You are on page 1of 20

DIKTAT KULIAH GELOMBANG MIKRO

Disusun Oleh :
Alfin Hikmaturokhman, ST
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

1. Dasar Teori
Sistem komunikasi gelombang mikro bertujuan untuk untuk mengirimkan suatu
informasi dari satu tempat ke tempat lain tanpa gangguan dan hasilnya dapat diterima
dengan jelas. Frekuensi yang digunakan dalam transmisi gelombang mikro adalah
antara 2 GHz sampai 24 GHz, sesuai dengan yang telah direkomendasikan oleh CCIR
(Committee Consultative International on Radio) 5).
Sistem komunikasi gelombang-mikro (microwave ) secara umum dapat dibedakan
menjadi tiga :
1. gelombang-mikro teresterial,
2. gelombang-mikro satelit, dan
3. gelombang-mikro komunikasi bergerak.
Kecenderungan beralih dari sistem analog ke sistem digital mulai terasa dengan alasan
sebagai berikut:
a. Penguat-ulang pada sistem transmisi gelombang-mikro digital bersifat regeneratif,
sehingga dapat memperbaiki kesalahan yang terjadi tanpa terjadi penambahan
derau.
b. Kecenderungan teknologi penyambungan dan komunikasi data mengarah pada
penggunaan sistem digital, sehingga pada penyambungan peralatan lebih kecil
tanpa memerlukan ruangan khusus dan pada komunikasi data menjadi lebih
handal.
c. Sumber informasi analog (seperti suara dan gambar) dikembangkan
menggunakan sistem modulasi digital, sehingga memerlukan transimisi digital.
Pada pembangunan sistem transmisi gelombang-mikro digital memerlukan suatu
perencanaan sistem yang meliputi :

- Pemilihan spesifikasi dan kapasitas sistem,


- Pemilihan route transmisi,
- Perencanaan setiap hop radio,
- Prediksi unjuk-kerja sistem, dan
- Perencanaaan gedung, dan prasarana lain

2
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Dalam sistem transmisi gelombang mikro terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi kinerja dari sistem tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja sistem tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.1 Antena
Antena adalah suatu pengubah (tranducer) yang dapat mengubah besaran listrik
menjadi gelombang elektromagnetik untuk kemudian dipancarkan ke angkasa, dan
sebaliknya. Dengan kata lain antena dapat berfungsi sebagai penguat daya dan
mengubah dari gelombang RF terbimbing menjadi gelombang ruang bebas. Antena
merupakan struktur perantara antara gelombang yang terbimbing dan gelombang
bebas sehingga merupakan bagian yang mutlak diperlukan pada komunikasi radio.
Untuk sekedar mengingatkan belajar kembali tentang UNIT Decibel
Decibel (dB) adalah satuan (unit) yang menyatakan perbandingan (ratio)
dalam bentuk logaritma basis 10. Unit ini sering digunakan untuk menyatakan
penguatan (gain) atau redaman (losses) level sinyal, daya dan tegangan.
Penguatan atau redaman suatu sistem yang diberikan pada sinyal yang
melalui sistem, dinyatakan dengan :

P2 …………1
P(dB ) = 10 log
P1
dimana :
P = unit perbandingan (ratio), dB
P1 = daya input ke sistem
P2 = daya output dari sistem.
(P1 dan P2 harus mempunyai unit yang sama)
atau dapat juga dinyatakan dengan,
V2 …………2
P(dB ) = 20 log
V1
dimana :
P = unit perbandingan (ratio), dB
V1 = tegangan input ke sistem
V2 = tegangan output dari sistem.
(V1 dan V2 harus mempunyai unit yang sama)

3
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Bila P2 > P1 atau V2 > V1, maka harga P (dB) adalah positip. Hal ini dapat
diartikan sistem memberikan penguatan pada sinyal yang dilewatkan. Dan
sebaliknya, bila P2 < P1 atau V2 < V1, maka harga P (dB) adalah negatip, dan hal
ini dapat diartikan bahwa sistem memberikan redaman pada sinyal yang lewatkan.
Untuk menyatakan level daya mutlak dalam unit decibel, dapat
dinyatakan dengan unit dBW (dB terhadap referensi 1 watt (W)) dan dBm
(dB terhadap referensi 1 milliwatt (mW)).
Dinyatakan :
P(W )
P(dBW ) = 10 log …………3
1W dan
P(mW ) …………4
P(dBm) = 10 log
1mW
Contoh 1
Level daya yang masuk suatu penguat adalah 10 W. Berapa dBW-kah daya
tersebut.

P(dBW ) = 10 log
10W
= 10 dBW
1W
Seperti contoh 1 , berapa dBm-kah daya tersebut.
10 4
P (dBm ) = 10 log = 40 dBm
1mW
Dengan demikian, hubungan antara unit dBW dan dBm adalah sebagai berikut.
P(dBW) = P(dBm) - 30 dB dan, sebaliknya
P(dBm) = P (dBW) + 30 dB

Contoh 2
Diketahui daya yang keluar dari suatu function generator sebesar 12 dBm. Berapa
dBW-kah daya tersebut.
P(dBW) = P(dBm) - 30 dB
= 12 dBm - 30 dB
= - 18 dBW.

4
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

a. Gain Antena
Antena gain mengukur kemampuan antena untuk mengirimkan gelombang yang
diinginkan ke arah yang dituju. Untuk antena parabola, efisiensi tidak mencapai
100% karena beberapa daya hilang oleh spillover pada tepi antena ketika dipenuhi
oleh gelombang tetap pada pusatnya. Hal tersebut juga dapat disebabkan karena
pabrikasi dalam pembuatan antena kurang sempurna. Secara komersial, efisiensi
antena parabola antara 50% hingga 70% 5).
Besarnya gain antena dapat dicari dengan rumus:
G = 20 log f + 20 log d + 10 log η + 20.4 5
dimana:
G : gain/penguatan antena (dB)
η : effisiensi antena (%)
d : diameter antena (m)
f : frekuensi kerja (GHz = Herzt yang sudah dikonversi ke 109)
Jika antenna mempunyai efficiency yang lain maka gain bisa dicari dengan
persamaan sbb :

c
λ=
f
πD 2
A=
4
Ae = e. A
⎛ 4πAe ⎞
G = 10 log⎜ 2 ⎟ …………6
⎝ λ ⎠

e = effeciency

Ae = luas effective

A = luas fisik

persamaan gain yang lainnya :

2
⎛ fDπ ⎞
G = τ⎜ ⎟ …………7
⎝ c ⎠
Contoh Soal :

5
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Hitung luas effective dan gain sebuah antenna reflector paraboloid yang
diameter reflektornya adalah 6 meter dan efisiensi penyinaranya adalah 0.65.
Frekuensi nya 10Ghz

300 x10 6
λ= = 3cm
10 x10 9
πD 2 3.14 x6 2
A= = = 28.26m 2
4 4
Ae = e. A = 0.65 x 28.26m 2 = 18.4
⎛ 4πAe ⎞ ⎛ 4.3,14.18,4 ⎞
G = 10 log⎜ 2 ⎟ = 10 log⎜ ⎟ = 54,1dB
⎝ λ ⎠
−4
⎝ 9.10 ⎠

Contoh yang lain :

- Sebuah antenna mempunyai perolehan (gain) sebesar 35 dB pada frekuensi


300 Mhz. Hitunglah luas effective nya !

Jawab :

300 x10 6
λ= = 3m
300 x10 6
⎛ 4πAe ⎞
35 = 10 log⎜ 2 ⎟
⎝ 3 ⎠

πD 2 3.14 x6 2
A= = = 28.26m 2
4 4
Ae = e. A = 0.65 x 28.26m 2 = 18.4

b. Beamwidth Antena
Besarnya sudut pada lobe utama (main lobe) diagram pancaran antenna yang
terbentuk antara dua titik 3 dB dibawah puncak main lobe tersebut, dimana satu titik
terletak disebelah kiri boresight dan satu titik terletak dikanan boresight main lobe
tersebut.

Lobe utama (main lobe) adalah lobe yang mempunyai arah dengan pola radiasi
maksimum. Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil dibandingkan dengan main
lobe yang disebut dengan minor lobe. Lobe sisi (side lobe) adalah lobe-lobe selain
yang dimaksud.

6
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Beamwidth disebut juga “half power beamwidth” atau 3 dB beamwidth.

Pancaran Antenna Parabola

Penjelasan

Besarnya Beamwidth = besarnya sudut AOB

Dimana CD berjarak 3 dB dengan D adalah titik puncak main lobe dan titik A serta
titik B merupakan 3 titik dB down pada main lobe. Garis CD adalah “boresight: atau
as dari main lobe.

Persamman beamwidth antenna parabol adalah sebagai berikut :

21,1
BW = …………………………….8
f .D

f = frekuensi kerja dalam GHz

D = diameter antenna dalam satuan meter.

Dari persamaan diatas dapat diambil kesimpulan :

Makin besar diameter antenna dan frekuensi akan berakibat semakin kecil
beamwidth dari antenna dan makin panjang bentuk main lobenya.Hal ini berarti
semakin tajam direktivitasnya sehingga harus lebih cermat dalam pengarahan
antenna. Apabila menyimpang sedikit saja boresightnya dari LOS akan besar
sekali kemorosotan gain antenna tersebut.

7
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

c. Tinggi Tower Antena


Tinggi antena pemancar juga berpengaruh terhadap kinerja sistem komunikasi.
Adapun tinggi antena dapat dicari dengan persamaan di bawah ini.

Bentuk Sederhana Gelombang Mikro

Dari gambar sederhana untuk komunikasi gelombang mikro di atas dapat dicari
tinggi antena pemancar dengan cara8):
x = c – a + (c – b)(d1/d2) – y (d1/d2) 9
c = c 1 + c2 + c3 + c4 10
c1 = 0.0785 x (d1 x d2)/k 11
dimana:
x : tinggi antena pemancar (m)
y : tinggi antena penerima (m)
a : tinggi lokasi antena pemancar di atas permukaan laut (m)
b : tinggi lokasi antena pemancar di atas permukaan laut (m)
c1 : peninggian profil atau factor koreksi (m)
c2 : tinggi penghalang : gunung, bukit dan sebagainya (m)
c3 : tinggi penghalang : pohon, gedung dan sebagainya (m)
c4 : daerah fresnel pertama (m)
d1 : jarak antara pemancar dengan penghalang (km)
d2 : jarak antara penerima dengan penghalang (km)

8
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

d. Antenna Noise
Penampilan (performance) suatu sistem komunikasi diukur dari kesamaan
antara sinyal yang diterima dan sinyal yang dikirimkan, serta ketidak tergantungan
penerimaan dari faktor-faktor lain.
Noise yang memasuki sistem bisa mengurangi performance . Derau (noise)
dalam sistem komunikasi dapat digambarkan sebagai sinyal yang tidak
diharapkan. Secara umum, kehadirannya dalam sistem komunikasi ada yang berasal
dari dalam sistem, yang disebut internal noise dan yang berasal dari luar sistem,
yang disebut external noise.
Contoh dari internal noise yaitu noise yang dibangkitkan dari dalam
komponen-komponen elektronik, seperti resistor,transistor,diode yang digunakan
dalam penguat (amplifier), mixer, detector dan perangkat elektronik lain dalam
sistem komunikasi. Salah satu jenis dari internal noise adalah thermal noise, yang
diakibatkan adalah panas konduktor karana adanya aliran arus listrik.
1 External noise
Terjadi diakibatkan sumber-sumber lain di luar rangkaian elektroinik
sistem pemancar dan penerima sinyal. Contoh dari external noise adalah
suara pengapian (busi) automotif, suara motor, light dimmer, dan relay
contact. Cahaya juga merupakan sumber extenal noise yang utama.
2 Thermal Noise
Thermal noise dibangkitkan karena adanya aliran listrik, karena elektron-
elektron menumbuk molekul-molekul dalam konduktor. Jika temperatur
konduktor tersebut naik, noise juga akan naik karena molekul-molekul
tersebut bergerak lebih cepat yang mengakibatkan lebih banyaknya
tumbukan yang terjadi. Besar daya noise yang dibangkitkan sebanding
dengan temperatur konduktor, yang dinyatakan dengan
Pn = kTB 12
Pn = daya termal noise (W)
k = konstanta Boltzman = 1,38 x 10-23 J/oK
B = lebar bidang frekuensi /bandwidth (Hz)
T = temperatur absolut (derajat Kelvin = oK), yaitu der Cel + 273o.

9
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

1. 2 Pengaruh Atmosfer
Butir-butir hujan memberikan redaman terhadap gelombang elektromagnetik yang
melintas. Semakin lebat hujan maka redaman tersebut semakin besar1).
Besarnya redaman karena curah hujan dapat dinyatakan dengan rumus7):

A = a x Rb (13)
90
r=
90 + 4D
(14)

Aeff = A x D x r (15)

dimana:
A = redaman karena hujan dalam dB/km
R = besarnya curah hujan dalam mm/jam
r = faktor reduksi
D = panjang lintasan dalam km
a dan b : merupakan fungsi dari frekuensi dan polarisasi, dengan a dan b
menurut tabel di bawah ini.

Frequency a b a b
(GHz) horizontal horizontal veritcal vertical
1 0.0000387 0.912 0.0000352 0.880
2 0.000154 0.963 0.000138 0.923
4 0.000650 1.121 0.000591 1.075
6 0.00175 1.308 0.00155 1.265
7 0.00301 1.332 0.00265 1.312
8 0.00454 1.327 0.00395 1.310
10 0.0101 1.276 0.00887 1.264
12 0.0188 1.217 0.0168 1.200
15 0.0367 1.154 0.0335 1.128
20 0.0751 1.099 0.0691 1.065
25 0.124 1.061 0.113 1.030
30 0.187 1.021 0.167 1.000

10
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

35 0.263 0.979 0.233 0.963


40 0.350 0.939 0.310 0.929
45 0.442 0.903 0.393 0.897
50 0.536 0.873 0.479 0.868
60 0.707 0.826 0.642 0.824
70 0.851 0.793 0.784 0.793
80 0.975 0.769 0.906 0.769
90 1.06 0.753 0.999 0.754
100 1.12 0.743 1.06 0.744
120 1.18 0.731 1.13 0.732
150 1.31 0.710 1.27 0.711
200 1.45 0.689 1.42 0.690
300 1.36 0.688 1.35 0.689
400 1.32 0.683 1.31 0.684

Curah hujan di Indonesia termasuk besar. Data di bawah ini menunjukkan


presentasi curah hujan di bagian-bagian dunia. Curah hujan di Indonesia termasuk
tipe P.

1. 3 Terrain Effect
a. Fresnel Zone

Daerah Fresnel Zone

11
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Gambar di atas menunjukkan dua berkas lintasan propagasi gelombang radio


dari pemancar (Tx) ke penerima (Rx), yaitu berkas lintasan langsung (direct ray)
dan berkas lintasan pantulan (reflected ray). Jika berkas lintasan pantulan
mempunyai panjang setengah kali lebih panjang dari berkas lintasan langsung,
dan bumi dianggap pemantul yang sempurna (koefisien pantul = -1, yang berarti
gelombang datang dan gelombang pantul berbeda fase 180o), maka pada saat tiba
di penerima akan mempunyai fase yang berbeda dengan gelombang langsung. Hal
tersebut akan mengakibatkan terjadinya intensitas kedua gelombang pada saat
mencapai antena penerima akan saling melemahkan. Batas daerah Fresnel dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut6):

n d 1 d2 (16)
F n = 17.3
fD
dimana:
F n : radius daerah Fresnel ke n (km)
d1 : jarak antara pemancar dengan penghalang (km)
d2 : jarak antara penghalang dengan penerima (km)
D : d 1+ d 2
f : frekuensi (GHz)
n : daerah fresnel ke (1, 2, 3, dst)

b. Clearance
Lintasan sinyal yang ditransmisikan pada sistem line of sight harus mempunyai
daerah bebas hambatan yang disebut clearance. Daerah clearance ditentukan
untuk menghindari pengaruh dari jalur jamak terutama karena pantulan tanah.
Clearance minimum adalah 0.6 dari daerah Fresnel pertama (0.6 F1).
Dalam analisa profil lintasan digunakan peta permukaan bumi datar maka
diperlukan faktor koreksi terhadap ketinggian titik penghalang (obstacle) yang
nilainya sama dengan kelengkungan bumi. Nilai faktor koreksi dapat dicari
dengan rumus berikut7):

0.0785 x d1 x d2
h koreksi =
k (17)

12
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Sehingga nilai clearance dengan faktor koreksi adalah:


CL = 0.6 F1 + h koreksi (18)
dimana:
CL = daerah clearance (m)
h koreksi = faktor koreksi ketinggian titik penghalang (m)
d1 = jarak antara pemancar dengan penghalang (m)
d2 = jarak antara penerima dengan penghalang (m)
k = faktor kelengkungan bumi, dimana:
k = 6/5 – 4/3 ; daerah dingin
k = 4/3 ; daerah sedang
k = 4/3 – 3/2 ; daerah tropika
F1 = daerah fresnel pertama (m)

c. Free Space Loss


Free space loss atau redaman ruang bebas didefinisikan sebagai rugi-rugi
propagasi di ruang bebas antara dua antena isotropic akibat energi yang tersebar.
Harga Lfs ini menyatakan besarnya energi yang dipancarkan sebagai gelombang
elektromagnetik yang berjalan dari sumber transmisi. Besarnya tergantung pada
frekuensi yang digunakan dan panjang lintasan6).
Lfs = 92.45 + 20 log D + 20 log f (19)
dimana:
D = panjang lintasan (km)
f = frekuensi kerja yang digunakan
(GHz)

1. 4 Availability
Ukuran kehandalan sistem sering disebut sebagai availability. Secara ideal, semua
sistem harus memiliki availability 100%. Tetapi hal tersebut tidak mungkin
dipenuhi, sehingga dalam sistem pasti terdapat ketidakhandalan sistem
(unavailability). Availability sering disebut juga dengan reliability yang
didefinisikan dengan kemampuan sistem dalam memberikan pelayanan.

13
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Kebalikan dari availability adalah unavailability atau outage time yang artinya
kegagalan sistem dalam memberikan pelayanan. Availability path atau lintasan
dinyatakan dengan persamaan berikut7):
Avpath = (1 – UnAvpath) x 100% (20)
Sedangkan,
UnAvpath = a x b x 2.5 x f x D3 x 10 -6 x 10 –FM/10 (21)
dimana:
UnAvpath : peluang terjadinya path unavailability karena fading yang masih
diperbolehkan
Avpath : kehandalan sistem
FM : fading margin (dB)
D : panjang lintasan (km)
a : faktor kekasaran bumi
a : 4 ; untuk daerah halus, laut, danau, dan gurun
a:1 ; untuk daerah kekasaran rata-rata, dataran
a : ¼ ; untuk pegunungan dan dataran tinggi
b : faktor iklim
b : ½ ; untuk daerah panas dan lembab
b : ¼ ; untuk daerah normal
b : 1/8 ; untuk daerah pegunungan (sangat kering)
Namun umumnya perencanaan menggunakan kondisi terburuk, b : 1
f : frekuensi kerja (GHz)

1. 5 Fading
Fading adalah fenomena fluktuasi daya sinyal terima akibat adanya proses
propagasi gelombang radio yang mengakibatkan turunnya daya terima dan rusaknya
kualitas transmisi.
Untuk mengatasi fading, maka diperlukan cadangan daya yang digunakan agar
dapat mempertahankan level sinyal terima di atas level batas ambang (threshold).
Cadangan daya tersebut sering disebut dengan fading margin2).
Pada sistem tanpa diversity, fading margin dapat dihitung dengan persamaan (2.
14) yang dapat diturunkan sebagai berikut:

14
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

FM = 30 log D + 10 log (axbx2.5xf) – 10 log UnAvpath – 60 (22)


dimana:
FM : fading margin (dB)
D : panjang lintasan (km)
a : faktor kekasaran bumi (terrain roughness)
b : faktor iklim
UnAvpath : peluang terjadinya path unavailability karena fading yang masih
diperbolehkan
f : frekuensi kerja (GHz)

1. 6 Deversity
Salah satu cara untuk mendapatkan cadangan daya adalah dengan menggunakan
sistem diversity. Diversity didefinisikan sebagai suatu teknik untuk meningkatkan
kehandalan sistem dengan cara memasang secara simultan dua atau lebih sistem
atau subsistem. Diversity lebih diminati oleh para desain sistem dibandingkan
dengan penambahan gain sistem karena diversity relatif lebih murah2).
Dalam diversity terdapat dua teknik diversity, yaitu:
a. Space Diversity
Sistem ini tidak membutuhkan lebih dari satu frekuensi kerja. Pada sistem ini,
penerimaan menggunakan dua atau lebih antena yang dipasang sedemikian rupa
sehingga antena yang satu dengan antena yang lain terletak pada bidang vertikal
secara terpisah.

Sistem Space Diversity

15
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Untuk mendapatkan operasi yang optimal maka perumusan spasi antara dua
antena yang terpisah secara vertikal adalah dengan rumus sebagai berikut7):

s=3xλxR (23)
D

dimana:
s = jarak spasi antar antenna (m)
λ = panjang gelombang (m)
R = jari-jari bumi (6370 km)
D = panjang lintasan (km)

Apabila dalam sistem transmisi menggunakan teknik space diversity untuk


mengatasi fading akan diperoleh faktor perbaikan sebesar5) pers. (24):

1.2 x 10 -3 x η x s 2 x f x 10 ((FM-v)/10) (24)


Isd =
D

Koefisien saklar diversity, nilai idealnya sebesar 1 sehingga akan didapatkan


faktor perbaikan sebesar:

1.2 x 10 -3 x 1 x s 2 x f x 10 ((FM-v)/10)
Isd =
D

Jika persamaan di atas diubah ke dalam desibel maka akan didapatkan


persamaan sebagai berikut:
I sd = 20 log s + 10 log f - 10 log D + FM - v - 29.1 (25)
Setelah sistem mendapatkan perbaikan, maka didapatkan persamaan fading
margin dengan space diversity sebagai berikut:
FM = 30 log D + 10 log (ax 6x2.5 x f) – 10 log UnAvpath - 60 – Isd
FM = 20 log D + 5 log (2.5 x a x b)– 5 log UnAvpath + 0.5 v – 10 log s – 15.4
(26)
dimana:
s : jarak antar antena yang terletak secara vertikal (m)
v : beda gain antena (dB)

16
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

I sd : faktor perbaikan (dB)

b. Frekuensi Deversity

Sistem Frekuensi Diversity


Pada teknik ini, sistem mengoperasikan dua frekuensi gelombang mikro pada
satu antena baik di antena pemancar maupun antena penerima. Informasi yang
dikirimkan oleh kedua transmitter yang beroperasi pada frekuensi yang berbeda
diteruskan ke satu antena pemancar. Perbedaan frekuensi (∆f) antara kedua
frekuensi cukup 2% dan akan lebih baik jika berbeda 6% untuk menghindari
terjadinya interferensi yang besar5).
Apabila dalam sistem transmisi menggunakan teknik frekuensi diversity untuk
mengatasi fading, maka akan diperoleh faktor perbaikan sebesar5):
0.8 x df (27)
Ifd = x 10 FM/10
f2xD

Jika persamaan di atas diubah ke dalam desibel maka akan didapatkan


persamaan sebagai berikut:
I fd = 10 log df – 20 log f - 10 log D + FM – 0.9 (28)
Setelah sistem mendapatkan perbaikan, maka didapatkan persamaan fading
margin dengan frekuensi diversity sebagai berikut:
FM = 30 log D + 10 log (axbx2.5xf) - 10 log UnAvpath - 60 - Ifd
FM = 20 log D + 5 log (axbx2.5) + 15 log f – 5 log UnAvpath
– 5 log df – 29.5 (29)
dimana:
df : perbedaan frekuensi yang digunakan dalam system transmisi yang
menggunakan teknik frekuensi diversity.

17
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

Ifd : faktor perbaikan (dB)

1. 7 Link Analysis
Suatu jalur (link) gelombang mikro dapat terbentang jarak beberapa kilometer
hingga beberapa ribu kilometer. Tiap-tiap satu loncatan (hop), lintasan antar antenna
harus line of sight atau bebas pandang. Ukuran dari antena, daya keluaran pemancar
(transmitter), daya penerimaan minimum dan panjang lintasan, semua hal tersebut
saling berhubungan. Daya terima minimum adalah titik awal dalam perencanan
lintasan. Besarnya daya minimum untuk masing-masing dapat dicari dengan rumus
dibawah2).
Pt min = Ltr + FM + Cmin (30)
dimana:
Ltr : redaman transmisi (dB)
FM : fading Margin (dB)
Cmin : level sinyal terima mimimum (dB)
Sedangkan loss transmisi atau rugi-rugi transmisi dapat dicari dengan rumus
berikut5):
Ltr = Lfs + Lf + Lb + Aeff - Gtot (31)
dimana:
Lfs : redaman ruang bebas (dB)
Lf : loss feeder / redaman saluran transmisi(dB)
Lb : loss branching / percabangan (dB)
Aeff : redaman effektif hujan (dB)
Gtot : total gain antara antara antena pemancar dengan penerima (dB)
Level sinyal penerimaan minimum dapat dicari dengan rumus sebagai berikut7):
C min = Nth + C/No (32)
Sedangkan Nth dapat dicari dengan rumus:
Nth = 10 log k T B + Nf (33)
dimana:
Nth : ambang daya thermal noise (dB)
k : konstanta Boltzman (1.38 x 10 –23 J/oK)
T : temperatur absolut (oK)

18
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

B : lebar bidang /bandwidth (Hz)


Nf : noise figure (dB)
C min : level sinyal terima minimum (dB)
C/No : carier to noise ratio (dB), tergantung dari jenis modulasi yang
digunakan dan BER yang diinginkan dengan melihat tabel di bawah.

Modulasi
BER PSK QAM
2 4 8 16 32 16 32
10^ -3 7.3 10.3 15.4 20.9 26.8 17.0 19.8
10^ -4 8.8 11.8 16.9 22.6 28.5 18.5 21.4
10^ -5 9.9 12.9 18.1 23.8 29.7 19.7 22.6
10^ -6 10.8 13.8 19.0 24.7 30.9 20.6 23.5
10^ -7 11.5 14.5 19.8 25.5 31.4 21.4 24.5
10^ -8 12.2 15.2 20.4 26.2 32.1 22.0 25.0

19
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto

2. Daftar Pustaka

1) Gideon Jonatan, Rekayasa Transmisi Radio, Jilid I, 2003.


2) Indosat - STTTelkom, Handout Pelatihan Teknologi Transmisi Radio, ITCC -
Jatiluhur, 2004.
3) PT. Telkom, Gelombang Mikro Digital Modul 2 System Propagasi, Purwokerto,
1994.
4) PUSDIKLAT PT. Telkom, Review Gelombang Mikro Digital, Bandung.
5) Robert G. Winch, Telecomunication Transmission System Microwave, Fiber Optic,
Mobille Cellular Radio, Data and Digital Multiplexing, Singapore, 1993.
6) Roger L. Freeman, Radio System Design for Telecomunications (1-100 GHz),
New York, 1987.
7) Roger L. Freeman, Telecomunication Transmission Handbook, New York, 1981.
8) Soetamso, Drs, Diktat Kuliah Perencanaan Transmisi Radio, Bandung, 1999.
9) Tri T. Ha, Digital Satellite Communication, Second Edition, Singapore, 1990.

20
Alfin Hikmaturokhman, S T

You might also like