berdadsarkan suku bangasa, ras, golongan, jenis kelamin,
kedaearahan, pekerjaan, dan status sosial.

c. Bebas

Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa
tekanan dan paksaan dari siapa pun. Dialam melaksanakan haknya, setiap warga
negara dijamin kemanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati
nurani dan kepentingannya.

d. Rahasia

Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketaui
oleh pihak manapun dan dnegan cara apapun. Pemilih memberikan suaranya pada
surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya
diberikan.

e. Jujur

Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggaraan pemilu, aparat pemerintah,


peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, serta semua pihak yang terkait
harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
f. Adil

Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat


perlakuan yang sama serta bebas dari keuntungan pihak mana pun.

6. Menerapkan Budaya Demokrasai

Perilaku Budaya Demokrasi dalam kehidupan sehari-hari

Bahwa negara Indonesia menerapkan demokrasi Pancasila. Itu artinya, perilaku


budaya demokrasi di Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi Pancasila.
Perilaku budaya demokrasi di Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi
Pancasila. Perilaku budaya demokrasi tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai lingkungan
kehidupan, mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat ataupun negara. Adapun
contohnya sebagai berikut.

1. Lingkungan Keluarga

a. Sebagai kepala keluarga seorang ayah selalu berusaha bersikap adil kepada semua
anggota keluarga.

b. Terbinanya sikap saling menyayangi, menghormati, dan menghargai antar anggota


keluarganya.

c. Semua anggota keluarga melaksanakan kewajiban dengan baik dan bertanggung jawab.

d. Memecahkan masalah keluarga dengan musyawarah.

2. Lingkuangan Sekolah

a. Ikut serta dalam kegiatan OSIS, PMR. Pramuka, dan lain-lain.

b. Menghormati Kepala Sekolah, Gurum dan karyawan.

c. Mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan tertib.


d. Menaati tata tertib Sekolah.

3. Lingkungan Masyarakat dan Negara

a. Melaksanakan peraturan yang berlaku, baik peraturan pemerintah pusat, daerah,


maupun peraturan terendah.

b. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan.

c. Ikut serta dalam pemilu untuk memilih wakil-walik rakyat.

d. Ikut serta dalam kegiatan musyawarah desa

e. Membantu korban bencana alam.

Demokrasi menuju Masyarakat Madani

Menganalisis Demokrasi menuju Masyarakat Madani


Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi,
Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat Madani,
Menganalisis pelaksanaan demokrasi diindonesia sejak orde lama, orde baru , dan reformasi,
Menampilkan perilaku demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Demokrasi

Secara umum demokrasi dapat diartikan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
Prinsip-prinsip demokrasi
1. Keterlibatan warga negara dalam pemuatan keputusan politik,
2. Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara,
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warga negara,
4. Suatu sistem perwakilan, dan
5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

Ciri-ciri masyarakat Madani

1. Sifat parsitipatif, yaitu masyarakat Madani tidak akan menyerahkan seluruh nasibnya pada
negara, tetapi mereka menyadari bahwa yang akan dominan menentukan masa depan mereka
haruslah berasal dari diri sendiri.
2. Otonom,yaitu selain sebagai masyarakat partisipatif, masyarakat Madani juga memiliki
karakter mandiri, yaitu dalam mangembangkan dirinya tidak tergantung dan menunggu
“bantuan” negara.
3. Tidak bebas nilai, yaitu seluruh komponen masyarakat madani memiliki keterikatan
terhadap nilai-nilai yang merupakan kesepakatan hasil musyawarah demokratis (bukan sekedar
konsensus ).
4. Merupakan bagian dari sistem dengan struktur non-dominan (plural), yaitu meskipun
eksistensinya yang partisipatif dan otonom terhadap kekuatan negara.
Termanifestasi dalam organisasi
5. Termanifestasi dalam organisasi, aitu prinsip-prinsip organisasi dipegang oleh masyarakat
madani sebagai perwujudan identitasnya secara materiil.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia

Orde Lama (demokrasi terpimpin)


Demokrasi terpimpin berpusat pada presiden, Soekarno sebagai presiden seumur hidup dalam
sidang umum MPRS tahun 1963.

Orde Baru
Di era ini banyak terjadi korupsi,kolusi, dan nepotisme. Demokrasi pancasila menjadi bias
kabur. Puncak kekuasaan orde baru berakhir pada tahun 1998, dengan munculnya perlawanan
rakyat perlawanan rakyat melalui gerakan reformasi.

Era Reformasi
Pemilu dilaksanakan lebih demokratis, mahasiswa, kelompok kepentingan, dan rakyat
mengingikan reformasi total dengan agenda utama memberantas korupsi,kolusi,dan nepotisme
(KKN).

Perilaku demokrasi dalam kehidupan sehari-hari


1. Menjunjung tinggi persamaan,
2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban,
3. Membudayakan sikap bijak dan adil,
4. Membiasakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan, dan
5. Mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
Prinsip-Prinsip Demokrasi

A. Pengertian dan Prinsip – prinsip Budaya Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi

Secara etimologis, demokrasi berasal bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau
penduduk dan cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dengan demikian, secara
bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana kedaulatan atau kekuasaan tertingginya
berada di tangan rakyat. Konsep demokrasi diterima oleh hampir seluruh negara di dunia.
Diterimanya konsep demokrasi disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa konsep ini
merupakan tata pemerintahan yang paling unggul dibandingkan dengan tata pemerintahan
lainnya. Demokrasi telah ada sejak zaman Yunani Kuno. Presiden Amerika Serikat ke-16,
Abraham Lincoln mengatakan demokrasi adalah government of the people, by the people and
for the people.

2. Macam-Macam Demokrasi

Menurut cara penyaluran kehendak rakyat, demokrasi dibedakan atas :

 Demokrasi Langsung
 Demokrasi Tidak Langsung

Menurut dasar prinsip ideologi, demokrasi dibedakan atas :

 Demokrasi Konstitusional (Demokrasi Liberal)


 Demokrasi Rakyat (Demokrasi Proletar)
Menurut dasar yang menjadi titik perhatian atau prioritasnya, demokrasi dibedakan atas :

 Demokrasi Formal
 Demokrasi Material
 Demokrasi Campuran

Menurut dasar wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan negara, demokrasi dibedakan
atas :

 Demokrasi Sistem Parlementer


 Demokrasi Sistem Presidensial

3. Prinsip-Prinsip Demokrasi yang Berlaku Universal

Inu Kencana Syafiie merinci prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut, yaitu ; adanya
pembagian kekuasaan, pemilihan umum yang bebas, manajemen yang terbuka, kebebasan
individu, peradilan yang bebas, pengakuan hak minoritas, pemerintahan yang berdasarkan
hukum, pers yang bebas, beberapa partai politik, konsensus, persetujuan, pemerintahan yang
konstitusional, ketentuan tentang pendemokrasian, pengawasan terhadap administrasi negara,
perlindungan hak asasi, pemerintah yang mayoritas, persaingan keahlian, adanya mekanisme
politik, kebebasan kebijaksanaan negara, dan adanya pemerintah yang mengutamakan
musyawarah.
Prinsip-prinsip negara demokrasi yang telah disebutkan di atas kemudian dituangkan ke
dalam konsep yang lebih praktis sehingga dapat diukur dan dicirikan. Ciri-ciri ini yang kemudian
dijadikan parameter untuk mengukur tingkat pelaksanaan demokrasi yang berjalan di suatu
negara. Parameter tersebut meliputi empat aspek.Pertama, masalah pembentukan negara. Proses
pembentukan kekuasaan akan sangat menentukan bagaimana kualitas, watak, dan pola hubungan
yang akan terbangun. Pemilihan umum dipercaya sebagai salah satu instrumen penting yang
dapat mendukung proses pembentukan pemerintahan yang baik. Kedua, dasar kekuasaan negara.
Masalah ini menyangkut konsep legitimasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya langsung
kepada rakyat. Ketiga, susunan kekuasaan negara. Kekuasaan negara hendaknya dijalankan
secara distributif. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemusatan kekuasaan dalam satu
tangan..Keempat, masalah kontrol rakyat. Kontrol masyarakat dilakukan agar kebijakan yang
diambil oleh pemerintah atau negara sesuai dengan keinginan rakyat.

B. Proses Demokratisasi Menuju Masyarakat Madani (Civil Society)

1. Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara
mandiri di hadapan penguasa dan negara, memiliki ruang publik (public sphere) dalam
mengemukakan pendapat, dan memiliki lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat menyalurkan
aspirasi dan kepentingan publik.

2.Kaitan antara Masyarakat Madani dengan Demokrasi

Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi (demokratisasi) menurut M.


Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya bersifat ko-eksistensi atau saling
masyarakat madani yang kuatlah demokrasi dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam
suasana demokratislah masyarakat madani dapat berkembang secara wajar. Nurcholish
Madjid memberikan penjelasan mengenai keterkaitan antara masyarakat madani dengan
demokratisasi. Menurutnya, masyarakat madani merupakan tempat tumbuhnya demokrasi.
Pemilu merupakan simbol bagi pelaksanaan demokrasi. Masyarakat madani merupakan
elemen yang signifikan dalam membangun demokrasi. Salah satu syarat penting bagi
demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintahan. Masyarakat madani mensyaratkan
adanya civic engagement yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi sosial.
Civic engagement ini memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antara
satu dengan lainnya. Masyarakat madani dan demokrasi menurut Ernest Gellner merupakan
dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan. Demokrasi dapat dianggap sebagai hasil
dinamika masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi.
C. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia (Masa Orde Lama, Orde Baru, dan
Orde Reformasi)

Perkembangan demokrasi di Indonesia dari segi waktu dapat dibagi dalam empat periode, yaitu :
1. Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem parlementer
ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat
dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di beberapa negara Asia
lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai
kepala negara konstitusional (constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan.

2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)Demokrasi Terpimpin


Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan Soekarno
seagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di
tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno
adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya
kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and
balance dari legislatif terhadap eksekutif.

3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila


Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat mendominasi
pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde
Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan
keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam
persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan
inkorporasi lembaga nonpemerintah
4. Periode 1998-sekarang( Reformasi )
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.
Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya
presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap
pemerintahan Orde Baru. . Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut
menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase
krusial yang kritis karena dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun

D. Menampilkan Perilaku Budaya dan Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam


Kehidupan Sehari-hari

Beberapa karakteristik yang harus ditampilkan dari warga negara yang berkarakter dan
berjiwa demokratis, yaitu ;Memilki sikap rasa hormat dan tanggung jawab, bersikap kritis,
membuka diskusi dan dialog, bersikap terbuka, bersikap rasional, adil, dan selalu bersikap jujur.
Warga negara yang otonom harus melakukan tiga hal untuk mewujudkan demokrasi
konstitusional, yaitu menciptakan kultur taat hukum yang sehat dan aktif (culture of law), ikut
mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif (process of law making), mendukung
pembuatan materi-materi hukum yang responsif (content of law), ikut menciptakan aparat
penegak hukum yang jujur dan bertanggung jawab (structure of law).

PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI PANCASILA

1.Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila

Ahmad Sanusi mengutarakan 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia menurut Pancasila


dan Undang-indang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang sebagai berikut:
a.Demokrasi yang Berketuhanan Yang maha Esa
b.Demokrasi dengan kecerdasan
c.Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
d.Demokrasi dengan rule of law
e.Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan Negara
f.Demokrasi dengan hak asasi manusia
g.Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
h.Demokrasi dengan otonomi daerah
i.Demokrasi dengan kemakmuran
j.Demokrasi yang berkeadilan social

Demokrasi Pancasila mendasarkan diri pada faham kekeluargaan dan Kegotong-royongan yang
ditujukan untuk:
a. Kesejahteraan rakyat
b. Mendukung unsur-unsur kesadaran hak ber-ketuhanan Yang Maha Esa
c. Menolak atheisme
d. Menegakkan kebenaran yang berdasarkan kepada budi pekerti yang luhur
e. Mengembangkan kepribadian Indonesia
f. Menciptakan keseimbangan perikehidupan individu dan masyarakat, kasmani dan rohani,
lahir dan bathin, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan
Tuhannya.

2.Pelaksanaan demokrasi di Indonesia

Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,dan untuk rakyat.


Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Negara kita, semua konstitusi yang pernah berlaku
menganut prinsip demokrasi. Hal ini dapat dilihat misalnya:
a.Dalam UUD 1945 (sebelum diamandemen) pasal 1 ayat (2) berbunyi: “Kedaulatan adalah di
tangan rakyat, dan dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.
b.Dalam UUD 1945 (setelah diamandemen) pasal 1 ayat (2) berbunyi: “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar”.
c.Dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat, Pasal 1:
1)Ayat (1) berbunyi: “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
Negara hokum yang demokrasi dan berbentuk federasi”.
2)Ayat (2) berbunyi: “Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat”.
d.Dalam UUDS 1950 pasal 1:
1)Ayat (1) berbunyi: “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
Negara hokum yang demokratis dan berbentuk kesatuan”.
2)Ayat (2) berbunyi: “Kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan rakyat dan dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan rakyat”.

Untuk melihat apakah suatu system pemerintahan adalah system yang demokratis atau tidak,
dapat dilihat dariinfikator-indikator yang dirumuskan oleh Affan Gaffar berikut ini:
a.Akuntabilitas
b.Rotasi Kekuasaan
c.Rekruitmen politik yang terbuka
d.Pemilihan umum
e.Menikmati hak-hak dasar

a.Demokrasi pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan

Pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan ini (1945-1949), pelaksanaan demokrasi


baru terbatas pada interaksi politik diparlemen dan berfungsinya pers yang mendukung revolusi
kemerdekaan.
Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi pada
periode ini, akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal mendasar. Pertama,
pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua, presiden yang secara konstitusional ada
kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka
dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi
system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik
kita.

b.Demokrasi parlementer (1950-1959)

Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena


hampir semua elemen demokrasi dapat kita temukan perwujudannya dalam kehidupan politik
di Indonesia.
Pertama, lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranam yang sangat tinggi
dalam proses politik yang berjalan.
Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan dan politis pada umumnya
sangat tinggi.
Ketiga, kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh pelung yang sebesar-besarnya
untuk berkembang secara maksimal.
Keempat, sekalipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada 1955, tetapi
Pemikihan Umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
Kelima, masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak
dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga Negara dapat memanfaatkannya dengan
maksimal.
Keenam, dakam masa pemerintahan Parlementer, daerah-daerah memperoleh otonomi yang
cukup bahkan otonomi yamg seluas-luasnya dengan asas desentralisasi sebagai landasan untuk
berpijak dalam mengatur hubungan kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa demokrasi perlementer mengalami
kegagalan?. Banyak sekali para ahli mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Dari sekian
banyak jawaban, ada beberapa hal yang dinilai tepat untuk menjawab pertanyaan
tersebut.Pertama, munculnya usulan presiden yang dikenal dengan konsepsi presiden untuk
membentuk pemerintahan yang bersifat gotong-royong.
Kedua, Dewan Konstituante mengalami jalan buntu untuk mencapai kesepakatan merumuskan
ideologi nasional.
Ketiga, dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan
konflik.
Keempat, Basis social ekonomi yang masih sangat lemah.

c.Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Demokrasi terpimpin merupakan pembalikan total dari proses politik yang berjalan pada
masa demokrasi perlementer.
Pertama, mengburnya system kepartaian.
Kedua,dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong,peranan lembaga
legislative dalam system politik nasional menjadi sedemikian lemah.
Ketiga, Hak dasar manusia menjadi sangat lemah.
Keempat, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semangat anti kebebasan pers.
Kelima, sentralisasi kekuasaan yang semakin dominan dalam proses hubungan antara
pemerintahan pusat dan daerah.

d.Demokrasi pada masa Orde Baru (1966-1998)

Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hamper ridak pernah terjadi.
Kedua, rekruitmen politik bersifat tertutup.
Ketiga, Pemilihan Umum.
Keempat, pelaksanaan hak dasar waega Negara.

e.Demokrasi pada masa Reformasi (1998 sampai dengan sekarang)

Dalam masa pemerintahan Habibie inilah muncul beberapa indicator kedemokrasian di


Indonesia.Pertama, diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk
berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan.
Kedua, diberlakunya system multi partai dalam pemilu tahun 1999.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformsi ini adalah demokresi Pancasila, tentu
saja dengan karakteristik tang berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi
perlementer tahun 1950-1959.Pertama, Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih
demokratis dari yang sebelumnya.
Kedua, ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa.
Ketiga, pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
Keempat, sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat, kenenasan pers, dan sebagainya.

3.Pemilihan Umum

a.Pengertian Pemilihan Umum

Salah satu cirri Negara demokratis debawa rule of law adalah terselenggaranya kegiatan
pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk mewujudkan
kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka di lembaga legislatif serta memilih
pemegang kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.
Pemilihan umumbagi suatu Negara demokrasi berkedudukan sebagai sarana untuk
menyalurkan hak asasi politik rakyat. Prmilihan umum memiliki arti penring sebagai berikut:
1)Untuk mendukung atau mengubah personel dalam lembaga legislative.
2)Membentuk dukungan yang mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang kekuasaan
eksekutif untuk jangka tertentu.
3)Rakyat melalui perwakilannya secara berkala dapat mengoreksi atau mengawasi kekuatan
eksekutif.

b.Tujuan Pemilihan Umum

Pada pemerintahan yang demokratis, pemilihan umum merupakan pesta demokrasi. Secara
umum tujuan pemilihan umum adalah
1)Melaksanakan kedaulatan rakyat
2)Sebagai perwujudan hak asas politik rakyat
3)Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif serta memilih Presiden dan
wakil Presiden.
4)Melaksanakan pergantian personel pemerintahan secara aman, damai, dan tertib.
5)Menjamin kesinambungan pembangunan nasional

Menurut Ramlan Surbakti, kegiatan pemilihan umum berkedudukan sabagai :


1)Mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin dan alternatif kebijakan umum
2)Makanisme untuk memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat ke lembagag-lembaga
perwakilan melalui wakil rakyat yang terpilih, sehingga integrasi masyarakat tetap terjaga.
3)Sarana untuk memobilisasikan dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan
jalan ikut serta dalam proses politik.

You might also like