Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Alfin Hikmaturokhman, ST
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
1. Dasar Teori
Sistem komunikasi gelombang mikro bertujuan untuk untuk mengirimkan suatu
informasi dari satu tempat ke tempat lain tanpa gangguan dan hasilnya dapat diterima
dengan jelas. Frekuensi yang digunakan dalam transmisi gelombang mikro adalah
antara 2 GHz sampai 24 GHz, sesuai dengan yang telah direkomendasikan oleh CCIR
(Committee Consultative International on Radio) 5).
Sistem komunikasi gelombang-mikro (microwave ) secara umum dapat dibedakan
menjadi tiga :
1. gelombang-mikro teresterial,
2. gelombang-mikro satelit, dan
3. gelombang-mikro komunikasi bergerak.
Kecenderungan beralih dari sistem analog ke sistem digital mulai terasa dengan alasan
sebagai berikut:
a. Penguat-ulang pada sistem transmisi gelombang-mikro digital bersifat regeneratif,
sehingga dapat memperbaiki kesalahan yang terjadi tanpa terjadi penambahan
derau.
b. Kecenderungan teknologi penyambungan dan komunikasi data mengarah pada
penggunaan sistem digital, sehingga pada penyambungan peralatan lebih kecil
tanpa memerlukan ruangan khusus dan pada komunikasi data menjadi lebih
handal.
c. Sumber informasi analog (seperti suara dan gambar) dikembangkan
menggunakan sistem modulasi digital, sehingga memerlukan transimisi digital.
Pada pembangunan sistem transmisi gelombang-mikro digital memerlukan suatu
perencanaan sistem yang meliputi :
2
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
P2 …………1
P(dB ) = 10 log
P1
dimana :
P = unit perbandingan (ratio), dB
P1 = daya input ke sistem
P2 = daya output dari sistem.
(P1 dan P2 harus mempunyai unit yang sama)
atau dapat juga dinyatakan dengan,
V2 …………2
P(dB ) = 20 log
V1
dimana :
P = unit perbandingan (ratio), dB
V1 = tegangan input ke sistem
V2 = tegangan output dari sistem.
(V1 dan V2 harus mempunyai unit yang sama)
3
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Bila P2 > P1 atau V2 > V1, maka harga P (dB) adalah positip. Hal ini dapat
diartikan sistem memberikan penguatan pada sinyal yang dilewatkan. Dan
sebaliknya, bila P2 < P1 atau V2 < V1, maka harga P (dB) adalah negatip, dan hal
ini dapat diartikan bahwa sistem memberikan redaman pada sinyal yang lewatkan.
Untuk menyatakan level daya mutlak dalam unit decibel, dapat
dinyatakan dengan unit dBW (dB terhadap referensi 1 watt (W)) dan dBm
(dB terhadap referensi 1 milliwatt (mW)).
Dinyatakan :
P(W )
P(dBW ) = 10 log …………3
1W dan
P(mW ) …………4
P(dBm) = 10 log
1mW
Contoh 1
Level daya yang masuk suatu penguat adalah 10 W. Berapa dBW-kah daya
tersebut.
P(dBW ) = 10 log
10W
= 10 dBW
1W
Seperti contoh 1 , berapa dBm-kah daya tersebut.
10 4
P (dBm ) = 10 log = 40 dBm
1mW
Dengan demikian, hubungan antara unit dBW dan dBm adalah sebagai berikut.
P(dBW) = P(dBm) - 30 dB dan, sebaliknya
P(dBm) = P (dBW) + 30 dB
Contoh 2
Diketahui daya yang keluar dari suatu function generator sebesar 12 dBm. Berapa
dBW-kah daya tersebut.
P(dBW) = P(dBm) - 30 dB
= 12 dBm - 30 dB
= - 18 dBW.
4
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
a. Gain Antena
Antena gain mengukur kemampuan antena untuk mengirimkan gelombang yang
diinginkan ke arah yang dituju. Untuk antena parabola, efisiensi tidak mencapai
100% karena beberapa daya hilang oleh spillover pada tepi antena ketika dipenuhi
oleh gelombang tetap pada pusatnya. Hal tersebut juga dapat disebabkan karena
pabrikasi dalam pembuatan antena kurang sempurna. Secara komersial, efisiensi
antena parabola antara 50% hingga 70% 5).
Besarnya gain antena dapat dicari dengan rumus:
G = 20 log f + 20 log d + 10 log η + 20.4 5
dimana:
G : gain/penguatan antena (dB)
η : effisiensi antena (%)
d : diameter antena (m)
f : frekuensi kerja (GHz = Herzt yang sudah dikonversi ke 109)
Jika antenna mempunyai efficiency yang lain maka gain bisa dicari dengan
persamaan sbb :
c
λ=
f
πD 2
A=
4
Ae = e. A
⎛ 4πAe ⎞
G = 10 log⎜ 2 ⎟ …………6
⎝ λ ⎠
e = effeciency
Ae = luas effective
A = luas fisik
2
⎛ fDπ ⎞
G = τ⎜ ⎟ …………7
⎝ c ⎠
Contoh Soal :
5
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Hitung luas effective dan gain sebuah antenna reflector paraboloid yang
diameter reflektornya adalah 6 meter dan efisiensi penyinaranya adalah 0.65.
Frekuensi nya 10Ghz
300 x10 6
λ= = 3cm
10 x10 9
πD 2 3.14 x6 2
A= = = 28.26m 2
4 4
Ae = e. A = 0.65 x 28.26m 2 = 18.4
⎛ 4πAe ⎞ ⎛ 4.3,14.18,4 ⎞
G = 10 log⎜ 2 ⎟ = 10 log⎜ ⎟ = 54,1dB
⎝ λ ⎠
−4
⎝ 9.10 ⎠
Jawab :
300 x10 6
λ= = 3m
300 x10 6
⎛ 4πAe ⎞
35 = 10 log⎜ 2 ⎟
⎝ 3 ⎠
πD 2 3.14 x6 2
A= = = 28.26m 2
4 4
Ae = e. A = 0.65 x 28.26m 2 = 18.4
b. Beamwidth Antena
Besarnya sudut pada lobe utama (main lobe) diagram pancaran antenna yang
terbentuk antara dua titik 3 dB dibawah puncak main lobe tersebut, dimana satu titik
terletak disebelah kiri boresight dan satu titik terletak dikanan boresight main lobe
tersebut.
Lobe utama (main lobe) adalah lobe yang mempunyai arah dengan pola radiasi
maksimum. Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil dibandingkan dengan main
lobe yang disebut dengan minor lobe. Lobe sisi (side lobe) adalah lobe-lobe selain
yang dimaksud.
6
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Penjelasan
Dimana CD berjarak 3 dB dengan D adalah titik puncak main lobe dan titik A serta
titik B merupakan 3 titik dB down pada main lobe. Garis CD adalah “boresight: atau
as dari main lobe.
21,1
BW = …………………………….8
f .D
Makin besar diameter antenna dan frekuensi akan berakibat semakin kecil
beamwidth dari antenna dan makin panjang bentuk main lobenya.Hal ini berarti
semakin tajam direktivitasnya sehingga harus lebih cermat dalam pengarahan
antenna. Apabila menyimpang sedikit saja boresightnya dari LOS akan besar
sekali kemorosotan gain antenna tersebut.
7
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Dari gambar sederhana untuk komunikasi gelombang mikro di atas dapat dicari
tinggi antena pemancar dengan cara8):
x = c – a + (c – b)(d1/d2) – y (d1/d2) 9
c = c 1 + c2 + c3 + c4 10
c1 = 0.0785 x (d1 x d2)/k 11
dimana:
x : tinggi antena pemancar (m)
y : tinggi antena penerima (m)
a : tinggi lokasi antena pemancar di atas permukaan laut (m)
b : tinggi lokasi antena pemancar di atas permukaan laut (m)
c1 : peninggian profil atau factor koreksi (m)
c2 : tinggi penghalang : gunung, bukit dan sebagainya (m)
c3 : tinggi penghalang : pohon, gedung dan sebagainya (m)
c4 : daerah fresnel pertama (m)
d1 : jarak antara pemancar dengan penghalang (km)
d2 : jarak antara penerima dengan penghalang (km)
8
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
d. Antenna Noise
Penampilan (performance) suatu sistem komunikasi diukur dari kesamaan
antara sinyal yang diterima dan sinyal yang dikirimkan, serta ketidak tergantungan
penerimaan dari faktor-faktor lain.
Noise yang memasuki sistem bisa mengurangi performance . Derau (noise)
dalam sistem komunikasi dapat digambarkan sebagai sinyal yang tidak
diharapkan. Secara umum, kehadirannya dalam sistem komunikasi ada yang berasal
dari dalam sistem, yang disebut internal noise dan yang berasal dari luar sistem,
yang disebut external noise.
Contoh dari internal noise yaitu noise yang dibangkitkan dari dalam
komponen-komponen elektronik, seperti resistor,transistor,diode yang digunakan
dalam penguat (amplifier), mixer, detector dan perangkat elektronik lain dalam
sistem komunikasi. Salah satu jenis dari internal noise adalah thermal noise, yang
diakibatkan adalah panas konduktor karana adanya aliran arus listrik.
1 External noise
Terjadi diakibatkan sumber-sumber lain di luar rangkaian elektroinik
sistem pemancar dan penerima sinyal. Contoh dari external noise adalah
suara pengapian (busi) automotif, suara motor, light dimmer, dan relay
contact. Cahaya juga merupakan sumber extenal noise yang utama.
2 Thermal Noise
Thermal noise dibangkitkan karena adanya aliran listrik, karena elektron-
elektron menumbuk molekul-molekul dalam konduktor. Jika temperatur
konduktor tersebut naik, noise juga akan naik karena molekul-molekul
tersebut bergerak lebih cepat yang mengakibatkan lebih banyaknya
tumbukan yang terjadi. Besar daya noise yang dibangkitkan sebanding
dengan temperatur konduktor, yang dinyatakan dengan
Pn = kTB 12
Pn = daya termal noise (W)
k = konstanta Boltzman = 1,38 x 10-23 J/oK
B = lebar bidang frekuensi /bandwidth (Hz)
T = temperatur absolut (derajat Kelvin = oK), yaitu der Cel + 273o.
9
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
1. 2 Pengaruh Atmosfer
Butir-butir hujan memberikan redaman terhadap gelombang elektromagnetik yang
melintas. Semakin lebat hujan maka redaman tersebut semakin besar1).
Besarnya redaman karena curah hujan dapat dinyatakan dengan rumus7):
A = a x Rb (13)
90
r=
90 + 4D
(14)
Aeff = A x D x r (15)
dimana:
A = redaman karena hujan dalam dB/km
R = besarnya curah hujan dalam mm/jam
r = faktor reduksi
D = panjang lintasan dalam km
a dan b : merupakan fungsi dari frekuensi dan polarisasi, dengan a dan b
menurut tabel di bawah ini.
Frequency a b a b
(GHz) horizontal horizontal veritcal vertical
1 0.0000387 0.912 0.0000352 0.880
2 0.000154 0.963 0.000138 0.923
4 0.000650 1.121 0.000591 1.075
6 0.00175 1.308 0.00155 1.265
7 0.00301 1.332 0.00265 1.312
8 0.00454 1.327 0.00395 1.310
10 0.0101 1.276 0.00887 1.264
12 0.0188 1.217 0.0168 1.200
15 0.0367 1.154 0.0335 1.128
20 0.0751 1.099 0.0691 1.065
25 0.124 1.061 0.113 1.030
30 0.187 1.021 0.167 1.000
10
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
1. 3 Terrain Effect
a. Fresnel Zone
11
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
n d 1 d2 (16)
F n = 17.3
fD
dimana:
F n : radius daerah Fresnel ke n (km)
d1 : jarak antara pemancar dengan penghalang (km)
d2 : jarak antara penghalang dengan penerima (km)
D : d 1+ d 2
f : frekuensi (GHz)
n : daerah fresnel ke (1, 2, 3, dst)
b. Clearance
Lintasan sinyal yang ditransmisikan pada sistem line of sight harus mempunyai
daerah bebas hambatan yang disebut clearance. Daerah clearance ditentukan
untuk menghindari pengaruh dari jalur jamak terutama karena pantulan tanah.
Clearance minimum adalah 0.6 dari daerah Fresnel pertama (0.6 F1).
Dalam analisa profil lintasan digunakan peta permukaan bumi datar maka
diperlukan faktor koreksi terhadap ketinggian titik penghalang (obstacle) yang
nilainya sama dengan kelengkungan bumi. Nilai faktor koreksi dapat dicari
dengan rumus berikut7):
0.0785 x d1 x d2
h koreksi =
k (17)
12
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
1. 4 Availability
Ukuran kehandalan sistem sering disebut sebagai availability. Secara ideal, semua
sistem harus memiliki availability 100%. Tetapi hal tersebut tidak mungkin
dipenuhi, sehingga dalam sistem pasti terdapat ketidakhandalan sistem
(unavailability). Availability sering disebut juga dengan reliability yang
didefinisikan dengan kemampuan sistem dalam memberikan pelayanan.
13
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Kebalikan dari availability adalah unavailability atau outage time yang artinya
kegagalan sistem dalam memberikan pelayanan. Availability path atau lintasan
dinyatakan dengan persamaan berikut7):
Avpath = (1 – UnAvpath) x 100% (20)
Sedangkan,
UnAvpath = a x b x 2.5 x f x D3 x 10 -6 x 10 –FM/10 (21)
dimana:
UnAvpath : peluang terjadinya path unavailability karena fading yang masih
diperbolehkan
Avpath : kehandalan sistem
FM : fading margin (dB)
D : panjang lintasan (km)
a : faktor kekasaran bumi
a : 4 ; untuk daerah halus, laut, danau, dan gurun
a:1 ; untuk daerah kekasaran rata-rata, dataran
a : ¼ ; untuk pegunungan dan dataran tinggi
b : faktor iklim
b : ½ ; untuk daerah panas dan lembab
b : ¼ ; untuk daerah normal
b : 1/8 ; untuk daerah pegunungan (sangat kering)
Namun umumnya perencanaan menggunakan kondisi terburuk, b : 1
f : frekuensi kerja (GHz)
1. 5 Fading
Fading adalah fenomena fluktuasi daya sinyal terima akibat adanya proses
propagasi gelombang radio yang mengakibatkan turunnya daya terima dan rusaknya
kualitas transmisi.
Untuk mengatasi fading, maka diperlukan cadangan daya yang digunakan agar
dapat mempertahankan level sinyal terima di atas level batas ambang (threshold).
Cadangan daya tersebut sering disebut dengan fading margin2).
Pada sistem tanpa diversity, fading margin dapat dihitung dengan persamaan (2.
14) yang dapat diturunkan sebagai berikut:
14
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
1. 6 Deversity
Salah satu cara untuk mendapatkan cadangan daya adalah dengan menggunakan
sistem diversity. Diversity didefinisikan sebagai suatu teknik untuk meningkatkan
kehandalan sistem dengan cara memasang secara simultan dua atau lebih sistem
atau subsistem. Diversity lebih diminati oleh para desain sistem dibandingkan
dengan penambahan gain sistem karena diversity relatif lebih murah2).
Dalam diversity terdapat dua teknik diversity, yaitu:
a. Space Diversity
Sistem ini tidak membutuhkan lebih dari satu frekuensi kerja. Pada sistem ini,
penerimaan menggunakan dua atau lebih antena yang dipasang sedemikian rupa
sehingga antena yang satu dengan antena yang lain terletak pada bidang vertikal
secara terpisah.
15
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Untuk mendapatkan operasi yang optimal maka perumusan spasi antara dua
antena yang terpisah secara vertikal adalah dengan rumus sebagai berikut7):
s=3xλxR (23)
D
dimana:
s = jarak spasi antar antenna (m)
λ = panjang gelombang (m)
R = jari-jari bumi (6370 km)
D = panjang lintasan (km)
1.2 x 10 -3 x 1 x s 2 x f x 10 ((FM-v)/10)
Isd =
D
16
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
b. Frekuensi Deversity
17
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
1. 7 Link Analysis
Suatu jalur (link) gelombang mikro dapat terbentang jarak beberapa kilometer
hingga beberapa ribu kilometer. Tiap-tiap satu loncatan (hop), lintasan antar antenna
harus line of sight atau bebas pandang. Ukuran dari antena, daya keluaran pemancar
(transmitter), daya penerimaan minimum dan panjang lintasan, semua hal tersebut
saling berhubungan. Daya terima minimum adalah titik awal dalam perencanan
lintasan. Besarnya daya minimum untuk masing-masing dapat dicari dengan rumus
dibawah2).
Pt min = Ltr + FM + Cmin (30)
dimana:
Ltr : redaman transmisi (dB)
FM : fading Margin (dB)
Cmin : level sinyal terima mimimum (dB)
Sedangkan loss transmisi atau rugi-rugi transmisi dapat dicari dengan rumus
berikut5):
Ltr = Lfs + Lf + Lb + Aeff - Gtot (31)
dimana:
Lfs : redaman ruang bebas (dB)
Lf : loss feeder / redaman saluran transmisi(dB)
Lb : loss branching / percabangan (dB)
Aeff : redaman effektif hujan (dB)
Gtot : total gain antara antara antena pemancar dengan penerima (dB)
Level sinyal penerimaan minimum dapat dicari dengan rumus sebagai berikut7):
C min = Nth + C/No (32)
Sedangkan Nth dapat dicari dengan rumus:
Nth = 10 log k T B + Nf (33)
dimana:
Nth : ambang daya thermal noise (dB)
k : konstanta Boltzman (1.38 x 10 –23 J/oK)
T : temperatur absolut (oK)
18
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
Modulasi
BER PSK QAM
2 4 8 16 32 16 32
10^ -3 7.3 10.3 15.4 20.9 26.8 17.0 19.8
10^ -4 8.8 11.8 16.9 22.6 28.5 18.5 21.4
10^ -5 9.9 12.9 18.1 23.8 29.7 19.7 22.6
10^ -6 10.8 13.8 19.0 24.7 30.9 20.6 23.5
10^ -7 11.5 14.5 19.8 25.5 31.4 21.4 24.5
10^ -8 12.2 15.2 20.4 26.2 32.1 22.0 25.0
19
Alfin Hikmaturokhman, S T
Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto
2. Daftar Pustaka
20
Alfin Hikmaturokhman, S T