Professional Documents
Culture Documents
STRATEGI PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Ciliwung-Cisadane diuraikan pada Tabel 2.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Citarum diuraikan pada Tabel 5.17.
IV. WS CITARUM
1 Waduk Naragong Anak Sungai penyedia air baku ke daerah Bogor dengan RENDAH
Cileungsi (DAS menggunakan pompa
Bekasi)
2 Waduk Nameng Sungai Cibeet penyedia air untuk areal tambak RENDAH
3 Waduk Pasiranji Cipamingkis menampung air dari Sungai Cipamingkis atau RENDAH
dari saluran pembawa
4 Waduk Pangkalan Sungai Cibeet penyedia air utama untuk daerah hilir Kanal RENDAH
Tarum Barat secara gravitasi
5 Peninggian Dam Dam Cirata Penyediaan air baku dan tenaga listrik RENDAH
Cirata
6 Peningkatan Kanal Karawang – Bekasi – memindahkan air dari wilayah sungai Citarum SEDANG
Tarum Barat atau DKI Jakarta ke Jakarta
Pembangunan Kanal
Tarum Jaya
7 Waduk Talagaherang Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
8 Waduk Maya Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
9 Waduk Bodas Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
10 Dam Sungai Cilame Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
11 Dam Sungai Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
Cipunagara
12 Waduk Cipunagara Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
dan bendungan
pengatur di
Sadawarna
13 Waduk Cibeber Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
14 Waduk Kandung Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
15 Pengembangan Sungai Cisangkuy mencukupi kebutuhan air rumah tangga, SEDANG
Sungai Cisangkuy perkotaan dan industri Bandung
16 Waduk sungai Sungai Cikapundung mencukupi kebutuhan air rumah tangga, RENDAH
Cikapundung perkotaan dan industri Bandung
17 Waduk Sukawana Cimahi - telah dilakukan perencanaan detail waduk TINGGI
(Pra FS, DD, KKB)
- manfaat untuk penyediaan air baku bagi
domestik (Kota Bandung & Cimahi), irigasi
seluas 150 ha, pariwisata alam, industri di
kota Cimahi, konservasi serta pengendalian
banjir
18 Sudetan sungai Kab. Bandung mencukupi kebutuhan air baku Bandung RENDAH
Cibeureum
19 Waduk Bojong Jambu Kab. Bandung mencukupi kebutuhan air baku Bandung RENDAH
20 Waduk Jatigede Kab. Garut pengairan irigasi seluas 68.280 ha, potensi TINGGI
listrik sebesar 2.102.400 MWh dan penyediaan
air baku untuk 79.683 jiwa.
21 Waduk Cipasang Kab. Garut pengairan irigasi seluas 18.960 ha, potensi SEDANG
listrik sebesar 1.639.872 MWh dan penyediaan
air baku untuk 22.126 jiwa. Potensi paling baik
untuk dikembangkan karena memiliki nilai EIRR
lebih tinggi (17,65 %).
22 Waduk Cipanas Kab. Garut pengairan irigasi seluas 12.000 ha dan RENDAH
penyediaan air baku untuk 14.004 jiwa. Volume
tampungan sebesar 395 juta m3. Nilai ekonomi
proyek IRR 7,63%
23 Waduk Ujungjaya Kadipaten pengairan irigasi seluas 5.000 ha dan RENDAH
penyediaan air baku untuk 5.835 jiwa. Volume
tampungan sebesar 71 juta m3. Nilai ekonomi
proyek IRR 2,67%
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Cimanuk-Cisanggarung diuraikan pada Tabel 5.
VII. WS PEMALI-COMAL
1 Waduk Bantar hulu K. Pemali Kabupaten pengendalian banjir (± 4.000 ha), untuk SEDANG
Kawung Brebes peningkatan intensitas tanam bagi lahan
irigasi seluas 27.482 ha dan untuk
penyediaan air baku bagi RKI ± 867,35 lt/dt.
potensi waduk 150 juta m3. Nilai EIRR 12,6%
2 Waduk Ki Gede hulu K. Gung Kabupaten pengendalian banjir (± 5.000 ha), untuk RENDAH
Sebayu Tegal peningkatan intensitas tanam bagi lahan
irigasi (teknis, semi teknis dan sederhana)
seluas 38.534 ha dan untuk penyediaan air
baku bagi RKI.
3 Waduk Sipring hulu sungai K. Genteng Peningkatan intensitas tanam bagi lahan RENDAH
dan K. Keruh Kabupaten irigasi seluas 7.770 Ha. volume tampungan
Pemalang 30 juta m3, tinggi bendung 40 m. Selain itu
untuk penyediaan air baku dengan suplai
2.300 lt/dt.
4 Waduk Krandegan hulu sungai K. penyediaan air baku bagi RKI dengan suplai RENDAH
Sengkarang Kabupaten 2.905 lt/dt dan untuk peningkatan intensitas
Pekalongan tanam bagi lahan irigasi seluas 8.718 Ha.
volume tampungan 45,93 juta m3, dengan
tinggi bendung 95 m.
5 Waduk desa Karanganyar Penyediaan air baku bagi RKI dengan suplai RENDAH
Karanganyar Kabupaten Pemalang 965,4 lt/dt dan untuk peningkatan intensitas
tanam bagi lahan irigasi seluas 26.717 Ha.
Informasi kelayakan proyek tidak tersedia,
analisa kelayakan ekonomi menunjukkan nilai
EIRR sebesar 17,9%.
6 Pengendalian Banjir Sungai Tanjung pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan SEDANG
Sungai Tanjung, tebing dan normalisasi alur sungai., untuk
Babakan dan mereduksi daerah rawan banjir seluas 1.730
Kabuyutan ha.
7 Pengendalian Banjir Sungai Sragi pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan SEDANG
Sungai Sragi tebing dan normalisasi alur sungai,
diharapkan dapat mereduksi daerah rawan
banjir seluas 6.130 ha
8 Pengendalian Banjir Sungai Kupang Pelindung tebing pasangan batu kali 5.667 m, RENDAH
Sungai Kupang normalisasi alur sungai 7,1 km, pembangunan
inlet drainase 11 buah, pembangunan jalan
dan jembatan baru, pembangunan jembatan
kereta api baru 1 buah, pembangunan
bangunan pengukur debit sungai 1 buah.
9 Pengendalian Banjir Kabupaten Brebes pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Kluwut tebing dan normalisasi alur sungai.Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 287,5 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 26,9%
10 Pengendalian Banjir kabupaten Batang dan Pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Sambong kabupaten Pekalongan tebing dan normalisasi alur sungai. Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 10.699,3 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 42,5%
11 Pengendalian Banjir kabupaten Pemalang Pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Comal tebing dan normalisasi alur sungai. Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 20.352,5 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 15,4%
12 Pengendalian Banjir Sungai Waluh Pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Waluh tebing dan normalisasi alur sungai. Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 822,2 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 12,1%
13 Pengendalian Banjir Sungai Rambut Pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Rambut tebing dan normalisasi alur sungai. Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 231 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 12,1%.
14 Waduk Jatinegara Kec. Jatinegara Jateng Meningkatkan intensitas tanam pada daerah RENDAH
irigasi Cipero seluas 8.010 ha dan untuk
mensupli waduk Cacaban dengan luas irigasi
1.529 ha. Usulan baru dan belum pernah
dilakukan studi.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Serayu-Bogowonto diuraikan pada Tabel 8.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Jratun-Seluna diuraikan pada Tabel 9.
IX. WS JRATUN-SELUNA
1 Waduk Jatibarang Kab. Semarang Pengembangan suplai untuk RKI 920 l/detik TINGGI
dan konservasi air tanah. Konstruksi dam
Jatibarang dimulai tahun 2002 (kegiatan yang
masuk dalam jadwal biaya rendah). Nilai
EIRR 18,5% (layak)
2 Waduk Kab. Semarang pengembangan suplai untuk RKI 1.020 l/detik SEDANG
Mundingan dan konservasi air tanah. Nilai EIRR 16,1%
(layak )
3 Waduk Kedung Kaliwungu, Brangsong Pengembangan suplai untuk RKI 1.700 l/detik RENDAH
Suren dan Kendal (direncanakan memberikan 900 l/dt ke
Semarang dan 800 l/detik ke Kendal) dan
konservasi air tanah. Nilai EIRR 9,5 % (layak)
4 Jragung Barrage Semarang dan Demak pengembangan suplai untuk RKI 1.750 l/detik SEDANG
+ Tunnel dan konservasi air tanah. nilai EIRR 10,7 %
(layak)
5 Waduk Dolok Semarang dan Demak pengembangan suplai untuk RKI 750 l/detik RENDAH
dan konservasi air tanah. Nilai EIRR 13.6%
(layak)
6 Waduk Bandung Kab. Grobogan pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
Harjo konservasi air tanah. Nilai EIRR 11,8%
(layak)
7 Waduk Ngemplak Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
konservasi air tanah. Nilai EIRR 14% (layak)
8 Waduk Coyo Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
konservasi air tanah. Nilai EIRR 18,9%
(layak)
9 Waduk Tirto Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
konservasi air tanah. Nilai EIRR 22,9%
(layak)
10 Embung Kedung Kab. Blora Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
Waru konservasi air tanah. Nilai EIRR 8% (layak)
11 Embung Balong Kab. Blora Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
konservasi air tanah
12 Pengendalian Kab. Kendal Pengendalian banjir seluas 590 ha. Layak SEDANG
Banjir Sungai secara ekonomi, nilai EIRR 24%
Blorong
13 Pengendalian Kota Semarang Pengendalian banjir seluas 1.670 ha. Layak TINGGI
Banjir Sungai secara ekonomi, nilai EIRR 15,9%
Garang
14 Drainase Kota Kota Semarang pengendalian banjir seluas 10.337 ha. Layak SEDANG
Semarang secara ekonomi, nilai EIRR 15,13%
15 Tenggang + Kota Semarang Pengendalian banjir SEDANG
Sringin Drain
16 Dombo-Sayung Kota Semarang Pengendalian banjir seluas 21 ha. Nilai EIRR TINGGI
Floodway 13,6%
17 Kebon Batur Kab. Demak Pengendalian banjir seluas 6.028 ha. Layak SEDANG
Floodway secara ekonomi, nilai EIRR 18,1%
18 Pengendalian Kab. Demak pengendalian banjir seluas 12.957 ha. Layak SEDANG
Banjir secara ekonomi, nilai EIRR 20,4%
Jragung/Tuntang
19 Pengendalian Kab. Kudus dan Kab. Pati pengendalian banjir seluas 13.650 ha. Layak SEDANG
Banjir Serang- secara ekonomi, nilai EIRR 17,8%
Wulan-Juana
1 Genteng I Dam Sungai Genteng, Lesti Irigasi, water supply dan hydropower dan SEDANG
untuk sediment control. Data teknis yang
direncanakan adalah untuk volume
XIV. WS MADURA
1 Penyediaan air seluruh WS sumberdaya air yang terbatas berupa sungai- TINGGI
baku industri sungai kecil, sehingga harus ada solusi
sumberdaya air bila Madura hendak
difungsikan
2 Pembangunan Pamekasan pemenuhan air baku untuk irigasi dan TINGGI
Waduk Nipah permukiman dengan kapasitas tampungan
sebesar 30 juta m3
3 Pembangunan Bangkalan pemenuhan air baku untuk irigasi dan SEDANG
Waduk Blega permukiman dengan kapasitas tampungan
sebesar 100 juta m3
4 Pembangunan Pamekasan pemenuhan air baku untuk irigasi dan SEDANG
Waduk Samiran permukiman dengan kapasitas tampungan
sebesar 50 juta m3
5 Pembangunan Sumenep pemenuhan air baku untuk irigasi dan RENDAH
Waduk Tambak permukiman dengan kapasitas tampungan
Agung sebesar 30 juta m3
Definisi fungsi institusi yang mewakili pemerintah pusat adalah sebagai berikut:
1. Menjabarkan kerangka kerja institusi pemerintah pusat dalam kegiatan
manajemen sumberdaya air.
2. Menjabarkan semua pihak yang terkait yang terlibat dalam manajemen
sumberdaya air dan menggunakan kerangka kerja pada tingkat WS.
3. Menyiapkan mekanisme umpan balik (feed back), seperti seminar, untuk
mensosialisasikan proyek dan tujuannya.
4. Mengadakan seminar informal dan diskusi bulanan antara pihak pemerintah. Hal
ini juga diikuti dengan studi masalah, seperti dari Eropa (Republik Checz, Inggris
atau Belanda) dan Asia Tenggara (Sarawak dan Malaysia).
5. Menyiapkan mekanisme umpan balik (feed back) yang terdiri dari perwakilan 17
departemen pemerintah dan lembaga yang terlibat dalam perencanaan
manajemen dan penggunaan sumberdaya air. Komite ini terdiri dari pihak lain
yang terkait, terutama dari sektor swasta, diantaranya:
• sub komite manajemen sumberdaya air permukaan dan air tanah,
• sub komite manajemen batas air dan daerah pantai,
• sub komite manajemen suplai air, perawatan air, dan kualitas air,
• sub komite koordinasi dan legislatif sumberdaya air.
6. Menghindarkan pengaturan tanggung jawab dan kawasan kerja pada lembaga-
lembaga yang ada. Hal ini dibagi berdasarkan WS yang ada. Untuk keperluan ini,
Bappenas telah mempersiapkan peta Indonesia skala 1: 1.000.000 yang
menggambarkan kondisi batas WS, propinsi, kabupaten dan kecamatan serta
batas kawasan kerja pihak lainnya yang terkait.
7. Mengklarifikasi pembagian tugas, fungsi dan yurisdiksi untuk koordinasi sektor-
sektor yang ada pada manajemen sumber daya air dan pada tingkat nasional.
Pembuatan prinsip dan konsep institusi dan tanggung jawab mengenai
manajemen intergrasi DAS dan daerah pantai dibagi berdasarkan area DAS.
Pembagian area DAS tersebut adalah sebagai berikut:
• Daerah aliran air bagian hulu.
• Daerah aliran air bagian tengah.
• Daerah aliran air bagian hilir.
• Daerah pantai.
• Saluran sungai.
• Dataran banjir yang diatur.
• Daerah banjir.
• DAS.
• Daerah tangkapan sungai (catchment area).
• Daerah pinggiran banjir yang diatur (regulatory floodway fringe).
8. Pembagian institusi yang bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
• perencanaan,
• manajemen,
• kontrol akses,
• penggunaan,
• kontrol penggunaan sumberdaya air,
• kontrol kualitas sumberdaya air,
• pengguna dan aplikasi sumberdaya air,
• mengontrol alokasi sumberdaya air, alokasi keuangan dan pembiayaan,
• koordinasi pengembangan,
• evaluasi dan pengawasan,
• penegakan hukum,
• masalah institusi,
• masalah hukum,
• masalah legislatif,
• memperkirakan resiko yang mungkin terjadi,
• resolusi konflik,
• pengembangan sumberdaya manusia,
• planning perencanaan pengembangan partisipasi publik.
9. Informasi diatas digunakan untuk mengkoordinasi secara fungsional dan spasial
antara sektor berikut: suplai air minum, industri, pembangkit listrik tenaga air, air
irigasi, dan perikanan air tawar dan air asin.
10. Merumuskan kekurangan infrastruktur perawatan air dan legalisasi untuk kota
dan daerah urban.
11. Merumuskan kurangnya koordinasi antar institusi pada suplai air industri.
12. Mengadakan studi banding mengenai integrasi.
13. Identifikasi tugas institusi dalam kondisi yang baru.
14. Menyiapkan kerangka kerja tugas dan fungsi koordinasi institusi suplai air pada
lembaga pemerintah dan pihak terkait lainnya.
15. Menyiapkan pilihan dan alternatif untuk pemerintah pusat tentang pembagian
tugas antar pihak swasta yang terkait.
16. Mengidentifikasi pilihan alternatif pemecahan masalah dengan pernyataan yang
jelas tentang kelebihan dan kekurangannnya.
Pelaksanaan otonomi daerah yang bertumpu pada otonomi daerah kabupaten dan
daerah kota juga memberikan pengaruh yang besar terhadap pengelolaan
sumberdaya air. Berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air, Pemerintah dan
DPR telah mengeluarkan Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air. UU SDA ini menggantikan Undang-undang yang berlaku
sebelumnya, yaitu UU Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Dalam UU SDA Pasal 5 dan Pasal 6 Tentang Pengelolaan Sumberdaya Air,
disebutkan bahwa:
1. Pengelolaan sumberdaya air meliputi kegiatan konservasi, pendayagunaan dan
pengendalian daya rusak air.
Dalam perencanaan wilayah sungai juga perlu diperhatikan hubungan antara wilayah
sungai dengan perencanaan tata ruang (BAPPEDA) yang harus memberikan dasar
bagi pengkajian terhadap fungsi dan kegiatan di wilayah sungai dan selanjutnya
menggabungkan informasi dari sektor sumberdaya air ke dalam rencana tata ruang.
PUSAT
DITJEN SDA
DIREKTORAT
PSDA
PROPINSI GUBERNUR
BAPPEDA BAPPEDALDA
Perencanaan
Wilayah Sungai
DINAS PENGAIRAN
Unit Perencanaan
BUPATI Keterangan :
Perintah
Perwakilan Pembinaan
Pengguna/ Konsultasi
Komunikasi
DINAS PU PENGAIRAN
P3A
KABUPATEN