Professional Documents
Culture Documents
b u l e t i n
Jejak Leuser Menapak Alam Konservasi Bersama TNGL
O
M
N
TA
A
L
R
G
E
U
N S
U U
N G L E
sekapur sirih
Memang, banyak jalan berliku nan terjal yang harus dihadapi para pendekar lingkungan di negara yang kita cinta ini.
Maksud hati ingin menyelamatkan nafas orang sedunia dengan berjuang supaya lingkungan (baca: hutan) menjadi semakin
baik, namun terkadang masih banyak jegalan-jegalan dari orang-orang berpikiran naif... Pun di penegakan hukum, para
perusak hutan yang jelas-jelas sudah diatur oleh banyak perundangan dan segepok aturan pemerintah, masih saja bisa
berlenggang bebas. Kalaupun dapat hukuman, masih sering terjadi di negeri Indonesia yang bercita-cita menjadi negara
yang adil dan beradab ini, mereka diibaratkan hanya mendapat cubitan kecil yang hanya berbekas sesaat.
Apakah itu terjadi pada usaha penegakan hukum di Tanah Leuser? Kang Suer akan membahas bersama di Laput JL edisi ini.
Selain itu, kajian awal tentang banjir besar yang secara tidak terduga menyerang Langkat dan beberapa kabupaten di
Nanggroe Aceh Darussalam di akhir tahun lalu menghiasi rubrik Dinamika di edisi ini. Apakah benar bahwa banjir di
Langkat berkait langsung dengan rusaknya ribuan hektar kawasan TNGL?
Masih banyak rubrik-rubrik tetap yang akan Pembaca temukan di edisi ini.
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada Kang Suer, Noni, Iskandar, Rina, Pak Wir, Bisro, Ujang dan Bobby yang telah
memberikan kontribusi tulisan pada JL edisi 7 ini. Ucapan terima kasih juga tidak luput kami sampaikan kepada UNESCO,
Departemen Lingkungan Hidup Spanyol serta Badan Kerjasama Internasional Spanyol (AECI) atas dukungannya dalam
penerbitan JL edisi ini.
Selamat membaca....
b u l e t i n
Jejak Leuser
Pelindung
Kepala Balai TNGL
Pemimpin Redaksi
Bisro Sya'bani
Dewan Redaksi
Ratna Hendratmoko
Rina Purwaningsih
Ujang Wisnu Barata
Bisro Sya'bani
Distribusi
Isra Imran
Dumohar Tampubolon Cover depan : Menteri Kehutanan RI dan Gubernur
Sumut di Besitang
(Foto: Ujang WB)
Administrasi
Cover belakang : Damar (Shorea sp.) di Track 1
Immam Prabudi BukitLawang
(Foto: Bisro Sya’bani)
Catatan Redaksi
Diterbitkan oleh: Redaksi Buletin “Jejak Leuser” menerima sumbangan
Balai Taman Nasional Gunung Leuser tulisan yang berkaitan dengan aspek konservasi.
Jl. Blangkejeren 37 Tanah Merah Kutacane Aceh Tenggara Tulisan diketik dengan spasi tunggal, maksimal 5
halamam dan minimal 3 halaman A4 dengan font Times
PO BOX 16 Kode Pos 24601 New Roman 11. Naskah dikirim ke email :
Telp. (0629) 21358 Fax. (0629) 21016 jejakleuser@yahoo.co.id dengan disertai identitas
diri (termasuk foto penulis), serta foto-foto
Jl. Suka Cita 12 Kel. Suka Maju dan/atau gambar-gambar yang dapat mendukung tema
tulisan. Naskah yang dikirimkan menjadi hak penuh
Medan Johor, Medan, Sumatera Utara redaksi Buletin “Jejak Leuser” untuk dilakukan
Telp/ Fax. (061) 7879378 proses editing seperlunya.
Email: jejakleuser@yahoo.co.id
Menu Hari Ini
6
Liputan Utama
13 PACET
PACET
sang penghisap darah dari hutan tropis
15
K e h a t i
pasak bumi ?
Jantan...!
18 manusia, udara
Khasanah
21 Dinamika
Banjir Langkat,
dalam sebuah kajian awal....
26
W a c a n a
29 Seputar Kita
30 Intermezzo
31 Wanasastra
b u l e t i n
SHOCK
SHOCK THERAPY
THERAPY
P engelolaan taman nasional di Indonesia
menghadapi berbagai persoalan yang
mendasar dan klasik. Namun, sampai dengan
saat ini belum ditemukan solusi yang tepat. TN.
Gunung Leuser merupakan
orang mencoba untuk merambah, baik yang akhirnya
bertempat tinggal ataupun yang memakai beberapa
perantara untuk dapat “menguasai” lahan tersebut
dengan menanam berbagai komoditi. Dalam kasusi
TNGL di Besitang, sebuah
contoh rumitnya persoalan kecamatan di Kabupaten Langkat,
pengelolaan kawasan. Di satu sisi kondisi open access ini telah
manajemen yang lemah di masa terjadi beberapa tahun yang lalu,
lalu mengakibatkan sebagian sehingga pendudukan,
kawasan TNGL yang berbatasan perambahan dan spekulasi lahan
langsung dengan lahan menjadi suatu keniscayaan. Pada
masyarakat, dianggap sebagai awal tahun 2000, terjadi
”no man land” atau lahan tidur gelombang pengungsi dari Aceh
dan lahan yang terjebak ke dalam Timur, yang semula hanya 6
klasifikasi ”open access”. kepala keluarga. Ketika tidak
Sumberdaya lahan yang tidak dilakukan penyelesaian secara
dimiliki oleh siapapun (karena di tuntas dan bahkan terjadi proses
masa lalu Polhut atau ”pemilik” ”pembiaran” sekian tahun, maka
kawasan tidak pernah ada di jumlah pengungsi telah mencapai
tempat), tetapi sekaligus juga 557 kepala keluarga. Hal yang
”milik setiap orang” (siapa kuat ia sama juga terjadi pada perambah
dapat). Kondisi open access ini yang menguasai ribuan hektar
juga terjadi di logged-over area lahan TNGL dan dijadikan
(LOA), bekas tebangan HPH. perkebunan sawit.
penumbangan sawit ilegal pada Januari 2007, Balai manfaat atau lapangan pekerjaan dengan melakukan
TNGL beserta Polres Langkat dituduh telah reboisasi kawasan dan atau melakukan
melakukan pelanggaran HAM berat oleh LBH penjagaan/patroli bersama. Kedua, pihak Balai
Medan. TNGL akan sangat terbantu dalam mengemban
tugasnya menyelamatkan sisa-sisa hutan hujan tropis
Saat ini telah divonis 13 perambah dan 1 dalang terpenting di Prop.Sumatera Utara tersebut. Upaya
perambah oleh PN Stabat. Masih dalam proses win-win solution inilah yang akan ditempuh dalam
pengadilan 2 mantan anggota dewan, dengan kasus mensikapi perkembangan pengelolaan TNGL di
yang sama. Kerusakan yang diakibatkan oleh pola- wilayah Propinsi Sumatera Utara.
pola perambahan terorganisir seperti ini sangat
massif. Tidak kurang dari 10.000 Ha kawasan hutan Oleh karena itu, membangun kelembagaan kerjasama
hujan tropis dataran rendah di Resort Sekoci, yang kuat merupakan tantangan ke depan. TNGL
Besitang, telah hancur. Pembakaran yang berulang akan dijaga oleh masyarakatnya sendiri sebagai salah
untuk penanaman sawit telah menghentikan proses satu pilar konservasi taman nasional ke depan. Dan
suksesi alami di wilayah ini. Berdasarkan penelitian, membangun suatu kelembagaan lokal, bukanlah
dengan mengamati plot permanen di Besitang, tugas yang mudah, namun juga bukanlah hal yang
diperlukan waktu lebih dari 100 tahun untuk tidak mungkin dilakukan. Francis Fukuyama dalam
mengembalikan hutan pada kondisi awalnya. bukunya berjudul ”Memperkuat Negara” (2005),
Kerusakan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) menyatakan bahwa: ” Suatu negara yang kuat
Besitang dan Sei Lepan sendiri saat ini telah mencapai ditandai dengan kemampuannya menjamin bahwa
37%. Selain faktor curah hujan, hancurnya DAS hukum dan kebijakan yang dilahirkannya ditaati oleh
inilah yang menjadi salah satu faktor utama masyarakat, tanpa harus menebarkan ancaman,
pendorong banjir bandang di Kabupaten Langkat dan paksaan, dan kecemasan berlebihan. Elemen dasar
sekitarnya pada 21-22 Desember 2006 tersebut. yang ada pada negara yang kuat adalah otoritas yang
efektif dan terlembaga”.
Penegakan hukum yang sedang dilakukan oleh Balai
TNGL beserta jajaran penegak hukum lainnya adalah Oleh konteks pengelolaan TNGL, maka persoalan
sebagai “shock therapy” bagi siapapun yang kelembagaan menjadi salah satu isu sentral yang
mencoba untuk berspekulasi melakukan perambahan harus dilakukan penguatan. Kolaborasi pengelolaan
dan aktivitas haram di dalam kawasan TN Gunung merupakan salah satu pilihan di mana diharapkan
Leuser. Sejak dilakukannya penegakan hukum dan kebijakan konservasi di tingkat global dan nasional
ujicoba pemusnahan sawit ilegal, telah berdampak dapat diterjemahkan menjadi paket-paket
pada menurunnya upaya spekulasi pada cukong- kelembagaan pengelolaan yang tetap
cukong lahan dan atau kelompok-kelompok yang mempertimbangkan keseimbangan antara aspek
tidak bertanggungjawab untuk memperluas (mikro) ekonomi-sosial/budaya-lingkungan. Tiga
perambahannya. Kelompok-kelompok terorganisir aspek pembangunan yang terlanjutkan ini menjadi
ini bukanlah orang miskin atau tak berlahan. Mereka pilar dari berbagai inisiatif kelembagaan pengelolaan
memiliki lahan di tempat asalnya. Sementara, TNGL ke depan. Dalam beberapa tahun, diharapkan
beberapa keluarga yang mencoba berspekulasi telah terbentuk kelembagaan kolaborasi desa-desa mitra
dimanfaatkan oleh kelompok terorganisir tersebut TNGL atau TNGL mitra desa, di sepanjang batas
untuk merambah masuk ke dalam wilayah taman taman nasional.
nasional.
Ketika hal ini dapat terwujud, penegakan hukum tidak
Ke depan, pola pengelolaan TNGL akan melibatkan lagi berwajah garang dan menimbulkan kecemasan.
berbagai komponen masyarakat setempat. Diakui Ia akan diposisikan menjadi sekedar ”shock therapy”
bahwa penegakan hukum saja tidaklah cukup untuk saja, dan oleh karenanya hanya ditujukan kepada
menghentikan laju kerusakan hutan tersebut. Oleh master mind-nya atau aktor intelektualnya.***
karena itu, berbagai pola kolaborasi dan kerjasama
dengan masyarakat akan terus dilakukan secara
intensif. Pertama, masyarakat akan mendapatkan inung_w2000@yahoo.com
Upaya-upaya preventif itu tidak terbatas pada apa yang Dari sisi proses, penegakan hukum mencakup deteksi dan
disampaikan di atas, namun dapat dikembangkan menjadi pelaporan, penyelidikan & penyidikan, penuntutan,
berbagai kegiatan yang berdampak positif bagi masyarakat putusan pengadilan, dan eksekusi putusan. Tata cara untuk
dan pengelola TNGL. Gap atau perbedaan kepentingan proses tersebut sebagian besar diatur di dalam Undang-
yang selama ini terjadi dapat dipersempit melalui upaya Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
preventif sehingga kecenderungan masyarakat sekitar (KUHAP, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana).
untuk merusak kawasan dapat diminimalisir. Bahkan,
masyarakat sekitar dapat menjadi benteng pertahanan Kinerja penegakan hukum sangat bergantung pada tindak
ketika ada pihak luar yang ingin menggangu kawasan. lanjut dari satu proses ke proses berikutnya dalam
Berbagai komponen masyarakat dapat menjadi agen rangkaian penegakan hukum, nilai hukuman berupa denda
perubahan untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini dan lamanya hukuman pidana. Keberhasilan dalam
terhadap kejahatan di kawasan TNGL dan sekitarnya. mendeteksi tindak pidana kejahatan, yang tidak diiringi
oleh penyidikan dan penuntutan yang profesional, akan
Upaya-upaya Represif menurunkan kinerja penegakan hukum secara
keseluruhan. Di sisi lain, menimbulkan ketidakpercayaan
Untuk membangun dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap hukum (Lihat BOX INFO)
masyarakat terhadap aparat penegak hukum, maka harus
ada ketegasan di kalangan penegak hukum untuk Upaya represif berawal dari deteksi dini yang dilakukan
membersihkan dirinya terlebih dahulu. Kemungkinan oleh masyarakat, petugas lapangan di tingkat resort TNGL,
adanya keterlibatan oknum aparat penegak hukum (sejak dan aparat pemda atau penegak hukum lainnya yang berada
dari perencanaan, pelaksanaan, hingga paska kejahatan) di sekitar TNGL (azas locus delicti). Pada dasarnya deteksi
harus ditiadakan. Pihak-pihak yang melaporkan adanya dan pelaporan dapat dilakukan oleh siapapun, sebagaimana
keterlibatan oknum harus dilindungi, sementara oknumnya diatur di dalam pasal 1 angka 24, angka 25, dan pasal 108
ditindak tegas (secara administratif atau pidana) jika KUHAP. Isi pasal 108 selengkapnya adalah:
keterlibatannya terbukti. Sulit mengharapkan adanya
penegakan hukum demi keadilan, ketika masyarakat (1) Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan
menilai ada pilih kasih dalam penerapan hukum. dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak
pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan
Meskipun di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun
pasal 10 terdapat 8 macam sanksi pidana. Dalam tertulis.
kenyataannya, kita lebih sering mendengar tiga macam (2) Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat
sanksi sebagai bentuk tindakan represif, yaitu surat untuk melakukan tindak pidana terhadap ketenteraman dan
peringatan (pasal 131, 134 PP No. 6 tahun 2007), sanksi keamanan umum atau terhadap jiwa atau terhadap hak
administratif (Pasal 80 UU No. 41 tahun 1999), dan sanksi milik wajib seketika itu juga melaporkan hal tersebut
pidana penjara/denda (Pasal 78 UU No. 41 tahun 1999). kepada penyelidik atau penyidik.
Surat peringatan sebagaimana diatur di dalam PP No. 6 (3) Setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan
tahun 2007 merupakan tahapan awal sebelum diberikan tugasnya yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa
sanksi administratif. Peringatan secara lisan/tertulis juga yang merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan
kerapkali diterapkan kepada pelaku yang dampak hal itu kepada penyelidik atau penyidik.
kejahatannya dianggap tidak signifikan. Pelaku tersebut (4) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis
selanjutnya menandatangani pernyataan tidak akan harus ditanda-tangani oleh pelapor atau pengadu.
mengulangi perbuatannya. Bentuk peringatan yang sama (5) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan
diberikan ketika kejahatan itu melibatkan oknum aparat harus dicatat oleh penyidik dan ditandatangani oleh pelapor
Vol. 3 No 7 Tahun 2007
8
b u l e t i n
Te r h a d a p h a l i t u ,
majelis hakim yang
m e m i m p i n
persidangan memiliki
kewenangan untuk
m e n e n t u k a n
batal/tidaknya suatu
dakwaan. Namun
m e n u r u t Ya h y a
Police Line sudah direntangkan mengitari salah satu kilang kayu haram di Aceh Tenggara.
Tersentuh hukumkah si empunya kilang dan pemain-pemain di dalamnya? Semoga...
Tabel 1. Upaya penegakan hukum kepada terhadap pelaku badan usaha di TNGL tahun 2006
No Lokasi Kasus Pelaku Status Akhir
1. Kutacane Menebang di dalam TNGL CV Armana Putusan PN Bebas
2. Kutacane Menebang di dalam TNGL PT PUKB Putusan PN Bebas
3. Besitang Penyerobotan lahan 200 ha PT Rapala Lahan dikembalikan
4. Besitang Penyerobotan lahan 150 ha PT Putri Hijau Lahan dikembalikan
5. Besitang Penyerobotan lahan 75 ha PT Bandar Meriah Klarifikasi status oleh BPN
6. Besitang Penyerobotan lahan 32,5 ha PIR ADB Klarifikasi status oleh BPN
7. Besitang Penyerobotan lahan 53,5 ha PT Tunas Baru ex Mutiara Sei Lepan Lahan dikembalikan
Tabel 2. Proses dan Hasil Persidangan Pidana Kehutanan di TNGL tahun 2006-2007
(berdasarkan data terakhir 21 Maret 2007)
No Nama Tsk/Tdw/Thkm Status Terkini Sanksi
Harahap, ukuran objektif melakukan penilaian surat Lebih Dari Sekedar Tupoksi...
dakwaan berdasarkan apakah terdakwa dirugikan untuk
melakukan pembelaan diri, dan jika surat dakwaan tidak Ada faktor lain, secara teknis dan non-teknis, yang
jelas dan tidak lengkap memuat elemen atau unsur-unsur mempengaruhi proses penegakan hukum. Keterlibatan
tindak pidana yang didakwakan. Jadi putusan terakhir masyarakat dan unsur-unsur di luar aparat penegak hukum
terhadap suatu tindak pidana konservasi dan kehutanan serta kepentingan yang melekat pada mereka juga
terletak di tangan majelis hakim, untuk kemudian mempengaruhi proses penegakan hukum. Adanya
dieksekusi oleh JPU. kepentingan-kepentingan itu, baik positif maupun negatif,
yang mengakibatkan terjadinya distorsi dalam hukum.
Bahkan menimbulkan disparitas (perbedaan sanksi) yang Berdasarkan tupoksinya, aparat TNGL dan penyidik tentu
jauh berbeda antara terdakwa-terdakwa yang melanggar tak lagi berperan di dalam proses penuntutan dan
delik pidana yang sama. persidangan, kecuali diminta menjadi saksi. Namun
menjadi luar biasa ketika aparat TNGL dan penyidik terus
Mungkin peraturan perundang-undangan yang ada belum memantau perkembangan dari kasus yang ditemukan dan
sempurna namun tidak berarti hukum tidak dapat disidiknya.
ditegakkan. Salah satu hal terpenting dalam penanganan
suatu perkara pidana ialah masalah pembuktian. Tindakan Keluhan yang sama pasti terjadi pada aparat penegak
aparat penyidik dan penuntut umum diarahkan kepada hukum, bahwa dana untuk penegakan hukum jauh dari
upaya pencarian alat-alat bukti yang berkaitan dengan apa memadai. Di sisi lain, penegakan hukum harus terjadi dan
yang dilakukan tersangka yang akhirnya harus dibuktikan mencuat di masyarakat. Pada kondisi yang demikianlah,
oleh JPU di depan sidang pengadilan. Dengan demikian, seringkali ruang ”negosiasi” terbuka sesuai dengan
dalam memfungsikan suatu UU, faktor yang terpenting kepentingan-kepentingan yang melekat. Oleh karena itu,
ialah manusia pelaksananya penegakan hukum harus dimulai dari lembaga masing-
masing agar penegak hukum juga dapat berdiri tegak dan
Menegakkan hukum demi keadilan harus dilakukan lebih bangga dengan profesinya.***
dari sekedar menjalankan kewenangan berdasarkan tugas
pokok dan fungsinya (tupoksi). Itupun tetap harus
dilakukan sesuai dengan koridor hukum yang ada. Sebagai *) Technical advisor for UNESCO
contoh digambarkan oleh Paulus E Lotulung, salah satu
hakim Agung. Dalam konteks kebebasan hakim s.suryadi@unesco.org
(independency of judiciary) harus diimbangi oleh
akuntabilitas peradilan (judicial accountability). Artinya,
kemandirian dan kebebasan kekuasaan kehakiman dibatasi Pendapat dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini
oleh akuntabilitas, transpransi, dan integritas moral/etika, merupakan tanggung jawab penulis sepenuhnya, dan tidak
profesionalisme dan imparsialitas. merefleksikan pendapat atau kebijakan UNESCO.
K e h a t i Jejak Leuser
PACET
PACET
sang penghisap darah dari hutan tropis
K e h a t i Jejak Leuser
akan memecahkan telur dengan
kepalanya dan keluar untuk memasuki
dunia baru setelah beberapa minggu.
K e h a t i Jejak Leuser
pasak bumi ?
Jantan...!
Oleh:
Iskandar *)
Deskripsi
K e h a t i Jejak Leuser
gizi untuk anak yang baru lahir. Masyarakat Lampung
dan Belitung memakainya juga sebagai obat disentri,
Iskandar
K e h a t i Jejak Leuser
Perpaduan tingkat kesuburan tanah dan iklim yang ideal
dapat menciptakan tempat tumbuh yang memenuhi syarat Fitriani, 2004. Studi Potensi Pasak Bumi Sebagai
bagi tumbuhan obat, termasuk di dalamnya Pasak Bumi. Tumbuhan Obat di Pusat Penelitian Orangutan
Kapan kita bisa mulai? *** Bukit Lawang Sumatra Utara. Usulan Penelitian.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
*) Pengendali Ekosistem Hutan TNGL di Kantor Seksi Medan
Konservasi Wilayah III Bukit Lawang.
Fitriani, 2005. Potensi Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia
iscand_2004@yahoo.com Jack) Di Pusat Penelitian Orangutan Bukit
Lawang Taman Nasional Gunung Leuser
Sumatra Utara. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Bahan Bacaan
Monel Dan Sipayung,J. 1990. Dokumen Spesimen
Among Prawira, R.S.,Dkk. Diktat Dendrologi, Sekolah Herbarium Tumbuhan Obat Taman Nasional
Kehutanan Menengah Atas. Pusat Pembinaan Gunung Leuser Seksi Konservasi Wilayah III
Pendidikan Dan Latihan Kehutanan, Departemen Bukit Lawang. Sumatera Utara.
Kehutanan, Bogor
Usdayani,I. 2004. Skrining Metabolit Sekunder Tumbuhan
Elliott,S & Brimacombe,J. 1985. The Medicinal Plants Of Obat Di Taman Nasional Gunung Leuser (Tngl)
Gunung Leuser National Park Indonesia. Wyeth Bukit Lawang- Bohorok. Skripsi. Fakultas Mipa
Research Ltd. England. Unimed. Medan
FILOSOFI KISS....
Dalam kehidupan sehari-hari, kita hendaknya mencari cara terbaik waktu satu decade dan 12 juta dolar. Mereka mengembangkan sebuah
untuk memecahkan setiap masalah yang terjadi. Tetapi, saat pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi
menghadapi suatu masalah seringkali kita terkecoh, sehingga walaupun nol, terbalik, dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal
masalah tersebut terpecahkan, tetapi pemecahan yang ada bukanlah dan dalam derajat temperatur mulai dari di bawah titik beku sampai
suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit. lebih dari 300 derajat Celcius. Dan apakah yang dilakukan para orang
Mari kita coba lihat dalam kasus di bawah ini : Rusia? Mereka menggunakan pensil!
Suer S
pada tahun 1990 hutan
Indonesia masih mempunyai
tingkat penyerapan lebih
tinggi dari tingkat emisi. Saat
ini berapapun kecilnya,
Indonesia tetap saja sudah
memberikan kontribusi bagi
meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca secara
global di atmosfer dunia.
Hutan Sebagai
Penyeimbang Iklim Mikro
Banjir Langkat,
dalam sebuah kajian awal....
Oleh:
Bisro Sya’bani *)
Ujang Wisnu Barata **)
22 desember 2006
pak piyu termangu….
pak leman terdiam….
mereka tidak berada di satu tempat, tapi pandangan mata mereka sama... mereka memandang rumahnya yang
dikunyah-kunyah pekatnya lumpur langkat. Jangankan berpikir untuk bagaimana membersihkan lumpur-
lumpur yang telah mematuk beras mereka, bahkan untuk tidur nanti malampun mereka belum tau...
Sebelum melangkah lebih jauh, kita berkenalan dulu Topografi wilayah Kabupaten Langkat dapat dibedakan
dengan Langkat.... atas : pesisir pantai dengan ketinggian 0 - 4 meter dpl,
Kabupaten Langkat, yang beribukota di Stabat, merupakan dataran rendah dengan ketinggian 4 - 30 meter dpl dan
batas Timur dari kawasan TNGL. Wilayah Kabupaten dataran tinggi dengan ketinggian 30 - 1.200 meter dpl.
Langkat terletak pada koordinat 3°14’ - 4°13’ LU dan Sebagian lahan datar dan lainnya berupa pegunungan dan
97°52’ - 98°45’ BT dengan batas-batas wilayah sebagai perbukitan. Pemukiman sebagian besar terdapat di dataran
Vol. 3 No. 7 Tahun 2007
21
b u l e t i n
Analisis Iklim
Catatan:
Hanya 3 DAS, Besitang, Sei Lepan, dan Wampu yang berhulu di kawasan TN.Gunung Leuser
*) Kerusakan hutan di DAS Tamiang terjadi di luar kawasan TN.Gunung Leuser
**) Kerusakan lahan kritis DAS Wampu dihitung dari kerusakan di Kab.Karo dan Kab.Langkat.
30 0
pendorong kuat terjadinya bencana itu.
20 0
Beberapa Usulan Langkah Tindak Lanjut
10 0
Sumber Informasi
W a c a n a Jejak Leuser
W a c a n a Jejak Leuser
keanekaragaman hayati yang mereka miliki hanya berkisar Inilah ciri utama interaksi masyarakat dengan kawasan
40 % dari total kekayaan keanekaragaman hayati yang hutan secara umum saat ini.
dimiliki Indonesia. Hasil ini mereka dapatkan dengan
'menjual' potensi taman-taman nasional yang meliputi 12 Imej penilaian kawasan hutan seperti ini terutama melekat
% luas wilayah negara dengan motto yang mereka kuat di kalangan masyarakat sekitar hutan. Akibatnya,
dengung-dengungkan : ”Menjual hutan tanpa menebang, konversi lahan menjadi perkebunan sawit atau karet dan
akan lebih mudah daripada menebangnya” (Ali, et al., pencurian kayu dari dalam kawasan selalu menjadi
2001). keniscayaan setiap kawasan konservasi.
Selain Kosta Rika, di Kenya, dengan motto ”Wildlife Pays Euforia reformasi juga ikut mendukung aksi 'pemanfaatan'
Wildlife Stay” devisa yang bisa dihasilkan dari ekowisata hutan yang tidak lestari ini. Jebolnya rasa takut dan segan
per tahunnya dapat mencapai US$ 250 juta. Hasil ini terhadap pemerintahan dan aparatnya telah menjadikan
diperoleh termasuk dari pemanfaatan potensi singa yang bentuk pertanyaan-pertanyaan terhadap kemubaziran
memberi kontribusi sampai US$ 27 ribu/singa/tahun dan kawasan konservasi yang kami sebutkan di atas menjadi
kontribusi gajah yang mencapai US$ 610/kelompok bentuk-bentuk aksi langsung 'pemanfaatan' kawasan hutan.
gajah/tahun. Bandingkan dengan Indonesia yang pada Sebuah jawaban dan solusi yang diciptakan masyarakat
kisaran tahun yang sama 'hanya' menerima pemasukan akan ketidakberdayaan kawasan konservasi mendukung
devisa dari ekowisata sebesar US$ 3.987.600 (Ali, et al., peningkatan kesejahteraan mereka. Bagi mereka : hutan
2001). konservasi adalah lahan tidur yang tak termanfaatkan.
W a c a n a Jejak Leuser
berbasis masyarakat di Tangkahan, juga di TNGL, yang secara illegal.
menyodorkan bukti bahwa 'persahabatan' masyarakat
dengan hutan yang diciptakan dengan sistem yang Dalam mengimplementasikan program-program
terprogram dapat memberi dampak positif terhadap pemberdayaan masyarakat di lapangan, satu hal yang
kelestarian hutan sekaligus kesejahteraan masyarakat. penting adalah menunjukkan bahwa hutan dapat memberi
manfaat ekonomi langsung. Oleh karena itu,
Sebenarnya, secara tradisional, masyarakat memiliki pengembangan ekonomi alternatif merupakan arah utama
potensi dan kekuatan untuk menjadi pengelola kawasan dari pendampingan masyarakat, selain peningkatan
hutan. Keberadaan mereka yang diiringi dengan eksistensi kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan.
hutan selama beratus-ratus tahun peradaban adalah bukti
potensi pengelolaan hutan oleh masyarakat. Dengan Bentuk pendampingan yang dilaksanakan di tengah
metode interaksi tradisional yang mereka terapkan, banyak masyarakat seharusnya upaya mencapai format
contoh masyarakat yang mewujudkan hubungan saling pemanfaatan hutan yang 'eksklusif' dalam artian
menguntungkan dengan kawasan hutan. Masyarakat kekhususannya dengan karakteristik masing-masing
Badui di Banten, Dayak di Kalimantan, Suku Mentawai di masyarakat- dengan sarana kearifan lokal dan potensi
Pulau Pagai, dan Orang Kubu di Jambi adalah sederet sumberdaya yang ada. Artinya, ada penghormatan
contoh masyarakat yang beratus-ratus tahun akrab dengan terhadap masing-masing potensi dan pengetahuan
alam tanpa meninggalkan jejak perusakan. kelompok masyarakat dan sekaligus menjadi jaminan
bahwa program pemberdayaan tidak berdasarkan program
Namun demikian, faktor pertambahan penduduk dan global yang disusun di atas meja tanpa memperhatikan
kemajuan teknologi tidak bisa diabaikan sebagai kondisi riil di lapangan. Tantangan ini merupakan
pendorong ancaman. Peningkatan kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab stake holder aktif kehutanan selain
kemajuan sarana transportasi menjadikan masyarakat desa masyarakat tersebut.
di sekitar hutan terpencil sekalipun tidak jauh berbeda
dengan masyarakat lain dalam hal mengenali nilai Berkaitan dengan hal ini, pemerintah tentu menempati
ekonomi langsung lahan hutan dan hasil kayunya. porsi tanggung jawab yang besar. Depertemen Kehutanan
Katalisnya, jamak kita ketahui peran dominan aktor sendiri berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat di
intelektual dan pemodal yang bergentayangan sekitar kawasan konservasi merupakan keharusan yang
bersembunyi dan mengatasnamakan masyarakat di banyak menjadi tanggung jawab pemerintah, untuk mencapai
medan perusakan kawasan konservasi. Contoh paling kondisi yang diharapkan yaitu peningkatan status sosial
relevan adalah kasus Kopermas di Papua dimana ekonomi masyarakat dan kelestarian kawasan konservasi
masyarakat dengan campur tangan dan kepentingan itu sendiri. Pengelolaan kawasan konservasi tidak akan
pengusaha mengakibatkan perusakan hutan besar-besaran terlepas dari masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu
dengan dalih pemanfaatan hutan adat. masyarakat sangat penting untuk dilibatkan di dalam suatu
sistem pengelolaan kawasan konservasi.
Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat
Untuk mengatasi tekanan terhadap sumberdaya hutan
sebenarnya yang diperlukan adalah suatu sistem Hadirnya keberadaan masyarakat yang berperan aktif
terprogram pengelolaan kawasan konservasi berbasis dalam pengelolaan hutan, terutama kawasan konservasi,
masyarakat. Sistem yang dapat memadukan potensi merupakan impian dunia konservasi. Lembaga-lembaga
kearifan masyarakat dengan potensi sumberdaya alam konservasi, pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat
yang ada sehingga dapat terwujud pola-pola partisipatif sendiri tentunya mengidam-idamkan perwujudan pola
pengelolaan sumberdaya alam dan hutan. Sehingga, dapat pengelolaan seperti ini. Karena selain berbasis manfaat,
'dibuktikan' bahwa kawasan konservasi benar-benar dapat pola seperti ini banyak menjawab tantangan konservasi :
memberikan manfaat tanpa harus diokupasi lahannya dan kesejahteraan masyarakat, kelestarian kawasan, pelibatan
ditebang kayunya. Contoh yang bisa kita lihat di Sumatera masyarakat, dan permasalahan sumber dana konservasi.
Utara adalah sistem pemanfaatan sumberdaya alam Optimalisasi peran dan 'keikhlasan kerja' tentu merupakan
dengan pola ekowisata berbasis masyarakat di Tangkahan hal utama untuk mewujudkan hal ini. Keikhlasan dalam
seperti yang disebutkan di atas. konteks tidak lagi menjadikan konservasi dan masyarakat
sebagai komoditi, tetapi menjadikan mereka (konservasi
Keberadaan sistem pengelolaan partisipatif juga dapat dan masyarakat) saling berinteraksi demi dua tujuan :
menjadi simbol eksistensi masyarakat secara legal formal manfaat ekonomi dan lestari.***
sebagai stake holder kehutanan di negara ini, sesuatu yang
selama ini hanya menjadi wacana dan laporan-laporan di *) Kepala Pengelola SM Dolok Surungan I - Balai
atas kertas saja. Oleh karena itu, sistem pengelolaan KSDA Sumut II
partisipatif ini seharusnya diimplementasikan di lapangan
bukan hanya sebatas konsep- dengan fasilitasi yang baik Peserta Magang CPNS Departemen Kehutanan
dengan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat Formasi 2004 di Balai TN. Gunung Leuser
disamping efek positif minimalisir kerusakan kawasan
akibat perambahan kawasan hutan dan penebangan kayu nopandry@yahoo.co.id
K embali, TNGL mendapat kehormatan dengan menerima kunjungan Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Damaso
de Lario. Dengan didampingi Matteous dan Ugo (Staf Kedubes Spanyol), Han Quni dan Koen Meyers (UNESCO
Jakarta Office), Pak Dubes beserta istri dan putrinya, Carmen, mengunjungi Bukit Lawang selama 3 (tiga) hari, 9
sampai 11 Maret 2007 yang lalu.
Kunjungan ini sekaligus sebagai pelipur lara warga TNGL atas gagalnya
(tertundanya?) kunjungan Ratu Sophia yang sedianya akan mengunjungi
bisro
T anggal 5 s/d 8 Maret 2007, tim gabungan Polres Langkat, Balai TNGL, dan KSM Gepal (Kelompok Swadaya
Masyarakat Gerakan Pecinta Alam Leuser, desa Sekoci dan PIR ADB) melakukan kegiatan pemusnahan tanaman di
Resort Sekoci. Kegiatan ini mengerahkan kekuatan sebanyak 80 personil, menggunakan 5 unit chainsaw dan 1 alat berat,
dan 200 liter minyak tanah untuk meracuni tanaman.
Sebelumnya, pada tanggal 20 dan 21 Desember 2006 lalu melalui OHL Toba II Sumatera Utara telah dilakukan pengusiran
terhadap 38 KK perambah di Sekoci (6 KK diantaranya adalah pengungsi). Namun, sampai dengan bulan Maret 2007, sebanyak
19 KK masih bertahan di sekitar kawasan meskipun gubuk kerja dan tempat tinggal serta beberapa tanaman mereka telah
dibongkar Desember lalu. Ke-19 KK tersebut bertahan dengan membuat barak di seberang batas kawasan TNGL yang
merupakan areal perkebunan sawit PIR ADB. Back-up penuh dilakukan oleh LBH Medan yang berada di belakang Kelompok
Petani Maju Bersama, bermaksud menguasai lahan TNGL. Kelompok ini telah memasang plang nama di beberapa lokasi yang
mengklaim lahan TNGL. Pada operasi ini plang tersebut telah dicabut, dan berhasil dimusnahkan tanaman perambah seluas ± 38
hektar. Hasil selangkapnya operasi ini dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Data Pemusnahan Tanaman Perambah di Resort Sekoci
No Jenis Tanaman Lokasi Pemilik Luas Keterangan
Pal TN 307 – 308, DPO Polda Sumut, aktor
1 Sawit Beres Purba 4 Ha
N 03°56.444’, E 098°09.398’ perambahan/jual beli lahan
Pal TN 309, Pengungsi Aceh Tengah, sudah
2 Sawit Muhtar 2 Ha
N 03°56.454’, E 098°09.484’ kembali ke Takengon
Pal TN 310
3 Sawit Sudirman / Uteh 2 Ha
N 03°56.452’, E 098°09.543’
Oknum aparat, sudah diadili secara
4 Sawit Pal TN 313 Ginting 4 Ha
internal
5 Sawit dan karet Pal TN 314 Asril Siregar 4 Ha Salah satu provokator di lapangan
Pal TN 315 Provokator di lapangan, orang
6 Sawit Dani Sitepu 6 Ha
N 03°56.469’, E 098°09.753 kepercayaan Beres Purba
7 Sawit Pal TN 316 Anto Kumis 2 Ha
Lokasi di sekitar kantor resort
8 Sawit Pal TN 318 Kepemilikan bersama 2 Ha sekoci, masih ada mushala yang
belum dibongkar
Sisa tanaman pada operasi
9 Sawit Pal TN 305 Idris Ginting 2 Ha
pembongkaran rumah
Total 4 Ha belum selesai
10 Sawit N 03°56.885’, E 098°08.819’ Sutrisno 2 Ha
seluruhnya, lahan beli dari Ginting
11 Sawit Abda 6 Ha
12 Sawit N 03°56.379’, E 098°09.153’ Anak Pak Muhtar 2 Ha
JUMLAH 38 Ha
-ujang wb-
Vol. 3 No. 7 Tahun 2007
29
b u l e t i n
S etiap rapat atau pertemuan pasti memiliki tujuan. Suatu hal yang sangat mendasar, tetapi jika kita tidak dapat
menemukan outcome yang kita inginkan, kenapa melakukan rapat? Terdapat banyak sekali alasan untuk mengadakan
rapat, antara lain mengkomunikasi informasi, penyelesaian masalah, mengetahui hal-hal baru, dan lain-lain. Namun
apabila kita tidak dapat menemukan satu atau beberapa alasan melakukan rapat, jangan lewatkan tahap perencanaan ini.
Menuliskan tujuan rapat akan membantu kita untuk mengklairifikasi dan mengevalusi hasil-hasil rapat secara kritis.
Jika telah berhasil mendapatkan tujuan rapat, pertanyaan berikutnya adalah siapa yang akan dan harus menghadiri rapat itu.
Undanglah orang-orang tertentu yang memiliki informasi dan/atau menentukan hasil rapat. Berapa kali kita pernah
menghadiri pertemuan sambil mengira-ngira kenapa kita ada di pertemuan ini? Menarik untuk dicatat bahwa produktivitas
kelompok meningkat dengan bertambahnya peserta, hingga tercapai jumlah tertentu yang membuat efektivitas rapat menjadi
optimal. Jika pesertanya terus bertambah melampaui titik optimal tersebut, maka produktivitas mulai menurun..
Ketika tujuan dan pserta rapat telah disiapkan, beberapa aturan main berikut ini sangat penting untuk dilakukan:
Diadaptasi dari Gregory P. Smith, penulis The New Leader, and How to Attract, Keep and Motivate Your Workforce.
Diterjemahkan oleh Suer Suryadi.
nah....
nah....
Sepiring roti di atas meja
Kunyah! Kunyah! Kunyah!
Kata Tuan Laba-laba
Turun dia dari palang kayu diikuti yang lainnya
Mencari satu dua
Tidak
Dia tidak diam
Melainkan menunggu
Sepasukan datang untuk terbang
Serbu! Serbu! Serbu!
-noni-
UNESCO
O N D IA L
W O R LD H
EM
United Nations
ER
TA
OI
N
I