You are on page 1of 14

Bila Anda seorang ibu yang sedang hamil, Takutkah anda jika bayi anda kelak lahir dengan

bayi besar yakni bayi lahir dengan berat diatas 4 kilogram. Setiap bayi yang lahir besar
berisiko terjadi komplikasi saat melahirkan, risiko yang terjadi bisa berupa sulitnya bayi
keluar melalui jalan lahir, perdarahan pasca melahirkan akibat robekan pada jalan lahir atau
tersangkutnya bahu anak yang berakibat bayi sulit bernafas, bahkan bila tersangkutnya bahu
tak segera tertolong menyebabkan kematian sang anak.

Hal ini adalah satu bentuk komplikasi saat proses persalinan yang terjadi dengan bayi besar.
Sebenarnya prediksi anak besar telah dapat diprediksi lebih dini dengan periksa kehamilan
yang teratur baik di bidan maupun pada dokter.

Saat periksa hamil di dokter anda selalu di tanya, riwayat siklus haid yang lalu, riwayat
masalah kesehatan ibu/bapak sebelum hamil, keluhan-keluhan yang dirasakan selama hamil
dan riwayat komsumsi obat-obatan tertentu selama hamil berlangsung. Pertanyaan tersebut
akan membawa dokter dalam program pemeriksaan lanjutan demi kesejahteran janin.

Sebagai contoh bila ibu dengan riwayat terjadi keguguran yang berulang, bayi meninggal
dalam kandungan dan pernah melahirkan bayi besar, dokter akan mengarahkan untuk
memeriksa kadar gula darah ibu dan pemeriksaan darah untuk melihat parasit tertentu seperti
toksoplasma.

Dengan pemeriksaan lebih awal ini kelainan tertentu bisa diatasi dengan pemberian obato-
batan tertentu.

Kasus bayi besar dengan berat bayi dibawah 5 kilogram masih serin terjadi, akan tetapi, bayi
yang lahir dengan berat ekskrim antara 6 kilogram masih sangat jarang terjadi, untuk Aceh
pernah lahir bayi dengan 6 kg yang lahir 17 Oktober tahun lalu, dan berat bayi besar yang
tercatat di museum rekord Muri, 6,4 kilogram, sedangkan yang terberat di dunia bayi asal
Siberia dengan 7,7 kilogram.

Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia, atau Giant Baby(bayi raksasa), adalah bayi
dengan berat badan diatas 4 kilogram. Kejadian sangat bervariasi antara 8 sampai 10 persen
total kelahiran, akan tetapi kelahiran dengan berat sangat ekstrim seperti diatas 5,5 kg sangat
langka.

Bayi besar akan meningkatkan risiko problema proses persalinan yaitu kemungkinan terjadi
bahu bayi tersangkut dan, kalaupun bayi lahir, bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan
kadang kala bayi lahir dengan trauma tulang leher, bahu dan selubung sarafnya. Semuanya
ini terjadi akibat massa bayi yang besar sehingga tidak mungkin atau sangat sulit melewati
panggul ibu.

Beruntung pada keadaan tertentu bayi bisa lewat panggul ibu dengan proses lama akan tetapi
biasanya bayi tersebut berpotensi tidak sehat, sedangkan ibu yang melahirkan sering
mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat peregangan maksimal struktur tulang
panggul. Keluhan keluhan tersebut bisa sembuh kembali dengan perawatan yang baik.

Faktor penyebab terjadinya bayi besar bisa akibat faktor ibu dan bisa juga akibat faktor
bayinya sendiri. Beberapa faktor –faktor tersebut diantaranya. Ibu yang menderita sakit
gula(diabetes melitus), hal ini terjadi akibat terjadi gangguan penggunaan gula darah ibu
hamil yang disebabkan ttak berperannya fungsi hormon insulin, inilah yang membuat bayi
menjadi tumbuh besar.

Seorang ibu dengan riwayat sakit gula, bila hamil harus melakukan pemeriksaan laboratorium
tentang kadar gula darah untuk mencegah terjadinya komplikasi kematian bayi didalam
rahim.

Pemeriksaan kadar gula darah sebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 24-28 minggu, bila
kadar gula darah tidak normal, nilai kadar gula harus diturunkan dalam batas aman atau
normal dengan menggunakan suntikan hormon insulin, karena penggunaan obat penurun gula
darah tablet tidak dibenarkan, sebab bisa membahayakan bayi.

Selama Hamil pertambahan berat badan ibu selalu dicatat pertambahan demi memprediksi
tentang kesehatan ibu dan mencegah penambahan yang sangat menyolok. Seeorang ibu hamil
gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar. Bayi yang lahir besar juga
dihubungkan dengan usia kehamilan yang lewat waktu taksirannya.

Selain itu seorang Ibu dengan kehamilan lebih dari 2 juga berpotensi melahirkan bayi besar,
karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80 sampai
120 gr . Ibu hamil dengan usia lanjut dan pernah melahirkan bayi besar, berpeluang
melahirkan bayi besar. Selain itu pengaruh postur ibu dan bapak yang besar juga
mempengaruhi lahir bayi besar, pengaruhnya berhubungan dengan tinggi badan bukan berat
badannya.

Pengaruh genetik atau kelainan kongenital (bawaan) juga berpengaruh untuk terjadi bayi
besar. Bayi dengan Jenis kelamin laki-laki berpengaruh terjadi bayi besar , biasanya anak
lelaki sekitar 150 lebih berat dari jenis perempuan, kejadian pada anak lelaki berkisar 60
sampai 65 persen..

Ibu hamil yang minum es tidak ada hubungan dengan kejadian anak besar, keluhan ini sangat
sering ditanyakan seorang ibu hamil saat memeriksakan kehamilan di dokter kandungan.

Dengan periksa hamil teratur dapat ditekan risiko komplikasi bagi ibu yang sering terjadi
akibat bayi besar, seperti tingginya angka operasi Caesar, perdarahan pascasalin, dan trauma
jalan lahir. Periksa kehamilan di pos bidan desa atau puskesmas baik itu dilakukan oleh bidan
maupun dokter umum akan menjadi tempat skrining awal, ada tidaknya masalah kehamilan
seorang ibu.

Bila seorang ibu dengan penambahan berat badan diatas 12 kg, rata-rata penambahan berat
badan ideal selama hamil (7 sampai 12 kg), atau adanya tinggi fundus rahim diatas 40 cm,
atau ibu yang gemuk (berat diatas 80 kg), sebaiknya kasus yang demikian segera dirujuk ke
rumah sakit untuk konfirmasi pemeriksaan sonografi karena kelompok ibu dengan ukuran-
ukuran tersebut berpotensi terjadi bayi besar.

Masalah yang muncul pada bayi besar dengan ibu riwayat sakit gula adalah perawatan bayi
pasca lahir, bayi harus diperiksa kadar gula darahnya untuk mencegah bayi kurang energi
disebabkan sianak biasanya fungsi hormon insulinnya normal. Sedangkan pada kelompok
bayi besar akibat faktor postur ibu yang besar, perawatannya relatif mudah.
Pencegahan terjadinya bayi besar bertujuan mencegah terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan bagi ibu dan janin dengan jalan melakukan diagnosa lebih awal adanya potensi
terjadinya bayi besar. Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan
ibu secara teratur, pengukuran tinggi fundus uteri dan pola makan yang benar.

Selama ini masih ada anggapan seorang ibu hamil harus makan untuk porsi dua orang karena
itu ia membutuhkan energi yang relatif banyak, pendapat tersebut tidak benar karena
peningkatan kalori yang dibutuhkan seorang ibu hamil berkisar 10 sampai 15 persen
kebutuhan normal.

Untuk mencegah adanya bayi besar ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan
secara teratur, 4 kali selama kehamilannya, sekali saat kehamilan trimester pertama dan
kedua dan 2 kali saat usia kehamilan trimester ketiga.

Penting bagi seorang ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan sonografi(USG) selama
kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil selama masa kehamilannya minimal diperiksa
sebanyak 2 kali, yakni saat usia kehamilan 12-15 minggu untuk melihat adanya kelainan
bayi, dan saat usia kehamilan 8 bulan untuk menentukan kesejahteraan janin, letak plasenta
dan posisi/presentasi bayi sehingga bisa merencanakan tempat persalinan yang optimal.

Pemeriksaan besar bayi dengan USG akan memberikan ketepatan sampai 90 persen,
sedangkan dengan pemeriksaan phisik saja misal dengan berat badan ibu dan tinggi fundus
uteri memberikan ketepatan sampai 50 persen.

Mengingat banyaknya risiko yang mungkin terjadi dalam masa kehamilan, maka sebaiknya.
Setiap ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik dan teratur,dengan
menimbang penambahan berat badan setiap bulan, lakukan pemeriksaan USG selama masa
hamil minimal pada awal dan akhir usia kehamilan . Jangan malu menceritakan riwayat
kehamilan yang buruk jikalau ada saat berkonsultasi dengan dokter.

Dengan tingginya kesadaran masyarakat melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik kita
akan dapat menurunkan risiko kelahiran bayi besar, dan risiko kehamilannya. Selesai.

M.Andalas,dr.SpOG
waspada.co.id

http://www.resep.web.id/kehamilan/bayi-besar-dan-minum-es.htm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


November 6, 2008

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rujukan

2.1.1 Pengertian

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus

atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit

yang lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian

lain dalam satu unit) (Muchtar, 1977).

2.1.2 Tujuan Rujukan

a. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-

baiknya.

b. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan

laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap

fasilitasnya.

c. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer

knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat

pendidikan dan daerah perifer (Muchtar, 1977).

2.1.3 Kegiatan Rujukan

a) Rujukan dan Pelayanan Kebidanan

Kegiatan ini antara lain berupa :


1. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang

lebih lengkap.

2. Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas

3. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-

kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan

spesialis.

4. Pengiriman bahan laboratorium

b) Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan

Kegiatan ini antara lain :

1. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan

pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita,

diskusi kasus, dan demonstrasi.

2. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah sakit yang

lebih lengkap dengan tujuan menambah pengetahuan dan

keterampilan.

c) Rujukan Informasi Medis

Kegiatan ini antara lain berupa :

1. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan

advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.

2. Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis.

(Muchtar, 1977)
2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Rujukan

a. Riwayat bedah sesar

b. Perdarahan pervaginam

c. Persalinan kurang bulan

d. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah

e. Ketuban pecah lebih dari 24 jam

f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan

g. Ikterus

h. Anemia berat

i. Tanda /gejala infeksi

j. Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan

k. Tinggi fundus 40 cm/lebih

l. Gawat janin

m. Primapara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masuk

5/5

n. Presentasi bukan belakang kepala

o. Presentasi ganda (mejemuk)

p. Kehamilan ganda (gemelli)


q. Tali pusat menumbung

r. Syok.

(Asuhan Persalinan Normal 2007)

2.2 Ketuban Pecah Dini

2.2.1 Pengertian

Beberapa penulis mendefinisikan Ketuban Pecah Dini yaitu apabila

ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan (Smith, 2008).

2.2.2 Penyebab Ketuban Pecah Dini

Belum diketahui

Faktor-faktornya :

a. Infeksi secara langsung pada selaput ketuban.

b. Serviks yang selalu terbuka.

c. Tekanan intra uterin yang meningkat.

d. Kelainan letak.

2.2.3 Tanda dan Gejala

a. Basah pada vagina

b. Mengeluarkan cairan tiba-tiba dari jalan lahir

c. Berbau khas
d. His belum teratur

e. Belum ada pengeluaran lendir darah

(Sarwono, 2002).

2.2.4 Penanganan

1) Pada Aterm (>37 Minggu)

Seksio Sesarea (Syaifuddin, 2002).

2) Pada Preterm (< 37 minggu)

a. Dirawat di Rumah Sakit

b. Tunda persalinan

c. Berikan antibiotik

(Manuaba, 2001).

2.3 Pre-eklampsia

2.3.1 Pengertian

Pre-eklampsia adalah hipertensi pada ibu hamil diatas 20 minggu disertai

oedema, protein urin. (Sarwono, 2002).

Pre-eklampsia terbagi dua :

1. Pre-eklampsia Ringan

a. Tekanan darah 140/90 mmHg


b. Oedema ringan kenaikan berat badan 1 kg/minggu

2. Pre-eklampsia Berat

a. Tekanan darah > 160/110 mmHg


b. Protein urinaria 5 gr/24 jam
c. Oedema
d. Kejang

2.3.2 Tiga Tanda Klinis Klasik Pre-eklampsia Adalah Trias antara

Hipertensi Proteinurin Dan Oedema

1. Hipertensi

a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih

b. Tekanan sistolik naik 30 mmHg /lebih atau kenaikan tekanan diastolik naik

15 mmHg /lebih dari tekanan darah normal wanita. (Sarwono, 2005).

2. Proteinuria

a. Konsentrasi protein dalam urin lebih dari 0,3 gr dalam spesimen 24 jam

b. Protein dalam urin lebih dari 1 gr/liter )1+sampai 2+). (Sarwono, 2002)..

3. Oedema

a. Retensi urin pertama kali ditandai dengan kelebihan berat badan secara

mendadak (1 kg sampai 2,5 kg atau lebih dalam 1 minggu).

b. Berbeda dengan oedema di ekstremitas bawah (Varney, 2002).

2.3.3 Penyebab Pre-eklampsia


Sampai sekarang penyebab preeklampsia masih tanda tanya, penyakit ini

masih disebut desease of theory, meskipun penyakit ini lebih sering ditemukan

pada wanita hamil yang :

a. Primigravida

b. Riwayat pernah menderita preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.

c. Kehamilan ganda, diabetes mellitus, mola hidatidosa.

d. Riwayat penderita hipertensi.

e. Multipara dengan umur > 35 tahun

2.3.4 Patogenesis

Walaupun etiologinya belum jelas hampir semua ahli sepakat vasospasme

kerusakan awal dari kejadian penyakit ini. Vasospasme dapat menyebabkan

terjadi kerusakan sel-sel endotel, sehingga terjadi perubahan fungsi sel endotel

yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya gejala pre-eklampsia.

2.3.5 Klasifikasi

Klasifikasi pre-eklampsia terbagi dua, yaitu :

a. Preeklampsia ringan bila disertai keadaan sebagai berikut :

1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih
2. Oedema ringan dengan kenaikan BB 1 kg/minggu
3. Proteinuria 0,3 gr/24 jam atau + 1 s/d + 2 (Manuaba, 2001)

b. Preeklampsia berat bila disertai keadaan sebagai berikut :

1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih


2. Proteinuria 5 gr/24 jam atau +4 s/d +5
3. Oliguria 400 cc /24 jam
4. Oedema paru dapat disertai sianosis.

2.3.6 Gambaran Klinik

Gejala-gejala tanda preklampsia berat yaitu :

a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg.

b. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg.

c. Penigkatan kadar enzim hati atau ikterus

d. Trombosit < 100.000 /mm.

e. Oliguria < 400 ml /24 jam

f. Proteinuria > 5 gr /liter

g. Nyeri epigastrium

h. Skotoma dan gangguan virus lain atau nyeri frontal yang berat

i. Perdarahan retina

j. Oedema pulmonum

k. Koma (Sarwono, 2002).

2.3.7 Diagnosis

Diagnosis pre-eklampsia ditegakkan apabila pada seseorang wanita hamil

dengan umur kehamilan 20 minggu atau lebih, ditemukan gejala hipertensi,

proteinuria, oedema (Sarwono, 2005).


2.3.8 Frekuensi

Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan

dengan multigravida, terutama primigravida muda. Diabetes mellitus, mola

hidatidosa, kehamilan ganda, umur > 35 tahun dan obesitas merupakan faktor

predisposisi untuk terjadinya pre-eklampsia (Sarwono, 2002).

2.3.9 Penanganan

Penanganan pre-eklampsia berat dan eklampsia yaitu di rujuk.

2.4 Letak Lintang

2.4.1 Pengertian

Menurut Sarwono, letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin

melintang di dalam rahim dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong

pada sisi yang lain.

Penyebab Terjadinya Letak Lintang

Penyebab terjadinya letak lintang yaitu multiparitas, riwayat kehamilan

(prematur, gemelli, hidramnion), adanya panggul sempit (CPD), adanya tumor di

daerah panggul yang menutupi jalan lahir, adanya plasenta previa serta kelainan

uterus (Arkuatus dan Subseptus) (Sarwono, 2002).

2.4.2 Tanda dan Gejala

a. Dapat dilihat dan diraba perut terasa membesar ke samping

b. Pergerakan janin pada bagian kiri dan kanan abdomen ibu


c. Bunyi denyut jantung di sekitar pusat

d. Tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan kehamilan

e. Pemeriksaan Dalam (VT) teraba lengan, bahu janin.

2.4.3 Komplikasi

a. Perdarahan postpartum

b. Infeksi karena perdarahan yang banyak bayi lahir mati

c. Tali pusat menumbung

d. Tali pusat melilit solusio plasenta. (Sarwono, 2005).

2.4.4 Penanganan

Penanganan letak lintang adalah seksio sesarea (Sarwono, 2002).

2.5 Postmatur /Postterm

2.5.1 Pengertian

Postmatur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu

(Mansjoer, 1999).

2.5.2 Penyebab Postmatur

a. Tidak ada his karena kurangnya air ketuban

b. Mudah stres

c. Insufisiensi
2.5.3 Tanda-Tanda Postmatur/Postterm Ada Tiga

a. Kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas

b. Air ketuban berwarna hijau

c. Kuning pada kuku, kulit dan tali pusat

(Sarwono, 2005).

2.5.4 Penanganan

a. Kalau janinnya besar di seksio sesarea.

b. Kalau janinnya kecil dilakukan induksi persalinan dengan skor bishop.

Leave a Comment » | Rujukan Persalinan | Permalink

Ditulis oleh asa1707

Komplikasi Persalinan
Agustus 14, 2008

http://lubis454.wordpress.com/category/rujukan-persalinan

You might also like