Professional Documents
Culture Documents
Sootblower adalah alat yang berfungsi untuk membersihkan jelaga (soot) pada dinding boiler dengan
cara menyemprotkan uap panas kepada pipa boiler. Pada tanggal 4 november 2010, diketahui bahwa
sootblower IR 881B pada riser wall sisi utara Unit 1 tersangkut pada posisi semprot. Setelah
sootblower dikembalikan kepada posisi menutup, masih terdengar suara dari daerah sootblower yang
diduga merupakan kebocoran pipa boiler. Setelah dikonfirmasi akan adanya kebocoran, maka pada
tanggal 5 November 2010 pukul 00:29, Unit 1 desinkron dari jaringan (TJBPS Distrubance Report
TJB-PR-0632-ROO). Observasi visual boiler dalam kondisi shutdown menujukkan terjadinya
kebocoran pada pipa tepat disamping sootblower IR 881B.
1
Gambar 2 : Sootblower IR 881B yang telah dilepas
Pipa Penunjuk
Lokasi
Sootblower
Pipa Penunjuk
Lokasi
Sootblower
2
Setelah air di boiler dikosongkan, maka dimulai pemotongan pipa boiler, tanggal 5 November 2010
malam hari.
3
Gambar 6 : Pipa Boiler yang telah dipotong
Dari pipa yang telah dilepas, terdapat 4 lubang yang berasal dari penipisan pipa akibat malfungsi
sootblower.
4
Lubang
Gambar 8 : 2 lubang kebocoran dan Garis Penipisan pipa bagian bawah akibat Sootblower
Lubang
Gambar 9 : 2 Lubang kebocoran Garis Penipisan Pipa Bagian Atas Akibat Sotblower
5
Gambar 10 : Lubang 1
Gambar 11 : Lubang 2
6
Gambar 12 : Lubang 3
Gambar 13 : Lubang 4
Sootblower beroperasi dengan menyemprotkan uap air bertekanan kedalam dinding pipa boiler untuk
membersihkan abu akibat hasil pembakaran batu bara. Mekanisme penyemprotan sootblower adalah
sebagai berikut:
1. Motor berputar, dan menggerakkan Screw tube dan Cam, yang menggerakkan nozzle kedalam
ruang boiler.
2. Ketika nozzle sudah masuk kedalam ruang boiler, maka cam akan membuka trigger, dan poppet
valve terbuka, sehingga uap panas tersalurkan melalui gooseneck, dan disemprotkan oleh nozzle
menuju pipa boiler.
3. Setelah sootblower selesai membersihkan, maka motor menarik kembali nozzle, trigger akan
terlepas dari cam, dan aliran uap air akan berhenti.
8
Pin yang patah
Sootblower mempunyai sistem deteksi posisi sootblower melalui limit switch gear pada control box.
Ada 2 rangkaian indikasi pada 2 limit switch pada control box. Kedua limit switch yang digunakan
adalah tipe normally closed, yang berarti switch tersebut akan terus menyalurkan sinyal listrik dalam
rangkaian selama switch tidak diaktuasi. Ketika trip pin gear mengaktuasi limit switch, maka
rangkaian akan terputus. Control room akan mendeteksi status posisi sootblower dari rangkaian yang
terputus.
9
Limit Switch Posisi Limit Switch Posisi
Forward (Normally Retract (Normally
Closed) Closed)
10
Berikut adalah tabel logika dari sistem pengawasan sootblower yang terpasang di unit 1 dan 2.
Dapat disimpulkan dari tabel diatas bahwa sistem pengawas tidak dapat mendeteksi malfungsi sootblower
yang disebabkan oleh kegagalan pin. Ketika soot blower terangkut pada posisi extend atau retract akibat
pin patah, CCR tetap mendeteksi sootblower bekerja normal. Hal ini dikarenakan sistem pengawas tidak
terhubung secara langsung kepada sootblower. CCR tidak dapat mendeteksi sootblower yang sedang
mengerosi pipa yang berujung kepada kebocoran, atau tidak melakukan fungsinya dan membiarkan pipa
boiler kotor oleh jelaga.
11
Pada salah satu siklus operasi sootblower IR 881B, terjadi patah pada coupling pin pada kopling
penghubung antara gear reducer shaft dan blower drive shaft. Hal ini menyebabkan tertinggalnya
nozzle didalam boiler dalam posisi terus menyemprot. Hal ini tidak terdeteksi oleh operator di
control room, karena limit switch yang menunjukkan posisi nozzle terletak di control box. Limit
switch ini tidak terhubung dengan nozzle, dan menunjukkan status nozzle melalui posisi timing gear
yang diputar oleh motor. Patahnya coupling pin menyebabkan sootblower tertinggal dalam posisi
menyemprot pipa, dan status sootblower terdeteksi normal, karena limit switch tetap berfungsi.
Walaupun, yang terjadi adalah nozzle terus menyemprot pipa sehingga terjadi erosi, dan motor hanya
berputar tanpa menggerakkan blower drive shaft.
Pin Patah
12
Dikarenakan kerugian yang ditimbulkan oleh malfungsi sootblower tersebut, dibutuhkan metode
pemantauan sootblower untuk menghindari kegagalan di kemudian hari. Metode pengawasan yang
diinginkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
III.1 Aplikasi Proximity switch pada sootblower Versi 1 (Telah dilakukan uji coba oleh operator
TJBPS dan PLN)
TJBPS sebagai operator unit 1 dan 2 telah melakukan uji coba aplikasi proximity switch pada
sootblower 885B yang digunakan untuk mendeteksi posisi sootblower. Limit switch tipe induksi ini
merupakan jenis Normally Closed, dan akan berubah status ketika mendeteksi metal dalam radius 5
mm dari muka detektor.
Proximity Switch
Posisi Retract
(Normally Closed)
Addtitional Proximity
Switch mengontrol
Relay Switch
Additional Relay
Posisi extend Posisi retract Switch (Normally
terdeteksi bila terdeteksi bila Closed)
rangkaian menjadi rangkaian menjadi
open loop open loop
Cara kerja sistem ini adalah dengan memasang relay switch yang diaktuasi oleh proximity switch
secara paralel pada rangkaian posisi retract. Posisi retract sootblower dapat dideteksi apabila
rangkaian posisi retract berubah menjadi rangkaian terbuka. Dengan aplikasi proximity switch
sebagai parallel dari existing limit switch, sootblower yang tertinggal akan dapat dideteksi, karena
bila proximity switch tidak mendeteksi bahwa sootblower telah ditarik, maka switch tetap pada posisi
closed, dan sootblower tidak akan terdeteksi sudah ditarik. Metode ini telah diuji coba pada tanggal
24 november 2010 pada salah satu sootblower di unit 1, dengan hasil memuaskan. Namun belum
diketahui mengenai ketahanan operasi dari sensor.
Tipe NBB5-18GM60-WO
Proximity switch digunakan karena terdapat celah pada piringan sootblower, seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah.
14
Guide Bar
Celah
Celah pada piringan merupakan celah pengarah antara piringan dan guide Bar. Pada proses retract,
piringan akan berputar setelah mencapai posisi retract, dan celah akan melewati proximity sensor. Hal ini
menyebabkan penggunaan sensor lain seperti contact limit switch bukanlah suatu pulihan, karena celah
akan mematahkan actuator contact limit switch, dan pengaplikasian contact limit switch di daerah
piringan yang tidak bercelah juga tidak akan menyelesaikan masalah, karena akan terjadi abrasi akibat
gesekan antara contact limit switch dan piringan yang berputar.
Penggunaan relay switch dibutuhkan, untuk dapat mendeteksi kegagalan limit switch. Hal ini
dimungkinkan karena tanpa sinyal limit switch, relay akan terus menutup rangkaian, sehingga posisi
15
retract tidak akan terdeteksi. Hal ini akan terdeteksi pada control room sebagai malfungsi, dan dapat
dilakukan pemeriksaan sootblower tersebut.
Berikut adalah tabel logika dari sistem pengawasan sootblower 885B dengan tambahan proximity switch:
Dapat disimpulkan dari tabel diatas bahwa sistem pengawas tidak dapat mendeteksi malfungsi sootblower
yang disebabkan oleh kegagalan pin pada posisi retract. Ketika soot blower terangkut pada posisi retract
akibat pin patah, CCR tetap mendeteksi sootblower bekerja normal. Hal ini dikarenakan ketika pin patah
dengan kondisi sootblower tersangkut, maka retract circuit akan menjadi rangkain tertutup karena limit
switch kembali kepada status normalnya, yaitu tertutup. Walaupun operasi sootblower terlihat normal dari
CCR, sebenarnya sootblower tidak melakukan tugasnya dan membiarkan pipa boiler terkotori oleh jelaga.
Percobaan untuk membuktikan hal ini telah dilakukan pada tanggal 8 desember 2010 pada sootblower
885 B. Untuk mensimulasi pin yang patah, maka coupling pin dilepas ketika sootblower pada kondisi
16
retract, lalu sootblower dioperasikan. Karena tidak adanya coupling pin, maka gear reducer shaft berputar
tanpa terhubung kepada blower drive shaft, dan sotblower tetap pada kondisi retract. Hubungan antara
relay dan limit switch pada control box adalah parallel. Hal ini menyebabkan retract menjadi tertutup
ketika limit switch tertutup, walaupun relay masih terbuka karena proximity switch terus ter-energized
oleh disc sootblower. Terbukti dari percobaan yang dilakukan, status CCR menunjukkan bahwa
sootblower beroperasi normal, walaupun pada kondisi sebenarnya, sootblower tidak beroperasi.
Kesimpulan Sistem :
Namun sistem ini tidak dapat mendeteksi status abnormal sebagai berikut
III.2 Aplikasi proximity Switch dengan relay ganda Versi 2 (Telah dilakukan percobaan oleh
operator TJBPS dan PLN)
Untuk mengatasi kelemahan pada sistem pengawasan dengan proximity switch versi 1, dilakukan
modifikasi pada rangkaian, yaitu penambahan relay switch Normally Closed pada rangkaian retract
seperti pada gambar berikut:
Additional Relay
Switch 1
Posisi retract (Normally Closed)
Additional Relay
terdeteksi bila
Switch 2
rangkaian menjadi
(Normally Closed)
open loop
18
Add. Relay 1 Open Closed Closed Open Closed Closed
(NC)
Add. Relay 2 Open Closed Closed Open Closed Closed
(NC)
Add. Energized De-Energized De-Energized Energized De- De-Energized
Proximity Energized
Switch
Kondisi Open Closed Closed Open Closed Closed
Retract circuit
CCR Reading Circuit Circuit Inactive Circuit Inactive Circuit Inactive Circuit Circuit Inactive
active Inactive
EXTEND CIRCUIT LOGIC TABLE
Existing L.S Closed Closed Closed Open Open Open
(NC)
Kondisi Closed Closed Closed Open Open Open
Extend Circuit
CCR Reading Circuit Circuit Inactive Circuit Inactive Circuit Active Circuit Circuit Active
Inactive Active
CCR Retract / Elapsed time Elapsed Time Failed To Start Forward / Forward
SOOTBLOWER Stop Alarm Alarm Alarm Run
STATUS
Efek Kepada NORMAL Erosi Pipa Sootblower Sootblower tidak NORMAL Alarm akan
Boiler (Penyebab Tidak Dimonitor Beroperasi muncul pada
Bocor) TERDETEKSI TERDETEKSI kondisi retract
TERDETEKSI TERDETEKSI
Tabel 3 : Logika Pengawasan sootblower dengan proximity switch dan relay ganda
Bisa dilihat dari tabel logika diatas, bahwa tambahan relay switch pada rangkaian retract akan
menyebabkan rangkaian tetap terbuka ketika sootblower tersngkut pada posisi retract, walau limit switch
pada control box sudah pada posisi closed. Hal ini membuat sistem mampu mendeteksi patah pin pada
kondisi retract dengan alarm yang juga akurat, yaitu failed to start alarm. Metode ini telah diuji coba
bersama oleh Operator TJBPS dan PLN pada tanggal 8 desember 2010 pada sootblower 885 B dengan
hasil yang memuaskan.
19
Gambar 28 : Modifikasi pada control panel sootblower oleh operator TJBPS
Kesipulan Sistem :
IV. Kesimpulan
20
Penyebab shutdown Unit 1 pada tanggal 4 November 2010 adalah malfungsi sootblower yang tidak
terdeteksi lebih awal akibat system pengawasan sootblower yang memadai. Hal ini menyebabkan
unit shutdown selama 54 Jam, hilang produksi energy sebesar 35,636.94 MWh, dan kehilangan
availability sebesar 7,49% (TJBPS Disturbance report TJB-PR-0632-R00). Shutdown akibat
kebocoran tersebut dapat dihindari dengan aplikasi system pengawas sootblower yang dapat
mendeteksi malfungsi sootblower secara cepat. Keuntungan dari aplikasi sistem pengawas sootblower
yang tepat adalah sebagai berikut:
IV.1 Saran
21
Dari beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengawasi sootblower, bisa diambil kesimpulan bahwa
metode pengawasan sootblower dengan pengawasan dengan Proximity Switch dan relay switch ganda
pada rangkaian retract (Sub bab III.5) adalah metode yang paling efektif. Hal ini dikarenakan metode ini
dapat mendeteksi status-status abnormal sebagai berikut:
Dapat disimpulkan bahwa dari segi sistem, metode pengawasan dengan Proximity Switch dan relay
switch ganda pada rangkaian retract merupakan sistem yang sesuai, untuk sootblower unit 1 dan 2.
Namun terdapat beberapa aspek yang masih terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan, antara lain:
V. Lampiran
22
Daftar Lampiran
- TJBPS Distrubance Report TJB-PR-0632-ROO
- P&ID Sootblower
- Term Block Layout TB2 A, IR& IKAH Cabinet
23