You are on page 1of 13

ARTIKEL

POLITIK DALAM NEGERI INDIA


SEBAGAI PENYEIMBANG DI KAWASAN ASIA SELATAN

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Kebangkitan Negara-Negara Asia)

Oleh:
Miyasa Paramitha
0705671

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011
A. Pendahuluan
India merupakan suatu negara yang terletak di kawasan Asia Selatan, India
adalah negara yang memiliki penduduk lebih kurang 1,18 milyar orang dan
termasuk dalam kategori negara yang memiliki penduduk terbesar nomor dua di
dunia dan luas wilayah India merupakan yang terbesar di kawasan Asia Selatan.
Peran India yang sangat besar dalam penyeimbang di kawasan Asia Selatan yang
merupakan kawasan yang memiliki potensi  konflik yang cukup tinggi baik
konflik vertikal maupun horizontal serta yang melibatkan elemen-elemen di luar
kawasan tersebut.
Peran India yang cukup signifikan di kawasan Asia Selatan dapat dilihat
dari kebijakan politik luar negeri negara tersebut  guna mengakomodir ancaman,
hambatan dan tantangan yang terjadi di kawasan Asia Selatan maupun dunia
internasional baik yang bersumber dari kawasan itu sendiri atau dari luar kawasan
Asia Selatan. Politik luar negeri yang diterapkan di kawasan regional maupun
internasional ini dapat menjadi penentu arah bagaimana kawasan Asia Selatan dan
India pada khususnya akan bergerak guna mengakomodir hambatan, ancaman dan
tantangan serta kepentingan-kepentingan nasional India dalam hubungannya
dengan geopolitik dan politik internasional yang sedang berjalan. Politik luar
negeri India merupakan politik luar negeri yang bertumpu pada aspek pencapaian
kepentingan-kepentingan nasional India serta prinsip non-blok yang telah menjadi
dasar atau pedoman bagi perumusan politik luar negeri India sejak masa perang
dingin hingga saat ini, meskipun dalam pelaksanannya pada masa sekarang atau
setelah perang dingin berakhir prinsip tersebut banyak mengalami perubahan
namun tetap tidak menghilangkan dasar dari prinsip itu sendiri.
Prinsip non blok sendiri merupakan uraian dari doktrin-doktrin yang
melandasi para pengambil keputusan dalam merumusakan poltik luar negeri India,
secara garis besar doktrin-doktrin tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
yaitu doktrin tradisional dari kebijakan luar negeri India yang mengandung
beberapa prinsip-prinsip kunci seperti kebijakan negara harus sesuai dengan
aturan dasar atau norma yang legal, dimana aturan dasar tersebut berasal dari
cerita Mahabharata dan Gita yang menekankan bahwa perang merupakan usaha
terakhir yang dapat dijalankan guna mencapai tujuan-tujuan tertentu atau untuk
menyelesaiakan masalah-masalah tertentu.
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai dinamika politik luar negeri India
ke dalam dua fase era yaitu era perang dingin dan era paska perang dingin.
Diharapkan dengan membahas politik luar negeri India kita dapat mengerti
bagaimana peran dan posisi India dalam politik internasional dalam arti umum
dan politik regional dalam arti khusus, bagaimana India berusaha untuk mencapai
kepentingan-kepentingan nasionalnya dan bersamaan dengan itu berusaha untuk
memberikan pencapaian-pencapian yang positif bagi lingkungan di lingkup Asia
Selatan serta Internasional.

B. Pembahasan
1. Era Perang Dingin
a. Bidang Politik
Perang dingin yang terjadi antara blok Barat dan blok Timur memiliki
tujuan atau misi yaitu untuk mencapai hegemoni di suatu kawasan di seluruh
dunia tidak terkecuali Asia Selatan. India sebagai sebuah negara yang terletak di
kawasan Asia Selatan berusaha melakukan politik luar negeri yang dinamis
dengan berusaha untuk menjalin hubungan yang baik di antara dua blok yang
sedang berseteru yaitu blok Barat pimpinan Amerika Serikat dan blok Timur
pimpinan Uni Soviet.
Politik luar negeri India yang dinamis ini direalisasikan dengan pendirian
gerakan non-blok pada tahun 1961 dimana India berperan sebagai salah satu
negara pendiri gerakan tersebut. Gerakan non-blok merupakan gerakan yang dapat
didefinisikan sebagai suatu usaha oleh negara-negara di dunia ketiga untuk
terlepas dari pengaruh negara-negara kuat dan berusaha untuk mencapai
kemandirian dalam berbagai bidang. Pendiri dari gerakan non-blok adalah
Soekarno (presiden pertama Indonesia), Jawaharlal Nehru (perdana menteri
pertama India), Joseph Broz Tito (presiden pertama Yugoslavia), Gamal Abdul
Nasser (presiden kedua Mesir) dan Kwame Nkrumah (presiden pertama Ghana),
dengan gagasan mereka yang terkenal yaitu The Initiative of Five. Gerakan non-
blok pada dasarnya memiliki lima prinsip dasar yaitu :
1. Penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah masing-
masing anggotanya;
2. Prinsip non-agresi antara masing-masing anggota;
3. Prinsip non-intervensi terhadap urusan-urusan dalam negeri masing-
masing anggota;
4. Persamaan dan keuntungan bersama;
5. Ko-eksistensi yang damai
Gerakan non-blok sendiri merupakan salah satu wujud dari pencapain
yang positif bagi India dan komunitas internasional karena dalam prakteknya
gerakan non-blok dapat dimanfaatkan oleh India serta negara-negara anggotanya
untuk tetap fokus pada program pembangunan bagi negaranya, hal tersebut dapat
menjadi hal positif karena mayoritas anggota-anggota dari gerakan non-blok
tersebut adalah negara-negara yang baru memperoleh kemerdekaannya dari
kolonialisme sehingga mereka membutuhkan kondisi yang kondusif untuk
mencapai rekonstruksi nasional yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara
tersebut di tengah persaingan antara kekuatan adidaya blok Barat dan blok Timur.
Bagi India gerakan non-blok marupakan manifestasi dari pengalaman-
pengalaman yang dialami India pada masa pra-kemerdekaan, dimana pada masa
itu India berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dengan jalan damai yang
dipimpin oleh partai Kongres. Peran India dalam gerakan non-blok merupakan
wujud dari politik luar negeri India yang berusaha memunculkan India sebagai
kekuatan baru di antara negara-negara yang baru merdeka dan sedang
berkembang, hal tersebut dapat dimaknai demikian jika kita melihat bagaimana
posisi India di kawasan Asia Selatan dan kondisi India pada saat itu. Posisi India
pada masa awal perang dingin merupakan negara yang baru merdeka dan dalam
proses mencari posisi di tengah persaingan blok Barat dan blok Timur, sedangkan
kondisi India yang baru merdeka membutuhkan kestabilan keadaan dan akses
kerjasama internasional yang berasal dari negara-negara besar termasuk dari
negara-negara Blok barat dan blok Timur guna mencapai rekonstruksi nasional
India.
b. Bidang Ekonomi
Kerjasama ekonomi India dengan Uni Soviet didasarkan pada perjanjian
yang di tandatangani oleh kedua negara pada tahun 1971 yang merupakan wujud
dari kerjasama strategis di antara kedua negara, salah satunya adalah bantuan
ekonomi dari Uni Soviet pada India. Bantuan ekonomi Uni Soviet kepada India
merupakan reaksi dari munculnya Amerika Serikat sebagai pemain dan
merupakan rival Uni Soviet pada saat  dalam perpolitikan regional di kawasan
Asia Selatan. Kedekatan hubungan antara India dan Uni Soviet membawa
keuntungan bagi usaha pembangunan yang sedang dilakukan India pasca
kemerdekaannya pada tahun 1947, salah satu keuntungan tersebut adalah adanya
bantuan ekonomi yang diperoleh India guna membantu sektor militer dan proses
industrialisasi di India.
Kebijakan ekonomi India pada fase perang dingin lebih berorientasi pada
kebijakan ekonomi yang proteksionisme dan mengedepankan substitusi impor,
industrialisasi, intervensi negara dalam sektor tenaga kerja dan pasar-pasar
keuangan. Kebijakan perekonomian India juga didasarkan pada rencana
pembangunan lima tahun India yang diawasi oleh komisi pengawasan rencana
lima tahun. Kebijakan ekonomi India yang bercorak sosialis ini merupakan salah
satu wujud dari keinginan dari pemerintah India untuk melepaskan diri dari
bayang-bayang kolonialisme yang telah menghantui India hingga tahun 1947.
Peran Uni Soviet dalam usaha pembagunan India dapat dikatakan signifikan
karena pada tahun 1965 Uni Soviet merupakan negara yang memiliki kontribusi
besar bagi India dengan menempati urutan kedua negara yang memiliki bantuan
terbesar bagi pembangunan di India.
Perdana menteri Nehru merupakan salah satu tokoh yang mendukung
kedekatan hubungan antara India dan Uni Soviet meskipun di sisi lain India
adalah anggota dari gerakan non-blok yang merupakan organisasi yang
menentang adanya dominasi dua blok besar selama perang dingin. Perdana
menteri Nehru beranggapan bahwa kedekatan hubungan antara India dan Uni
Soviet akan menguntungkan India baik dari dalam maupun dari luar, dari dalam
India dapat mengoptimalkan usaha pembangunan yang dilakukan dengan
bantuan-bantuan ekonomi yang diberikan Uni Soviet kepada India serta dari luar
India dapat menjaga posisinya di kawasan Asia Selatan menghadapi Pakistan yang
didukung oleh Amerika Serikat karena hubungan kedua negara yang tidak terlalu
harmonis. Politik luar negeri India yang mendua tersebut tidak lepas dari
kepentingan-kepentingan strategis India di kawasan Asia Selatan atau mendorong
keemajuan India sebagai negara yang baru merdeka dari kolonialisme.
c. Bidang Militer
Era perang dingin merupakan suatu masa dimana blok Barat dan blok
Timur berusaha untuk membentuk aliansi-aliansi militer di antara negara-negara
di dunia. India dalam hal ini merupakan sedikit negara yang tidak memiliki aliansi
dengan negara-negara blok Barat maupun blok Timur. India mengambil posisi
demikian karena pada dasarnya India merupakan negara yang pasif dan cenderung
bersifat bertahan dalam menerapkan kebijakan militernya.
Kebijakan luar negeri India dalam bidang militer mengalami perubahan
ketika meletusnya konflik yang terjadi antara China dan India, serta India dan
Pakistan. Perubahan kebijakan tersebut dapat dilihat dari semakin dekatnya
hubungan antara India dan Uni Soviet dalam bidang militer. Kedekatan hubungan
tersebut berdampak pada mengalirnya bantuan keuangan dari Uni Soviet bagi
India sebagai sekutu dekat Uni Soviet di kawasan Asia Selatan, hal tersebut dapat
dimengerti karena di sisi lain Amerika Serikat sebagai seteru Uni Soviet dalam
perang dingin berusaha untuk mempersenjatai Pakistan yang notabene merupakan
musuh dari India di kawasan Asia Selatan. Hubungan antara India dan Uni Soviet
serta Amerika Serikat dan Pakistan merupakan bentuk dari perlombaan senjata di
kawasan tersebut.
India sebagai negara yang besar dan kuat pengaruhnya di kawasan Asia
Selatan berusaha untuk melakukan segala upaya untuk meraih dukungan dari
negara-negara di kawasan tersebut salah satunya dengan menjalankan beberapa
kerjasama militer dengan negara-negara sekitarnya untuk membentuk semacam
keamanan kolektif bagi keberlangsungan kondisi yang damai, aman dan tenteram
bagi seluruh negara di kawasan Asia Selatan. Tahun 1958 perdana menteri
Jawaharlal Nehru berkunjung ke Bhutan untuk memperkuat hubungan kedua
negara dan untuk menyatakan dukungannya bagi kemerdekaan Bhutan serta
pembentukan keamanan kolektif di antara kedua negara. 

2. Era Pasca Perang Dingin


a. Bidang Politik
India merdeka pada tahun 1947 dan menerapakan demokrasi dalam
kehidupan politiknya. Dampaknya memang tidak sederhana, berbagai kemelut
dan kekacauan terjadi dalam pembentukan karakter demokrasinya. Penerapan
demokrasi di dalam negeri India juga berdampak pada kebijakan luar negeri India
pasca perang dingin, dimana pada saat itu kekuatan blok sedang melemah
sehingga India lebih mengedepankan sifat hubungan yang saling menguntungkan,
hal ini dapat terlihat ketika India dan Pakista membuat kesepakatan untuk
mengurangi ketegangan di antara keduanya tentang masalah nuklir yang dimiliki
oleh kedua negara tersebut.
Pertemuan kedua negara untuk membicarakan masalah tersebut
dilaksanakan pada pertemuan tingkat tinggi pada 21 Februari 1999 di kota Lahore
di sebelah timur laut Pakistan. Dalam kesepakatan tersebut kedua negara
bersepakat untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan tentang penggunaan
senjata nuklir. Dalam tataran internasional kedua negara juga menandatangani
Comprehensive Test Ban Treaty (CTBT) yaitu suatu perjanjian internasional yang
melarang uji coba nuklir yang selesai dibuat pada tahun 1996. 
b. Bidang Ekonomi
Kebangkitan India sebagai raksasa ekonomi juga terkait dengan
perkembangan dunia setelah 1989. India terlibat dalam perdagangan barter yang
luas dengan Uni Soviet dan sekutu-sekutu komunisnya di Eropa Timur. Ketika
blok negara-negara komunis ini bubar, India terpaksa membayar barang-barang
yang diimpornya dengan uang tunai. Akibatnya, cadangan devisa India merosot
dengan cepat, yang memicu krisis keuangan yang parah pada 1991 dan pada
gilirannya memaksa India melakukan reformasi ekonomi yang radikal yang
meletakkan dasar bagi kebangkitan ekonominya.
Lebih luas lagi, bangkrutnya Marxisme pada 1989 memungkinkan negara-
negara di Asia, termasuk Cina dan India, mengambil kebijakan kapitalis secara
terang-terangan. Walaupun   kebangkitan ekonomi Cina sudah mulai di bawah
kepemimpinan Deng Xiaoping, baru setelah 1989 Partai Komunis Cina dapat
dengan terang-terangan meletakkan penciptaan kekayaan di atas ideologi. Contoh
yang diberikan Cina punya pengaruh yang konstruktif atas partai-partai komunis
lainnya yang masih bertahan di Asia dan di negara-negara lainnya di dunia.
Secara geopolitik, keberhasilan pasca-1989 ini melintas jauh di luar batas
negara-negara     Barat. Bangkrutnya Uni Soviet dengan tiba-tiba merupakan
berkah strategis bagi negara- negara di Asia, karena ia berarti lenyapnya ancaman
dari suatu imperium yang menakutkan    dan terbukanya jalan bagi Cina untuk
dengan cepat memajukan kepentingannya secara global. Surutnya pengaruh Rusia
pasca-1989 berarti kebangkitan bagi Cina.
Bagi India, berakhirnya Perang Dingin telah memicu krisis kebijakan luar
negeri akibat      terputusnya hubungan dengan mitranya yang paling andal, yaitu
Uni Soviet. Tapi, seperti          dengan krisis keuangan pada 1991, India mampu
bangkit dengan kebijakan luar negeri yang baru, kebijakan yang melepaskan diri
dari tradisi yang terlalu idealistik dan merangkul realisme dan pragmatisme yang
lebih luas. India, pasca Perang Dingin, mulai membangun      kemitraan strategis
yang saling menguntungkan dengan pemain-pemain utama di Asia dan bagian-
bagian dunia lainnya. Menjalin kerja sama dengan Amerika Serikat (suatu ciri
khas dekade ini) dimungkinkan oleh pergeseran pemikiran kebijakan India pasca-
1989.
India memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sekali pun belum
digarap secara maksimal, namun perekonomian India sangat jauh lebih baik
daripada Indonesia. Sekali pun demikian, reformasi dan restrukturisasi ekonomi
masih menghadapi berbagai kendala. Seandainya India menjalankan reformasi
ekonominya dengan baik, maka sangat mungkin negara ini termasuk dalam salah
satu kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Perekonomian India diperkuat oleh kehadiran industri dengan dasar
teknologi yang cukup kuat. Program alih teknologi India termasuk cukup berhasil.
Dalam industri IT yang merupakan arus dunia saat ini, India hadir sebagai pemain
kelas atas. Demikian pula dalam bidang teknologi yang lain, para teknokrat India
memiliki penguasaan yang cukup tinggi hingga mampu berbicara dalam dunia
teknologi internasional. Kekuatan ini menjadi dasar kuat bagi perekonomian
India, perekonomian yang tidak akan begitu mudah digoyang seperti Indonesia.
c. Bidang Militer
Kekuatan militer India merupakan kekuatan militer yang relatif kuat dan
besar, hal  tersebut dapat dilihat dari  jumlah anggotanya yang mencapai kekuatan
satu juta yang dilengkapi dengan peralatan modern dengan industri pendukung,
serta anggaran militer yang sangat besar, militer India merupakan salah satu yang
terkuat di dunia saat ini. Di Asia, India hanya dapat ditandingi oleh RRC. Adanya
gabungan kekuatan militer, ekonomi, sosial, politik, sumber daya, serta teknologi
memberi kesempatan bagi India untuk berkembang menjadi salah satu adidaya
Asia.
Militer India dipasok oleh 39 pabrik lokal dan 8 Defence Public Sector
Undertakings (DPSUs), diantaranya:
1. Hindustan Aeronautics Limited (HAL). Salah satu buatannya adalah
LANCER, yaitu helikopter serang berdaya rendah (low cost attack
heli), serta akan membuat Intermediate Jet Trainer.
2. Bharat Electronics Limited (BEL). Ia khusus membuat peralatan
elektronik untuk mesin perang. Sangat bermanfaat dalam menghadapi
embargo, dengan membuat unsur alternatif.
3. Bharat Earth Movers Limited (BEML), membuat peralatan berat.
4. Mazagon Dock Ltd (MDL), membangun kapal perang sampai
6000 DWT dan kapal sipil sampai 27.000 DWT, termasuk kapal selam,
kapal rudal, fregat, corvette dan perusak. Perusak ke dua, INS Mysore,
diresmikan penggunaannya pada Juni 1999.
5. Goa Shipyard Limited (GSL), membuat kapal modern yang lebih
kecil. Buatan terakhirnya adalah Extra Fast Attack Craft (Mei 1999)
dan Advance Offshore Patrol Vessel (Mei 1999).
6. Garden Reach Ship builders and Engineers Limited (GRSE), membuat
kapal perang, serta perbaikan kapal.
7. Bharat Dynamics Limited (BDL), membuat ATGM SS11 B1 teknologi
Aerospatiale Prancis, ATGM Milan teknologi Euromissile Prancis,
serta ATGM Konkurs teknologi Rusia, serta amunisinya.
8. Mishra Dhatu Nigam Limited (Midhani), membuat bahan khusus dan
lakuranadi (superalloy) untuk kepentingan pertahanan, energi atom,
luar angkasa, kedirgantaraan, dsb.

3. Hubungan Luar Negeri


a. Rusia
India adalah bagian dari politik luar negeri Soviet di Asia, hal tersebut
terjadi pada saat Soviet masih ada. Kebijakan politik India yang non-blok
memberi Soviet jalan di Asia Selatan. Soviet menjadi pemasok terbesar bagi
militer India, menjamin adanya pasokan kemiliteran yang bebas dari persyaratan
berat dan resiko embargo.
Setelah Soviet bubar, Rusia tetap menjadi pemasok senjata nomor satu
bagi militer India. Dalam beberapa kerjasama yang dilakukan Rusia memberikan
teknologi kepada India, walau pun hanya teknologi lapis ke dua. Seperti halnya
Soviet, Rusia tetap memperhitungkan bahwa teknologi yang dipindahkan ke India
dapat berpindah tangan ke AS, melalui Inggris atau Perancis juga ke Cina.
Persahabatan India dan Rusia diperkuat oleh faktor Cina, dimana keduanya
pernah mengalami konflik perbatasan dengan Cina. Demikian pula dengan faktor
separatisme khususnya yang berkaitan dengan fundamentalisme Islam. Rusia
berhadapan dengan masalah yang lebih berat di Dagestan dan Cechnya yang
memperoleh pasokan bahan dan milisi dari Afghanistan. Sebaliknya, India sangat
membutuhkan Rusia untuk hak veto di PBB dalam masalah Kashmir dan
kepemilikan senjata nuklir. Kemampuan India dalam mencapai keinginannya baru
dapat dicapai dalam 25 sampai 50 tahun sebelum India dapat menandatangani
NPT dan CTBT (perjanjian yang membatasi percobaan, kepemilikan dan
penyebaran senjata nuklir) dan ini tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan
Rusia, baik dalam hal teknologi maupun perlindungan hak veto di PBB.
b. Amerika Serikat
Kedekatan India dengan Soviet (kemudian Rusia) otomatis membuat India
kurang disukai oleh AS. Namun dikarenakan letak geografisnya, pendiriannya
yang non-blok, serta keberadaannya sebagai negara demokrasi, para analis militer
AS menyimpulkan bahwa konflik dengan India sangat kecil kemungkinannya.
c. Eropa 
Prancis termasuk pemasok senjata bagi India. Teknologi nuklir India pada
awalnya berasal dari Prancis. Sikap Prancis yang non-blok membuatnya tidak
terlalu dipengaruhi oleh AS. Namun setelah India menolak menandatangani NPT,
tekanan dunia mengharuskan Prancis untuk turut membatasi teknologi yang
dipasok ke India.
d. Inggris
Inggris merupakan bapak India. Sebagai negara persemakmuran
(commonwealth), India secara tradisi mendapat perlindungan dari Inggris. Hanya
saja saat ini, kekuatan Kerajaan Inggris sudah berkurang dari dunia, bahkan
mendapat julukan Putra Mahkota yang Memalukan, sedang sumber daya yang
dimilikinya jauh dari mencukupi untuk dapat menjadi adidaya di zaman moderen
ini.
e. Asia
ASEAN adalah tempat bagi bangsa-bangsa yang cinta damai.
ASEAN membawa dampak positif bagi seluruh bangsa di dunia tidak terkecuali
bagi Indonesia. ARF (ASEAN Regional Forum) sangat bermanfaat bagi India
untuk melakukan komunikasi akrab yang terbuka dengan negara-negara lain.
Hanya saja dalam forum regional yang cukup luas seperti itu India sering menjadi
bulan-bulanan karena sikapnya yang tidak mau menandatangani NPT dan CTBT.
Pelajaran dari ASEAN digunakan oleh India untuk membentuk kumpulan
regionalnya sendiri yaitu BIMSTEC yang terdiri atas Bangladesh, India,
Myanmar, Sri Lanka dan Thailand.
f. Israel
Israel negara kecil dengan kekuatan besar ini, adalah kunci dalam
pengembangan militer negara-negara berkembang. India menyadari hal ini sejak
1992. Sebelumnya, sama seperti Indonesia, desakan fanatik dalam negeri, serta
kebijakan politik untuk mengambil hati kaum fanatik menghalangi dibukanya
hubungan diplomatik dengan Israel. Kunjungan Presiden Israel Ezer Weizman
tahun 1996 mewakili akhir dari kebijakan tak-berdasar tersebut. Dari hubungan
ini India memperoleh keuntungan yang sangat besar, terutama karena Israel tidak
terlalu pelit dalam pengalihan teknologi. Israel bahkan tidak mempermasalahkan
kedekatan hubungan politik India dengan Iran, atau negara-negara Arab yang
masih ingin menyingkirkan Israel. Dari Israel, India memperoleh amunisi, radar,
FAC, electronic warfare system, UAV, serta upgrade berbagai peralatan militer.
Israel terkenal dalam pemanfaatan mesin-mesin militer lama dan mengubahnya
menjadi peralatan moderen, serta membuat sendiri suku cadang untuk
menghindari embargo, baik peralatan Rusia maupun AS dan Eropa. Dengan
naiknya biaya produksi di Rusia akibat gejolak internal, Israel saat ini merupakan
pemasok senjata nomor dua untuk India.

4. Analisis
Politik luar negeri India merupakan politik luar negeri yang dinamis dan
ekuilibrium, meskipun pada saat terjadi konflik yang melibatkan India, China
serta Pakistan, India melakukan perubahan politik luar negerinya menjadi lebih
dekat pada salah satu pihak dalam kasus ini Uni Soviet. Perubahan kebijakan
politik luar negeri India setidaknya dapat digambarkan sebagai respon terhadap
kebutuhan dalam negeri India, karena pada dasarnya politik luar negeri
merupakan suatu cara atau jalan untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan
nasional suatu negara yang didasarkan pada kondisi, kebutuhan dan keamanan
dalam negeri suatu negara baik dalam kawasan maupun lingkup internasional.
India sebagai suatu negara yang memiliki potensi yang cukup untuk
menjadi negara super power menyadari hal tersebut dan berusaha untuk
memaksimalkan potensi-potensi yang ada untuk menjadi negara yang memimpin
di kawasan Asia Selatan baik dalam bidang ekonomi, politik dan militer.
Keberhasilan India hari ini merupakan salah satu bukti nyata dari semangat yang
di tanamkan oleh Mahatma Gandhi serta Jawaharlal Nehru pada saat India
merdeka. India hari ini merupakan hasil kerja keras rakyat dan pemerintah India
dalam membangun negaranya menjadi negara yang disegani di dunia
internasional.

REFERENSI

Rajni, Othari. (1989). Politics in India. New Delhi: Orient Longman Ltd.

Barbara, D Metcalf. (2006). A Concise History of Modern India. Cambridge:


Cambridge University Press.

Wibowo, Hary. (_____). Politik Luar Negeri India. [Online]. Tersedia:


http://www.harycollection.co.cc/2010/12/politik-luar-negeri-india.html.
[13 Januari 2011].

You might also like